Anda di halaman 1dari 7

VOL. 1 NO.

1 DESEMBER 2016

Nina Dwi Lestari Analisis Determinan Gizi


Departemen Jiwa dan Komunitas,
Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Kurang pada Balita di Kulon
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan,
Bantul, Yogyakarta, Indonesia
Progo, Yogyakarta
Email: gavinnaufal@yahoo.com

Info Artikel: ABSTRAK


Masuk : 2 September 2016 Masalah gizi kurang balita merupakan masalah aktual di wilayah
Revisi : 21 November 2016 Kulon Progo, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
Diterima : 28 November 2016 yang mempengaruhi status gizi balita. Penelitian ini menggunakan cross
DOI Number : 10.18196/ijnp.1146
sectional, sampel balita 12-59 bulan sebanyak 155 orang. Data diperoleh
melalui kuesioner, status gizi diukur dengan indeks Berat Badan/Umur.
Hasil menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara usia balita, riwayat
pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu, pola pengasuhan dengan
status gizi balita. Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi adalah
asupan makanan. Diperlukan peran perawat komunitas dalam edukasi dan
pemberdayaan untuk meningkatkan status gizi balita.
Kata kunci: faktor status gizi, gizi kurang, balita

ABSTRACT
Undernutrition was still a prior problem in Kulon Progo,Yogyakarta.
The objectives of this study were to determine nutritional status in children
under five years and related factors. Cross sectional study was conducted
with 155 children under five years. Nutritional status was assessed using
anthropometric measurement. There was a significant association between
child’s age, exclusife breastfeeding, child’s dietary intake, caregivers’ practice
and mother’s perception with child’s nutritional status and child’s dietary
energy intake was the most factor that significant correlated. These findings
indicates that the roles of community nurses are needed to improves children
nutritional status using education and partnership.
Keywords: factors of nutritional status, undernutrition, children under
five years

15
PENDAHULUAN Melihat jumlah angka kejadian gizi kurang pada
Masalah gizi kurang pada balita masih menjadi Balita di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta yang masih
masalah mendasar di dunia. WHO (2013), jumlah tinggi dan masalah gizi disebabkan oleh multifaktorial,
penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak. oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai
Riskesdas (2013), prevalensi balita dengan berat kurang determinan gizi kurang pada balita di wilayah ini.
(under weight) adalah berjumlah 19,6%. Sebanyak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
13,9% balita memiliki status gizi kurang. Dinkes Kab. yang berpengaruh terhadap status gizi balita di wilayah
Kulon Progo (2014) melaporkan jumlah balita gizi Kulon Progo, Yogyakarta.
kurang adalah sebanyak 10,13%. Kondisi gizi kurang
pada balita, dimungkinkan terjadi karena interaksi dari METODE
beberapa faktor diantaranya asupan makanan yang tidak Desain penelitian yang digunakan adalah Cross
adekuat, pemberian ASI yang tidak ekslusif, penyakit Sectional dengan jumlah sampel 155 orang yang terdiri
infeksi yang diderita balita, pola pengasuhan keluarga, dari balita usia 12-59 bulan beserta keluarganya, yang
pelayanan kesehatan, jumlah anggota keluarga, tingkat diambil dengan metode proportional cluster sampling.
pendidikan ibu, persepsi ibu terkait gizi, sosial ekonomi Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia balita,
yang rendah dan budaya (UNICEF, 2013, Naghaspour jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, pendidikan
et al, 2014). ibu, status perekonomian keluarga, jumlah anggota
Penyebab dasar terjadinya gizi kurang pada balita keluarga, asupan makanan, persepsi ibu terkait status
adalah status ekonomi yang rendah (UNICEF, 2013). gizi, pola pengasuhan keluarga terkait gizi, pelayanan
Kondisi kemiskinan mempengaruhi kondisi ketahanan kesehatan dan budaya. Variabel terikat pada penelitian
pangan dalam keluarga (Almatsier, 2009). Penyebab ini adalah status gizi.
dasar lain yang berkontribusi dalam terjadinya masalah Instrumen pengambilan data variabel terikat
gizi kurang pada balita adalah pendidikan (UNICEF, menggunakan kuesioner yang dikembangkan peneliti
2013). Hasil penelitian Handono (2012), menunjukkan yang telah dinyatakan valid dan reliable melalui uji
bahwa pendidikan orang tua terutama ibu berpengaruh validitas dan reliabilitas. Variabel asupan makanan diukur
secara signifikan terhadap status gizi balita. menggunakan foodrecords selama 2 hari berturut-
Wong et al (2014), masalah gizi kurang pada turut. Variabel status gizi diukur berdasarkan indeks
balita secara langsung disebabkan oleh anak tidak antropometri BB/U, dengan klasifikasi status gizi baik:
mendapatkan cukup asupan makanan yang mengandung -2 SD s.d +2 SD. Status gizi kurang: <-2 SD s.d <-3 SD,
gizi seimbang. Gizi kurang juga diakibatkan oleh status gizi buruk: d” -3 SD. Status gizi dikelompokkan
adanya infeksi pada balita. Infeksi akan mengganggu menjadi gizi baik dan gizi kurang (gizi kurang dan gizi
metabolisme, keseimbangan hormon dan fungsi buruk).
imunitas (Bantamen, Belaynew, & Dube, 2014). Analisis data meliputi univariat, bivariat dan
Faktor lain yang erat kaitannya dengan gizi kurang multivariat. Analisis bivariat menggunakan Chi Square,
adalah pola pengasuhan anak dalam keluarga. Penelitian dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik
yang dilakukan oleh Maseta, Makau dan Omwega berganda. Penelitian ini memperhatikan aspek etik dalam
(2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pengambilan data meliputi menghargai harkat dan
signifikan antara pola pengasuhan anak dan praktik martabat manusia, kemanfaatan, keadilan dan informed
perawatan kesehatan anak dalam keluarga dengan consent dan telah lolos kaji etik dengan no 0231/ UN2.
status nutrisi pada anak usia 6-36 bulan di Tanzania. F12.D / HKP. 02.04/ 2015
Faktor selanjutnya adalah pelayanan kesehatan.
Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan HASIL
berpengaruh sebesar 60-70% kematian balita dengan Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa
gizi kurang (UNICEF, 2013). mayoritas balita yang menjadi responden adalah berusia

16
VOL. 1 NO. 1
DESEMBER 2016

pra sekolah. Berdasarkan jenis kelamin, prosentase laki- Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas
laki dan perempuan hampir sama. Responden lebih ibu memiliki pendidikan tinggi, mayoritas
dengan status ekonomi
memiliki riwayat ASI ekslusif dibandingkan yang tidak anggota keluarga yang dimiliki adalah kurang dari
memiliki
banyak yangriwayat ASI ekslusif
memiliki dibandingkan
riwayat ASI yang tidak
ekslusif dibandingkan anggota keluarga yang dimiliki
lebih banyak yang kurang dari upah minimum mayoritas adalah kurang dari
ekslusif. Sebagian besar responden pernah mengalami 4 orang.
ekslusif. Sebagian
yang tidak besar
ekslusif. responden
Sebagian pernah mengalami
besar responden pernah 4 orang. Jumlah anggota keluarga yang dimiliki
kabupaten.
memiliki infeksi
penyakit riwayatdalam
ASI ekslusif
6 bulan dibandingkan
terakhir danyang tidak
mayoritas anggota keluarga
Tabelkeluarga yang dimiliki
3 menunjukkan bahwa mayoritas
variabel adalah kurang dari
yangkurang
berhubungan
memiliki
penyakit
mengalami riwayat
infeksi
penyakitASI
dalam ekslusif
6 bulan
infeksi dibandingkan
dalam terakhir
6 bulandan yang tidak
mayoritas
terakhir dan anggota
Tabel 3adalah yang dimiliki
menunjukkan mayoritas
bahwa variabeladalah dari
yang berhubungan
ekslusif. Sebagian besar responden pernah mengalami mayoritas
4 orang. kurang dari 4 orang.
memiliki status
ekslusif.status gizi baik.
Sebagian besar 4secara bermakna dengan gizi kurang balita adalah variabel
mayoritas
memiliki memiliki statusresponden
gizi baik. gizi baik. pernah mengalami orang.
secara
Tabel bermakna dengan gizibahwa
3 menunjukkan kurang balita
variabeladalah variabel
yang
penyakit
penyakitinfeksi
infeksidalam
dalam 66 bulan
bulan terakhir
terakhir dan
dan mayoritas
mayoritas Tabel
usia
Tabel 3menunjukkan
balita,
3 menunjukkan bahwavariabel
riwayat pemberian
bahwa variabel
ASI, yang
yang berhubungan
asupan makanan,
berhubungan
Tabel 1. Karakteristik Balita usia balita, riwayat
berhubungan secara pemberiandengan
bermakna ASI, asupan makanan,
gizi kurang
memiliki status
memiliki status gizi
Tabel baik.
1. Karakteristik
gizi baik. Balita secara
persepsi
secara bermakna dengan
ibu terkait
bermakna denganstatus gizi
gizi
gizi kurang
balita,
kurang balita adalah
danadalah
balita pola variabel
pengasuhan
variabel
Tabel 1. Karakteristik Balita persepsi
balita adalahibu terkait
variabel status
usiagizi balita,
balita, dan pola
riwayat pengasuhan
pemberian
Karakteristik Balita Frekuensi Prosentase usia balita, riwayat pemberian ASI,asupan
asupanmakanan,
makanan,
keluarga
usia balita, terkait
riwayat (p value<0,05).
gizipemberian ASI,
Usia Karakteristik
balita Tabel Balita Frekuensi
1. Karakteristik Balita
Prosentase
keluarga
ASI, asupan terkait
makanan, value<0,05).
gizi (p persepsi ibudanterkait status gizi
Usia
Todler (12-36Tabel
balita bulan) 1. Karakteristik
65 Balita 41,9% persepsi ibu terkait status gizi balita, pola
persepsi ibu terkait status gizi balita, dan pola pengasuhan pengasuhan
Todler Karakteristik
(12-36 Balita
bulan)
Karakteristik Balita Frekuensi
65
Frekuensi Prosentase
41,9%
Prosentase balita,
keluarga dan polagizi
terkait pengasuhan keluarga terkait
value<0,05). regresigizi (p
Preschool
Usia balita
Preschool
(37-59
(37-59
bulan)
bulan)
90
90
58,1%
58,1%
Tabel
keluarga 4 Hasil
terkait gizi (p(pvalue<0,05).
akhir analisis multivariat logistic
Usia balita
Jenis kelamin Tabel
value<0,05). 4 Hasil akhir analisis multivariat regresi logistic
Todler
Todler
Jenis (12-36
(12-36bulan)
kelamin bulan) 65
65 41,9%
41,9% Variabel B P value OR (CI 95%)
Perempuan 78 50,3% Variabel P valueregresi
Banalisismultivariat OR (CI 95%)
Preschool
Preschool
Perempuan (37-59
(37-59bulan)
bulan) 90
90
78 58,1%
50,3% Tabel
Tabel
Tabel 444Hasil
Hasilakhir
Hasil akhiranalisis
akhir (koefisien) multivariat regresi
regresi logistic
logistic
logistic
Laki-laki 77 49,7% (koefisien)
Jenis
Jeniskelamin
Laki-laki kelamin 77 49,7% Usia balita 2,406 0,001 11,093
Riwat pemberian ASI
Perempuan 78 50,3% Variabel
Variabel
Usia balita BB 2,406 value
P Pvalue
0,001 OROR (CI 95%)
(CI11,093
95%)
Perempuan
Riwat pemberian ASI 78 (2,804-43,883)
Nonekslusif
Laki-laki 64
77 41,3%
49,7% (koefisien)
(koefisien) (2,804-43,883)
Laki-laki
Nonekslusif 77
64 41,3% Riwayat 2,259 0,001 11,093
9,572
Ekslusif
Riwat
Riwat pemberian
pemberian ASI
ASI
91 58,7% Usia
Usia balita
balita
Riwayat 2,406
2,406
2,259 0,001
0,001 11,093
0,001 9,572
Ekslusif
Riwayat penyakit infeksi 91 58,7% pemberian ASI (2,439-37,576)
(2,804-43,883)
(2,804-43,883)
Nonekslusif
Nonekslusif
Riwayat penyakit infeksi 64
64 41,3% pemberian
Asupan ASI
makanan 2,479 0,000 9,572(2,439-37,576)
11,927
AdaEkslusif
Ekslusif 103
91
91 66,5%
58,7% Riwayat
Asupan makanan 2,259
Riwayat 2,259
2,479 0,001
0,001
0,000 9,57211,927
Ada
Tidak adapenyakit 103
52 66,5%
33,5% pemberian
pemberianASI ASI (3,467-41,029)
(2,439-37,576)
(2,439-37,576)
Riwayat
Riwayat penyakitinfeksi
infeksi (3,467-41,029)
Tidak
Status ada
Gizi 52 33,5% Persepsi
Asupan
Asupanmakanan ibu
makanan 2,479 1,530
2,479 0,024 11,927
0,000
0,000 4,619
11,927
Ada
Ada 103
103 66,5% Persepsi ibu gizi 1,530 0,024 (3,467-41,029)
4,619
Status
Tidak
Gizi baik
Gizi
ada 52
131 33,5%
84,5%
terkait status (1,220-17,487)
(3,467-41,029)
Tidak ada 52 terkait status gizi 1,530 (1,220-17,487)
Gizi baik
Status
Gizi kurang Gizi 131
24 84,5%
15,5% Pola
Persepsipengasuhan
Persepsi ibu
ibu 1,126
1,530 0,084
0,024
0,024 3,082
4,619
4,619
Status Gizi Pola pengasuhan 1,126 0,084 (1,220-17,487)
3,082
GiziGizi
kurang 24 15,5% keluarga
terkait
terkaitstatus
statusterkait
gizi
gizi (0,861-11,030)
(1,220-17,487)
baik
Gizi baik 131
131 84,5%
84,5% keluarga terkait 1,126 (0,861-11,030)
Gizi kurang 24 15,5% gizi
Pola pengasuhan
Pola pengasuhan 1,126 0,084
0,084 3,082
3,082
Gizi kurang Tabel 2. Karakteristik 24 Keluarga 15,5% gizi terkait
keluarga
Tabel
Tabel 2.
2. Karakteristik Keluarga
Karakteristik Keluarga Constanta
keluarga terkait -7,126 0,000 (0,861-11,030)
0,001
(0,861-11,030)
KarakteristikTabel
Keluarga Karakteristik
Frekuensi Keluarga
Prosentase Constanta
gizi
gizi -7,126 0,000 0,001
Pendidikan
Tabel 2.2.Karakteristik
Karakteristik
ibu Keluarga Frekuensi Keluarga
Prosentase Constanta -7,126 0,000 0,001
Constanta -7,126 0,000 0,001
Pendidikan
Rendah ibu
Karakteristik Keluarga
Karakteristik Keluarga Frekuensi
58
Frekuensi Prosentase
37,4%
Prosentase
Rendah
Pendidikanibuibu
Tinggi 58
97 37,4%
62,6% Berdasarkan analisis menggunakan regresi logistik
Pendidikan Berdasarkan analisis menggunakan regresi logistik
Rendah
Tinggi
Status 58
97 37,4%
62,6% berganda diperoleh bahwa variabel yang paling dominan
Rendahekonomi 58 37,4% Berdasarkan analisis menggunakan regresi logistik
Tinggi
Status
Tinggi ekonomi
<UMK 97
81
97
62,6%
52,3%
62,6% Berdasarkan
Berdasarkan
berganda diperoleh analisis
analisis
bahwa menggunakan
menggunakan
variabel yang regresi
regresi
paling logistik
logistik
dominan
Status ekonomi
<UMK 81 52,3% mempengaruhi
berganda diperoleh status
bahwa gizivariabel
balita adalah
yang palingasupan makanan
dominan
≥UMK
Status ekonomi 74 47,7% berganda
berganda diperoleh
diperoleh bahwa
bahwa variabel
variabel
mempengaruhi status gizi balita adalah asupan makanan yang yang
paling paling
dominan
<UMK
≥UMK 81
74 52,3%
47,7% (OR=11,927).
mempengaruhi Asupan
status makanan
gizi balita yang kurang
adalah asupan makananbaik,
Jumlah
<UMK anggota keluarga 81 52,3% dominan mempengaruhi
mempengaruhi status gizistatus
balita gizi balita
adalah adalah
asupan asupan
makanan
≥UMK
Jumlah
≥UMK anggota keluarga
Besar
74
65
74
47,7%
41,9%
47,7% (OR=11,927). Asupan makanan yang kurang baik,
Jumlah anggota keluarga berpeluang 11,9
(OR=11,927). kali lebih
Asupan besar mendapatkan
makanan yang kurangstatus baik, gizi
Besar
Kecil
Jumlah 65
90 41,9%
58,1% makanan
(OR=11,927).
berpeluang (OR=11,927).
11,9 Asupan
kali lebihAsupan
makanan
besar makananyang yang
mendapatkan kurang kurang baik,
status gizi
Besaranggota keluarga 65 41,9% berpeluang 11,9 kali lebih
kurang dibandingkan besar asupan
dengan mendapatkan
makanstatus yang baik.gizi
Kecil
Besar 90
65 58,1%
41,9% baik, berpeluang 11,9 kali lebih besar mendapatkan
Kecil 90 58,1% berpeluang 11,9 kali lebih
kurang dibandingkan denganbesarasupan
mendapatkan
makan yang status gizi
baik.
Tabel 3. Analisis Bivariat Faktor yang Mempengaruhi Gizi
Kecil 90 58,1% kurang dibandingkan dengan asupan makan yang baik.
Tabel 3. Analisis Bivariat Faktor
Kurang yang
Balita Mempengaruhi Gizi status
kuranggizi kurang dibandingkan
dibandingkan dengan asupan dengan asupan
makan yang makan
baik.
Tabel
Tabel3.3.Analisis
AnalisisBivariat Faktor yang Mempengaruhi Gizi
yangPEMBAHASAN
Bivariat
Kurang Faktor yang
Balita Mempengaruhi
Tabel 3. Analisis Bivariat Faktor
Kurang yang
Balita Mempengaruhi Gizi baik.
PEMBAHASAN
Variabel Gizi Kurang OR
Balita P value PEMBAHASAN
Variabel
Kurang Balita OR P value
value Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat
PEMBAHASAN
Usia balita
Variabel 3,347
OR P0,014 Hasilanalisis
analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat
Usia balita
Variabel 3,347
OR 0,014
P0,014
value Hasil
hubungan yangstatistik
signifikan menunjukkan
antara usiabahwa dengan terdapat
gizi kurang
Jenis
Usiakelamin
balita 0,662
3,347 0,484 PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat
Usia
Jenis balita
kelamin
Jenis
Riwayat kelamin
ASI 3,347
0,662
0,662
4,340 0,014
0,484
0,484
0,003 hubungan
hubungan yang
yang signifikan
signifikan antara
antara usiausia dengan
dengan gizi gizi kurang
kurang
pada
hubunganbalita
Hasil dengan
analisis
yang p value
statistik
signifikan 0,014usia
menunjukkan
antara (p value
bahwa
dengan <0,05)
terdapat
gizi dengan
kurang
Jenis
Riwayat kelamin
Riwayat
Riwayat ASI ASI
infeksi 0,662
4,340
4,340
0,661 0,484
0,003
0,003
0,496 padabalita
pada balita dengan
dengan p value
p value 0,0140,014 (p value
(p value <0,05)<0,05) dengan dengan
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Pendidikan ASIinfeksi
infeksi
ibu 4,340
0,661
0,661
0,646 0,003
0,496
0,496
0,497
nilai balita
hubungan
pada OR sebesar
dengan 3,347.
yang signifikan
p value Balita
0,014 yang
antara (p berusia
usia
value dengan
<0,05) 12-36 denganbulan
gizi
Riwayat infeksi 0,661 0,496 nilaiOR
nilai ORsebesar
sebesar 3,347.
3,347. Balita
Balita yangyang berusia
berusia 12-36 12-36bulan bulan
Pendidikan
Pendidikan
Status ekonomi ibuibu 0,646
0,646
0,737 0,497
0,497
0,643 beresiko
kurang
nilai OR 3,34balita
pada
sebesar kali lebih
3,347. dengan besar
Balita p mendapatkan
value
yang 0,014
berusia (p
12-36gizi kurang
value
bulan
Pendidikan
Status
Status
Jumlah ekonomi
anggota ibu keluarga
ekonomi 0,646
0,737
0,737
1,795 0,497
0,643
0,643
0,273 beresiko
beresiko3,34 3,34 kali lebih
kali lebih besar
besar mendapatkan
mendapatkan gizi gizi
kurang kurang
Status
Jumlah ekonomi
anggota keluarga 0,737
1,795 0,643
0,273 dibandingkan
<0,05)
beresiko dengan
3,34 dengan
kalinilai
lebih OR balita
sebesar
besar yang3,347.
berusia
mendapatkan 37-59
Balita
gizi yang bulan.
kurang
Jumlah
Asupan makanankeluarga
anggota 1,795
9,677 0,273
0,000 dibandingkan
dibandingkan dengan
dengan balita
balitayangyangberusia
berusia37-59 37-59 bulan. bulan.
Jumlah
Asupan
Asupan
Persepsi anggota
makanan
makanan
ibu keluarga 1,795
9,677
9,677
3,742 0,273
0,000
0,000
0,017 Stanhope
berusia
dibandingkan dandengan
12-36 Lancaster
bulan beresiko (2012)
balita menjelaskan
3,34
yang kali bahwa
berusia lebihbahwa
37-59 besar balita
bulan.
Persepsi Stanhope dan Lancaster (2012) menjelaskan
Stanhope dan Lancaster (2012) menjelaskan bahwa balita balita
Asupan
Persepsi
Pola ibuibu
asuhmakanan
3,742
9,677
3,742
2,955
0,017
0,000
0,017
0,045 memiliki
mendapatkan faktor resiko resiko biologi yang meliputi faktor
Pola
Persepsi asuh 2,955 0,045 memiliki dan gizi
Stanhopefaktor resikokurang
Lancaster resiko dibandingkan
(2012) menjelaskan
biologi yang denganbahwa
meliputi balita
balita
faktor
Pola asuhibu
Pelayanan kesehatan 3,742
2,955
1,379 0,017
0,045
0,621 memiliki faktor resiko resiko biologi yang meliputi faktor
Pelayanan
Pola kesehatan
asuh kesehatan
Pelayanan 1,379
2,955
1,379 0,621
0,045
0,621
genetik
yang
memiliki
genetik atau
berusia
faktor
atau fisik
37-59
fisik yang
resiko
yang ikut
bulan.
resiko
ikut berperan
Stanhope
biologi
berperan dalam
dalamyangdan timbulnya
Lancaster
meliputi
timbulnya resiko
faktor
resiko
Budaya
Budaya kesehatan
1,442
1,442
0,571
0,571 genetik atau fisik yang ikut berperan dalam timbulnya resiko
Pelayanan 1,379 0,621 tertentu yang mengancam kesehatan. Usia balita
Budaya 1,442 0,571 (2012)
genetik
tertentu menjelaskan
atau
yang fisik yang
mengancam bahwa balita memiliki
ikutkesehatan.
berperan dalam
Usia yangyang
faktor
timbulnya
balita resiko masih
resiko
masih
Budaya 1,442 0,571 tertentu yang mengancam kesehatan. Usia balita yang masih
mudamenyebabkan
resiko
tertentu
muda menyebabkan
biologi yang sistem
yang mengancam sistem
meliputi kekebalan
faktor Usia
kesehatan.
kekebalan tubuhtubuh
genetik
balita atau
yang yang
yang belum
fisik
masih
belum
Berdasarkan
Berdasarkantabel
tabel2,2,dapat
dapatdilihat
dilihat bahwa mayoritasibu
bahwa mayoritas ibu muda menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang belum
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu berkembang.
muda menyebabkan
berkembang. Hal Haliniini menyebabkan
sistem
menyebabkankekebalan balita
tubuh
balita lebih
yang
lebih mudah
belum
mudah
memiliki
memilikipendidikan
Berdasarkan tabeltinggi,
pendidikan 2,
tinggi, dengan
dapat dilihat status
dengan bahwa ekonomi
mayoritas
status ekonomi lebih
ibu
lebih berkembang. Hal ini menyebabkan balita lebih mudah
memiliki pendidikan tinggi, dengan status ekonomi lebih terkenamasalah
berkembang.
terkena masalah Hal nutrisi.
ini menyebabkan balita lebih mudah
nutrisi.
banyak yang
memiliki
banyak kurang
yang kurangdari
pendidikan dari upah
tinggi,
upahminimum
dengan
minimum kabupaten.
status ekonomi
kabupaten.
banyak yang kurang dari upah minimum kabupaten. Jumlah
Jumlah
lebih
Jumlah terkena masalah nutrisi.
terkena masalah nutrisi.
17
banyak yang kurang dari upah minimum kabupaten. Jumlah

1616
yang ikut berperan dalam timbulnya resiko tertentu Hasil analisis mengenai hubungan riwayat penyakit
yang mengancam kesehatan. Usia balita yang masih infeksi dengan gizi kurang pada balita menunjukkan tidak
muda menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang belum ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit
berkembang. Hal ini menyebabkan balita lebih mudah infeksi dengan gizi kurang balita (p value=0,496). Hal
terkena masalah nutrisi. ini disebabkan karena upaya pencegahan terhadap
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kasus gizi kurang sudah dilaksanakan dengan baik oleh
gizi kurang balita menunjukkan bahwa tidak terdapat keluarga balita, misalnya dengan pemberian ASI secara
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan ekslusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
status gizi balita (p value= 0,528). Hal ini disebabkan Nakamori et al (2010) bahwa penyakit infeksi tidak
karena tidak adanya perbedaan pandangan nilai yang berpengaruh terhadap kejadian underweight disebabkan
dianut keluarga terhadap keberadaan seorang anak laki- adanya tindakan pencegahan yang secara dini dilakukan
laki dan perempuan di wilayah ini, sehingga perlakuan untuk mencegah balita mendapatkan underweight
keluarga dalam hal pola asuh, pemberian makan, seperti melalui pemberian ASI ekslusif.
kesempatan mengakses sumber-sumber kesehatan Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat
adalah sama untuk anak laki-laki dan perempuan. hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan
Menurut UNICEF (2011), gender sangat gizi kurang balita (p value=0,497). Ini disebabkan
berkaitan dengan nilai (value) terhadap seorang anak. karena ibu tidak mendapatkan pendidikan mengenai
Ketidaksetaraan gender terjadi apabila terdapat penilaian status gizi di pendidikan formal. Ibu dengan pendidikan
yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan rendah bisa mendapatkan informasi terkait gizi melalui
dalam suatu komunitas yang menyebabkan anak laki- pendidikan informal melalui petugas kesehatan di
laki dan perempuan mendapatkan perlakuan yang posyandu, puskesmas atau rumah sakit dengan
berbeda, perawatan kesehatan yang berbeda, dan kemasan informasi yang mudah diserap dan dimengerti
perbedaan aksesibilitas terhadap sumber-sumber. Hal tanpa harus dengan pendidikan tinggi. Penelitian ini
ini menyebabkan ketidaktepatan dalam pengasuhan didukung oleh hasil penelitian Charmarbaglawa, Ranger,
anak dan rendahnya kemampuan dalam mengakses Waddington, dan White (2010), bahwa pendidikan ibu
pelayanan kesehatan. tidak berpengaruh terhadap status gizi balita. Kondisi
Hasil analisis mengenai hubungan riwayat pemberian ini disebabkan oleh kualitas pendidikan yang ditempuh
ASI dengan gizi kurang balita menunjukkan bahwa dalam pendidikan formal yang kurang baik dan ibu
terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat tidak mendapatkan informasi terkait gizi di pendidikan
pemberian ASI dengan status gizi balita (p value=,003). formal, akan tetapi terdapat informasi gizi yang mudah
Balita dengan riwayat ASI nonekslusif berpeluang diserap oleh ibu meskipun dengan pendidikan rendah
mengalami gizi kurang sebanyak 4,34 kali lebih besar di luar pendidikan formal.
dibandingkan dengan balita dengan riwayat ASI ekslusif. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada
Hasil penelitian ini didukung oleh Nakamori et al hubungan yang signifikan atara status ekonomi dengan
(2010), bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif
gizi kurang balita (p value=0,643). Hal ini disebabkan
memiliki peluang 3,95 kali mengalami underweight
keluarga dengan status perekonomian rendah justru
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI
mampu mengalokasikan keuangan keluarga dengan
ekslusif. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI
lebih teliti dan hati-hati. Berusaha mengatur pengeluaran
ekslusif menurunkan angka kejadian penyakit infeksi
dengan alokasi utama adalah untuk kebutuhan primer
yang berhubungan dengan kondisi status gizi balita.
seperti kebutuhan makanan. Charmarbaglawa, Ranger,
ASI ekslusif akan meningkatkan sistem imunitas bayi,
Waddington, dan White (2010) mengemukakan bahwa
sehingga daya tahan tubuh terhadap infeksi akan
meningkat. dalam mengalokasikan penghasilan, keluarga dengan

18
VOL. 1 NO. 1
DESEMBER 2016

penghasilan yang kurang akan lebih hati-hati dalam Ibu dengan persepsi yang kurang baik terhadap status
pengeluaran sehingga pengeluaran tidak melebihi dari gizi berpeluang 3,7 kali lebih besar mendapatkan gizi
pendapatan. kurang dibanding ibu dengan persepsi yang baik terkait
Status perekonomian keluarga tidak memiliki status gizi (OR=3,742).
hubungan yang signifikan dengan status gizi disebabkan Persepsi orang tua yang merasakan bahwa kondisi
oleh adanya pemanfaatan lahan yang baik oleh keluarga gizi kurang pada balita itu merupakan kondisi rentan
dalam menunjang nutrisi anak. Hal ini sesuai dengan dan serius yang berpotensi menimbulkan dampak buruk
penelitian Annim dan Imai (2014) bahwa terdapat bagi balita, akan melakukan tindakan pencegahan
hubungan yang signifikan antara kepemilikan lahan ataupun pencarian pengobatan apabila orang tua
pertanian dengan kondisi malnutisi. Meningkatnya tersebut memiliki persepsi yang kuat terhadap manfaat
ukuran lahan pertanian akan menurunkan insiden yang dirasakan dari tindakan yang diambil dibandingkan
malnutrisi. persepsi hambatan yang akan dihadapi. Orang tua
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada yang memiliki persepsi manfaat yang kuat terhadap
hubungan yang yang signifikan antara jumlah manfaat tindakan pencegahan gizi kurang, akan selalu
anggota keluarga dengan gizi kurang pada balita (p membawa balitanya ke posyandu atau puskesmas
value=0,273). Hal ini disebabkan karena terdapat untuk melakukan kontrol status gizi anak balitanya ke
keluarga balita dengan komposisi jumlah anggota pelayanan kesehatan, memberikan asupan makanan
keluarga yang produktif bekerja lebih banyak, sehingga yang baik, dan melakukan pola asuh nutrisi yang baik
akan meningkatkan pendapatan keluarga yang (Hayati, 2014)
menyebabkan kondisi status gizi anak menjadi lebih baik. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang
Hasil penelitian ini didukung oleh Charmarbaglawa, signifikan antara pola asuh keluarga terkait gizi dengan
Ranger, Waddington, dan White (2010) menunjukkan gizi kurang pada balita (p value=0,045). Pola asuh
bahwa pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga keluarga terkait status gizi yang kurang baik berpeluang
yang besar akan tetapi memiliki lebih banyak anggota 2,96 kali lebih besar mendapatkan gizi kurang dibanding
keluarga yang bekerja (rasio antara anggota keluarga dengan pola asuh keluarga yang baik (OR=2,955).
yang tidak bekerja dibandingkan yang bekerja lebih Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kartika
kecil) menyebabkan pendapatan keluarga dan status et al (2000) bahwa terdapat hubungan antara pola asuh
ekonominya meningkat. Hal ini menyebabkan kondisi makan dengan status gizi balita. Kondisi usia balita
kesehatan anak dan status gizinya menjadi lebih baik. yang masih berada pada tahap ketergantungan dalam
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat pemenuhan kebutuhan dasarnya terhadap orang tua
hubungan yang signifikan antara asupan makanan atau pengasuh, membuat asupan makanan sangat
dengan gizi kurang balita (p value=0,000). Balita dengan tergantung dengan bagaimana cara pengasuhan, cara
asupan makanan yang kurang memiliki peluang 9,677 memberi makan dan cara perawatan kesehatan oleh
kali lebih besar mendapatkan gizi kurang dibandingkan orang tua atau pengasuh.
dengan balita yang mempunyai asupan makanan yang Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan
baik (OR=9,677). Makanan yang seimbang dibutuhkan yang signifikan antara pelayanan kesehatan dengan gizi
tubuh untuk pemeliharaan, perbaikan sel-sel tubuh, kurang pada balita (p value =0,621). Hal ini disebabkan
pertumbuhan dan perkembangan (UNICEF, 2013). karena kondisi status perekonomian keluarga balita
Hasil analisis variabel persepsi ibu balita terhadap yang sebagian besar memiliki penghasilan kurang dari
gizi kurang balita menunjukkan bahwa terdapat UMK, yang menyebabkan kurangnya akses keluarga
hubungan yang signifikan antara persepsi ibu terkait terhadap pelayanan kesehatan. Kemampuan keluarga
status gizi dengan status gizi balita (p value=0,017). untuk mengakses pelayanan kesehatan berkaitan

