PENDAHULUAN
sudah terdeteksi penyakitnya oleh dokter. Dengan kata lain orang tersebut
ODGJ dibagi menjadi dua yaitu psikosis berupa bisikan dan persasaan
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,
1
2
tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk
(Kemenkes, 2016)
mengalami gangguan jiwa. Data profil kesehatan indonesia pada tahun 2008
gangguan jiwa diantaranya halusinasi (depkes RI, 2005). Sementara itu dinas
jiwa yang tersebar di seluruh kabupaten atau kota di jawa timur paling banyak
kekerasan dan konflik batin dan gangguan emosinal menjadi ladang subur
Desa Bantur Kab Malang, didapatkan data jumlah orang dengan gangguan
jiwa pada priode juni 2017 mencapai 47 orang. Dari hasil studi di desa Bantur
didapatkan data bahwa dari 47 ada 23 yang patuh minum obat dan 24 tidak
3
patuh minum obat. Dari data tersebut didapatkan bahwa pada 24 penderita
yang tidak patuh minum obat dikarenakan ada beberapa faktor yaitu faktor
dirasa klien sudah kondisi baik (tidak kambuh) tidak perlu membeli obat, jarak
berpengaruh jika tidak ada dukungan keluarga maka klien tidak akan
dibimbing untuk meminum obat dan tida ada yang memberikan motivasi pada
klien dan memberikan edukasi pentingnya minum obat dan jika tidak teratur
adanya suatu pemicu dari fungsi afektif dalam keluarga yang tidak berjalan
dengan baik. Apabila fungsi afektif ini tidak dapat berjalan semestinya, maka
seluruh unit keluarga tersebut (Nasir & Muhith, 2011). Fenomena yang terjadi
saat ini, jika ada seorang anggota keluarga yang dinyatakan sakti jiwa, maka
anggota keluarga lain dan masyarakat pasti akan menyarankan untuk dibawa
ke Rumah Sakit Jiwa atau psikolog tetapi pada kenyataanya orang sakit jiwa
tersebut diasingkan atau dipasung supaya tidak menjadi aib bagi keluarga,
Tindakan memasung ini akan berdampak buruk pada pasien, selain itu
4
nantinya akan sulit untuk sembuh dan dapat mengalami kekambuhan yang
sangat sering. Kekambuhan yang terjadi dari beberapa pemicu salah satunya
ditentukan oleh tujuh dimensi yaitu faktor terapi, faktor sistem kesehatan,
ekonomi. Faktor diatas sangat diperlukan komitmen yang kuat dan koordinasi
Purwanto, 2009).
sifat penyakit yang kronis sehingga pasien merasa bosan minum obat,
berkurangnya gejala, tidak pasti tentang tujuan terapi, harga obat yang
mahal, tidak mengerti tentang instruksi penggunaan obat, dosis yang tidak
fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki, dan
5
suatu sistem, maka jika terdapat gangguan jiwa pada salah satu anggota
(ODGJ).
c. Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama pembelajaran serta
datang.