Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu indikator yang dinilai dalam
menentukan kualitas pelayanan kesehatan suatu negara. Semakin tinggi angka
kematian ibu (AKI) menggambarkan semakin buruknya kualitas pelayanan
kesehatan terhadap maternal pada suatu negara. Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 Angka kematian ibu di Indonesia sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan menurut
UNICEF, rata-rata kematian Ibu di Indonesia adalah 320 kematian per jam
(WHO, et al., 2015). Target angka kematian ibu berdasarkan Sustainable
Development Goals (SDG) yaitu pada tahun 2030 diharapkan angka kematian ibu
di seluruh negara turun hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Jika
dibandingkan dengan target SDG, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi
dan jauh dari target. Tiga penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah
perdarahan (30%), hipertensi (25%), dan infeksi (12%) (WHO, 2005).
Hipertensi dalam kehamilan terjadi sekitar 10% dari seluruh ibu hamil dan
telah menyumbang lebih dari 60.000 kematian ibu di seluruh dunia setiap
tahunnya. Hipertensi dalam kehamilan berdampak pada morbiditas dan mortalitas
maternal dan juga berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
neonatus. Salah satu bentuk hipertensi dalam kehamilan adalah preeklampsia
(WHO, 2015; WHO, 2011).
Preeklamsia merupakan gangguan kehamilan yang ditandai oleh hipertensi
sistemik dan disfungsi endotel (Amaral et al, 2015). Preeklampsia adalah
hipertensi (tekanan darah sistolik> = 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mm Hg) yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dengan atau tanpa disertai
dengan proteinuria (300 mg atau lebih, dalam kapasitas urin 24 jam) (WHO,
2011). Hipertensi dan proteinuria terkait dengan terjadinya kematian janin di
rahim, pertumbuhan janin terhambat dan persalinan prematur. Penyakit ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada ibu dan janin (Indrawan
et al, 2016).
Menurut WHO umumnya preeklampsia mempersulit 2-10% dari semua
kehamilan dan kejadian ini 7 kali lebih tinggi terjadi di negara berkembang (2,8%
dari semua kelahiran hidup) (Koofreh et al, 2015). Teori patogenesis timbulnya
preeklampsia talah banyak dikemukakan walaupun belum dapat menggambarkan
preeklampsia secara jelas. Sebuah hipotesis menduga bahwa preeklampsia
berhubungan dengan gangguan plasentasi saat awal kehamilan diikuti dengan
inflamasi luas dan kerusakan endotel secara progresif. Berbagai mediator atau
sitokin pro inflamasi diduga juga berperan dalam terjadinya preeklampsia dan
progresifitasnya, seperti interleukin-2 (IL-2), tumor necrosis factor-α (TNF-α),
Soluble Fms-like tyrisne kinase (SFLT-1), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-7
(IL-7) (WHO, 2011; Harmon et al, 2016; Bambang et al, 2017).
Perkembangan obat dalam beberapa tahun terakhir mulai tertarik
mengembangkan obat dari herbal, salah satunya adalah Nigella sativa. Nigella
sativa (tanaman dari famili ranunculaceae) bersinonim dengan tanaman Nigella
kritis dan biasa disebut/dikenal sebagai Habbatussaudah, Al-Habbah Al Sawda,
Habbet El-Baraka, Camoun Aswad, Schuniz dan Khodria. Di India, Pakistan, dan
Sri Lanka dikenal sebagai Kalvanji, Kalunji, Kalonji, Azmut, Gurat, Aof dan
Aosetta. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini dikenal sebagai black seed, black
cumin, black caraway, cinnamon flower, nutmeg flower, dan love-in-a-mist.
Tanaman ini biasanya tumbuh di Eropa, Timur Tengah dan Asia Barat. Jintan
hitam tumbuh pada keadaan tanah semi-kering. Biji jintan hitam berukuran kecil
dengan berat 1-5 mg berwarna abu-abu gelap atau hitam dengan permukaan kulit
yang keriput. Buahnya berkapsul besar dan menggembung yang terdiri dari 3-7
folikel menjadi satu, di mana masing-masing folikel ini mengandung beberapa
biji. Biji jintan hitam berbentuk tajam seperti bentuk biji wijen, keras, dan seperti
gelembung. Ia memiliki bau yang khas seperti rempah-rempah dan agak pedas,
dan baunya akan lebih tajam setelah bijnya dikunyah/dipecahkan (Shahraki et al
2016; Bambang et al, 2016).
Tanaman jintan hitam mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat
sebagai anti inflamsi, selain itu juga berkhasiat sebagai stimulan, karminatif,
emenagoga, galagtoga dan diaforetik (Shahraki et al 2016; Bambang et al,
2016). Dalam beberapa penelitian, bahan aktif jinten hitam, Thymoquinone,
dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi dengan menghambat Enzyme
Cyclooxygenase (COX) dan Lipooxygenase (LOX) dan menghambat faktor
transkripsi NF-kB dan TNF-α. Pada studi penelitian menyimpulkan bahwa ada
efek sitotoksik dan apoptosis dari ekstrak jinten hitam berbagai dosis (50, 100,
250, 500, 750, 1000, 1250, 1500, 1750 dan 2000 ppm) pada kultur ACHN dan
GP- 293 pada jalur sel adenokarsinoma manusia (Shahraki et al, 2016). Selain itu,
jinten hitam juga memiliki khasiat sebagai antioksidan yang cukup kuat dan dapat
menurunkan tekanan darah. Thymoquinone, Dithymoquinone, dan Thymol yang
terkandung dalam minyak biji jintan hitam dapat menurunkan radikal bebas dan
berperan sebagai antihipertensi (Bahareh et al, 2016; Shahraki et al, 2016).
Tikus galur Rattus Norvegicus merupakan salah satu hewan yang banyak
digunakan sebagai hewan coba. Tikus jenis ini sering digunakan dalam penelitian
pada tingkat hewan coba, termasuk pada bidang obstetri dan ginekologi yang
menyangkut tentang plasenta (Gong et al, 2016). Hal ini disebabkan karena tikus
ini memiliki tipe plasenta hemokorial yan mirip dengan manusia dan plasentanya
menampilkan invasi trofoblas intersitial dan endovascular serta remodeling arteri
maternal walaupun lebih kecil dari manusia (Pennington et al, 2012). Inhibisi
kronik dari sintase nitrat oksida (NO) menggunakan L-Arg-methyl ester (L-
NAME) pada tikus yang hamil dapat menyebabkan tikus mengalami hipertensi,
proteinuria, penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, trauma sklerosis glomerular,
trombositopenia, dan pertumbuhan janin terhambat (McCarthy et al, 2011).
Dengan ini, peneliti dapat menyelidiki mengenai iskemik plasenta yang mengarah
pada perkembangan hipertensi selama kehamilan, karena tikus ini
mengembangkan patofisiologi yang sama untuk wanita dengan preeklampsia.
Dalam sirkulasi tikus preeklampsia terjadi peningkatan sitokin inflamasi seperti
IL-2, IL-6, SFLT-1, dan TNF-α, sedangkan kadar sitokin seperti IL-10 dan IL-4
mengalami penurunan (Harmon et al, 2016).
Adanya peran sitokin pro inflamasi seperti IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada
patofisiologi terjadinya preeklampsia dan adanya efek anti inflamasi dari biji
jintan hitam (Nigellasativa) membuat peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap ekspresi IL-2,
SFLT-1, dan TNF-α pada tikus model preeklampsia.

