Anda di halaman 1dari 3

Perbandingan pengukuran transkutaneus bilirubin dengan tingkat serum bilirubin total neonatus preterm dalam

menerima phototerapy

Objektif : untuk membandingkan bilirubin transkutaneus dengan serum bilirubin total pada neonatus preterm setelah
inisiasi phototeraphy. Metode : ikterus telah dinilai pada 30 neonatus preterm dengan bilirubin transkutaneus dan
serum total bilirubin sebelum initiation dari phototerapy dan pada 12 setelah inisiasi phototeraphy. Sebuah photo-
occlusive patch telah diaplikasikan diatas sternum.

Hasil : bilirubin transkutaneus memiliki kolerasi yang baik dengan serum bilirubin total setelah inisiasi phototerapi.
(r=0,918, P<0,001). Bilirubin transkutaneus pada usia gestasi 28 – 32 minggu(r=0.97) memiliki kolerasi yang lebih baik
dengan serum bilirubin total dibandingkan pada usia 32-37minggu (r=0.88). kolerasi jauh lebih baik pada neonatus usia
<72 jam (r=0.96) dibandingkan pada usia >72jam (r=0.82). kesimpulan : bilirubin transkutaneus berkolerasi secara
signifikan dengan serum bilirubin total pada patched sternal setelah inisiasi dari phototerapi pada neonatus preterm.

Neonatus preterm dicurigai memiliki resiko lebih tinggi kernicterus pada hasil bilirubin yang rendah. Bilirubin
transkutaneus (TcB) testing memiliki keuntungan hasil yang instan dan terhindar dari sampling darah yang berulang.
Bagimanapun, ini digunakan setelah inisiasi phototerapi (PT) belum pernah dipelajari reliably pada neonatus preterm.
Kami berencana untuk membandingkan TcB dengan serum bilirubin total (TSB) pada neonatus preterm setelah inisiasi
PT melewati patched sternal area.

Metode

Penemuan itu conducted pada level III ICU neonatal dari september 2014 hingga feb 2015. Protokol penemuan
dibuktikan (approved) dengan komite etnik institusional. Written ................

Neonatus preterm usia >28 dan <37 minggu gestasi secara klinis memiliki ikterus yang tidak terdeteksi dan neonatus
dengan hiperbilirubinemia terkonjugasi, bukti dari hemolisis atau perfusi yang lemah were excluded.

TSB estimate dengan menggunakan metode asam diazo (reaksi Vanden Bergh). Secara simultan, TcB diukur pada
sternum menggunakan pengukuran ikterus Drager JM 105. Penjumlahan dari tiga consecutive reading di rekam dalam
mg/dL. Alat dikalibrasi sebelum penggunaan berdasar pada rekomendasi manufaktur.

PT (lampu kompak floresens atau lampu emitting diode dengan radiasi 20 -30 µW/cm2/nm) telah instituted jika TSB
memenuhi kriteria sebagai pengukuran per sliding dari neonatus preterm. Patch pada kulit diatas sternum dilindungi
menggunakan elektrode maxicor yang ditutupi dengan aluminium foil. Pengulangan TSB dan TcB assessment selesai
dilakukan dalam 12 jam setelah inisiasi dari PT pada area kulit yang dilindungi. TSB dan TCB masing-masing dicatat
dalam 15 menit. Tidak ada penambahan pemeriksaan darah yang dilakukan dengan tujuan penelitian. Integritas kulit
didinilai dengan Neonatal Skin Condition Score (NSCS) sebelum dan setelah aplikasi pada patch di kulit.

Hasil awal merupakan perbandingan TcB dengan TSB pada neonatus preterm setelah inisiasi phototerapy. Hasil kedua
adalah untuk membandingkan TcB dengan TSB setelah inisiasi phototerapi berdasarkan usia gestasi (28 – 32
dibandingkan 32-37 minggu) dan bayi lahir usia (<72 dibandingkan >72jam).

Analisis statistik : ukuran sample dikalkulasi dengan menggunakan formula dari kolerasi coefficient menggunakan z
transformation. Dari penelitian sebelumnya koefisien kolerasi antara variasi pengukuran TcB dan Tsb antara r=0.5
hingga 0.9. assuming alpha error dari 0.05, beta error dari 0.2 dan hasil r dari 0,5, ukuran sampel yang diperkirakan
adalah 29. Plot yang berhamburan digunakan untuk melukiskan hubungkan antara TCB dan TSB. Koefisien kolerasi
diklakulasi menggunakan Kolerasi Pearson (uji parametrik) atau kolerasi pangkat Spearman (uji nonparametrik). Hasil P
dari <0,05 dipertimbangkan sebagai statistically significant. Analisis Bland-Altman digunakan sebagai persetujuan antara
TSB dan TCB.

Hasil

Penilitian termasuk 30 neonatus preterm (12, 28-32 minggu; 18, 32-37 minggu). Karakteristik dasar ditunjukkan pada
tabel 1. TcB diperkirakan berkolerasi secara signifikan pada sternum dengan TSB awal untuk inisiasi dari phototeraphy
(r=0.903, P<0.001) dan setelah phototeraphy diatas patch pada area sternal (r=0.918, P<0,001) (fig 1a). perbedaan rata-
rata antara TCB dan TSB setelah inisiasi PT adalah 0.87 mg/dL. TCB ditaksir terlalu tinggi dari TSB dalam mayoritas dari
pembacaan (76.7%) jauh lebih tinggi dari tingkat TSB (>10mg/dL). Dengan menggunakan Analisis Bland Altman (fig 1b)
90% dari nilai data berada dalam 95% confidence interval yang merupakan batas dari perjanjian. Dengan kemunduran
analisis, perbedaan rata-rata antara TCB dan TSB secara signifikan sudah tidak statik.

TCB pada bayi usia gestasi 28-32 minggu (r=0.97; P<0.001) memiliki kolerasi yang lebih baik dengan TSB dibandingkan
pada usia 32-37 minggu (r=0.88; P<0.001). koefisien kolerasi lebih baik pada neonatus <72 jam (r=0.96; P<0.001)
dibandingkan dari usia >72 jam (r=0.82; P<0,001). Tidak satupun dari neonatus memiliki bukti kehilangan integrits kulit
seperti yang dinilai oleh NSCS.

Diskusi

Penelitian ini menunjukkan hasil kolerasi yang positif antara TSB dan TCB patch pada neonatus preterm setelah memulai
PT.

Penelitian sebelumnya telah mendemonstrasikan agreement yang baik antara TSB dan TCB patch selama PT pada
neonatus preterm [7,9,10]. Bagaimanpun, dalam penelitian oleh Jangaard, et al [11], pengukuran TCB selama PT
ditemukan tidak begitu sensitif seperti pada perbandingan preterm (bayi kurang bulan) dengan neonatus term (cukup
bulan).

Perbedaan ditandai antara kelompok usia gestasi 32-37 minggu dan 28-32 minggu dapat dijelaskan dengan imaturitas
kulit dari neonatus preterm. Tidak ada penelitian hingga tanggal dimana dilakukan evaluasi untuk perbedaan tsb.
Koefisien kolerasi lebih baik pada neonatus <72 jam dibandingkan usia >72 jam. Kami hypothesize bahwa seiring
peningkatan pigmentasi kulit sesuai usia, kolerasi mulai berkurang.

Limitasi dari penelitian sekarang tidak memiliki perbandingan dengan bagian lain seperti forehead (testa/kening) dan
area intra skapular. Juga pengukuran TCB berturut-turut dari letak patch setelah PT dimulai, seharusnya dapat menjadi
penuntun yang baik untuk mengevaluasi arah kolerasi selama perjalanan PT.

Penelitian ini memiliki implikasi yang besar untuk mengembangkan negara yang angka prematuritasnya tinggi,
necessitating prolonged NICU admissions, kehilangan plebotomidan unavailability dari metode mikro dalam estimasi
bilirubin pada banyak laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai