Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu indikator yang dinilai dalam menentukan kualitas pelayanan kesehatan suatu negara. Semakin tinggi angka kematian ibu (AKI) menggambarkan semakin buruknya kualitas pelayanan kesehatan terhadap maternal pada suatu negara. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 Angka kematian ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan menurut UNICEF, rata-rata kematian Ibu di Indonesia adalah 320 kematian per jam (WHO, et al., 2015). Target angka kematian ibu berdasarkan Sustainable Development Goals (SDG) yaitu pada tahun 2030 diharapkan angka kematian ibu di seluruh negara turun hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Jika dibandingkan dengan target SDG, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dan jauh dari target. Tiga penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah perdarahan (30%), hipertensi (25%), dan infeksi (12%) (WHO, 2005). Hipertensi dalam kehamilan terjadi sekitar 10% dari seluruh ibu hamil dan telah menyumbang lebih dari 60.000 kematian ibu di seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi dalam kehamilan berdampak pada morbiditas dan mortalitas maternal dan juga berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas neonatus. Salah satu bentuk hipertensi dalam kehamilan adalah preeklampsia (WHO, 2015; WHO, 2011). Preeklamsia merupakan gangguan kehamilan yang ditandai oleh hipertensi sistemik dan disfungsi endotel (Amaral et al, 2015). Preeklampsia adalah hipertensi (tekanan darah sistolik> = 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mm Hg) yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dengan atau tanpa disertai dengan proteinuria (300 mg atau lebih, dalam kapasitas urin 24 jam) (WHO, 2011). Hipertensi dan proteinuria terkait dengan terjadinya kematian janin di rahim, pertumbuhan janin terhambat dan persalinan prematur. Penyakit ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada ibu dan janin (Indrawan et al, 2016). Menurut WHO umumnya preeklampsia mempersulit 2-10% dari semua kehamilan dan kejadian ini 7 kali lebih tinggi terjadi di negara berkembang (2,8% dari semua kelahiran hidup) (Koofreh et al, 2015). Teori patogenesis timbulnya preeklampsia talah banyak dikemukakan walaupun belum dapat menggambarkan preeklampsia secara jelas. Sebuah hipotesis menduga bahwa preeklampsia berhubungan dengan gangguan plasentasi saat awal kehamilan diikuti dengan inflamasi luas dan kerusakan endotel secara progresif. Berbagai mediator atau sitokin pro inflamasi diduga juga berperan dalam terjadinya preeklampsia dan progresifitasnya, seperti interleukin-2 (IL-2), tumor necrosis factor-α (TNF-α), Soluble Fms-like tyrisne kinase (SFLT-1), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-7 (IL-7) (WHO, 2011; Harmon et al, 2016; Bambang et al, 2017). Perkembangan obat dalam beberapa tahun terakhir mulai tertarik mengembangkan obat dari herbal, salah satunya adalah Nigella sativa. Nigella sativa (tanaman dari famili ranunculaceae) bersinonim dengan tanaman Nigella kritis dan biasa disebut/dikenal sebagai Habbatussaudah, Al-Habbah Al Sawda, Habbet El-Baraka, Camoun Aswad, Schuniz dan Khodria. Di India, Pakistan, dan Sri Lanka dikenal sebagai Kalvanji, Kalunji, Kalonji, Azmut, Gurat, Aof dan Aosetta. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini dikenal sebagai black seed, black cumin, black caraway, cinnamon flower, nutmeg flower, dan love-in-a-mist. Tanaman ini biasanya tumbuh di Eropa, Timur Tengah dan Asia Barat. Jintan hitam tumbuh pada keadaan tanah semi-kering. Biji jintan hitam berukuran kecil dengan berat 1-5 mg berwarna abu-abu gelap atau hitam dengan permukaan kulit yang keriput. Buahnya berkapsul besar dan menggembung yang terdiri dari 3-7 folikel menjadi satu, di mana masing-masing folikel ini mengandung beberapa biji. Biji jintan hitam berbentuk tajam seperti bentuk biji wijen, keras, dan seperti gelembung. Ia memiliki bau yang khas seperti rempah-rempah dan agak pedas, dan baunya akan lebih tajam setelah bijnya dikunyah/dipecahkan (Shahraki et al 2016; Bambang et al, 2016). Tanaman jintan hitam mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai anti inflamsi, selain itu juga berkhasiat sebagai stimulan, karminatif, emenagoga, galagtoga dan diaforetik (Shahraki et al 2016; Bambang et al, 2016). Dalam beberapa penelitian, bahan aktif jinten hitam, Thymoquinone, dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi dengan menghambat Enzyme Cyclooxygenase (COX) dan Lipooxygenase (LOX) dan menghambat faktor transkripsi NF-kB dan TNF-α. Pada studi penelitian menyimpulkan bahwa ada efek sitotoksik dan apoptosis dari ekstrak jinten hitam berbagai dosis (50, 100, 250, 500, 750, 1000, 1250, 1500, 1750 dan 2000 ppm) pada kultur ACHN dan GP- 