Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUGAS AKHIR/KERJA SKRIPSI

DI PT. ANTANG GUNUNG MERATUS


KALIMANTAN SELATAN

12 AGUSTUS – 12 SEPTEMBER 2002

Oleh :
ARRY DWI HANDOKO
112980128

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2002

A. JUDUL : OPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA BEDA


KUALITAS UNTUK MEMENUHI KRITERIA
PERMINTAAN KONSUMEN DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM LINIER METODE SIMPLEK DI PT. ANTANG
GUNUNG MERATUS KALIMANTAN SELATAN

B. LATAR BELAKANG
Batubara merupakan suatu lapisan yang padat, yang pembentukan dan
penyebarannya dapat terjadi secara horisontal maupun vertikal, dan merupakan
suatu lapisan yang heterogen. Oleh karena sifatnya yang heterogen ini maka
batubara mempunyai kualitas yang berbeda-beda meskipun tempat terbentuknya
terdapat pada satu tempat. Endapan batubara pada wilayah PKP2B PT. Antang
Gunung Meratus terdapat dalam dua formasi batuan, yaitu Formasi Tanjung yang
berumur Eosen (38 – 55 juta tahun yang lalu) dan Formasi Warukin yang berumur
Miosen (12 – 15 juta tahun yang lalu). Akibat adanya perubahan mekanisme
sedimentasi mengakibatkan dijumpainya perbedaan jumlah lapisan batubara.
Lapisan batubara tersebut dalam penyebarannya maupun ketebalannya tidak
konsisten dan membentuk lensa, membaji ataupun bercabang. Hal ini juga
mengakibatkan perbedaan kualitas batubara. Dengan adanya beda kualitas ini agar
batubara yang mempunyai kualitas rendah dapat dimanfaatkan, maka dilakukan
kegiatan blending atau pencampuran antara batubara kualitas tinggi dengan
batubara kualitas rendah. Oleh karena sifatnya yang heterogen ini maka penulis
tertarik untuk meneliti percampuran yang tepat antara batubara kualitas tinggi
dengan batubara kualitas rendah untuk memenuhi kebutuhan batubara sesuai
dengan kriteria yang diinginkan oleh konsumen dengan memperhatikan 6
parameter dari batubara yaitu : kandungan air bawaan (IM), kandungan abu (Ash),
zat terbang (VM), karbon tertambat (FC), kandungan sulfur (TS) dan nilai kalor
(CV).

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan yang


tepat antara batubara kualitas rendah dengan batubara kualitas tinggi untuk di
blending sehingga didapatkan kualitas batubara sesuai yang diinginkan oleh
konsumen.

D. DASAR TEORI
1. Genesa Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa macam
tumbuhan yang merupakan material organik dan telah mengalami dekomposisi
atau penguraian oleh adanya proses biokimia dan geokimia sehingga berubah baik
sifat fisik maupun sifat kimianya.
Genesa batu bara berdasarkan tempat terjadinya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Teori Insitu
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat dimana
tumbuh-tumbuhan itu berada (terjadi di tempat itu juga) yang
mempunyai ciri-ciri sbb : penyebarannya luas dan kualitasnya baik
(karena kadar abunya rendah).
2. Teori Drift
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terjadinya ditempat lain dari
tumbuh-tumbuhan asal itu berada karena sudah tertransportasi, yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : penyebarannya tidak luas tetapi
banyak, kualitasnya kurang baik karena banyak mengandung pengotor.