1.2 Rumusan Masalah


Hipertensi dalam kehamilan terjadi pada sekitar 10% dari seluruh ibu
hamil di seluruh dunia, menyumbang lebih dari 60.000 kematian ibu di seluruh
dunia setiap tahunnya. Preeklampsia yang merupakan salah satu bentuk hipertensi
dalam kehamilan, diketahui telah mempersulit 2-10% dari semua kehamilan dan
kejadian ini 7 kali lebih tinggi terjadi di negara berkembang (2,8% dari semua
kelahiran hidup) (Bambang et al, 2017). Diduga preeklampsia berhubungan
dengan gangguan plasentasi saat awal kehamilan diikuti dengan inflamasi luas
dan kerusakan endotel secara progresif. Berbagai mediator atau sitokin pro
inflamasi diduga berperan dalam terjadinya preeklampsia dan progresifitasnya,
seperti seperti interleukin-2 (IL-2), tumor necrosis factor-α (TNF-α), Soluble
Fms-like tyrisne kinase (SFLT-1), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-7 (IL-7)
(WHO, 2011; Harmon et al, 2016; Bambang et al, 2017).
Jintan hitam (Nigella sativa) mengandung senyawa flavonoid yang
berkhasiat sebagai anti inflamsi, selain itu juga berkhasiat sebagai stimulan,
karminatif, emenagoga, galagtoga dan diaforetik. Dalam beberapa penelitian,
bahan aktif jinten hitam, Thymoquinone, dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi
dengan menghambat Enzyme Cyclooxygenase (COX) dan Lipooxygenase (LOX)
dan menghambat faktor transkripsi NF-kB dan TNF-α (Shahraki et al 2016;
Bambang et al, 2016). Thymoquinone, Dithymoquinone, dan Thymol yang
terkandung dalam Nigella sativa dapat menurunkan radikal bebas dan berperan
sebagai antihipertensi (Bahareh et al, 2016; Shahraki et al, 2016).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah untuk
penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella
sativa) terhadap penurunan kadar IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada tikus model pre-
eklampsia”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam
(Nigella sativa) terhadap penurunan kadar IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada
tikus model pre-eklampsia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa)
terhadap penurunan ekspresi IL-2 pada tikus model pre-eklampsia.
2. Untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa)
terhadap penurunan ekspresi SFLT-1 pada tikus model pre-eklampsia.
3. Untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa)
terhadap penurunan ekspresi TNF-α pada tikus model pre-eklampsia.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, informasi, dan
manfaat bagi akademis, penelitian, dan bagi masyarakat.
1.4.1 Manfaat Akademis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
efek ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan
ekspresi sitokin proinflamasi.
1.4.2 Manfaat Bidang Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya dalam pengobatan preeklampsia.
1.4.3 Manfaat Aplikatif
Walaupun penelitian ini merupakan suatu penelitian praklinik (tahap uji
coba), namun melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang efek ekstrak biji jintan hitam
(Nigella sativa) terhadap dalam pencegahan preeklampsia.

Anda mungkin juga menyukai