Anda di halaman 1dari 2

Pihak=Pihak (Sereubjek) dalam Kontrak

Manusia mempunyai kepentingan perseorangan sehingga untuk melindunginya perlu hak.


Yang mendukung hak di sebut dengan subjek hukum (Rido. 2001). Pasal 330 KUHPerdata tidak
menyinggung mengenai kriteria orang melainkan hanya menetukan mengenai kebelumdewasaan.
Kebelumdewasaan menyangkut kepada hukum (legal capacity) dari manusia.

Menurut pasal 330KUHP “Yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur genap dua pulu satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Bila perkawinan dibubarkan
sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Bila perkawinan
dibubarkan umur mereka umur mereka genap dua pulah satu tahun, maka mereka tidak kembali
berstatus belum dewasa. Mereka yang belum dewasa dan tidak dibawah kekuasaan orang tua,
berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cepat seperti yang diatur dalam bagian 3, 4, 5,
dan 6 dalam bab ini.”

Arti dari pasal 330KUHPerdata adalah siapapun manusiadapat melakukan hubungan


hukum dan memiliki kapasistas hukum secara prinsip ia sudah berusia genap 21 tahun ,
pernah/tidak melakukan hubungan poerkawinan, dan tidak berada dibawah pengampuan. Lebih
lanjut ia yang telah memenuhi syarat kecakapan untuk mengadakan kontrak yang sah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 130 KUHPerdata bahwa “supaaya terjadi persetujuan yang
sah, perlu dipenuhi empat syarat: 1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2)
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) Satu pokok persoalan tertentu; 4) Suatu sebab
yang tidak terlarang” .

Dalam perkembangan ketentuan hukum terakhir, terdapat pula perbedaan menyangkut


usia kedewasaan yang masing-masing tergantung pada konteksnya. Misalnya UU no. 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 1 angka 26 menyatakan bahwa “anak adalah setiap
orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.” Dalam undang-undang yang sama pasal
76 ayat (1) menyatakan bahwa “pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan
belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00”. Dalam
undang-undang inii mengatur usia 18 tahun sebagai batas usia dewasa dalam konteks bekerja
sehingga bagi mereka yang belum 18 tahun masih dianggap anak-anak dan memperoleh
perlakuan serta persyaratan tertentu tentang kebolehan untuk bekerja.
Menurut Rusli (1996) pada umumnya setiap manusia dewasa adalah subjek hukum atau
cakap melakukan perbuatan hukum, tetapi bila orang dewasa itu dalam keadaan dungu, sakit
otak, mata gelap atau juga boros, maka orang dewasa itu dianggap tidak dapat menggunakan
akal sehatnya dank arena itu dapat merugikan dirinya sendiri. Dalam rangkah melindungi orang
dewasa seperti itu maka diciptakanlah lembaga pengampunan. Akibat hukum dari seseorang
yang ditaruh dibawah pengampunan ialah orang tersebut bukan lagi subjek hukum dankarena itu
perbuatan perdata dari orang-orang itu menjadi batal secara hukum.(pasal 446 bagian 2 dan pasal
1330KUHPerdata). Satu-satunya perbuatan perdata yang dibolehkan adalah boros (nukam
karema dungu, sakitotak) atau adalah membuat surat wasiat .(pasal 446 bagian 3 pengampunan
hanya sah bila diputuskan oleh hakim pengadilan negeri dan hasil keputusan itu diumumkan
dalam berita negara. Pengampunan terakhir bila sebab yang mengakibatkannya diampuh telah
terakhir atau tiada dan hal ini harus diputuskan oleh hakim (pasal 460 KUHPerdata).

Di samping manusia, masih ada lagi pendukung hak-hak dan kewajiban yang dinamakan
badan hukum untuk membedakan dengan manusia. Ada suatu bentuk hukum yaitu badan hukum
yang dapat mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban hukum, dan dapat nmengadakan
hubungan hukum (Rido, 2001). Adapula bentuk badan yang tidak tergolongkan menjadi badan
hukum. Badan dimaksud disebut badan usaha seperti perseroan, cv, dan firma.

Berikut merupakan badan-badan baik badan hukum maupun non badan hukum yang
pengaturannya terdapat pada undang-undang sebagaimana yang telah disebutkan oleh bab ini :

Anda mungkin juga menyukai