Anda di halaman 1dari 10

MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PERMAINAN

SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMBELAJARAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
BAHASA INDONESIA KEILMUAN
yang dibina oleh Ibu Rizka Amaliah, M.Pd.

Oleh
Bifa Mega Rahmadani 160731614870
Febry Adi Susmianto 160731614923
Nevi Afriyanti 160731614951

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
April 2017
MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PERMAINAN
SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMBELAJARAN

1. PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai latar belakang dan
rumusan masalah yang berkenaan dengan problematika pembelajaran sejarah
dijabarkan secara spesifik.

1.1 Latar Belakang


Berbagai sistem dan kebijakan dilakukan pemerintah untuk meratakan
pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dengan menerapkan pergantian
kurikulum setiap periode. Surakhmad (2009:67) mengatakan bahwa “ketika
birokrat pendidikan memprioritaskan kurikulum diatas segala-galanya sebagai
kunci peningkatan kualitas pendidikan, unsur guru menjadi dinomor duakan”. Hal
ini menjadikan pemerintah kurang memperhatikan kualitas guru yang seharusnya
perlu ditingkatkan.
Dampak dari pergantian kurikulum adalah kebingungan di antara
guru/tenaga pendidik dan mengakibatkan lemahnya kualitas guru/tenaga pendidik
yang dibuktikan berdasarkan fakta menurut Sinyo A dan Ajat Sudrajat (Rabu,11
Mei 2016) yang melansir bahwa terdapat kendala-kendala guru sejarah dalam
menanamkan kesadaran khususnya sejarah. Ketidakseimbangan antara pengajar
dan pelajar menjadikan pembelajaran kurang kondusif.
Pada saat ini pembelajaran sejarah kurang optimal. Guru sering
menggunakan metode ceramah dikelas. Guru juga cenderung monoton dalam
menyampaikan materi dan hanya bertumpu pada lembar kerja siswa, bahkan
dalam penggunaan bahan ajar juga kurang menarik. Hal ini akan memberikan
dampak bagi para siswa dan berpengaruh terhadap perkembangannya.
Sebab-sebab dalam pelaksanaan pembelajaran yang kurang variatif dan
optimal memberikan beberapa dampak yang terjadi. Siswa menjadi malas dan
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Mereka merasa cepat jenuh dan
bosan sehingga tidak tertarik untuk mempelajari sejarah. Selain itu,
perkembangan siswa menjadi terhambat dari segi kemampuan. Oleh karena itu,
diperlukan metode yang tepat untuk mengoptimalkan pembelajaran.
Berdasarkan urgensi pembahasan, diperlukan solusi yang dapat mengatasi
kendala-kendala dalam pembelajaran sejarah. Beberapa solusi tersebut antara lain
(1)penggunaan metode pembelajaran berbasis permainan, (2)penggunaan
teknologi melalui pelatihan, (3)penggunaan media pembelajaran yang interaktif.
Dari ketiga solusi tersebut, penggunaan metode pembelajaran berbasis permainan
menjadi salah satu solusi yang diprediksikan efektif menanggulangi kendala
pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, dalam makalah ini dipilih judul Metode
Pembelajaran Sejarah Berbasis Permainan Sebagai Upaya Mengoptimalisasikan
Pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan
rumusan masalah dalam makalah.
1. Bagaimana Konsep Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Permainan?
2. Bagaimana Cara Penerapan Pembelajaran Sejarah Berbasis Permainan?
3. Apa Saja Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Sejarah Berbasis
Permainan?

2. BAHASAN
Berikut ini dijabarkan tentang rumusan masalah, dari mulai konsep
permainan, penerapan, sampai dampak kelemahan dan kelebihan metode
pembelajaran sejarah berbasis permainan.