19
dengan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi dan
kemampuan ekonomi untuk membayar biaya pelayanan pola pengasuhan keluarga terkait gizi. Hasil penelitian
kesehatan (Sartika, 2010). ini menunjukkan angka kejadian gizi kurang di wilayah
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan Kulon progo masih cukup tinggi bila dibandingkan
antara budaya dengan gizi kurang pada balita (p value= dengan data kejadian gizi kurang balita dalam cakupan
0,571). Kondisi ini disebabkan oleh terpaparnya keluarga wilayah Provinsi D.I.Yogyakarta. Oleh karena itu angka
balita dengan informasi kesehatan terkait gizi yang kejadian gizi kurang di wilayah ini perlu mendapatkan
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini perhatian bagi tenaga kesehatan.
didukung oleh penelitian Mirayanti (2012), bahwa tidak Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
ada hubungan yang signifikan antara nilai dan keyakinan informasi bagi pelayanan kesehatan dan keperawatan
keluarga terhadap pola nutrisi dengan status gizi balita. untuk dapat meningkatkan program gizi di masyarakat.
Perlunya dilakukan penyuluhan secara berkala di
Faktor dominan yang mempengaruhi status pelayanan kesehatan dasar mengenai gizi pada balita
gizi balita sehingga dapat memperbaiki pola asuh, persepsi
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa ibu yang kurang baik mengenai gizi pada balita dan
variabel yang paling berpengaruh terhadap gizi kurang perubahan perilaku keluarga menuju keluarga sadar gizi.
pada balita adalah asupan makanan. Balita dengan
asupan makanan yang kurang, berpeluang 11,9 kali UCAPAN TERIMAKASIH
untuk status gizi kurang dibandingkan dengan asupan Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala
makanan yang baik. Penelitian ini didukung oleh Putri Puskesmas Sentolo1, keluarga balita yang berpartisipasi
dan Wahyono (2013), bahwa faktor langsung yang dan memberikan dukungan dalam penelitian ini.
dominan berpengaruh terhadap kejadian wasting
pada anak usia 24-59 bulan adalah asupan karbohidrat REFERENSI
dengan OR 1,29. Anak dengan asupan karbohidrat yang Almatsier. S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi (edisi ketujuh).
kurang, beresiko menderita wasting 1,3 kali lebih besar Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
dibandingkan dengan anak dengan asupan karbohidrat Annim, S.K.,&Imai K.S.,(2014. Nutritional status of
yang cukup.
children, food consumtion diversity and ethnicity in Lao
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya
PDR. Economics school of Social Sciece. University of
adalah dalam hal variabel asupan makanan. Variabel
Manchaster. UK
ini pengukurannya baru terbatas pada kecukupan
Bantamen, Belaynew, & Dube (2014). Assessment of Factors
kebutuhan energi saja, oleh karena itu diperlukan
Associated with Malnutrition among Under Five Years
penelitian selanjutnya mengenai variabel asupan
Age Children at Machakel Woreda, Northwest Ethiopia:
makanan yang dilihat dari kecukupan zat gizi lain
A Case Control Study. Journal nutrition food science
seperti protein, vitamin dan mineral. Penelitian dengan
vol 4 No 1 2014
metode kualitatif juga diperlukan untuk penelitian
Charmarbaglawa,R.,Ranger.,M.,Waddington H, White H
selanjutnya guna mendapatkan hasil penelitian yang
(2010). The determination of child health and nutrition:
lebih mendalam mengenai dimensi budaya kaitannya
a meta analysis. Departemen of economic, university
dengan status gizi balita.
of maryland and operation evaluation departement,
KESIMPULAN world bank
Faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna Dinkes Kab Kulon Progo (2014). Profil Kesehatan Kabupaten
dengan status gizi balita di wilayah Kulon progo, Kulon progo Tahun 2014 (Data tahun 2013). Kulon
Yogyakarta adalah usia balita, riwayat pemberian ASI, Progo, DIY

20
VOL. 1 NO. 1
DESEMBER 2016

Handono, N.P (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan pada Sartika, R. (2010). An anlysis on the usage of health service
Nutrisi, Pola Makan, dan Tingkat Konsumsi Energi related to nutritional status of under five years old
dengan Status Gizi Anak Usia Lima Tahun di Wilayah children. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 5,
Kerja Puskesmas Selogiri, Wonogiri. Jurnal Keperawatan No.2, Oktober 2010
Vol 1 No.1, Juli 2010. Stanhope, M. & Lancaster, J. (2012). Public Health Nursing
Hayati (2014). Analisis faktor orang tua terhadap status gizi Population Centered Health Care in The Community
balita. Pendekatan teori health belief model. Program . (8th e). Missouri: Elsevier.
studi ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Unicef (2011). Gender influences on child survival, health
Kartika, et al (2000). Pola pemberian makan anak (6-18 bulan) and nutrition:a narative review. New York
dan hubungannya dengan tumbang anak pada keluarga United Nations Children’s Fund (UNICEF) (2013).
miskin dan tidak miskin. Jurnal Penelitian Gizi dan Improving child nutrition: the achievable imperative for
Makanan Jilid 23 Tahun 2000 Hal 37-47 global progress, UNICEF, New York, 2013.
Maseta, E., Makau K.W., & Omwega A.M., (2008). Childcare
WHO (2013). The Millenium Development Goals (MDGs)
practice and nutritional status of children aged 6-36
Report 2013. United Nation New York.Diperoleh
months among short ang long term beneficiaries of the
tanggal 25 Desember 2013 dari http://www.who.int/
child survival protection and development programmes
nutrition/publications/severemalnutrition
(the case Morogoro, Tanzania). South Africa Journal of
Wong et al.(2014). Risk factors of malnutrition among
Clinical Nutrition. Vol 21, No 1, 2008
preschool children in Terengganu, Malaysia: a case
Mirayanti, N. (2012). Hubungan pola asuh pemenuhan
nutrisi dalam keluarga dengan status gizi balita di control study. BMC Public Health Journal 2014, 14: 785
Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis
Kota Depok. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Magister
Ilmu Keperawatan: Depok.
Naghashpour et al (2014). Nutrition education based on
health belief model improves dietary calcium intake
among female students of junior high schools. Journal
of Health Population Nutrition. Vol 32 , No 3, 420-
429p. 2014
Nakamori et al (2010). Nutritional status, feeding practice
and incidence of infectious disease among children aged
6 to 18 months in northern mountainous Vietnam. The
journal of medical investigations vol. 57.2010
Putri, D.S.K & Wahyono,T.Y.M (2013). Faktor langsung
dan tidak langsung yang berhubungan dengan kejadian
wasting pada anak umur 6-59 bulan di Indonesia tahun
2010. Media litbangkes Vol 23, No 3, September 2013,
110-121
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian
Kesehatan RI. https://www.litbang.depkes.go.id
Salehi et al (2004). Asessing the impact of nutrition education
on growth of Iranian nomadic children: an application
of a modified beliefs, attitudes, subjectives norms and
enabling factors model. The British Journal of Nutrition,
vol 91, 779p

21

Anda mungkin juga menyukai