293 pada jalur sel adenokarsinoma manusia (Shahraki et al, 2016). Selain itu, jinten hitam juga memiliki khasiat sebagai antioksidan yang cukup kuat dan dapat menurunkan tekanan darah. Thymoquinone, Dithymoquinone, dan Thymol yang terkandung dalam minyak biji jintan hitam dapat menurunkan radikal bebas dan berperan sebagai antihipertensi (Bahareh et al, 2016; Shahraki et al, 2016). Tikus galur Rattus Norvegicus merupakan salah satu hewan yang banyak digunakan sebagai hewan coba. Tikus jenis ini sering digunakan dalam penelitian pada tingkat hewan coba, termasuk pada bidang obstetri dan ginekologi yang menyangkut tentang plasenta (Gong et al, 2016). Hal ini disebabkan karena tikus ini memiliki tipe plasenta hemokorial yan mirip dengan manusia dan plasentanya menampilkan invasi trofoblas intersitial dan endovascular serta remodeling arteri maternal walaupun lebih kecil dari manusia (Pennington et al, 2012). Inhibisi kronik dari sintase nitrat oksida (NO) menggunakan L-Arg-methyl ester (L- NAME) pada tikus yang hamil dapat menyebabkan tikus mengalami hipertensi, proteinuria, penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, trauma sklerosis glomerular, trombositopenia, dan pertumbuhan janin terhambat (McCarthy et al, 2011). Dengan ini, peneliti dapat menyelidiki mengenai iskemik plasenta yang mengarah pada perkembangan hipertensi selama kehamilan, karena tikus ini mengembangkan patofisiologi yang sama untuk wanita dengan preeklampsia. Dalam sirkulasi tikus preeklampsia terjadi peningkatan sitokin inflamasi seperti IL-2, IL-6, SFLT-1, dan TNF-α, sedangkan kadar sitokin seperti IL-10 dan IL-4 mengalami penurunan (Harmon et al, 2016). Adanya peran sitokin pro inflamasi seperti IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada patofisiologi terjadinya preeklampsia dan adanya efek anti inflamasi dari biji jintan hitam (Nigellasativa) membuat peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap ekspresi IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada tikus model preeklampsia.
1.2 Rumusan Masalah
Hipertensi dalam kehamilan terjadi pada sekitar 10% dari seluruh ibu hamil di seluruh dunia, menyumbang lebih dari 60.000 kematian ibu di seluruh dunia setiap tahunnya. Preeklampsia yang merupakan salah satu bentuk hipertensi dalam kehamilan, diketahui telah mempersulit 2-10% dari semua kehamilan dan kejadian ini 7 kali lebih tinggi terjadi di negara berkembang (2,8% dari semua kelahiran hidup) (Bambang et al, 2017). Diduga preeklampsia berhubungan dengan gangguan plasentasi saat awal kehamilan diikuti dengan inflamasi luas dan kerusakan endotel secara progresif. Berbagai mediator atau sitokin pro inflamasi diduga berperan dalam terjadinya preeklampsia dan progresifitasnya, seperti seperti interleukin-2 (IL-2), tumor necrosis factor-α (TNF-α), Soluble Fms-like tyrisne kinase (SFLT-1), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-7 (IL-7) (WHO, 2011; Harmon et al, 2016; Bambang et al, 2017). Jintan hitam (Nigella sativa) mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai anti inflamsi, selain itu juga berkhasiat sebagai stimulan, karminatif, emenagoga, galagtoga dan diaforetik. Dalam beberapa penelitian, bahan aktif jinten hitam, Thymoquinone, dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi dengan menghambat Enzyme Cyclooxygenase (COX) dan Lipooxygenase (LOX) dan menghambat faktor transkripsi NF-kB dan TNF-α (Shahraki et al 2016; Bambang et al, 2016). Thymoquinone, Dithymoquinone, dan Thymol yang terkandung dalam Nigella sativa dapat menurunkan radikal bebas dan berperan sebagai antihipertensi (Bahareh et al, 2016; Shahraki et al, 2016). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan kadar IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada tikus model pre- eklampsia”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan kadar IL-2, SFLT-1, dan TNF-α pada tikus model pre-eklampsia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan ekspresi IL-2 pada tikus model pre-eklampsia. 2. Untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan ekspresi SFLT-1 pada tikus model pre-eklampsia. 3. Untuk membuktikan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan ekspresi TNF-α pada tikus model pre-eklampsia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, informasi, dan manfaat bagi akademis, penelitian, dan bagi masyarakat. 1.4.1 Manfaat Akademis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap penurunan ekspresi sitokin proinflamasi. 1.4.2 Manfaat Bidang Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dalam pengobatan preeklampsia. 1.4.3 Manfaat Aplikatif Walaupun penelitian ini merupakan suatu penelitian praklinik (tahap uji coba), namun melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap dalam pencegahan preeklampsia.