Anda di halaman 1dari 16

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Benih

Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air,
temperatur, oksigen, dan cahaya.

1. Tingkat kemasakan benih


Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas
tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal
ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum
sempurna. Pada tingkat kemasakan yang bagaimanakah sebaiknya panen dilakukan agar
diperoleh benih yang memiliki viabilitas maksimum, daya kecambah maksimum serta
menghasilkan tanaman dewasa yang sehat, kuat, dan berproduksi tinggi. Hal ini perlu dilakukan
penelitian, khususnya untuk benih-benih serealia, seperti padi, jagung, gandum, maupun
sorgum. Kami mencoba untuk menampilkan pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap
perkecambahan benih meskipun bukan pada komoditas tanaman pangan namun pada benih
tomat sebagai ilustrasi (Tabel 1).

2. Ukuran benih
Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Bahan-bahan
tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat
perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang positip
terhadap kandungan protein pada benih sorgum. Makin besar/berat ukuran benih maka
kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat benih berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besarnya
kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
3. Dormansi
Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun
diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi
antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili
leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis,
dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih dorman dapat dirangsang untuk
berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada keadaan lembab
(stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam sulfat.
4. Penghambat perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat
tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol
dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi
(sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak
dapat dipandang sebagai penyebab dormansi. Istilah induksi dormansi digunakan bila benih
dapat dibuat berkecambah lagi oleh beberapa cara yang telah disebutkan.
5. Air
Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit pelindung benih
dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk
berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga
kali dari berat keringnya.
6. Temperatur
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih. Temperatur minimum/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi
saat perkecambahan akan terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur
maksimum akan terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal.
Tabel 2. Temperatur minimum, optimum dan maksimum untuk perkecambahan
beberapa jenis tanaman (Milfhorpe & Moorby dalam Sutopo, 1993.
Jenis tanaman Minimum (oC) Optimum (oC) Maksimum (oC)
Beras 11 32 38
Jagung 9 33 42
Gandum 4 25 32
Rye 2 25 35
Lucerne 1 30 38

7. Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan
berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan dapat terhambat
bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman seperti padi
(Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang oksigen.
8. Cahaya
Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis
tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak
normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah.
Faktor Dalam

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

a. Tingkat kemasakan benih

b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan
penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002).
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen
(Blackman, dalam Sutopo, 2002).

c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-
benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992,
Schmidt 2002).

d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik
dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan
yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

Faktor Luar

Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :

a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan
jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi
tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80
sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen
(Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media
yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya
benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana
presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh
berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.

c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai
akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan
laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996).
Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen
oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika
oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang
masuk ke embrio kurang dari 3 persen.

d. Cahaya

e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai
kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo,
2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibagi atas dua faktor yaitu
faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan yang terjadi pada perkecambah pepaya antar lain :
1. Genetik
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam makhluk hidup. Gen
berpengaruhi setiap struktur makhluk hidup dan juga perkembangannya, Walaupun gen bukan
satu-satunya faktor yang mempengaruhinya. Setiap jenis (spesies) memiliki gen untuk sifat
tertentu.
2. Suplai Air
Dalam proses perkecambahan, air berfungsi sebagai pelunak kulit biji, melarutkan cadangan
makanan, sarana transportasi makanan terlarut dan hormon ke titik tumbuh, serta bersama dengan
hormon mengatur elongasi dan pengembangan sel. Perkecambahan biji akan berlangsung secara
lambat bila media tumbuhnya tanah dalam keadaan kering. Oleh karenanya sebelum penanaman biji
di lapangan, keadaan tanah harus diupayakan agar dalam kondisi kapasitas lapangan (field capacity).
3. Keadaan tanah atau media
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanahlah yang menentukan penampilan tanaman.
Kondisi kesuburan madia yang relative rendah akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman dan akhirnya akan mempengaruhi hasil.
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan pertumbuhan maupun sifat dan struktur tanaman.
Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum. Untuk tumbuhan daerah tropis suhu
optimumnya berkisar 22-370 C. Suhu optimum berkisar antara 25- 300 C dan suhu maksimum
35-400 C. Tetapi suhu kardinal (minimum, optimum, dan maksimum) ini sangat dipengaruhi
oleh jenis dan fase pertumbuhan tanaman.
5. Sinar
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya sinar matahari mendorong perkecambahan
pada beberapa jenis biji tertentu, namun sebaliknya untuk beberapa jenis biji malahan menghambat.
Misalnya, perkecambahan biji selada, seledri dan primrose menjadi baik bila mendapat sinar matahari.
Sebaliknya, biji bawang bombai, bawang merah dan bawang daun perkecambah-annya malahan
terhambat.
6. Hormon tumbuhan
Hormon (zat tumbuh) adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tanaman dan
kemudian diangkut ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah dan menyebabkan suatu dampak
fisiologis. Diferensiasi tanaman juga diatur oleh hormon (yaitu fithormon). Saat ini dikenal
hormon tumbuh, antara lain yaitu :
a) Auksin
Merupakan zat tumbuh yang pertama ditemukan. Pengaruh auksin terutama pada perpanjangan
atau pembesaran sel. Sifat dasar auksin yang mempengaruhi perpanjangan sel ini sering
digunakan sebagai pengukur kecepatan pertumbuhan tanaman. Auksin berfungsi untuk
merangsang perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, memperpanjang titik
tumbuh.
b) Giberelin
Giberelin berfungsi untuk menggiatkan pembelahan sel, mempengaruhi pertumbuhan tunas,
mempengaruhi pertumbuhan
Akar
c) Kinin atau sitokinin
Zat ini mempercepat pembelahan sel, membantu pertumbuhan tunas dan akar (Hanun, 2008).
Benih papaya merupakan benih ortodok namun memiliki daya simpan relative lebih
singkat jika dibandingkan dengan benih ortodok pada umumnya. Menurunnya perkecambahan
benih papaya yang dikeringkan hingga kadar air 5% sebenarnya bukan disebabkan oleh
hilangnya viabilitas, melainkan karena terjadi induksi dormansi. Terjadinya induksi dormansi
dan pemecahan merupakan hal penting agar benih dapat disimpan lebih lama dan aman pada
kadar air rendah, untuk dapat menekan terjadinya laju metabolism dan meningkatkan daya
simpan benih (Sari, 2005).
● Faktor Luar (eksternal)

• Zat hara
Berupa makroelemen maupun mikroelemen yang diserap oleh akar maun bagian tubuh yang lain
berupa gas, air dan zat yg terlarut bersama air.
• Air
Diperlukan dalam Fotosintesis, reaksi kimia, menjaga kelembaban, dan membantu
perkecambahan biji.

• Cahaya
Membantu proses fotosintesis namun cahaya yg berlebihan justru menghambat kerja hormon
auksin (pertumbuhan)

• Suhu
Suhu optimum untuk tumbuhan umumnya 22o C – 37o C
Tumbuhan tidak tumbuh pada suhu dibawah 0o C dan diatas 40º C

• Kelembaban
Pada kondisi kelembaban yang tinggi, umumnya pertumbuhan tanaman lebih cepat namun
kelembaban yang rendah diperlukan oleh beberapa tanaman untuk pertumbuhan generatip,
sehingga berbunga pada musim kemarau.

Faktor Internal
1. Genetis
Gen merupakan penentu semua struktur dan fungsi yang berkaitan dengan ciri-ciri hewan dan manusia
antara lain bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut, laju pertumbuhan, dan perkembangan.
2. Hormon
Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu) dan dibawa oleh darah ke organ sasaran
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan termasuk manusia.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN
Suatu tanaman dalam proses pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
(eksternal) dan factor-faktor dalam (internal). Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal
dari luar tubuh tumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhannya, sedangkan faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan, terdiri atas faktor intrasel dan faktor
intersel.
Faktor Luar (eksternal) Faktor Dalam (Internal)

1. Cahaya/Sinar matahari 1) Faktor gen


Cahaya sangat diperlukan tumbuhan hijau Yaitu factor penurunan sifat pada
untuk kelangsungan hidupnya, sebab keturunan yang diturunkan adalah sifat-sifat
cahaya/sinar matahari merupakan sumber fisik.
energi yang digunakan untuk proses
berlangsungnya fotosintesis di dalam daun 2) Hormon
tumbuhan hijau. Hormon tumbuh disebut juga zat tumbuh
yang komponennya terdiri atas senyawa
2. Suhu (Temperatur) protein dengan substansi kimia yang aktif.
Setiap proses pertumbuhan dan Zat tumbuh ini banyak jenisnya, antara lain
perkembangan pada tumbuhan selalu auksin, giberelin, sitokini, asam absisat, gas
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Suhu etilen, asam traumalin, dan kalin.
juga mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal a) Auksin
yang diperlukan untuk pertumbuhan yang Hormon auksin merupakan senyawa
paling baik adalah suhu optimum, suhu kimia Indol Asetic Acid (IAA). Hormon
optimum berkisar antara 22-37 C. auksin diproduksi di bagian koleoptil ujung
tunas lalu diangkut oleh jaringan pembuluh
3. Kelembapan Udara angkut menuju tunas, selanjutnya tunas akan
Umumnya tanah dan udara sekitar yang tumbuh menjadi tunas bagian akar, batang
kurang lembab (airnya cukup) akan sangat dan daun. Hormon auksin sangat peka
baik atau cocok bagi pertumbuhan dan terhadap panas/sinar. Auksin akan rusak dan
perkembangan tanaman, karena pada kondisi justru akan menghambat terjadinya
seperti itu, tanaman menyerap banyak air dan pembelashan sel, sehingga pertumbuhan sel
penguapan (transpirasi) air semakin menurun, batang yang terkena sinar matahari akan
sehingga memungkinkan cepat terjadinya menjadi lambat dibandingkan dengan sel
pembelahan dan pemanjangan sel. jaringan pada sisi batang yang tidak terkena
sinar matahari. Auksin bekerja di tempat yang
4. Air dan Unsur Hara Tanah gela dan berhenti di tempat terang (etiolasi)
Air mutlak diperlukan tumbuhan. Fungsi Fungsi auksin : - Merangsang
air bagi tumbuhan adalah bahan pembentuk pembelahan sel
karbohidrat (dalam proses fotosintesis), - Menaikkan tekanan osmotic
sebagai pelarut garam mineral di tanah dan - Menaikkan permeabilitas sel terhadap air
sebagai pelarut senyawa-senyawa dalam sel. b) Sitokinin
Air juga sebagai medium/tempat reaksi Ada dua jenis hormone ditokinin yaitu
enzimatis zeatin (merupakan sitokini alami yang
terdapat pada biji jagung) dan kinetin yang
5. Nutrisi merupakan sitokinin buatan. Fungsi sitokinin
Harus mengandung unsur makro adalah merangsang pembelahan sel,
(C,H,O,N,K,S,Ca,Fe,Mg) dan unsur mikro mengahambat dominasi epical, merangsang
(B,Mo,Zu,Cu,Cl). pembentukan tunas, mempercepat
pertumbuhan memanjang, menunda
pengguguran daun, dan menghambat proses
penuaan.
Efek dari sitokinin berlawanan dengan
auksin pada tumbuhan. Contoh, jika sitokinin
banyak diberikan kepada tumbuhan, maka
akan banyak tunas, tetapi jika sedikit
diberikan pada tumbuhan maka akan tumbuh
banyak akar. Hal ini terjadi karena sitokinin
dapat menghentikan dominasi pertumbuhan
kumcup atas (apikal) dan merangsang
pertumbuhan kuncup samping (lateral)
c) Giberelin
Hormon giberelin secara alami terdapat
pada bagian tertentu tumbuhan yaitu pada
buah dan biji saat berkecambah. Giberelin
adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau
menyerupai hormone auksin. Fungsinya
adalah membantu pembentukan tunas/embrio,
menghambat perkecambahan dan
pembentukan biji. Contoh pada tanaman
kerdil.
d) Asam Absisat
Asam absisat merupakan hormone yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman
(inhibitor) yaitu bekerja berlawanan dengan
hormone auksin dan giberelin dengan jalan
mengurangi atau memperlambat pembelahan
dan pembesaran sel. Fungsi asam absisat
yaitu dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhan dan pemanjangan sel pada
daerah titik tumbuh, macam pengguguran
daun dan mendorong dormansi biji agar tidak
berkecambah.
e) Gas Etilen
Gas etilen adalah suatu gas yang
dihasilkan oleh buah yang sudah tua sehingga
buah menjadi matang. Fungsi etilen adalah
menyebabkan buah menjadi masak,
menyebabkan pertumbuhan batang menjadi
kokh dan tebal, dapat memacu pembungaan,
yang bekerja bersamaan dengan auksin dan
bersama giberelin dapat mengatur
perbandingan bunga betina dan jantan
tumbuhan berumah satu.
f) Asam Traumalin
Asam traumalin disebut juga hormone
luka/cambium karena hormone ini berfungsi
untuk memperbaikibagian tanaman yang
rusak/menghasilkan kalus.
g) Kalin
Merupakan hormone yang berfungsi
untuk memacu pertumbuhan organ tumbuhan,
di antaranya,
1) rhizokalin, dapat memacu pertumbuhan
akar;
2) kaulokali, dapat memacu pertumbuhan
batang;
3) fitokalin, dapat memacu pertumbuhan
daun;
4) anthokalin, dapat memacu pertumbuhan
bunga.
PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan tumbuhan
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan tanaman di antaranya adalah faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam yaitu termasuk persediaan cadangan makanan
dan kandungan hormon dalam biji, yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudah-
tidaknya atau cepat-lambatnya perkecambahan. Hal ini dapat dilihat dalam kasus biji rekalsitran
dan ortodoks. Beberapa faktor luar yang berpengaruh terhadap perkecambahan antara lain
temperatur, kelembapan, air, hormon, dan sinar matahari. Untuk proses perkecambahan banyak
di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi.
Menurut leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan
perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu
disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang
merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di
sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di
hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas.
Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
Cahaya memegang peranan yang sangat penting dalam perkecambahan biji dari beberapa
tanaman. Biji-biji yang untuk perkecambahannya sangat dipengaruhi cahaya dengan biji-biji
yang light sensitif. Kebanyakan biji-biji tanaman menjadi sensitif terhadap cahaya bila biji-biji
tersebut dalam keadaan basah. Pencahayaan biji-biji kering tidak efektif dalam menstimulasi
perkecambahan, tetapi pencahayaan biji-biji yang telah direndam air kesinar matahari langsung
dalam waktu 0,01 detik saja telah mampu memberikan pengaruh stimulasi perkecambahan biji.
Jadi di samping peranan cahaya, peranan airpun sangat penting dalam perkecambahan biji. Ini
disebabkan karena air mempunyai peranan yang sangat penting dalam reaksi-reaksi biokhemis
dalam biji selama proses perkecambahan.
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas
(kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
1. Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang
positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas
tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat
negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya). Biji positively photoblastic
yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah
menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang
bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini
dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
2. Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650
nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari
kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika
diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir
kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada
dalam 2 kondisi alternatif):
P650 : mengabsorbir di daerah merah
P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730
inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan.
Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali
menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan.
3. Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah.
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-biji itu
memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu kelihatannya perkecambahan yang dikendalikan
cahaya merupakan satu adaptasi tanaman yang tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya sendiri
memiliki suatu intensitas, kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya
terhadap fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas rendah,
tetapi sebagian memerlukan energi yang lebih besar
PENUTUP
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhi perkecambahan yaitu persediaan cadangan makanan dan
kandungan hormon dalam biji, yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudah-
tidaknya atau cepat-lambatnya perkecambahan. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan, air, hormon, dan sinar matahari.
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas)
cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
1. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang
tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum
sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20
persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat
itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah
maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan
penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002).
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen
(Blackman, dalam Sutopo, 2002).
b. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-
benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992,
Schmidt 2002).
c. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik
dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan
yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
2. Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan
jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi
tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80
sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen
(Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media
yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya
benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air
antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio
dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan
terbentuk protoplasma baru.
d. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana
presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh
berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai
akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan
laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996).
Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen
oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika
oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang
masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
e. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman
(Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas
cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo
(2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan
yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat
perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana
benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
f. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai
kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo,
2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.

Anda mungkin juga menyukai