Anda di halaman 1dari 4

SKENARIO 1 BLOK 10s

Seorang perempuan, ibu rumah tangga 58 th datang ke dokter keluarganya dengan keluhan utama
nyeri pada kedua lututnya saat berjalan. Nyeri sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu.Perempuan
tersebut memiliki berat badan normal dengan BMI 23kg/m2.Keluhan lainnya adalah nyeri dan
morning stiffness dengan durasi antara 15-30 menit. Saat ini pasien mengeluh nyeri semakin berat
dan terjadi perubahan bentuk kakinya yang agak bengkok. Dari pemeriksaan sendi didapatkan
nodul pada sendi dorsal interphalangeal dan krepitasi saat sendi lutut digerakkan. Kadar asam urat
8,0 mg/dl.

morning stiffness : Kaku sendi pada pagi hari

nodul : tonjolan atau nodus kecil yang padat dan dapat dikenali lewat sentuhan

krepitasi : rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit

Morning stiffness
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak
gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun
tidur di pagi hari (morning stiffness). Kekakuan ini disebabkan karena kekuatan dan elastisitas tulang
rawan pada sendi menurun. Pada awal osteoarthritis ditandai oleh kartilago pada sendi yang
berdegenerasi mengandung banyak air dan proteoglikan (komponen proteoglikan menjaga turgor
dan elastisitas). Jaringan kolagen tipe 2 juga menyusut, sebagai akibat dari berkurangnya sintesis
local dan pemecahan yang bertambah dan apoptosis kondrosit yang meningkat. Sebagai respon
terhadap perubahan degenerasi ini, kondrosit mengalami proliferasi dan usaha pemulihan kerusakan
dengan sintesis kolagen dan proteoglikan yang baru. Walaupun usaha pemulihan ini pada mulanya
dapat mengimbangi, namun perubahan matriks dan kehilangan kondrosit pada akhirnya lebih
menonjol. Kesemua proses tadi berakibat pada timbulnya rasa kaku di sendi

Nodul
Nodul pada sendi interphalangeal karena osteoarthritis terdapat dua macam: 1) Nodus Heberden
yaitu nodul yang timbul pada tulang sendi interphalangeal distal 2) Nodus Bauchard yaitu nodul yang
timbul pada tulang sendi interphalangeal proksimal. Nodul ini dapat muncul karena adanya osteofit
yang merupakan pertumbuhan tulang ke luar di pinggiran permukaan sendi. Pada mulanya kartilago
pada sendi menipis karena adanya degenerasi. Lalu tulang yang seharusnya dilindungi kartilago pada
ujungnya menjadi saling bergesakan satu sama lain yang mengakibatkan rusaknya lapisan tulang dan
menyebabkan nyeri. Pada akhirnya pada bagian tulang yang rusak digantikan dengan tumbuhnya
tulang dalam bentuk nodul karena tidak adanya kartilago yang melindunginya

Krepitasi
Krepitasi adalah rasa gemeretak pada sendi atau tulang yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada
osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi
dapat terdengar hingga jarak tertentu.

1. Mengapa nyeri pada kedua lututnya saat berjalan?


Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul
diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi
neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit
yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri. Nyeri dapat timbul dari bagian di luar
sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari
anserine bursitis dan sindrom iliotibial band.

2. Mengapa bentuk kakinya menjadi bengkok ?


Bengkok terjadi karena pembengkakan sendi yang dapat timbul karena terjadi efusi pada
sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah. Perubahan ini juga dapat timbul karena kontraktur sendi yang
lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan
pada tulang dan permukaan sendi.

Sumber :

1. Repository USU
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV

Faktor risiko Osteoarthritis

1. Usia
Usia merupakan faktor resiko terbesar terjadinya OA (Markenson, 2004). OA hampir tidak pernah
terjadi pada anak-anak dan jarang terjadi dibawah 40 tahun dan sering terjadi diatas usia 40 sampai
60 tahun (Soeroso, 2007). Pada penuaan terjadi perubahan morfologi dan fungsi kondrosit.
Perubahan ini menyebabkan degradasi kartilagoimmature yang cepat saat dirangsang
oleh interleukin-1 (IL-1) (Thobias & Sharif, 2003).

2. Jenis Kelamin

Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita, hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
(Soeroso et al., 2007). Insiden kejadian OA pada wanita meningkat tajam bersamaan dengan
menopouse (Jordan, 2006). Pada saat menopouse terjadi penurunan sekresi estrogen (Jones, 2002).
Reseptor estrogen dapat mengenali permukaan osteoblas dan osteoklas dan pada penelitian in
vitrodidapatkan hasil bahwa hormon seks wanita mampu memodifikasi kondrosit pada kondisi kultur
(American Academy of Orthopedic, 2004).

3. Suku Bangsa

Osteoarthritis dua kali lebih sering dijumpai pada orang kulit hitam dari pada orang kulit putih
(Kasjmir, 2003). Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Soeroso et al., 2007).

4. Genetik
Faktor genetik berperan dalam kerentanan terhadap osteoarthritis, terutama pada kasus yang
mengenai tangan dan panggul (Carter, 2006). Adanya mutasi dari gen prokalogen II atau gen-gen
struktural lain untuk unsur-unsur kartilago sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat
ataupun proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familiar pada OA
tertentu (Soeroso et al.,2007).

5. Biomekanik dan metabolik

Beban biomekanik berperan penting dalam terjadinya progresivitas OA. Biomekanik yang terjadi
akan merusak permukaan rawan sendi dan menyebabkan terjadinya kerusakan rawan sendi. Berat
beban yang dapat menimbulkan OA lutut adalah beban lebih dari 50 lbs atau sekitar 25 kg (1 lbs =
453,59 gram) dengan masa kerja 17,14 tahun atau lebih, serta frekuensi kerja dengan beban adalah
4 kali seminggu. Kondisi geografi yang berbukit pada daerah kerja dengan mengangkat beban juga
merupakan faktor risiko yang mempunyai pengaruh besar (Angelika, 2007)

Pada penelitian di Universitas IOWA dilaporkan bahwa 13,9% dari mereka yang pernah mengalami
trauma lutut, termasuk trauma pada meniskus, ligamentum, ataupun tulang pada masa dewasa
muda berkembang menjadi OA lutut, dan mereka yang tidak pernah mengalami trauma lutut hanya
6,0% yang mengalami OA lutut. Studi longitudinal oleh Framingham tahun 1999 menyebutkan
bahwa laki-laki dengan pekerjaan fisik dan berat, mempunyai risiko tinggi terjadi OA lutut,
dibandingkan dengan pekerjaan tanpa beban lutut.

Pada keadaan obesitas, resultan gaya tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang
diterima sendi lutut tidak berimbang. Pada keadaan yang berat dapat timbul perubahan bentuk
sendi menjadi varus yang akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke medial (Isbagio,
2000 cit Solomon & Halfet, 1982).

Sudut Quadriceps Angle (Q-Angle), Q-Angle adalah sudut yang dibentuk dari dua garis sudut lancip
antara segmen (1)Tuberositas Tibia dengan mid patella, (2) mid patella dengan SIAS, pada orang
dewasa sudut normal Q-angel terbentuk sekitar 15 derajat, besar kecilnya sudut tersebut sangat
terpengaruh kedua garis segmen tersebut. Pada sudut 15 derajat inilah resultan beban tubuh
terletak tepat disentral patella. Penelitian menunjukkan pada penderita obesitas, terjadi
penambahan sudut beberapa derajat, dampaknya adalah resultan beban akan berpindah dari sentral
patela bergeser ke sisi medial (Huberti & Hayes, 2000).

Dari segi metabolik, penelitian yang dilakukan pada tikus yang diberi makanan mengandung asam
lemak jenuh, akan lebih banyak menderita OA dibanding tikus yang diberi makanan yang banyak
mengandung asam lemak tak jenuh (Moskowitz, 1995 cit Mankin, 1989). Asam lemak jenuh yang
tinggi juga meningkatkan kadar kolesterol darah, hal ini menyebabkan penumpukan trombus dan
kompleks pada pembuluh darah subkondral. Proses ini berlanjut menjadi iskemia dan nekrosis
jaringan subkondral tersebut (Gosh, 1992 cit Broto 2008).

6. Trauma mekanis (pekerjaan dan olahraga)

Trauma adalah faktor sekunder resiko OA (Markenson, 2004). Kerusakan sendi dapat terjadi saat
trauma atau sesudahnya, bahkan kartolago yang normal akan mengalami degenerasi bila sendi tidak
stabil (Brandt, 2000). Trauma yang merusak meniskus dan ligamen krusiatum merupakan penyebab
OA lutut (Shipley et al., 2005). Aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cidera traumatik
yang dapat mengenai sendi lutut (Soeroso et al., 2007). Peningkatan resiko perkembangan OA lutut
dapat dijumpai pada atlet sepak bola, pelari jarak jauh, dan pemain tenis (American Academy of
Orthopedic Surgeons, 2004).

Anda mungkin juga menyukai