Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah ekologi pertama kali digunakan Haeckel, seorang ahli ilmu hayat,
dalam pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa yunani,
yaitu oikos yang berarti rumah dan logis yang berarti ilmu. Karena itu secara
harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat
diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara
lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Pada saat ini telah terjadi krisis ekologi, yang ditandai dengan sistem ekologi
mengalami ketidakstabilan maupun gangguan kesetimbangan pertukaran energi-
materi dan informasi yang selanjutnya mengakibatkan ketidakseimbangan pada
fungsi-fungsi distribusi serta akumulasi energi-materi antara satu organisme
dengan organisme lain dan alam lingkungannya sementara itu organisme
(manusia) dengan teknologi, perilaku dan organisasi sosialnya belum mampu
melakukan penyesuaian yang berarti dalam mengantisipasi atau merespons
guncangan tersebut. Masalah lingkungan hidup tidak dapat diatasi hanya melalui
reposisi hubungan manusia dengan lingkungan alamnya, tetapi juga harus
melalui reorientasi nilai, etika dan norma-norma kehidupan yang kemudian
tersimpul dalam tindakan kolektif, serta restrukturisasi hubungan sosial antar
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan antara

1
kelompok dengan organisasi yang lebih besar (misal: negara, lembaga
internasional).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Homoestatis ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Daya lenting ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Adaptasi ?

C. Tujuan
1. Memenuhi tugas dari dosen
2. Mengetahui tentang Homoestatis
3. Mengetahui tentang Daya Lenting
4. Mengetahui tentang Adaptasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Homeostasis
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon menyebutkan upaya
mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil ini sebagai homeostasis,
yang berasal dari kata Yunani homeo (sama) dan stasis (mempertahankan
keadaan). Dalam ekosistem terdapat suatu mekanisme keseimbangan yang dikenal
dengan istilah homeostatis (steady state) yaitu kemampuan ekosistem untuk
menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan ini
diatur oleh berbagai faktor yang rumit dan didalamnya termasuk mekanisme yang
mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan
organisme, produksi, dan dekomposisi bahan organik. Meskipun suatu ekosistem
mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap perubahan, tetapi biasanya
batas mekanisme homeostatis tersebut dengan mudah dapat diterobos oleh
kegiatan manusia.
Sebagai contoh sungai yang menerima limbah dan sampah yang tidak terlalu
banyak, maka sungai dapat menjernihkan kembali airnya secara alami, sehingga
air sungai dianggap tidak tercemar. Tetapi bila limbah dan sampah yang masuk itu
banyak dan kontinyu, apalagi mengandung bahan beracun, maka batas
homeostasis alami sungai akan terlampaui, sehingga mungkin saja sistem sungai
tersebut tidak memiliki lagi sistem homeostasis alami dan secara permanen airnya
berubah atau rusak sama sekali. Homeostasis adalah kemampuan ekosistem untuk
menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Adapun faktor
yang berpengaruh antara lain:
1. Mekanisme yang mengatur penyimpangan bahan-bahan
2. Pelepasan hara makanan
3. Pertumbuhan organisme dan produksi

3
B. Daya Lenting
Daya Lenting (Resilience) adalah suatu sistem untuk kembali lagi ke kondisi
awal/semula setelah mengalami gangguan baik itu dengan cara bertahan ataupun
beradaptasi dengan perubahan. Daya lenting juga merupakan kemampuan suatu
sistem untuk pulih setelah ia terkena gangguan. Makin cepat sistem itu pulih, jadi
makin pendek masa pulih, dan makin besar gangguan yang dapat ditanggungnya,
makin tinggi daya lenting sistem tersebut. Untuk sistem yang mempunyai sifat
yang ingin kita pertahankan, daya lenting yang tinggi adalah sifat yang baik.
Di dalam suatu ekosistem dimana pada kasus ini adalah Ekosistem Terumbu
Karang membutuhkan suatu sistem yang dinamakan sistem daya lenting yang
dapat membuat ekosistem tersebut ketika mendapat gangguan dari luar yang
menyebabkan kesehatannya terganggu dapat bertahan dan pulih kembali sehingga
saat ekosistem tersebut dapat kembali normal.
Ada 2 komponen di dalam daya lenting yaitu:
1. Kemampuan untuk menyerap atau menahan dampak tekanan/stres
(Resistance)
2. Kemampuan untuk pulih (Recovery)
Untuk tipe daya lenting dibagi menjadi 2 (dua) yaitu secara biologis dan sosial
1. Biologis
Daya Lenting Biologis adalah melihat kemampuan dari terumbu karang itu
sendiri untuk bertahan/pulih kembali dari gangguan yang ada disekitarnya.
Ada beberapa syarat yang diperlukan oleh terumbu karang untuk memiliki
daya lenting secara biologis yaitu pada saat rekrutmen atau saat tumbuh
kembali. Rekrutmen adalah saat suatu karang yang mati karena gangguan
tumbuh kembali dalam proses rekrutmen yaitu tumbuh di tempat lain (berbeda
dengan tempat sebelumnya). Diperlukan kriteria-kriteria yang dapat menjamin
proses rekrutmen terumbu karang bisa berjalan dengan baik seperti adanya
ketersediaan substrat baru untuk larva karang baru menempel dan kemudian

4
tumbuh. Kualitas air yang baik juga diperlukan seperti tersedianya suplai
makanan, arus yang tidak terlalu kencang, sampainya cahaya matahari yang
berarti perairan tersebut tidak keruh. Terakhir adalah adanya biota herbivora
disekitar wilayah Rekrutmen tersebut untuk mengontrol jumlah alga yang
tumbuh diwilayah tersebut karena alga merupakan kompetitor karang dalam
proses rekrutmen. Sedangkan untuk tumbuh kembali, terumbu karang
membutuhkan perbaikan dan pertumbuhan serta kompetitor yang tidak
menganggu proses karang tersebut tumbuh kembali ditempat yang sama,
untuk daya lenting tumbuh kembali, faktor dari terumbu karang itu sendiri
lebih banyak berperan dalam keberhasilannya. Untuk melihat apakah disuatu
ekosistem terumbua karang tersebut proses daya lenting berjalan dengan baik
dapat dilihat dari perhitungan tutupan karang keras yang tinggi,
keanekaragaman tinggi, rendahnya gangguan serta penyakit, serta rentang
koloni karang yang luas atau lebar.
2. Sosial
Daya Lenting secara Sosial berarti adanya jaminan dari penduduk atau
masyarakat sekitar untuk tidak adanya gangguan dari faktor manusia yang
dapat menganggu ekosistem terumbu karang pada saat proses daya lenting
berjalan untuk ekosistem tersebut kembali menjadi normal. Apablila faktor
gangguan dari manusia dapat ditekan seminimal mungkin maka akan
mengurangi tekanan dari terumbu karang itu sendiri sehingga persentase
untuk Resistance dan Recovery kembali akan lebih tinggi.
a. Identifikasi Daya Lenting
1) Ekologi
a) Rekrutmen
Proses Rektrumen sangat dipengaruhi oleh 5 faktor seperti proses
fisik perairan yaitu arah arus dan upwelling, kelimpahan larva
dalam suatu perairan, perilaku larva yaitu pola migrasi dan
gerakan terhadap arus, ketersediaan substrat untuk menempel dan

5
faktor ekologi yang mempengaruhi ketahanan karang dalam
proses pertumbuhannya seperti predasi, kompetisi dan suplai
makanan.
b) Herbivor
Keberadaan biota-biota herbivor di suatu ekosistem terumbu
karang penting adanya sebagai pengontrol pertumbuhan alga.
beberapa herbivora terumbu karang yang terkenal seperti
parrotfish (Family Scaridae), surgeonfish (Acanturidae),
rabbitfish (Siganidae), batfish, and long-spined urchins (Diadema
sp) sangat berpengaruh terhadap kesehatan karang. Harus adanya
keseimbangan jumlah antara karang dengan alga. Jumlah alga
yang berlebih akan mengancam keberadaan suatu terumbu karang,
karena sekali alga sudah berkembang, akan susah untuk
menghentikan trend tersebut. Dibutuhkan regulasi atau peraturan
yang jelas dan ketat terhadap penangkapan ikan di suatu wilayah
terutama ikan-ikan herbivor karena apabila jumlah dari mereka
sudah berkurang akan berdampak pada tidak terjaganya
keseimbangan jumlah karang dengan alga.
2) Biologi
a) Perbedaan Genetik
Ada 3 faktor genetika yang berpengaruh terhadap daya lenting suatu
karang yaitu:
1. Jaringan Pigmen Fluorescent: jaringan ini bermanfaat sebagai filter
dari sinar UVC yang bermanfaat sebagai sistem pertahanan dari
perubahan suhu yang bisa mengakibatkan pemutihan. semakin
banyak jumlah jaringan ini dalam suatu karang maka akan
meningkatkan ketahanan dirinya.Integrasi antar koloni: kerapatan
antar koloni satu dengan yang lainnya juga berpengaruh, apabila
jarak antar koloni berdekatan maka apabila suatu koloni