2. Parameter Kualitas Batubara


Untuk mengetahui kualitas dari batubara maka dapat diketahui dengan
menggunakan parameter-parameter dari batubara. Parameter-parameter dari
batubara adalah sbb :
1. Kandungan Air.
Kandungan air dalam batubara secara umum ada dua yaitu air
permukaan (free moisture) dan kandungan air bawaan (inherent
moisture). Kandungan air permukaan secara mekanis terdapat dalam
permukaan dan retakan-retakan serta kapiler-kapiler besar (makro
kapiler) batubara dan mempunyai tekanan gas normal. Jumlah
kandungan air bebas secara prinsip tergantung dari kondisi yaitu dari
lembab sampai kering. Hal tersebut juga tergantung dari penambangan,
benefisiasi, transportasi, penanganan dan penyimpanan juga distribusi
ukuran butirnya.
Kandungan air bawaan berada pada mikro pori, yang mempunyai
tekanan lebih rendah dari tekanan uap normal. Kandungan air bawaan
ini penting diketahui, karena dapat digunakan untuk mengindikasi
peringkat batubara. Batubara makin tinggi kandungan air bawannnya,
peringkatnya makin rendah.
2. Kandungan Abu.
Seperti telah diketahui bahwa kandungan batu bara terdiri dari 3 unsur
yaitu : air, material batu bara (coal matter) dan material bukan batu
bara (mineral matter).
Mineral matter terdiri atas 2 macam yaitu mineral matter bawaan
(inherent mineral matter) serta material mineral dari luar batu bara
(extraneous mineral matter). Inherent mineral matter berhubungan
dengan tumbuh-tumbuhan yang hidup di rawa-rawa dan sulit
dipisahkan dari batu bara, biasanya berjumlah 0,5 – 1,0 %. Extraneous
Mineral Matter terjadi saat terambil waktu penambangan (parting),
yang terbawa waktu terjadi banjir ke lapisan batubara pada waktu
pembentukannya. Extraneous Mineral Matter dapat dipisahkan dari
batubara dengan proses pencucian.
Jika batubara dipanaskan maka mineral matter tersebut akan
mengalami perubahan secara kimia menjadi abu.
Perubahan secara kimia tersebut antara lain sebagai berikut :
 Kehilangan air dari senyawa-senyawa yang mengandung
hidrogen.
 Kehilangan CO2 dari karbonat.
 Oksidasi FeS2 menjadi besi sulfida dan magnesium oksida.
 Penguapan dan penguraian dari alkali chloride.
Secara umum untuk memperkirakan jumlah mineral matter dapat
dicari dengan menggunakan rumus sbb :
MM = 1,1 x Kandungan Abu
Atau
MM = 1,08 A + 0,55 S
Ket :
MM = Mineral matter
A = Kandungan abu
S = Kandungan sulfur
3. Zat Terbang.
Zat terbang terdiri dari Combustible gasses (gas-gas yang mudah
terbakar) seperti gas hidrogen, CO, dan CH 4 serta gas-gas yang dapat
dikondensasikan seperti tar dengan sejumlah kecil gas-gas yang tidak
terbakar seperti CO2 dan air yang terbentuk karena hasil dehidrasi dan
kalsinasi.
Zat terbang juga dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan
peringkat batubara.
Pengaruhnya dalam preparasi batubara adalah jika kandungan zat
terbang tinggi (>24 %) maka batubara akan mudah terbakar. Untuk
mengatasi hal tersebut sebaiknya batubara tidak dilakukan
penggerusan terlalu halus, karena sangat berpotensi untuk mudah
meledak.
4. Karbon Tetap (Fixed Carbon).
Sebagai komponen dari analisa proksimat, Fixed Carbon dihitung dari
FC = 100 – ( A + VM + IM ).
Rasio Fixed carbon dengan Volatile matter (zat terbang) disebut
dengan “FR” (Fuel Ratio). FR juga dapat digunakan sebagai pegangan
untuk menentukan peringkat batubara.

5. Nilai Kalor.
Nilai kalor dari batubara merupakan jumlah panas dari komponen yang
terbakar seperti karbon, hidrogen, dan sulfur dikurangi dengan panas
reaksi eksotermis atau endotermis yang terjadi dari pembakaran
komponen pengotor.
6. Kandungan Sulfur.
Sulfur merupakan zat pencemar, maka adanya sulfur yang tinggi
sangat tidak dikehendaki.
Ada 3 macam bentuk sulfur yaitu :
 Pyritic Sulfur (FeS2) biasanya berjumlah 20 – 80 % dari total
sulfur dan berasosiasi dengan abu batubara.
 Organic Sulfur biasanya berjumlah relatif dan bervariasi antara
20 – 80 % dari total sulfur. Sulfur Organik terikat secara kimia
dengan substansi atau zat-zat lain.
 Sulphate sebagaian besar terdiri dari kalsium sulfat dan besi
sulfat.

3. Blending.
Blending atau pencampuran adalah penggabungan atau penimbunan secara
bersamaan dan terus menerus dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material
(batubara beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi yang konstan
(parameter kualitas konstan) dan terkontrol proporsinya.
Dalam hal ini pencampuran dilakukan terhadap batubara yang berbeda
kualitasnya, sehingga kualitas batubara hasil campuran merupakan perpaduan dari
semua parameter kualitas batubara yang dicampur atau dengan kata lain batubara
dengan kualitas rendah akan menjadi lebih baik dan dapat memenuhi batasan-
batasan persyaratan untuk memenuhi permintaan konsumen.
Pencampuran batubara dilakukan terhadap batubara yang terdiri dari dua
jenis kualitas batubara pada area penimbunan tersebut dengan perbandingan
tertentu sehingga didapatkan hasil blending atau pencampuran yang sesuai dengan
permintaan konsumen.
Pencampuran batubara supaya didapatkan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan dengan komposisi yang seragam dan homogen, secara teoritis
parameter kualitasnya campurannya dapat dideteksi atau didekati dengan
persamaan sbb :
K 1 . X 1  K 2 . X 2  ...  K n . X n
Kc =
Xc

Xc = X1 + X2 + ... + Xn
Keterangan :
Kc = Kualitas batubara campuran.
Xc = Berat total batubara campuran.
K1,K2,...,Kn = Kualitas dari masing-masing batubara yang akan dicampur.
X1,X2,...,Xn = Berat dari masing-masing batubara yang akan dicampur.

E. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dihadapi adalah adanya beda kualitas batubara pada
masing-masing formasi dan selama ini pencampuran yang dilakukan untuk
memenuhi kriteria permintaan konsumen hanya berpedoman pada sebagian
parameter kualitas batubara, sedangkan kualitas batubara ditentukan oleh banyak
parameter kualitas yang menjadi target.
Hal di atas erat kaitannya dengan perencanaan percontohan batubara yang
merupakan bagian integral dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan
maupun pada saat pemasaran batubara yang mempunyai arti penting baik secara
teknis maupun ekonomis guna mendapatkan hasil kegiatan di atas secara optimal.

F. PENDEKATAN DAN PEMECAHAN MASALAH


Upaya yang dilakukan untuk dapat memenuhi syarat permintaan
konsumen akan batubara, perlu dilakukan pencampuran yang baik antar formasi
yaitu dengan mencari perbandingan pencampuran antara batubara kualitas tinggi
dengan batubara kualitas rendah, sehingga pemanfaatan sumber daya menjadi
optimal dan dapat memenuhi persyaratan konsumen.
Untuk menunjang kajian pencampuran ini dilakukan pengamatan dan
pencatatan data untuk memperoleh data-data mengenai kualitas dan kuantitas
batubara yang dihasilkan dari tambang dan yang dibutuhkan oleh konsumen.
Penyelesaian permasalahan pencampuran batubara beda kualitas adalah
dengan menggunakan program linier metode simplek yang dapat dikerjakan
dengan bantuan program komputer QSB (Quantitative System for Business).
Metode ini memakai 6 parameter kualitas batubara yang menjadi persyaratan
konsumen.
Dengan upaya-upaya yang dilakukan diatas diharapkan segala
permasalahan yang timbul dapat teratasi dan tercipta metode atau sistematika
pencampuran yang baik.

G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Literatur
Dalam hal ini dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan data-data
di lapangan, adapun bahan-bahan diperoleh dari Instansi yang terkait dengan
penelitian ini dan perpustakaan kampus dan daerah yang mana dapat berupa :
a. Literatur
b. Brosur-brosur
c. Karya-karya ilmiah,dll.
2. Penelitian Langsung di lapangan
Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
a. Observasi lapangan
Yaitu dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian, luas
serta kesampaian daerah serta mencocokkan dengan data-data yang
diperoleh.
b. Cek kembali perumusan masalah
Yaitu dengan menyesuaikan data-data yang diperoleh agar apa yang telah di
dapat sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masalah yang akan dipecahkan.
3. Pengambilan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data diperoleh dari :
 Perusahaan yang bersangkutan, baik melalui para karyawan secara lisan
maupun dokumen.
 Instansi yang terkait, seperti P3TM dan pusat informasi lainnya
 Perpustakaan, baik perpustakaan kampus UPN “Veteran” maupun
perpustakaan daerah.
4. Akuisisi Data
Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data, diantaranya :
 Pengumpulan dan pengelompokan data
5. Mengolah Data
Data-data yang telah diperoleh akan diolah, sehingga masalah yang ada dalam
hal ini komposisi blending yang tepat dapat terselesaikan.

H. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan analisa kualitas batubara pada masing
masing formasi sebagai berikut :
No. Parameter Kualitas Batubara Tanjung Warukin
1. Kandungan air bawaan 4,32 – 5,25 16,9 – 20,1
2. Kandungan abu 9,55 – 13,4 0,8 – 3,59
3. Kandungan zat terbang 40,19 – 40,65 33,78 – 52,52
4. Total sulfur 0,53 – 0,6 0,1 – 1,5
5. Karbon tertambat 42,94 – 43,70 31,42 – 40,42
6. Nilai kalor 6525 - 6824 4855 – 5678

Sedangkan kriteria permintaan konsumen adalah :


1. Kandungan air bawaan maksimum 6 %
2. Kandungan abu maksimum 13 %
3. Kandungan zat terbang maksimum 41 %
4. Total sulfur maksimum 1 %
5. Karbon tertambat 43 %
6. Nilai kalor 6500 Cal/gr
7. Tonnase yang diinginkan 40.000/bulan
Masalah pencampuran batubara dapat diselesaikan dengan menggunakan
program linier metode simplek. Untuk menyelesaikan masalah optimasi
pencampuran batubara dengan program linier terlebih dahulu harus dibuat model
matematiknya. Hal ini dilakukan karena kualitas batubara sebagian ada yang telah
memenuhi persyaratan dan ada sebagian yang tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Dengan menggunakan metode simplek akan diketahui berapa
perbandingan yang sesuai untuk masing-masing batubara yang akan dicampur.
Dengan cara perhitungan manual, metode simplek hanya dapat digunakan
untuk tiga parameter saja karena perhitungan metode simplek sangat panjang dan
bersifat iteratif (perhitungan berulang).
Tujuan pencampuran adalah memaksimalkan penggunaan batubara
kualitas rendah, sehingga fungsi tujuan dan model matematiknya adalah:

Z = X1 + X2
Dimana :
Z : fungsi tujuan (batubara campuran yang diinginkan)
X1 : batubara produk Warukin
X2 : batubara produk Tanjung
Dengan menggunakan tiga parameter yaitu kandungan abu, kandungan
sulfur dan nilai kalor, kriteria permintaan konsumen dalam program linier disebut
fungsi batasan dan kendala dapat dituliskan model matematiknya sebagai berikut :

1. X1 + X2  40.000
X1 +X2 +X3 = 40.000
2. 3,59X1 +13,4X2  13(40.000)
3,59X1 +13,4X2 +X4 = 520.000
3. 1,5X1 +0,6X2  1(40.000)
1,5X1 +0,6X2 +X5 = 40.000
4. 5678X1 +6824X2 = 6500(40.000)
5678X1 +6824X2 +X6 = 260.000.000
Vd Z X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK NI

Z 1 -1 -1 0 0 0 0 0 -
X3 0 1 1 1 0 0 0 40.000 40.000
X4 0 3,59 13,4 0 1 0 0 520.000 38.805,9
X5 0 1,5 0,6 0 0 1 0 40.000 66.666,7
X6 0 5678 6824 0 0 0 1 260.000.000 38.100,8

X1 0 0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8

Z [-1 -1 0 0 0 0 0 ]
(-1) [0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8 ]
-0,168 0 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8

X3 [1 1 1 0 0 0 40.000 ]
( 1) [0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8 ]
0,168 0 1 0 0 -1,46.10-4 1.899,18

X4 [3,59 13,4 0 1 0 0 520.000 ]


(13,4) [0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8 ]
-7,559 0 0 1 0 -1,956.10-3 9.449,01
X5 [1,5 0,6 0 0 1 0 40.000 ]
(0,6) [0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8 ]
1,0008 0 0 0 1 -8,76.10-4 17.139,508

