Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Estetika wajah dapat dikatakan merupakan motivasi utama pasien untuk

mendapat perawatan ortodonti (Monica, 2007). Menurut Schlosser dkk. (2005 sit.

Monica 2007), 80% pasien yang datang untuk memperoleh perawatan ortodonti,

bertujuan memperbaiki penampilan. Camara (2005) menyatakan bahwa senyum

merupakan kriteria kunci pasien dalam menilai keberhasilan suatu perawatan.

Menganalisis senyum sangat penting di dalam tahapan untuk penegakkan

diagnosis dan rencana perawatan di kedokteran gigi yang menyertakan estetika

secara objektif. Menurut Sarver dan Ackerman (2001 sit. Monica 2007),

perawatan ortodonti memiliki nilai-nilai artistik dalam mencapai senyum yang

ideal.

Membentuk senyum ideal membutuhkan analisis dan evaluasi terhadap

wajah, bibir, jaringan gingiva, dan gigi serta perpaduan komponen tersebut pada

senyum seseorang (Davis, 2007). Dua hal penting perlu diperhatikan oleh

ortodontis, yaitu: (1) rencana perawatan sesuai dengan masalah yang dijumpai,

dengan diagnosis untuk mengidentifikasi dan menilai elemen senyum yang perlu

dikoreksi, (2) strategi perawatan yang ditujukan untuk mengatasi keluhan utama

pasien termasuk keseimbangan wajah serta estetika senyum (Sarver dan

Ackerman, 2001 sit. Monica, 2007),. Menurut Davis (2007) pendekatan

multidisiplin sering dilibatkan dalam menganalisis, mengevaluasi serta merawat

pasien dengan tujuan membentuk senyum ideal, seperti perawatan ortodonti,

bedah ortodonti, bedah plastik serta reposisi tulang.

1
2

Senyum merupakan ekspresi wajah seseorang dalam mengungkapkan

perasaan, persahabatan, persetujuan atas penghargaan seseorang terhadap sesama

(Monica, 2007). Senyum ideal dapat dikatakan apabila terdapat keselarasan dan

keseimbangan antara bentuk wajah dan gigi (Davis, 2007). Senyum yang ideal

merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seseorang dalam pergaulan

(Monica, 2007). Salah satu cara terpenting untuk mendapatkan teman dan

mempengaruhi orang adalah dengan senyum (Mackley, 1993 sit. Monica, 2007).

Komponen senyum yang dianggap penting antara lain, lengkung senyum,

kesejajaran gigi, bentuk dan warna gigi, keteraturan tepi insisal gigi, jumlah gigi

incisivus dan gingiva yang terlihat, dan buccal corridors (Nascimento dkk., 2012).

Elham dkk. (2010) menambahkan, senyum ideal ditentukan oleh beberapa

variabel, yaitu (1) buccal corridors, (2) jumlah tampilan gingiva (gingival

display), dan (3) keberadaan midline diastema. Buccal corridors merupakan

aspek yang penting untuk dipertimbangkan dalam estetika senyum (Loi dkk.,

2009). Ukuran buccal corridors merupakan aspek yang menjadi perhatian dalam

komponen senyum dan dapat mempengaruhi estetika senyum individu (Oshagh

dkk., 2010; Tikku dkk., 2012). Buccal corridors adalah ruang gelap yang terdapat

di antara batas lateral gigi geligi dan sudut bibir pada saat pasien tersenyum

(Monica, 2007). Buccal corridors atau biasanya disebut dengan lateral negative

space, terletak antara gigi-gigi posterior dan sudut mulut pada saat tersenyum

(Sabri, 2005). Buccal corridors terjadi dari latar yang gelap didalam rongga

mulut, tergantung pada bentuk dan lebar lengkung gigi atas, serta otot-otot wajah

yang bertanggung jawab terhadap lebar senyum seseorang (Nascimento dkk.,


3

2012). Buccal corridors tidak terlihat ketika posisi bibir istirahat karena hadirnya

buccal corridors merupakan efek dari otot-otot wajah dan perioral (Gracco dkk.,

2006).

Menurut penelitian Loi dkk. (2009), penilaian senyum dapat dilakukan

dengan mengevaluasi gambar fotograf buccal corridors, dan dianalisis dengan 6

klasifikasi buccal corridors, yaitu extrabroad (0% buccal corridors), broad (5%

buccal corridors), medium-broad (10% bucal corridors), medium (15% buccal

corridors), medium-narrow (20% buccal corridors), dan narrow (25% buccal

corridors). Senyum yang lebar dengan buccal corridor minimal memiliki nilai

estetika lebih baik dibandingkan senyum yang sempit dengan buccal corridors

lebar (Mooreetal, 2005 sit. Monica, 2007). Senyum dengan estetika yang baik

tidak hanya ditentukan komponen seperti posisi, ukuran, bentuk dan warna gigi,

tetapi juga besar tampilan gingiva, bibir serta komponen rongga mulut yang

terlihat ketika seseorang tersenyum (Geld dkk., 2007).

Persepsi merupakan suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih,

mengorganisasikan, dan menginterprestasikan rangsangan-rangsangan yang

diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya

(Bilondatu, 2013). Menurut Lubis (2010), persepsi merupakan pertemuan antara

proses kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan

kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan

bahasa. Persepsi bukanlah cerminan yang tepat dari realitas, karena persepsi

melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka masing-masing subjek

akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama.
4

Kepuasan terhadap estetika mulut berhubungan dengan kesadaran diri dari

masing-masing individu (Klages, 2004 sit. Silva dkk., 2012). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan di Dental School Brazil menunjukkan sebuah persepsi

estetika diri yang positif pada senyum, perempuan menunjukkan dirinya kurang

puas dengan senyumnya dibandingkan laki-laki (Silva dkk., 2012). Perempuan

juga menilai bahwa penampilan estetika gigi sangat penting untuk diri mereka

dibanding laki-laki (Samorodnitzky-Naveh dkk., 2007). Persepsi dan sikap

mengenai penampilan senyum bervariasi dari satu orang ke orang lain dan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi individu dengan cara yang

berbeda, tergantung pada usia, jenis kelamin, status perkawinan, status sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengaruh dari keluarga, teman sebaya,

aspek budaya dan media masa. Individu dengan usia yang relatif lebih muda,

lebih memperhatikan penampilan estetika gigi dibandingkan dengan individu

dengan usia yang lebih tua (Silva dkk., 2012). Beberapa penelitian menunjukkan

perbedaan kepercayaan diri antara laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih

percaya diri daripada perempuan (Siska dkk., 2003).

Penelitian yang dilakukan Mufidah (2012), menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan ukuran buccal corridor antara laki laki dan perempuan. Penelitian

Gracco dkk. (2006) dan Martin, dkk. (2007) menunjukkan hasil yang berbeda,

yaitu tidak ditemukan perbedaan dalam penilaian buccal corridors berdasarkan

jenis kelamin dan usia. Menurut Silva dkk. (2012), diperlukan penelitian lebih

lanjut tentang hubungan keindahan dan daya tarik senyum seseorang dengan

keberadaan ukuran dan bentuk gigi, lengkung bibir, bentuk gingiva dan tampakan
5

gingiva serta buccal corridors, dibandingkan dengan persepsi diri seseorang

terhadap senyum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai

berikut bagaimanakah perbandingan persepsi senyum ideal antara laki-laki dan

perempuan berdasarkan buccal corridors pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Gadjah Mada?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai buccal corridor telah dilakukan oleh Moore dkk.

(2005). Penelitian tersebut menemukan bahwa senyum yang lebar (buccal

corridor minimal) memiliki nilai estetika yang lebih baik dibanding senyum yang

sempit (buccal corridor yang lebar). Penelitian mengenai estetika senyum

berdasarkan buccal corridors pada ortodontis dan mahasiswa kedokteran gigi di

Jepang telah dilakukan oleh Loi dkk. (2009), menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan pada efek buccal corridors terhadap senyum antara laki-laki dan

perempuan.

Penelitian mengenai perbandingan persepsi senyum ideal antara laki-laki

dan perempuan berdasarkan buccal corridors terhadap mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada belum pernah dilakukan sebelumnya.


6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perbandingan persepsi

senyum ideal antara laki-laki dan perempuan terhadap buccal corridors pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Memberi tambahan informasi mengenai persepsi senyum ideal berdasarkan

buccal corridors bagi dokter gigi, ortodontis, dan masyarakat.

2. Memberikan tambahan informasi bagi ortodontis dalam mempertimbangkan

senyum pada perawatan ortodonti sebagai panduan dalam menyusun rencana

perawatan serta hasil perawatan ortodonti.

Anda mungkin juga menyukai