Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang dengan jumlah penduduk ke empat


tertingggi di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 235 juta. Berdasarkan catatan data yang
dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang peningkatan jumlah penduduk Indonesia tahun
2010, peningkatan jumlah penduduk Indonesia cukup tinggi. Peningkatan jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, 1971 (119.208.229 juta jiwa), tahun
1980 (147.490. 298 juta jiwa), tahun 1990 (179.378.946 juta jiwa), tahun 2000 (206.264.595
juta jiwa), dan tahun 2010 (237.641.326 juta jiwa).

Kadar peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang cukup tinggi memnyebabkan


Indonesia mengalami masalah kependudukan. Salah satu upaya pemerintah untuk menangani
masalah ini adalah dengan Program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan menurunkan
angka laju pertambahan penduduk Indonesia. Peserta keluarga berencana aktif dibagi menjadi
Peserta KB dangan Metode Konrasepsi Efektif Terpilih (MKET) yang jenisnya adalah AKDR,
MOP/MPW, implant dan peserta KB Non Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (Non MKET),
yang jenisnya suntik, pil, kondom, obat vagina, dan lainnya.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) di Indonesia adalah 48.536.690 PUS, jumlah peserta KB aktif sebanyak 36.306.662
peserta (74,8%). Alat kontrasepsi yang paling diminati adalah suntik yaitu sebesar 47,96%, pil
(22,81%), implan (11,20%), IUD (10,61%), kondom (3,23%), MOW (3,54%) dan yang
terendah adalah kontrasepsi MOP sebesar 0,64 % (BKKBN, 2017).

Jumlah PUS di kabupaten Jakarta Barat tahun 2015 adalah sebanyak 332.428 dengan
jumlah peserta KB aktif adalah 267.028 orang (80,3%). Rincian pemakaian setiap kontrasepsi
yaitu IUD (20,04%), MOP/MOW (4,34%), Implant (9,29%), suntik (39,33%), pil (23,63%),
kondom (3,37%) sedangkan untuk kontrasepsi vaginal tidak ada (Jakarta Open Data, 2015).

Menurut Survey Demografik dan Kependudukan (SDKI) 2012, tingkat pengetahuan


wanita berusia 15 hingga 49 tahun tentang kontrasepsi implan mencapai 81,8% dibawah
kontrasepsi suntik (95,9%), pil (95,6%) dan kondom (83,1%). Pada tahun 2013, penelitian oleh
Rika H menunjukkan 69% wanita usia subur di wilayah kerja puskesmas Rambah Samo I
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi implan. Distribusi pendidikan
terbanyak di Kelurahan Grogol pada tahun 2015 adalah lulusan SLTA/sederajat sebanyak 6959
orang diikuti oleh diploma IV/Strata 1 sebanyak 2869 orang dan yang ketiga terbanyak adalah
SLTP/Sederajat yaitu 2257. Hasil penelitian Veby M di Puskesmas Nuangan Bolaang
Mongondow Timur pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang
kontrasepsi implan hingga 86% mencapai pengetahuan baik berbanding sebelumnya yaitu
14,5%.

Melihat permasalahan tersebut diatas, penelitian ini untuk mengetahui pengaruh


penyuluhan Keluarga Berencana terhadap pengetahuan wanita usia subur tentang penggunaan
kontrasepsi implan di Kelurahan Grogol. Saat ini belum diketahui hubungan dan pengaruh usia,
status pekerjaan dan tahap pendidikan terhadap pengetahuan wanita usia subur yang diberikan
penyuluhan tentang kontrasepsi implan sedangkan pada tahun 2014, 31% dari populasi Jakarta
Barat adalah wanita usia subur yang memiliki latar belakang yang berbeda dari sudut
pendidikan dan status pekerjaan. Penelitian mengenai pengaruh penyuluhan Keluarga
Berencana terhadap pengetahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi implan diharapkan
dapat meningkatkan efektivitas dan menambah baik teknik penyuluhan tentang keluarga
berencana.
1.2 Rumusan masalah

1. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2016, hanya 11,2% pemakai KB aktif
menggunakan kontraseptif implan.

2. Berdasarkan Survey Demografik dan Kependudukan Indonesia 2012, tingkat


pengetahuan wanita berusia 15 hingga 49 tahun tentang KB implan mencapai 81%.

3. Pada tahun 2013 penelitian oleh Rika H menunjukkan 69% wanita usia subur di wilayah
kerja puskesmas Rambah Samo I mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
kontrasepsi implan.

4. Pada tahun 2013 penelitian oleh Veby M menunjukkan peningkatan distribusi pasangan
usia subur tentang pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi impalan dari 14,5% ke
86% selepas diberikan penyuluhan.

5. Menurut Profil Kesehatan Jakarta Barat 2014, 31% dari populasi Jakarta Barat adalah
wanita usia subur.

4. Masih belum ada penelitian tentang pengaruh penyuluhan Keluarga Berencana


terhadap pengetahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi implan di Kelurahan
Grogol.
1.3 Hipotesis penelitian

Ada pengaruh penyuluhan Keluarga Berencana pada wanita usia subur terhadap peningkatan
pengetahuan tentang kontrasepsi implan.

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahuai pengaruh penyuluhan Keluarga Berencana terhadap tingkat pengetahuan


WUS tentang alat kontrasepsi implan di Kelurahan Grogol.

1.4.2 tujuan khusus

1. Diketahuinya sebaran usia, jenis kelamin, pendidikan wanita usia subur dan gambaran
pemakaian kontrasepsi implan pada akseptor KB di Kelurahan Grogol.
2. Diketahuinya pengaruh usia terhadap tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang
kontrasepsi implan di Kelurahan Grogol.

3. Diketahuinya pengaruh tahap pendidikan terhadap tingkat pengetahuan wanita usia


subur tentang kontrasepsi implan di Kelurahan Grogol.

4. Diketahuinya pengaruh status pekerjaan terhadap tingkat pengetahuan wanita usia


subur tentang kontrasepsi implan di Kelurahan Grogol.

1.5 Manfaat Penelitian

1.Manfaat bagi Peneliti

a) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah dan
membandingkannya dengan keadaan sebenarnya dalam masyarakat.
b) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.
c) Mengembangkan minat, daya nalar, dan kemampuan dalam bidang penelitian.
d) Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa dalam bidang kedokteran dan
mengetahui langkah dan prosedur untuk menjalankan sebuah metodologi penelitian
dengan berjaya di samping sebagai syarat untuk mahasiswa lulus dalam sarjana
kedokteran.
e) Memperoleh gambaran pemakaian kontrsepsi implan di Kelurahan Grogol .
f) Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai penyuluhan kepada masyakarat
umum tentang program Keluarga Berencana dan kontrasepsi implan.

2. Manfaat bagi perguruan tinggi


a) Mengamalkan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian bagi masyarakat.
b) Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
c) Meningkatkan saling pengertian dan kerjasama antara mahasiswa/i dan staf pengajar.

3. Manfaat bagi masyarakat

a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat di Kelurahan Grogol mengenai kontrasepsi


implan.

Anda mungkin juga menyukai