Vd Z X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK NI

Z 1 -0,168 0 0 0 0 1,46.10-4 38.100,82 -


X3 0 0,168 0 1 0 0 -1,46.10-4 1.899,18 11.304,6
X4 0 -7,559 0 0 1 0 -1,956.10-3 9.449,012 -
X5 0 1,0008 0 0 0 1 -8,76.10-4 17.139,508 17.125,8
X2 0 0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,8 45.794,25

X1 0 1 0 5,952 0 0 -8,7227 11.304,64


Z [-0,168 0 0 0 0 1,46.10-4 38.100,82 ]
(-0,168) [ 1 0 5,952 0 0 -8,7227 11.304,64 ]
0 0 0,999 0 0 -1,465 39.999,99

X2 [0,832 1 0 0 0 1,46.10-4 38.100,82 ]


(0,832) [ 1 0 5,952 0 0 -8,7227 11.304,64 ]
0 1 -4,952 0 0 7,257 28.695,36

Jadi Z = X1 + X2
= 11.304,64 + 28.695,36
= 40.000
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan perbandingan antara batubara
Warukin (X1) dengan batubara Tanjung (X2) adalah : 1 : 2,5
Untuk membuktikan perbandingan tonnase tersebut dapat digunakan
rumus blending sebagai berikut :
Untuk kandungan abu :
K 1 . X 1  K 2 . X 2  ...  K n . X n
Kc =
Xc

3,59(11 .304,64)  13,4( 28.695,36)


=
40.000
= 10,6 % memenuhi kriteria konsumen dibawah 13 %

Untuk kandungan sulfur :


K 1 . X 1  K 2 . X 2  ...  K n . X n
Kc =
Xc

1,5(11 .304,64)  0,6(28.695,36)


=
40.000
= 0,85 % memenuhi kriteria konsumen dibawah 1 %

Untuk nilai kalor :


K 1 . X 1  K 2 . X 2  ...  K n . X n
Kc =
Xc

5678(11 .304,64)  6824(28.695,36)


=
40.000
= 6500 memenuhi kriteria konsumen minimal 6500 Cal/gr

Untuk kegiatan pengambilan conto yang baik perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Ukuran scoop harus tepat.
2. Pengambilan conto kalau bisa pada conveyor.
3. Jangan menampung material yang jatuh dari ujung conveyor, tetapi gerakkan
scoop maju ke depan terus tarik kembali.
4. Bila pengambilan conto dilakukan pada timbunan maka sebaiknya jangan
hanya pada satu tempat.

Misal : Untuk pengambilan conto dari ROM pada belt conveyor sebanyak 10 kali
Jam kerja 10 jam.
60
Maka pengambilan conto dilakukan setiap = 10 x menit
10
= 60 menit atau 1 jam

I. KESIMPULAN
1. Optimasi pencampuran batubara untuk memenuhi kriteria permintaan
konsumen bertujuan untuk memanfaatkan batubara kualitas rendah
semaksimal mungkin dengan memakai variabel kendala, yaitu : kuantitas
kebutuhan batubara masing-masing konsumen, parameter kualitas masing-
masing produk batubara seperti kandungan air bawaan, kandungan abu,
kandungan zat terbang, karbon tertambat, kandungan sulfur dan nilai kalor.
2. Dari hasil perhitungan menggunakan program linier metode simplek dengan
tiga parameter, untuk mendapatkan parameter kualitas batubara yang
diinginkan konsumen seperti Ash  13 %, TS  1 % dan CV = 6500 Cal/gr
dapat dicampur antara batubara produk Tanjung dengan parameter kualitas
Ash = 13,4 %, TS = 0,6 % dan CV = 6824 Cal/gr dan batubara produk
Warukin dengan parameter kualitas Ash = 3,59 %, TS = 1,5 % dan CV = 5678
Cal/gr sehingga menghasilkan perbandingan 1 : 2,5 atau 2 bucket loader
batubara Warukin dicampur dengan 5 bucket batubara Tanjung dengan catatan
kapasitas bucket sama.
3. Perencanaan percontoh yang baik akan menghasilkan perolehan data dengan
akurasi yang tinggi sehingga secara teknis akan mempermudah di dalam
interpretasi dan evaluasi data. Oleh karena itu perlu dibuat perencanaan
percontoh yang baik agar dapat dihindarkan penggunaan biaya kegiatan yang
tidak seharusnya dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai