Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial mengandung
ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk
meminimalkan terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu Unit Sterilisasi
yang berfungsi untuk membantu unit-unit lain di rumah sakit yang membutuhkan
alkes yang bersih, membantu menurunkan angka kejadian infeksi Healthcare-
associated infections (HAIs) di RS Wirabuana Palu.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan alkes di
rumah sakit.

Alat kesehatan di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan


alat kesehatan di setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan
kondisinya. Alur pengelolaan alat kesehatan cukup panjang, memburuhkan
pengelolaan khusus dan melibatkan tenaga kesehatan. Klasifikasi tersebut
terdiri penangung jawab dan operator. Untuk mendapatkan kualitas alat
kesehatan steril yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian
khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek
penggunaan bahan-bahan kimia.

Pusat sterilisasi/CSSD mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam


upaya pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya
Healthcare-associated infections (HAIs) RS Wirabuana Palu. Walau RS
Wirabuana Palu merupakan tipe C tetapi sangat penting untuk
pengelolaan/pelayanan sterilisasi yang terpusat dari seluruh unit/ruang pelayanan
kesehatan/keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak manajemen dalam meningkatkan
pelayanan Central Sterile Supply Department (CSSD) yang bermutu dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi RS Wirabuana Palu.

2. Tujuan Khusus

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 1


a. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan CSSD di RS
Wirabuana Palu Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau
Healthcare-associated infections (HAIs) di RS Wirabuana Palu
b. Dapat meningkatkan mutu pelayanan CSSD di RS Wirabuana Palu
c. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen RS Wirabuana
Palu dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur
Sterilisasi/CSSD.

C. Ruang lingkup pelayanan CSSD


Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi:
1. Perencanaan dan pengadaan
2. Dekontaminasi dan pencucian
3. Pengemasan dan pemberian tanda / etiket
4. Proses sterilisasi
5. Penyimpangan
6. Distribusi

CSSD RS Wirabuana Palu termasuk unit pelayanan di Bidang Penunjang Medis.


Pelayanan yang mampu memberikan standart pelayanan sterilisasi yang tinggi,
untuk mendukung peran rumah sakit. Pelayanan sterilisasi yang mampu
memberikan kebutuhan paket peralatan dan barang steril untuk unit Kamar
Operasi dan Keperawatan diantaranya: Ruang Rawat Inap, Ruang Rawat Jalan,
Unit Gawat Darurat, Unit Laboratorium, Unit Pelayanan Intensif, Unit Farmasi,
dan lain-lain.

D. Batasan oprasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu
dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi
rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik
dari sumber Buku Pedoman Unit Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-
sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang
terurai dalam buku ini.
 Unit Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf
dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan proses pencucian atau dekontaminasi, pengemasan,
sterilisasi dan penyimpangan serta distribusi alat atau instrumen medis
dari berbagai departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 2


satunya untuk memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah Sakit
yang terkait dengan pengendalian infeksi.
 Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan
minimal yang harus dimiliki Unit Sterilisasi Sentral yang meliputi
pemrosesan alat atau instrumen medis melalui dari dekontaminasi,
pembersihan, pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai dengan
pendistribusian alat atau instrumen medis yang sudah steril. Adanya
perencanaan kebutuhan bahan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-lain)
kemudian diproduksi, disteril dan didistribusikan ke seluruh unit
pelayanan yang membutuhkan maupun dijual untuk umum melalui Unit
Farmasi Rumah Sakit.
 Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi
dengan menggunakan uap bertekanan.
 Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin
sterilisasi uap berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H.
Bowie dan J. Dick.
 Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar
mikroorganisme atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi
sampai sterilisasi.
 Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia.
 Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu
mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten
terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk
menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
 Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang
menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan,
ditandai dengan adanya perubahan warna.
 Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain
pada mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
 Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
 Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.

E. Landasan hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 3


3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
4. Pedoman Unit Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004.
5. Pedoman Unit Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009.

BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 4


Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga di CSSD adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pola Ketenagaan Personil CSSD RSUD Mamuju Utara
Kualifikasi Tenaga
Nama Jumlah
yang Keterangan
Jabatan Formal Nor Formal Kebutuhan
Ada
Kepala Unit D3 - Cukup
Sterilisasi Keperawatan 1
Sentral
Pelaksana D3 - Belum
Dekontaminas Kebidanan 4 memadai
i dan Produksi
Pelaksana D3 - Belum
Sterilisasi dan Kebidanan memadai
2
Quality
Control
Pelaksana D3 - Belum
Store dan Kebidanan 2 memadai
Distribusi
7

Sumber daya manusia adalah pilar terpenting bagi CSSD di RS Wirabuana Palu
karena semua aktivitas dan capaian organisasi sangat ditentukan oleh kualitas
personil yang terlibat di dalamnya. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
melakukan edukasi dan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia secara
sistematis dan konsisten untuk mencapai visi tersebut.
Saat ini, CSSD RS Wirabuana Palu memiliki 4 (empat) personil yaitu kepala
CSSD dan 3 orang staf tenaga pelaksana.

Untuk kepentingan regenerasi dan pengembangan CSSD kami secara teratur


merekrut tenaga-tenaga muda yang berminat dan terpanggil hidup dan memiliki
minat akan CSSD setiap tahun jika diperlukan penambahan personil. Dalam
masa rekrutmen, RS Wirabuana Palu memiliki program ‘training job’ (masa
orientasi) guna membantu personil baru mengenal dan memahami visi, misi dan
aktivitas secara menyeluruh, sebelum yang bersangkutan diberi tanggung jawab.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Saat ini Kepala CSSD membawahi pelaksana Dekontaminasi dan Produksi,


pelaksana Sterilisasi dan Quality Control dan Distribusi(sementara digabung
karena keterbatasan tenaga) Unit CSSD terdiri dari 4 (empat) orang sesuai

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 5


dengan struktur organisasi. dalam hal ini kebutuhan tenaga masih kurang 1 (satu)
orang Pelaksana Dekontaminasi dan Produksi 1 (satu) Pelaksana Sterilisasi dan Quality
Control dan 1 (satu) orang Pelaksana Store dan Distribusi.

C. PENGATURAN JAGA
Pelaksana CSSD bekerja purna waktu yaitu dinas pagi dari pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB, dan dinas sore dari pukul 14.00 sampai dengan
pukul 21.00 WIB.
Petugas pagi sebanyak dua orang, petugas sore sebanyak satu orang,
Pada malam hari dan hari libur ada petugas on call jika dibutuhkan.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Terlampir

B. Standar fasilitas

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 6


Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi efisiensi
kerja dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam merencanakan
sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf sterilisasi sentral.
Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok
sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik dari semua unit-unti di
rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau bahan medik dalam
kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang
membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokmasi sterilisasi sentral
perlu diperhatikan.

a. Bangunan Unit Sterilisasi Sentral


Pembangunan Unit Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan
bangunan pada saat ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan
dimasa datang dan didesain menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan
ketentuan untuk rumah sakit.
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2.
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2.
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2.
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2.
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2.

b. Lokasi Unit Sterilisasi Sentral


Lokasi unit CSSD RS Wirabuana Palu berdekatan dengan ruangan Operasi
dan ruangan ICU. Standarnya Pemilihan atau penetapan lokasi yang tepat
berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi,
yaitu dengan meminimumkan risiko terjadinya kontaminasi silang serta
mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.

c. Pembagian dan Persyaratan Unit Sterilisasi Sentral


Pada prinsipnya desain Ruang Sterilisasi Sentral terdiri dari ruang bersih dan
ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, selain itu pembagian
ruangan disesuaikan dengan alur kerja Ruang Sterilisasi Sentral dibagi 6
ruang yaitu :
1. Ruang Serah Terima

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 7


Pada ruang ini terjadi proses serah terima alat kotor atau habis pakai dari
ruang perawatan, rawat inap, rawat jaln, unit penunjang dan kamar
operasi untuk diserahkan kembali ke petugas sterilisasi.
2. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi dan pembersihan Ruang
Dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk
mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi
pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan
hal-hal berbahaya lainnya.
a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme
dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan
bioburden dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah
didekontaminasi, alat-alat yang siap disterilkan dan bahkan yang
sudah disterilkan. karenanya, sistem ventilasi harus didesain
sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :
- Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai
filter.
- Diganti 10 kali dalam 1 jam.
- Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan
lainnya.

b) Suhu dan Kelembaban


Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan
juga kenyamanan pekerja di ruang dekontaminasi Suhu dan
kelembaban yang direkomendasikan adalah :
- Suhu udara antara 180C – 220C.
- Kelembaban udara antara 35 % - 75 %.

c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-
alat pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya.
Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan
sampah dan transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik
yang dapat maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga
yang berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya
mencakup.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 8


- Setidaknya sekali sehari dipel.
- Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi
sink/tempat mencuci, meja kerja dan peralatan.
- Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumpahan darah
dengan desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
- Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding,
langit-langit, ventilasi AC dan fixture lainnya (lampu, sprinkler,
ducting, exhaust fan dan sebagainya).
- Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan
sebagainya).
- Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang
kotor diganti.
- Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.
3. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya sudah
didekontaminasi dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan bahan
dispossible (kasa, kapas, dan lain-lain) untuk diolah menjadi bahan siap
pakai sesuai kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Unit Kamar
Operasi melainkan digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat jalan
dan rawat inap .
4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa,
kapas, dan lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering)
dan steam (uap / autoclave).

5. Ruang Penyimpanan (Store)


Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Di ruang ini
penerangan harus memadai, suhu antara 180C 0 220C dan kelembaban
udara antara 35 % - 75 % ventilasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi filtrasi partikel antara 90 – 50 % (untuk partikular
berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan
yang halus, kuat sehingga mudah diberrsihkan, item steril disimpan pada
jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta
5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat
westafel atau saluran pipa lainnya. akses ke ruang penyimpanan steril,

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 9


dilakukan oleh petugas sterilisasi sentral yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas
dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi.

6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang
sudah steril, seluruh unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang, dan
kamar operasi yang membutuhkan alat atau bahan steril dapat dipinjam
ke Unit sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.

d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual
dari produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah
pengukur suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi
ulang harus dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami
perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya
terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin
sterilisasi dilakukan minimal sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Departeman Kesehatan atau agen
pemegang merek alat.

e. APD (Alat Pelindung Diri)


Unit CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti skort legan
panjang yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala,
masker “high filtration”, dan “tight fitting” google, khususnya dipakai oleh
staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan atau
kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya.
harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan
penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan
makser, dan google harus dilepaskan saat meninggalkan ruang
dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan google harus dicuci
setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus di laundry setelah setiap
pemakaian

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 10


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGERTIAN
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi/ Healthcare-associated infections (HAIs).
Fungsi Pusat Sterilisasi/CSSD adalah : menerima, memproses, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di RS
Wirabuana Palu untuk kepentingan perawatan pasien.

B. PRINSIP DASAR OPERASIONAL

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 11


Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baiknya dengan bekerjasama
dengan unit lainnya yang ada di RS Wirabuana Palu di dalam memenuhi
kebutuhan alat/bahan yang steril.
1. Tujuan Pusat Sterilisasi
a. Membantu unit lain di RS Wirabuana Palu yang membutuhkan kondisi
steril, untuk mencegah terjadinya infeksi.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi Healthcare-associated infections (HAIs).
c. Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi
pada pelayanan terhadap pasien.
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk
yang dihasilkan.
2. Tugas CSSD
a. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
b. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,
kamar operasi maupun ruangan lainnya
d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan
efektif serta bermutu
e. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf Unit pusat
sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern
g. Mengevaluasi hasil sterilisasi

C. PENATALAKSANAAN PELAYANAN PENYEDIAAN BARANG STERIL:


1. Penerimaan Alat/Bahan
Menerima alat/bahan yang akan disterilkan dari unit-unit lain yang ada di RS
Wirabuana Palu kemudian dikemas serta diberi label/tanda, kemudian dicatat
di buku sterilisasi alat untuk disterilisasikan.
2. Pencucian
CSSD di RS Wirabuana Palu hanya mengelolah alat-alat/instrument kritikal
bekas pakai operasi dicuci bersih dengan desinfektan, kemudian direndam
dengan larutan desinfektan dalam waktu yang cukup lama untuk terjadinya
penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-deaktivasi sel-sel patogen. Mencuci
bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan
hampir semua partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan dari
semua alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi dan

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 12


sterilisasi.Alat/instrumen kritikal bekas pakai tindakan luka di unit lain selain
unit operasi dicuci bersih oleh petugas ruangan pelayanan keperawatan
dengan desinfektan.
3. Pengemasan dan Pemberian Label/Tanda
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk material yang tersedia untuk
fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas dan
menampung alat-alat yang pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan
dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama.
Setelah alat/instrument dikemas diberi label/tanda (nama ruangan, tanggal
steril, alat yang disterilkan).
1.Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan:
- Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya
- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi
2.Persyaratan Bahan Pengemas:
1) Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan
proses sterilisasi yang dipilih
- Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi,
kelembaban, tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
- Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar.
- Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
2) Dapat Menahan Mikroorganisme dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas
dan melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber-sumber
kontaminasi mikroba mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari
mesin sterilisasi, sampai kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya,
bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu, juga dapat menahan
masuknya debu dan terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
3) Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama
proses sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan
tusukan, tidak boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembapan

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 13


udara. Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan
kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau
melekat satu sama lain jika ditumpuk, dan segel tidak tidak boleh
terlepas.
4) Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus
sesuai dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas, dan harus
membungkus alat rapat-rapat.
5) Tidak mengandung Racun
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna
yang bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap
pekerja, atau yang luntur jika terkena sterilan. Sebaliknya, bahan-
bahan pakai ulang yang sudah di Unit Laundry atau kotak kontainer
pakai ulang harus bebas dari detergen bahan pemutih, atau bahan
kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap sehingga
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau menimbulkan
perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
6) Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga
sterilitas. Pembungkus datar dapat disegel dengan indicator tape
atau diikat dengan tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi
plastik dan kertas, atau kertas saja harus disegel dengan segel panas
atau tape. Kantong bersegel harus disegel sesuai instruksi produsen.
Kotak kontainer sterilisasi biasanya disegel dengan pengunci tahan
hancur. Saat membuka kemasan, semua metode segel harus rusak
dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan.
7) Membuka dengan Mudah dan Aman
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan resiko kontaminasi
yang minimum, misalnya karena alat terjatuh, dan memungkin
perpindahan alat secara aseptik ke area yang steril. Kadang kala
pembungkus datar dipakai sebagai duk. Jika demikian, bahan yang
dipakai harus mempunyai ukuran yang cukup besar untuk menutupi
area operasi (drape), harus fleksibel dan menggantung dengan baik
dan tidak boleh menggulung sehingga menyebabkan kontaminasi
pada isinya.
8) Masa Kadaluarsa

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 14


Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak
bergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut. Jika terjadi kerusakan pada kemasan/masa
kadaluarsa maka dilakukan re call.
9) Tipe-tipe Bahan Kemasan Kertas
Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian
kertas disebabkan karena duk kain dan handuk tidak tentu kapan
kembalinya dari Unit Laundry kemungkinan terjadinya berbulu
pada kain. Juga ada keraguan pada kemampuan kain menahan
bakteri, sehingga dicari alternatif bahan pembungkus lainnya.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
- Harus tidak tembus air
- Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi ( sangat sukar
dirobek)
- Harus merupakan penahan bakteri yang baik
- Harus bebas dari bahan beracun

10) Kain (linen)


Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-
nampan operasi. Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah,
kuat, pelindung yang cukup yang baik, mudah digunakan, dan
sangat baik untuk duk. Kelemahannya:
- Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
- Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai
kain yang baru di Unit Laundry
- Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan
lainnya
- Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan
spesifikasi 140 thread count, dan harus dipakai 2 lembar.
- Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat
dari muslin yang di bleach.
- Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit
menyerap uap.
3. Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
- Nama alat-alat yang akan dikemas

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 15


- Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-
alat, sesuai instruksi produsen dan spesifikasinya.
- Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
- Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
- Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
- Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan
internal, sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses
sterilisasi
- Metoda atau teknik mengemas.
- Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
- Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
- Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot,
tanggal, dan identifikasi pekerja yang menyiapkan
- Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
- Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan,
dan penanganan setelah proses sterilisasi.
- Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk
distribusi ketempat pemakaian.
- Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi, misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan
dan penanganan kemasan steril; inspeksi segel, dan metode
yang tepat untuk membuka alat-alat steril.

4. Pengoperasian alat sterilisasi


a. Sterilisasi Uap basah (Autoclave )
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa
sterilisasi uap, terjadi juga proses penghisapan. Karenanya, bahan
kemasan harus memudahkan pelepasan udara secara total tanpa
mengganggu bentuk kemasan dan segelnya, Bahan kemasan juga harus
mudah kering dan memudahkan pengeringan isinya.
Proses penyeterilan alat/bahan di rumah sakit menggunakan metode
sterilisasi autoclsve, sterilisasi ozone.
Cara Kerja :
1) Tekan tombol main (lampu merah akan menyala)

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 16


2) Lampu tanda pengisian air dan pemanasan/water/kaeting akan
berbunyi apabila kekurangan air
3) Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam
autoklaf. Jika air kurang dari batas yg ditentukan,maka dapat
ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi,
untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
4) Lampu tanda pengisian air dan pemanasan/water/kaeting akan
berbunyi apabila kekurangan air
5) Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup
ulir,maka tutup hrs dikendorkan.
6) Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar
tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman
jagan dikencangkan terlebih dahulu.
7) Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit
pada suhu 121°C.
8) Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi
kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman.
Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu
sampai selesai. Penghitungan waktu 15' dimulai sejak tekanan
mencapai 2 atm.
9) Jika alrm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam
kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di
lingkungan (jarum pada pressure gauge menunjuk ke angka
nol).Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.
b. Sterilisasi uap kering (Autoclave kering)
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu
yang diperlukan untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar,
atau rusak.

Cara kerja :
1) Masukkan ke dalam sterilizer alat-alat/barang yang akan di
sterilkan
2) Tutup pintu sterilizer
3) Letakkan bahan kritikal di bagian bawah dan non kritikal di
bagian atas

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 17


4) Tekan tombol main sehingga tampak lampu berwarna orange
dan merah
5) Timer dan temperatur sudah disesuaikan dan akan secara
otomatis tersterilisasi
6) Kemudian akan tampak lampu berwarna hijau bila sudah
dilakukan sterilisasi
c. Proses Sterilisasi
Setelah alat dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam
mesin sterilisasi yaitu mesin autoclave.
Proses pemberian indikator internal dan eksternal
Alat/bahan yang sudah di sterilkan harus diletakkan indikator internal
dan eksternal yang dibutuhkan. Indikator internal dimasukkan ke
dalam alat sebelum disterilkan dan indikator eksternal ditempelkan di
luar linen yang digunakan untuk membungkus alat.

5. Penyimpanan dan Distribusi


Alat/bahan yang sudah disterilkan oleh CSSD kemudian disimpan di
lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit yang
membutuhkan alat/bahan dalam kondisi yang steril.
6. Pencatatan dan Pelaporan
Alat/bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, tanggal dan
petugas/perawat yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan
pelaporan sterilisasi.

7. Proses Kalibrasi alat


Alat/mesin pensteril (Autoclave) dilakukan uji kalibrasi setiap tahun oleh
pihak ketiga dan hasilnya dibuktikan dengan adanya sertifikat.

ALUR KEGIATAN STERLISASI ALKES DI CSSD RS WIRABUANA


PALU

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 18


Tidak
Steril?

Ya

Keterangan
Ruang Kotor
Ruang Bersih
Ruang Steril
D. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL
STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis
yang steril, namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan
harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-
benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang
ketat.

Kontrol kualitas sterilisasi


Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang
disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara
melakukan kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Nmaun cara
ini tidak praktis dan sangat mahal. Untuk itu Unit CSSD RS Wirabuana Palu
dilakukan monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk memberikan jaminan
bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam prosesnya sudah dipenuhi
dengan baik.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 19


Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :
1. Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa
nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus
keberapa dari mesin sterilisasi.
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya
melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot, informasi
umum kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya), waktu
pemaparan dan suhu (jika belum tercatat oleh mesin sterilisator), nama
operator, data hasil pengujian biologi, data respon terhadap indikator kimia
dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
3. Waktu kedaluarsa
Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu
kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu kedaluwarsa
tidak tergantung pada waktu, melaikan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut.
4. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa
kondisi alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi
sterilisator dilakukan setiap tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik
sterilisator panas kering maupun sterilisator autoclave.

Jenis-jenis Indikator Sterilisasi


1. Indukator Mekanik.
Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu
maupun tekanan yang menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik.
2. Indikator Kimia
Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang
disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Ada 2 macam :
- Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi untuk
memberikan bukti visual bahawa benda atau alat sudah melawati proses
sterilisasi, dan sebagai segel dan pengaman kemasan. Aakan tetapi tidak

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 20


membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam ke dalam bagian dalam
kemasan.
- Indikator internal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian kemasan
yang paling sulit di capai sterilan. Perubahan warna menunjukan kemasan
telah melawati proses sterilisasi.

3. Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan
terukur dalam proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerjanya adalah mensterilkan
spora hidup yang non pathogenik dan resisten dalam jumlah tertentu. Jika
pada akhir proses, spora itu mati, dapat diasumsikan bahwa benda lain yang
kita sterilkan telah steril juga.

Di RS Wirabuana Palu dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi dengan


menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik
serta indikator Biologi. Dan secara periodik setiap enam bulan sekali
dilakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk
menilai mutu akhir dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam
penyimpanannya.

BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


Pengertian :
Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah permintaan alat
kesehatan yang pemakaianya tidak mendapat ganti dari Unit Farmasi. Agar
ketersediaan alat atau bahan selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu
untuk meminta persediaan ke Unit Farmasi atau Gudang dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Petugas Unit membuat SPB (surat permintaan barang) ke bagian
pengadaan.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 21


2. Kepala Unit menanda tangani SPB tersebut.
3. Kemudian di catat di buku register SPB, dan SPB di berikan ke bagian
pengadaan barang, dan tinggal menunggu proses realisasi barang.
4. Petugas Unit saling mengecek barang yang sudah terealisasi dengan
menanda tangani pada buku ekspedisi SPB, petugas Unit tanda tangan
pada kolom unit peminta sedangkan pengadaan tandatangan pada kolom
penyerahan.
5. Petugas Unit mencatat pada barang pada buku inventaris.

B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan


Pengertian :
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai
kebutuhan saat itu sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus
diganti karena keausan.
- Tujuan :
Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar
peralatan digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat
mengikuti perkembangan teknologi kedokteran sehingga menunjang
kelancaran pelayanan. Jadual kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan
disampaikan dalam Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit.
- Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah
tidak dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan
dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis
dan Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan
penggantian peralatan ke Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai
perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai
perkiraan biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Unit menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barang serta berita acara penerimaan dari tim penerima
barang dan mencatat dalam buku inventaris.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 22


Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 23
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat dirumah sakit.Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien
namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama dirumah sakit ini berarti pasien
membayar lebih mahal.

A. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PASIEN

Petugas Unit Sterilisasibertanggung jawab terhadap pencegahan kecelakaan pada


pasien sehubungan dengan alat/instrumen yang digunakan. Melakukan proses
dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril
secara aseptik dan sesuai SOP yang ditetapkan merupakancara terbaik mencegah
terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum
diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi atau
penundaan tindakan. Alat terkontaminasi atau on-steril apabila digunakan pada
pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran Tindakan Aman


a. Setiap melakukan kegiatan di Unit Sterilisasilakukan kebersihan tangan
b. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan.
c. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan
barang/alat.
d. Pastikan bahwa barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada
saat transportasi menuju ruang dekontaminasi.
e. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
diuji secara teratur dan dijamin dengan baik.
f. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan lengkap
dan berfungsi secara normal.
g. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi
udara dalam chamber.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 24


KETERKAITAN UNIT STERILISASI DENGAN KESELAMATAN PASIEN

Kebersihan Tidak menjaga kebersihan Keselamatan pasien


tangan tangan

Proses Melakukan Dekontaminasi


Keselamatan pasien
Dekontaminasi Tidak sesuai SPO

Proses -Human Error Keselamatan pasien


Strerilisasi -Mekanik
-Kesalahan-kesalahan
pengelolaan peralatan
medis

Penyimpanan - Ruang Penyimpanan Keselamatan pasien


dan Distribusi tidak standar
Peralatan Steril - Transportasi yang tidak
benar

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 25


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. ALAT PELINDUNG DIRI


Untuk melindungi petugas dari kontaminasi, petugas Unit Sterilisasi harus
dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan panjang yang tahan
terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan kaca mata pelindung,
khususnya untuk staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan cipratan atau
kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus
ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan sepatu tahan
air.Masker dan kaca mata pelindung harus dilepas saat meninggalkan ruang
dekontaminasi.Sarung tangan, gaun pelindung dan kaca mata pelindung harus
dicuci setiap hari.Alat pelindung yang dipakai ulang harus dicuci setelah setiap
pemakaian.

B. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PETUGAS

Pada dasarnya kecelakaan kerja dapat dihindari dengan mengetahui potensi


bahaya yang dapat ditimbulkannya.Semua petugas Unit Sterilisasi mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan di lingkungan Unit
Sterilisasisecara aman, sehingga semua petugas harus mengetahui potensi bahaya
dari pekerjaan yang dilakukannya.

1. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Kontaminasi


Bahaya paparan darah dan cairan tubuh lainnya, maupun zat kimia di
lingkungan Unit Sterilisasi dapat mengakibatkan luka dan penyakit. Upaya
pencegahan dapat dilakukan secara efektif menggunakan pelindung diri:
sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker,
maupun kaca mata pelindung. Seluruh petugas Unit Sterilisasi bertanggung
jawab untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri
secara benar.

Saran Tindakan Aman


a. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminsi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pandangan terhadap alat-alat,
lalu pindahkan alat/instrumen satu per satu. Pada saat transportasi,

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 26


pastikan agar bagian runcing dari instrumen mengarah berlawanan
terhadap tubuh kita.
c. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, silet) ke dalam wadah tahan
tusukan, jangan pada tempat sampah biasa.
d. Ikuti petunjuk pabrik mengenai penggunaan zat kimia secara aman dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah paparan zat kimia terhadap
kulit dan membrana mukosa (selaput lendir) yang dapat menyebabkan
luka bakar kimia.
e. Berhati-hatilah apabila mendekati area yang berair (area dekontaminasi
dan pencucian), pastikan lantai tidak licin.
f. Pada waktu mencuci instrumen di dalam bak, gosoklah instrumen di
bawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat
terhirup.

2. Proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
yang telah mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi yang benar, sehingga kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya penyediaan barang steril lebih
terjamin.

Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun selaput lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan zat
kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (misalnya
sterilisator uap, sterilisator panas kering).Selain itu juga dapat terjadi luka
pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga diperlukan alat pelindung mata.

Saran tindakan aman


a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani obyek bersuhu
tinggi.
b. Hati-hati pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotong kantong
sterilisasi (pouches).
c. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas
terlatih.

C. PENANGANAN ZAT-ZAT KIMIA DI PUSAT STERILISASI

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 27


Penanganan zat-zat kimia di Unit Sterilisasi Sentral sangat perlu diperhatikan
mengingat banyak zat kimia yang digunakan bersifat toksik. Apabila penanganan
tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas sterilisasi
itu sendiri maupun pasien. Berikut ini zat kimia yang ada di Unit Sterilisasi
Sentral :
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alkohol (60% - 90%) di gunakan sebagai
densifektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal,
fungisidal, dan virusidal.

 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.

2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya
digunakan sebagai densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).

 Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5 g/kg BB
Akut : 2 – 3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat, 10-20 ppm susah nafas, batuk, terasa panas
pada hidung dan tenggorokan, 50 – 100 ppm iritasi akut
saluran pernafasan.
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsiogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada
wanita, percikan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 28


berat sampai dengan menetap, kornea buram dan buta.
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai
mual, muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.
Kontak kulit : Iritasi kulit
Kontak mata : Iritaasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta.

 Tindakan pertolongan

1. Bawah korban ke ruangan dengan nsirkulasi udara baik


2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penata laksanaan sirkulasi

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena
secara perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan
dan buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum,
untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 29


3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksible dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.

3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya dan jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

 Bahaya terhadap kesehatan


1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena
secara perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan
dan buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 30


 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum,
untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksible dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk steril dan harus ada
jaminan barang yang telah disterilkan benar-benar steril.maka harus dilakukan
monitor proses sterilisasi untuk memberi jaminan bahwa parameter yang ditentukan
dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Selain itu, juga harus dilakukan

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 31


evaluasi mutu hasil sterilisasi untuk mengetahui apakah barang/alat yang disterilkan
sudah betul-betul steril.

Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe pre vacuum
yang perlu dipantau antara lain:
1. Thermocouples,
2. Uji kebocoran (leak rate test),
3. Uji pengosongan udara (tes Bowie-Dick)
4. Pencatatan suhu (thermograph),
5. Indikator kimia pada kemasan,
6. Indikator Biologis (Bacillus stearothermophilus)

A. KONTROL KUALITAS STERILISASI

Kontrol proses sterilisasi yang ketat memberi jaminan bawa peralatan medis
yang kita sediakan adalah benar-benar sterildengan melakukan kultur atau uji
sterilitas setiap produk yang disterilkan. Tapi cara ini tidak praktis dan mahal,
maka solusinya perlu dilakukan Monitoring Proses Sterilisasi, yatu memonitor
proses sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang
ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik

Hal-Hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas :


 Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap kemasan yang disterilkan harus
mencantumkan identitas berupa nomot lot yang mencakup : nomor mesin
sterilisasi.
Tanggal proses sterilisasi dan keterangan siklus keberapa dari mesin
sterilsasi.
Alasan : Identifikasi ini akan memudahkan pada saat diperlukan melakukan
Recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah didistribusikan.
 Data mesin Sterilisasi
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan
a. Nomor lot
b. Informasi umum kemasan ( linen, instrumen )
c. Waktu pemaparan dan suhu ( kalau belum tercatat oleh mesin
sterilisasi
d. Nama Operator
e. Data hasil pengujian biologis
f. Data respons terhadap indikator kimia
g. Data hasil uji Bowie-Dick

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 32


 Waktu Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan
waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok

B. MONITORING PROSES STERILISASI

Monitoring proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan indikator


sterilisasi.
Jenis-jenis Indikator Sterilisasi:
1. Indikator Mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti
gauge, tebel, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan
apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Pengukuran suhu dan tekanan
merupakan fungsi penting dari sistem monitoring. Bila indikator mekanik
berfungsi dengan baik, akan memberikan informasi segera mengenai suhu,
tekanan, waktu dan fungsi mekanik lain dari alat. Karena bersifat mekanis,
maka bila tidak dilakukan kalibrasi alat dengan tepat atau pemakaian yang
terlalu sering dapat memberikan informasi yang tidak tepat.
2. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek
yang disterilkan yang ditandai dengan adanya perubahan warna.Indikator
kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu, vial).Yang
dipakai di Unit Sterilisasi berupa tape.Indikator ini memberikan informasi
kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack basis), sehingga selain
digunakan di luar, ada juga yang diletakkan di dalam kemasan.
Klasifikasi indikator kimia:
a. Kelas 1: indikator eksternal dan indikator internal
Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape
Berbentuk tape (pita), dan digunakan di bagian luar setiap kemasan.
Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini memberi informasi:
 Bahwa bagian luar kemasan telah melewati proses sterilisasi.
 Membedakan antara benda yang sudah dan belum disterilkan, dan
 Berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan.
Indikator internal, contoh: Comply (3M)
Indikator ini berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam tiap
kemasan. Melalui perubahan warna yang terjadi, indikator ini memberi

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 33


informasi bahwa benda dalam kemasan telah melewati proses
sterilisasi, yang berarti pula sterilan telah
berpenetrasi ke dalam kemasan.

b. Indikator Bowie-dick
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam
ruang sterilisasi.Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi
uap panas yang menggunakan sistem vakum.Bila alat sterilisasi sudah
dilengkapi dengan perangkat untuk menguji kebocoran udara, maka
tidak perlu lagi dilakukan tes Bowie-Dick.

Tes Bowie-Dick dilakukan dengan Bowie-Dick dengan kemasan


kertas dan dalam kemasan tabung. Lembar tes Bowie-dick diletakkan
di tengah-tengah kemasan. Kemasan uji dimasukan dalam sterilisator
yang kosong, tepatnya di bagian depan bawah, di atas drain. Kemudian
dilakukan sterilisasi pada suhu 132oC-134oC selama 3,5-4 menit
(perhitungan waktu mulai dilakukan saat suhu menunjukkan 132oC).
Setelah selesai, lembaran tes dievaluasi. Hasil yang baik ditandai
dengan perubahan warna dari putih menjadi hitam merata.Bila warna
tidak merata, maka diduga masih ada udara yang tertinggal dalam
ruang sterilisasi yang berarti kerusakan pompa vakum dari alat.

Indikator kimialainnya meliputi indikator kelas 3 (Indikator single


parameter), kelas 4 (Indikator multiparameter), kelas 5 (Integrator),
dan kelas 6 (Emulgator)tidak dilakukan di Unit Sterilisasi RS
Wirabuana Palu karena tidak direkomendasikan oleh berbagai
organisasi (AAMI, AORN, CDC, JC) sebagai bagian dari program
jaminan sterilitas.

3. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol
dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora hidup
yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila
selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka diasumsikan bahwa

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 34


mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang disterilkan bisa
disebut steril. Indikator biologi tersedia untuk metode sterilisasi uap panas,
gas etilen oksid dan panas kering.

Indikator biologi yang digunakan adalah ampul Attest. Ampul dimasukkan


pada bagian tengah kemasan uji. Kemasan uji tersebut diletakkan pada
bagian depan bawah di atas drain, bersama barang lain yang akan
disterilkan. Lakukan sterilisasi sesuai suhu yang diinginkan.Setelah
sterilisasi selesai, indikator diaktifkan (ampul dipecah), kemudian
dimasukkan dalam inkubator (suhu 57oC selama 24-48 jam). Bila selama
proses sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi perubahan warna
(tetap berwarna ungu). Ini berarti proses sterilisasi telah tercapai.
Sebaliknya bila spora dapat bertahan maka dalam media pertumbuhan akan
terjadi pembentukan asam yang dapat mengakibatkan perubahan warna.
Sampai saat ini indikator biologi merupakan referensi dasar untuk
menentukan tercapainya kondisi steril.

C. MONITORING MUTU HASIL STERILISASI


1. Uji sterilitas dengan pembiakan/kultur
Di RS Wirabuana Palu mutu hasil sterilisasi dilakukan dengan cara
pembiakan/kultur yang dilakukan tiap 6 bulan sekali. Bahan uji meliputi
instrumen, kassa kain tenun dan selang yang telah disterilkan. Bahan
tersebut dikirim ke Labkesda untuk dilakukan pembiakan.Apabila tidak
tumbuh kuman maka kualitas hasil sterilisasi dikatakan baik. Hasil kultur
dilaporkan kepada direktur.

2. Surveilans kejadian infeksi luka operasi


Salah satu dampak terpenting akibat mutu hasil sterilisasi yang kurang baik
adalah terjadinya infeksi luka operasi, oleh karena itu salah satu cara
memonitor mutu hasil sterilisasi adalah dengan memantau terjadinya kasus
infeksi luka operasi. Pemantauan dilakukan setiap hari pada semua pasien
paska operasi.Yang dipantau adalah ada/tidaknya gejala/tanda infeksi luka
operasi sesuai kriteria diagnosis infeksi luka operasi

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 35


BAB IX
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi di unit sterilisasi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit
sterilisasi saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di RS
Wirabuana Palu. CSSD mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya
pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya Healthcare-associated
infections (HAIs) RS Wirabuana . Sterilisasi adalah proses penghancuran semua
mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi/HAIs.

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 36


Fungsi CSSD adalah : menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta
mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di RS Wirabuana Palu untuk
kepentingan perawatan pasien.
Mengungat bahwa barang medis steril merupakan hasil akhir dari suatu proses
sterilisasi yang dilaksanakan dengan sistem secara utuh maka perlu menjadi perhatian
bagi semua komponen yang ada di RS Wirabuana PAlu dalam hal :
1. Prinsip bangun Sterilisasi sentral (CSSD) harus berpedoman kepada
perpindahan barang satu arah
2. Pemilihan dari barang baku atau bahan pengemas yang akan disterilkan harus
jaminan mutu, tepat dan dapat mempertahankan nilai sterilitas yang telah
dicapai
3. Pemilihan metode sterilisasi harus disesuaikan dengan spesifikasi barang yang
akan di sterilkan apakah suhu tinggi atau rendah
4. Kontrol kualitas harus dilakukan sebelum proses dalam proses dan sesudah
proses di setiap tahap kegiatan
5. Penyimpanan barang steril harus diarea steril disusun pada rak khusus
6. Distribusi barang medis steril dan penempatan di unit pemakai
7. Penggunanaan barang medis steril di unit pemakai harus dalam kondisi
kontaminasi yang minimal.
8. Produk atau hasil akhir dari aktivitas fungsional sterilisasi sentral adalah barang
medis steril jadi pengertian steril adalah mutlak, tidak ada setengah steril atau
agak steril yang ada steril atau tidak steril

Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan sterilisasi di


CSSD RS Wirabuana Palu Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf,
pasien dan pengunjung RS Wirabuana Palu , sehingga dapat merubah perilaku yang
sehat, penyiapan sarana dan prasarana PPI di CSSD. Upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga
memerlukan dukungan penuh dari managemen rumah sakit.

Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi CSSD RS


Wirabuana Palu lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Ditetapkan di : Palu
Pada Tanggal : Januari 2017
Kepala RS TKIV.13.07.01 Wirabuana

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 37


dr. Dudy Kusmartono.Sp.B
Mayor Ckm NRP 11010016080375

Pedoman Pelayanan CSSD RS Wirabuana Palu 38

Anda mungkin juga menyukai