6
mengalami gangguan/penyakit akan menyebar lebih cepat ke
koloni lainnya dibandingkan dengan karang dengan jarak antar
koloni yang renggang, maka penyebaran penyakit antar koloni
akan lebih lambat.
2. Ketebalan Jaringan: Jaringan yang lebih tebal akan melindungi
Zooxanthellae dari intesitas cahaya yang berlebih, sehingga
memiliki kecenderungan untuk lebih resist.
b. Perbedaan Spesies
Perbedaan antar spesies karang berpengaruh terhadap daya toleran suatu
karang terhadap perubahan suhu atau gangguan. genus karang seperti
Porites, Favia dan Goniastrea yang memiliki bentuk pertumbuhan massive
akan lebih kuat bertahan terhadap perubahan suhu dibandingkan spesies
Acropora, Milepora dan Stylophora.
c. Faktor Fisik
1) Pendinginan
Pendinginan berasal dari pencampuran dinginnya air di perairan dalam
dengan panasnya air permukaan. daerah-daerah tempat pencampuran
ini akan mempengaruhi kesuburan wilayah tersebut dilihat dari faktor
fisik untuk terumbu karang.
2) Keteduhan
Daerah yang memiliki bukit tinggi seperti patch-patch dimana ada
terumbu karang dibawahnya akan terlindung dari sinar matahari
langsung sehingga tidak terekspos lama oleh sinar matahari.
Keteduhan suatu wilayah akan membantu terumbu karang dari bahaya
pemutihan.
3) Penyaringan
Banyaknya partikel yang berada dikolom air membantu untuk
menangkal bahaya radiasi dari cahaya matahari sehingga membantu

7
terumbu karang dari ancaman pemutihan. partikel-partikel tersebut
bermanafaat sebagai penyaring cahaya matahari.
4) Toleransi terhadap Stress
Karang yang hidup diperairan dangkal dimana dipengaruhi oleh
pasang-surut yang seringkali terekspos langsung ke permukaan
memiliki tingkat toleransi lebih tinggi terhadap perubahan yang
ekstrim oleh alam. karang yang hidup di daerah seperti ini memiliki
kecenderungan bertahan lebih tinggi dibandingkan karang-karang
yang hidup di perairan dalam yang tidak terbiasa dengan perubahan
suhu secara ekstrim sehingga pada saat terjadi perubahan suhu didalam
air, karang tersebut akan mudah terganggu dan mengalami pemutihan
karang.

C. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisme untuk dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan tempat hidupnya yang memunkinkan tetap hidup (survive)
dan berkembang biak di lingkungan alaminya. Adaptasi sebagai kemampuan
individu untuk mengatasi keadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber
alam dengan baik untuk mempertahankan hidupnya dalam relung (niche) yang
ditempati. Adaptasi juga merupakan penyesuaian diri terhadap kelangsungan
hidup. Makin besar kemampuan adaptasi, makin besar kementakan kelangsungan
hidup suatu jenis. Adaptasi dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu adapatsi
dapat melalui proses fisiologi.
Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaian
diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami perubahan bentuk tubuh
(adapatasi morfologi), ada yang mengalami perubahan proses metabolisme tubuh
(adaptasi fisiologi) dan ada juga yang mengalami perubahan sikap dan tingkah
laku (adaptasi tingkah laku).

8
Macam- Macam Adaptasi yaitu:
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi ini berkaitan dengan bentuk bagian tubuh yang adaptif. Berbagai
bentuk alat, organ pada hewan maupun tumbuhan umumnya disesuaikan
dengan fungsinya. Bentuk adaptasi morfologi tampak dari luar dan mudah
diamati sehingga adaptasi tersebut paling mudah dikenal dan ditemukan.
Contoh adaptasi morfologi adalah sebagai berikut :
a. Bentuk kaki/cakar yang adaptif pada burung dapat dibedakan menjadi
tipe perenang, pemanjat, petengger, pejalan, dan pencengkram.
b. Bentuk paruh yang adaptif pada burung dapat dibedakan menjadi tipe
pemakan biji, pemakan daging, pemakan ikan, dan pengisap madu.
c. Bentuk mulut serangga dapat dibedakan menjadi tipe penggigit, penusuk
dan pengisap, penjilat, serta pengisap.
d. Bentuk alat gerak bagian depan hewan dapat dibedakan menjadi sirip,
sayap dan kaki depan.
e. Tumbuhan darat yang adaptif pada lingkungan kurang air (kering) disebut
xerofit, contohnya kaktus.
f. Tumbuhan darat yang adaptif pada lingkungan lembab disebut higrofit,
contohnya lumut.
g. Tumbuhan yang adaptif pada lingkungan air disebut hidrofit, contohnya
teratai.
h. Bunga pada setiap spesies tumbuhan memiliki adaptasi dalam bentuk,
warna, aroma, dan daya tarik bagi hewan penyerbuk. Dalam kurun waktu
yang lama, maka kondisi ini akan mengarah pada terjadinya evolusi. Ada
hubungan yang kuat antara hewan penyerbuk dengan bunga. Lebah
tertarik pada warna bunga yang cerah, mempunyai nektar, dan aroma
yang menarik. Lebah biasanya aktif di siang hari, hinggap pada mahkota
bunga sebelum bergerak ke arah bagian bunga yang mengandung nektar
atau polen. Bunga-bunga yang penyerbukannya dibantu oleh lebah

9
umumnya memiliki warna yang menarik bagi lebah. Lebah penyerbuk
hanya dapat melihat warna biru atau kuning, tetapi tidak dapat melihat
warna merah. Bunga mekar di siang hari dan biasanya mempunyai bibir
yang menjorok yang dapat dihinggapi lebah.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi berkaitan dengan proses adaptif di dalam tubuh organisme.
Adaptasi fisiologi umumnya berkaitan dengan proses fisiologi yang terjadi di
dalam tubuhnya. Biasanya adaptasi fisiologi melibatkan zat-zat kimia tertentu
untuk membantu proses yang berlangsung di dalam tubuh. Contoh adaptasi
fisiologi adalah sebagai berikut:
a. Tubuh manusia mengeluarkan keringat ketika kepanasan. Dengan
keluarnya keringat, tubuh akan dingin. Hal itu karena panas tubuh diambil
untuk penguapan keringat di permukaan tubuh manusia.
b. Penyesuaian fungsi kerja sel- sel retina mata manusia terhadap rangsangan
cahaya.
c. Herbivora seperti, sapi dapat mencerna rumput/daun yang banyak
mengandung serat (selulosa) dengan bantuan enzim selulase. Enzim
selulase tersebut dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat di rumen.
d. Ketajaman indra penglihatan burung hantu di malam hari.
e. Sejenis katak yaitu Hyla versicolor dapat mengubah warna tubuhnya. Bila
ia berada di kolam di mana terdapat bebek hijau maka warnanya menjadi
hijau.
f. Tetapi bila ia melompat ke pohon yang berwarna kecoklatan, maka secara
berangsur warnanya berubah menjadi coklat
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku dapat menghindarkan makhluk hidup dari bahaya yang
mengancamnya sehingga kelangsungan hidup tetap lestari. Contoh adaptasi
tingkah laku adalah sebagai berikut :

10
a. Setiap 30 menit sekali ikan paus muncul kepermukaan air untuk
menghurup oksigen sambil memancarkan air yang merupakan uap air
sudah jenuh.
b. Kerbau suka berkubang atau mandi Lumpur untuk mengurangi pengaruh
panas pada tubuhnya dan juga agar kulitnya yang tebal menjadi lunak.
c. Bunglon mengubah warna tubuh sesuai dengan warna lingkungan untuk
mengaburkan pandangan mata musuh. Perubahan itu disebut mimikri.
d. Cicak memutuskan ekor dan meninggalkannya bila ada hewan yang akan
memangsanya sehingga cicak selamat dari ancaman hewan pemangsa.
Peristiwa tersebut disebut autotomi.
e. Anak rayap menjilati dubur induk untuk memperoleh flagellata yang
hidup di bagian belakang usus rayap.
f. Rayap dewasa sering memakan kembali kelupasan kulitnya karena bagian
belakang usus yang mengandung flagellata ikut terbawa pada kulit
kelupasannya itu.
g. Pada musim kemarau, pohon jati, dan flamboyan menggugurkan daun
sehingga terlihat merangsang.Hal itu untuk mempengaruhi penguapan
sehingga dapat menghemat air.
h. Daun jagung menggulung apabila udara sangat panas.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Homeostasis adalah kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Adapun faktor yang berpengaruh
antara lain: Mekanisme yang mengatur penyimpangan bahan-bahan,
Pelepasan hara makanan, Pertumbuhan organisme dan produksi.
Daya Lenting (Resilience) adalah suatu sistem untuk kembali lagi ke
kondisi awal/semula setelah mengalami gangguan baik itu dengan cara
bertahan ataupun beradaptasi dengan perubahan. Daya lenting juga
merupakan kemampuan suatu sistem untuk pulih setelah ia terkena gangguan.
Adaptasi adalah kemampuan organisme untuk dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan tempat hidupnya yang memunkinkan tetap hidup
(survive) dan berkembang biak di lingkungan alaminya.

12

Anda mungkin juga menyukai