2.1 Konsep Pembelajaran Sejarah Berbasis Permainan


Sejarah merupakan kejadian atau peristiwa yang berhubungan dengan
kehidupan manusia pada masa lampau. Sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu yang
mempelajari kehidupan masa lampau. Uraian tersebut dapat menggambarkan
bahwa pendidikan sejarah berguna untuk menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya sejarah dan membantu peserta didik menemukan identitas diri atau jati
dirinya. Kesadaran ini dapat dijadikan sebagai titik awal timbulnya rasa harga diri,
rasa bangga, dan rasa memiliki terhadap tanah air (Wiriaatmaja, 1992:67).
Permainan dapat dijadikan sebagai strategi pembelajaran yang bisa
menunjang kegiatan belajar. Tarwiyah (2011:1) menyatakan permainan
merupakan aktivitas bermain yang sudah menjadi suatu bentuk standar dan
berpola. Dengan sistem berbasis permainan peserta didik akan dapat
mengembangkan berbagai kreativitas yang ada pada diri mereka.
Penerapan metode pembelajaran berbasis permainan digunakan sebagai
alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Charner, Murphy,
dan Ford (2006:7) menyatakan ruang kelas yang diatur berdasar konsep sentra
pembelajaran mungkin terlihat kacau. Hal ini memunculkan metode pembelajaran
berbasis permainan, sehingga siswa dituntut mampu berkreativitas dan dapat
memahami pembelajaran khususnya di sejarah. Metode pembelajaran berbasis
permainan memiliki peran dapat menstimulasi perkembangan pola pikir anak
seperti mengasah empati melatih otak, dan daya tangkap pemahaman.
Permainan dalam sejarah merujuk pada melatih daya ingat dan membantu
berimajinasi, bahkan tidak menutup kemungkinan peserta didik dapat mengenali
langsung objek-objek sejarah yang dipelajari. Adakalanya sebuah objek
peninggalan sejarah dapat langsung dikenali dengan konsep permainan, sehingga
memudahkan para siswa untuk mngetahui peninggalan sejarah. Permainan ini
bertujuan agar peserta didik mudah memahami, berimajinasi dan mengasah
pengetahuan sejarah. Banyak sekali permainan tradisional yang bisa dimainkan
meskipun ada beberapa permainan yang memerlukan tempat khusus serta luas.
Permainan tradisional tersebut antara lain bermain kelereng, balap karung, gundu
lubang, gangsing, petak umpet, congklak, cici putri dan masih banyak lagi (
Ronie, 2010:1). Dalam memainkan permainan tradisional diperlukan kecekatan
dan kelincahan untuk melakukannya. Mereka yang sudah terbiasa sejak kecil
melakukannya pasti akan terasa mudah dan mengasyikkan karena sudah sering
bermain.
Bishop dan Curtis (dalam Iswinarti) (2010:5) mendefinisikan permainan
tradisional sebagai permainan yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya dengan catatan permainan tersebut baik, positif, dan memiliki nilai.
Permainan tradisional biasanya merujuk pada hopscoth (engklek), permainan
kelereng, lompat tali dan masih banyak lagi. Masih menurut Bishop dan Curtis
(2005), permainan tradisional diklarifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu
permainan yang syarat dengan muatan verbal, permainan yang syarat dengan
muatan imajinatif, dan permainan yang syarat dengan muatan fisik. Permainan
tradisional yang akan dikolaborasikan dalam pembelajaran sejarah adalah
permainan yang bersifat kelompok, imajinatif, dan sosial yang mampu
mengembangkan kecerdasan naturalnya. Adapun permainan yang menjadi fokus
dalam makalah ini adalah permainan yang mengandung unsur aturan dan
melibatkan lebih dari satu orang. Oleh karena itu, permainan tradisional sangat
sesuai dalam pembelajaran sejarah adalah permainan congklak.

2.2 Penerapan Pembelajaran Sejarah Berbasis Permainan


Berikut ini akan dijelaskan tentang tahap-tahap penerapan media
pembelajaran sejarah berbasis permainan tradisional yang bernama congklak.

2.2.1 Tahap Pengenalan Permainan


Permainan congklak merupakan permainan yang sudah lama berkembang
di Asia khususnya di daerah Melayu. Namun, di daerah jawa nama congklak lebih
sering disebut dengan dhakon. Lain halnya dengan daerah lampung, congklak
biasa disebut dengan dentuman lamban. Permainan tempo dulu ini manfaatnya
lebih positif jika dibandingkan dengan permaian anak-anak saat ini. Permainan
congklak selain mudah dalam pemakaiannya, harganya juga murah dan
terjangkau.
Bermain congklak juga dapat mengasah dan meningkatkan fisik dan
konsentrasi. Dalam permainan congklak hanya dibutuhkan ketelitian, kerja sama,
kejujuran, kecepatan dan belajar berhitung. Tanpa disadari ketangkasan dalam
bermain congklak akan meningkatkan kecerdasan pemainnya. Jika dilihat dengan
permainan di zaman sekarang terlihat lebih banyak hal negatifnya. Adanya
televisi, playstation ditambah lagi dengan game online. Hal yang seperti ini
membuat permainan tradisional semakin terlupakan dengan perubahan zaman.
Congklak terdiri dari dua jenis yaitu congklak terbuat dari kayu dan congklak
terbuat dari plastik.
Congklak terbuat dari kayu (dhakon) merupakan jenis congklak yang
pertama kali ada. Semua alat yang digunakan congklak kayu ini juga masih kuno
yaitu berupa biji-bijian untuk daerah perkebunan. Sedangkan untuk daerah
bebatuan biasanya menggunakan batu-batuan. Semakin berkembangnya zaman,
bertambah banyak pula macam mesin yang sudah tercipta. Dengan adanya mesin,
saat ini sudah tercipta pula congklak plastik. Alat yang digunakan congklak
plastik juga semakin canggih yaitu menggunakan cangkang kerang.
Masing-masing congklak mempunyai lubang yang sama, namun
berukuran berbeda. Congklak kayu lebih terlihat kualitasnya dibandingkan dengan
congklak plastik. Jika dibandingkan lebih dalam, bermain dengan congklak kayu
lebih asik dibandingkan dengan congklak plastik.

2.2.2 Tahap Pelaksanaan Permainan


Permainan congklak membutuhkan sebanyak dua orang dalam permainan
congklak ini serta posisi saling berhadapan dalam permainan ini seperti halnya
bermain catur yang dimainkan dua orang. Dalam pembagian kelompok
permainan, siswa harus membagi kelompok yang berjumlah dua sampai empat
siswa dalam setiap kelompoknya. Kebanyakan setiap kelas berjumlah tiga puluh
dua sampai tiga puluh enam siswa. Untuk memulai bermain congklak ini, butiran
biji yang akan diisikan dalam tiap-tiap kampung atau lubang lumbung ketujuh
lubang di isi butiran biji dengan sama rata serta lumbung besar "ibu atau rumah"
tidak berisi (kosong).
Cara bermain congklak di permainan ini akan dilakukan secara serentak.
Kedua pemain akan mengambil butiran biji congklak serta dimasukkan dengan
cara satu persatu biji congklak ke tiap-tiap 'kampung' menuju ke rumah masing-
masing mengikuti arah putaran jam, hingga salah seseorang berhenti di lubang
yang kosong maka dinyatakan mati. Rumah milik sendiri terdapat di lubang
paling ujung samping kiri pemain. Pemain lawannya lagi selalu jalan hingga dia
berhenti di lubang yang kosong. Setelah itu tiap-tiap pemain akan berjalan secara
bergilir hingga buah biji berhenti di lumbung yang kosong. Tiap-tiap pemain
bakal melanjutkan permainan hingga kehabisan biji congklak, serta pemain akan
mengisi lubang dengan biji yang ada dalam lubang ibu.
Pemain yang kekurangan biji akan ditutup lubangnya, dan pemain itu
diwajibkan mengangkat tangan, kemudian memberitahukan kepada pengajar agar
pengajar memberi pertanyaan berupa materi sejarah yang sedang dibahas,
kemudian peserta didik yang lain diwajibkan mendengarkan penjelasan dari
pemain yang kalah tadi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pengajar,
pemain yang menang akan mendapatkan giliran melanjutkan permainan tersebut.
Waktu pelaksanaan permainan disesuaikan dengan tingkatan lembaga pendidikan
yang diajar, setelah itu dilanjutkan evaluasi dalam pembelajaran sejarah.

2.3 Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Sejarah Berbasis Permainan


Berikut ini dijelaskan kelemahan dan kelebihan dalam proses penerapan
media pembelajaran sejarah berbasis permainan terhadap peserta didik.
Hafid (2015:52) menyatakan kelemahan permainan congklak diantaranya
para pengajar dan peserta didik belum tentu sudah mengenal permainan congklak.
Sejatinya permainan congklak berasal dari Jawa dan mestinya tidak semua orang
berasal dari sana. Bagi yang sudah berpengalaman untuk memainkan congklak
dianggap mudah. Tetapi bagi yang belum pernah melakukannya, hal ini dirasa
cukup sulit.
Media yang digunakan dalam permainan congklak ini mudah rusak.
Umumnya bahan yang digunakan berasal dari kayu atau plastik. Kayu jika tidak
dirawat lama kelamaan akan lapuk dan rapuh, sedangkan bahan dari plastik juga
cepat rusak karena mudah pecah dan tidak bisa digunakan dalam jangka waktu
yang lama.
Permainan congklak dianggap membosankan karena alur permainannya
hanya begitu-begitu saja. Para pelajar di jaman sekarang tidak seperti pelajar pada
jaman dahulu yang dapat menerima segala sesuatu dengan baik (Hafid, 2015:54).
Maksudnya pada masa itu belum terlalu banyak tuntutan yang menjadikan mereka
mudah berpaling. Sekarang semakin bertambah canggihnya teknologi menjadikan
pelajar menjadi mudah terkena arus dan mulai meninggalkan cara-cara yang
terkesan monoton. Mereka otomatis akan mudah bosan dan mencari inovasi baru.
Setiap kelemahan yang mendasari pasti ada kelebihan juga dalam suatu
proses. Congklak memiliki kelebihan yang diantaranya adalah dalam
menggunakannya tidak membutuhkan biaya yang besar karena permainan
congklak sangat bersifat tradisional. Menjalin rasa kebersamaan antara satu
dengan yang lain dan meningkatkan daya saing yang sportif antar siswa dalam
pembelajaran. Hal ini juga berfungsi untuk meningkatkan daya kreativitas siswa.
Mereka akan berpikir dalam menggunakan strategi untuk melakukan
permainan congklak supaya bisa mengalahkan lawan. Dalam kegiatan ini daya
pikir siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya dapat berjalan. Siswa
akan senang dalam belajar sejarah. Meskipun menggunakan permainan tapi tidak
mengurangi fungsinya sebagai media pembelajaran.

3. SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan informasi mengenai bahasan yang berkaitan dengan
pembelajaran sejarah, pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan.
3.1 Simpulan
Berdasarkan informasi spesifik yang dijelaskan pada bagian bahasan,
berikut ini disajikan tiga simpulan.
1. Konsep permainan sebagai pola dalam pembelajaran dapat menunjang
kreatifitas peserta didik khususnya dalam pembelajaran sejarah. Permainan dalam
sejarah dapat memberikan manfaat bagi peserta didik diantaranya meningkatkan
semangat belajar dan rasa keingintahuannya bertambah karena adanya pola
pembelajaran yang tidak seperti biasanya seperti kegiatan belajar yang
menggunakan metode ceramah.
2. Penerapannya lebih dominan dilaksanakan didalam kelas dan siswa akan
dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam permainan congklak, siswa dituntut
untuk mengasah dan meningkatkan fisik dan konsentrasi dalam bermain.
Disamping sebagai media pembelajaran, juga dapat melestarikan permainan
tradisional yang kini sudah mulai ditinggalkan.
3. Kelemahan menggunakan media permainan congklak adalah mudah
membosankan dan kelebihan media pembelajaran sejarah berbasis permainan
congklak yaitu lebih condong mengasah daya pikir siswa dari aspek kognitif,
afektif, dan psikomotoriknya dapat berjalan. Hal ini membuat siswa dapat lebih
aktif saat pembelajaran sejarah berlangsung, dan dapat sedikit mengatasi
permasalahan media pembelajaran yang kurang efektif.

3.2 Saran
Untuk mengatasi beberapa kelemahan dalam media pembelajaran sejarah
berbasis permainan sebagai upaya optimalisasi pembelajaran, berikut dipaparkan
beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu dengan cara lebih divariatifkan lagi
permainan tradisional congklak dengan permainan tradisional yang lain.
Diharapkan media pembelajaran berbasis permainan ini lebih di
kembangkan lagi, agar dapat terwujud pembelajaran yang sangat menyenangkan
dari kalangan siswa dan guru pendidiknya. Media permainan ini juga diterapkan
di sekolah-sekolah di Indonesia disamping sebagai media pembelajaran juga
sebagai alat melestarikan kebudayaan dalam hal permainan tradisional.
Daftar Rujukan

Barnadib, I. (1973). Dasar-Dasar Metode Sejarah Pendidikan. Yogyakarta:


Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta.

Iswinarti. (2010). Nilai-Nilai Terapiutik Permainan Tradisional Engklek untuk


Anak Usia Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

Surakhmad, W. (2009). Pendidikan Nasional Strategi & Tragedi. Jakarta:


Kompas Media Nusantara.

Tarwiyah, T. (2011). Pelestarian Budaya Betawi Permainan Anak Cici Putri dan
Ulabang/ Wak-Wak Gung: Kajian Kandungan Kecerdasan Jamak. Jakarta:
Jurusan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.

Wiriaatmaja, R. (1992). Peranan Pengajaran Sejarah Nasional Indonesia dalam


Pembentukan Identitas Nasional. Bandung: IKIP.

Wiyata, T. A., Panama, A. P., & Erina, Y. (2011). Analisis dan Perancangan
Game " The Proclamator". Jakarta: Universitas Bina Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai