Pedoman Pelayanan CSSD
Pedoman Pelayanan CSSD
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial mengandung
ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk
meminimalkan terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu Unit Sterilisasi
yang berfungsi untuk membantu unit-unit lain di rumah sakit yang membutuhkan
alkes yang bersih, membantu menurunkan angka kejadian infeksi Healthcare-
associated infections (HAIs) di RS Wirabuana Palu.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan alkes di
rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak manajemen dalam meningkatkan
pelayanan Central Sterile Supply Department (CSSD) yang bermutu dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi RS Wirabuana Palu.
2. Tujuan Khusus
D. Batasan oprasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu
dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi
rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik
dari sumber Buku Pedoman Unit Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-
sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang
terurai dalam buku ini.
Unit Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf
dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan proses pencucian atau dekontaminasi, pengemasan,
sterilisasi dan penyimpangan serta distribusi alat atau instrumen medis
dari berbagai departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah
E. Landasan hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
BAB II
STANDART KETENAGAAN
Sumber daya manusia adalah pilar terpenting bagi CSSD di RS Wirabuana Palu
karena semua aktivitas dan capaian organisasi sangat ditentukan oleh kualitas
personil yang terlibat di dalamnya. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
melakukan edukasi dan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia secara
sistematis dan konsisten untuk mencapai visi tersebut.
Saat ini, CSSD RS Wirabuana Palu memiliki 4 (empat) personil yaitu kepala
CSSD dan 3 orang staf tenaga pelaksana.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. PENGATURAN JAGA
Pelaksana CSSD bekerja purna waktu yaitu dinas pagi dari pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB, dan dinas sore dari pukul 14.00 sampai dengan
pukul 21.00 WIB.
Petugas pagi sebanyak dua orang, petugas sore sebanyak satu orang,
Pada malam hari dan hari libur ada petugas on call jika dibutuhkan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Terlampir
B. Standar fasilitas
c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-
alat pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya.
Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan
sampah dan transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik
yang dapat maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga
yang berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya
mencakup.
6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang
sudah steril, seluruh unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang, dan
kamar operasi yang membutuhkan alat atau bahan steril dapat dipinjam
ke Unit sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.
d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual
dari produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah
pengukur suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi
ulang harus dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami
perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya
terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin
sterilisasi dilakukan minimal sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Departeman Kesehatan atau agen
pemegang merek alat.
A. PENGERTIAN
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi/ Healthcare-associated infections (HAIs).
Fungsi Pusat Sterilisasi/CSSD adalah : menerima, memproses, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di RS
Wirabuana Palu untuk kepentingan perawatan pasien.
Cara kerja :
1) Masukkan ke dalam sterilizer alat-alat/barang yang akan di
sterilkan
2) Tutup pintu sterilizer
3) Letakkan bahan kritikal di bagian bawah dan non kritikal di
bagian atas
Ya
Keterangan
Ruang Kotor
Ruang Bersih
Ruang Steril
D. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL
STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis
yang steril, namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan
harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-
benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang
ketat.
3. Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan
terukur dalam proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerjanya adalah mensterilkan
spora hidup yang non pathogenik dan resisten dalam jumlah tertentu. Jika
pada akhir proses, spora itu mati, dapat diasumsikan bahwa benda lain yang
kita sterilkan telah steril juga.
BAB V
LOGISTIK
Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat dirumah sakit.Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien
namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama dirumah sakit ini berarti pasien
membayar lebih mahal.
2. Proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
yang telah mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi yang benar, sehingga kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya penyediaan barang steril lebih
terjamin.
Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun selaput lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan zat
kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (misalnya
sterilisator uap, sterilisator panas kering).Selain itu juga dapat terjadi luka
pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga diperlukan alat pelindung mata.
Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya
digunakan sebagai densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).
Tindakan pertolongan
3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya dan jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk steril dan harus ada
jaminan barang yang telah disterilkan benar-benar steril.maka harus dilakukan
monitor proses sterilisasi untuk memberi jaminan bahwa parameter yang ditentukan
dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Selain itu, juga harus dilakukan
Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe pre vacuum
yang perlu dipantau antara lain:
1. Thermocouples,
2. Uji kebocoran (leak rate test),
3. Uji pengosongan udara (tes Bowie-Dick)
4. Pencatatan suhu (thermograph),
5. Indikator kimia pada kemasan,
6. Indikator Biologis (Bacillus stearothermophilus)
Kontrol proses sterilisasi yang ketat memberi jaminan bawa peralatan medis
yang kita sediakan adalah benar-benar sterildengan melakukan kultur atau uji
sterilitas setiap produk yang disterilkan. Tapi cara ini tidak praktis dan mahal,
maka solusinya perlu dilakukan Monitoring Proses Sterilisasi, yatu memonitor
proses sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang
ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik
b. Indikator Bowie-dick
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam
ruang sterilisasi.Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi
uap panas yang menggunakan sistem vakum.Bila alat sterilisasi sudah
dilengkapi dengan perangkat untuk menguji kebocoran udara, maka
tidak perlu lagi dilakukan tes Bowie-Dick.
3. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol
dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora hidup
yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila
selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka diasumsikan bahwa
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi di unit sterilisasi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit
sterilisasi saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di RS
Wirabuana Palu. CSSD mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya
pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya Healthcare-associated
infections (HAIs) RS Wirabuana . Sterilisasi adalah proses penghancuran semua
mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi/HAIs.
Ditetapkan di : Palu
Pada Tanggal : Januari 2017
Kepala RS TKIV.13.07.01 Wirabuana