Anda di halaman 1dari 11

AMELIA SEBON

J111 13 321
KELOMPOK 4

TUTORIAL MODUL 2 BLOK FORENSIK


PASIEN MENGGUGAT

SKENARIO

Seorang suami pasien dan beberapa orang keluarga pasien mendatangi kantor polisi untuk
melakukan tuntutan hukum kepada dokter gigi X yang mereka duga telah melakukan malpraktik
pada pasien tersebut. 3 hari yang lalu ibu tersebut mendapatkan tindakan berupa pencabutan gigi
48, namun akibat pencabutan gigi pasien tersebut mengalami pendarahan dan harus dirawat di
rumah sakit. Menurut pengakuan suami pasien, dokter gigi X langsung memutuskan untuk
mencabut gigi pasien tanpa konsultasi dan meminta persetujuan tindakan kepada pasien dan
keluarganya, namun dokter gigi X menyatakan bahwa pasien telah menandatangani surat
persetujuan tindakan medik telah melakukan sesuai dengan standar operasional prosedur dan
tidak merasa melanggar etika profesi dokter gigi. Belakangan diketahui bahwa masa berlaku
Surat Izin Praktik (SIP) dokter gigi tersebut sudah lama habis.

KATA KUNCI
1. Tuntutan hukum
2. Akibat pencabutan gigi pasien mengalami pendarahan
3. Surat persetujuan tindakan medik
4. Diduga malpraktek
5. SIP (Surat Izin Praktek)
6. Melanggar etika profesi dokter gigi
7. Tanpa konsultasi dan meminta persetujuan tindakan
8. Standar operasional prosedur

PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan dan persamaan dari etika dan hukum?
Jawab:
a. Persamaan etik dan hukum
1) Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat
2) Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia
3) Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan
4) Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi
5) Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior
b. Perbedaan etik dan hukum
No. Etik Hukum
1 Berlaku untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum
Disusun berdasarkan kesepakatan Disusun oleh badan pemerintah
2
anggota profesi
Tertulis secara rinci dalam kitab
3 Tidak seluruhnya ditulis undang-undang dan lembaran/berita
negara
4 Sanksi berupa tuntutan Sanksi berupa tuntutan
5 Pelanggaran etik diselesaikan oleh
Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI)
yang dibentuk oleh Konsil Pelanggaran hukum diselesaikan oleh
Kedokteran Indonesia dan atau oleh pengadilan
Majelis Kehoratan Etika Kedokteran
(MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan
Dokter Indonesia (IDI)
6 Penyelesaian pelanggaran etik tidak Penyelesaian pelanggaran hukum
selalu disertai bukti fisik memerlukan bukti fisik

Sumber:
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC;
2007. Hlm. 5-6.

2. Jelaskan bagaimana prinsip etika kedokteran gigi?


Jawab:
Prinsip dasar etika kedokteran gigi meliputi:

a. Prinsip tidak merugikan (non-maleficence), merupakan prinsip moral yang selalu


berorientasi kepada kebaikan pasien dan tidak melakukan tindakan yang memperburuk
keadaan pasien. Jika kita tidak dapat berbuat baik kepada seseorang, maka paling tidak
kita tidak merugikan orang itu. Prinsip ini menurut tradisi Hipocrates, primum non
nocere.
b. Prinsip menghormati otonomi pasien (autonomy), merupakan suatu kebebasan
bertindak dimana seseorang mengambil keputsan sesuai dengan rencana yang
ditentukannya sendiri. Hal ini mencakup 2 unsur yaitu kemampuan untuk mengambil
keputusan tentang suatu rencana tertentu dan kemampuan mewujudkan rencananya
menjadi kenyataan. Dalam hubungan dokter-pasien ada otonomi klinik atau kebebasan
profesional dari dokter dan kebebasan terapeutik yang merupakan hak pasien untk
menentukan yang terbaik bagi dirinya, setelah mendapatkan informasi selengkap-
lengkapnya.
c. Prinsip keadilan (justice), berupa perlakuan yang sama untuk oranng-orang dalam
situasi yang sama, artinya menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya kekayaan
dan kedudukan sosial.
d. Prinsip berbuat baik (beneficence), dalam bahasa Inggris beneficence bermakna suatu
tindakan kemurahan hati dan keramahan. Sikap mendahulukan kepentingan orang lain,
rasa cinta dan rasa kemanusiaan terkadang juga digolongkan sebagai bentuk dari
beneicence. Hal ini merupakan segi positif dari non maleficence.
Sumber:

Dickenson D, Huxtable R, Parker M. The cambridge medical ethics workbook. 2nd ed. UK:
Cambridge university press; 2010.p. 195..
Standar pendidikan profesi dokter. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta: 2006.

3. Jelaskan aspek hukum dalam profesi kedokteran gigi!


Jawab:
Aspek hukum bidang kedokteran dan kedokteran gigi diatur dalam Undang-undang
republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 mengenai praktik kedokteran yang terdiri dari
XII BAB dan 88 pasal, dengan rincian:

BAB TENTANG PASAL


I Ketentuan umum 1
II Asas dan tujuan 2-3
Konsil kedokteran Indonesia
 Bagian kesatu: Nama dan kedudukan 4-5
 Bagian kedua: Fungsi, tugas dan wewenang 6 - 10
 Bagain ketiga: Susunan organisasi dan 11 - 21
III
keanggotaan
 Bagian keempat: Tata Kerja 22 - 24
 Bagian kelima: Pembiayaan 25

Standar pendidikan profesi kedokteran dan


IV 26
kedokteran gigi
Pendidikan dan pelatihan kedokteran dan
V 27-28
kedokteran gigi
VI Registrasi dokter dan dokter gigi 29-35
36-38
Penyelenggaraan praktik kedokteran 39-43
 Bagian kesatu: Surat Izin Praktik
VII  Bagian kedua: Pelaksanaan praktik
 Bagian ketiga: Pemberian pelayanan 44
Paragraf 1: Standar pelayanan 45
Paragraf 2: Persetujuan tindakan medis 46-47
kedokteran dan kedokteran gigi 48
Paragraf 3: Rekam medis 49
Paragraf 4: Rahasia Kedokteran 50-51
Paragraf 5: Kendali mutu dan kendali biaya
Paragraf 6: Hak dan kewajiban dokter atau 52-53
dokter gigi 54
Paragraf 7: Hak dan kewajiban pasien
Paragraf 8: Pembiayaan

Disiplin dokter dan dokter gigi


 Bagian kesatu: Majelis Kehormatan Disiplin 55-65
Kedokteran Indonesia
VIII  Bagian kedua: Pengaduan 66
 Bagian ketiga: Pemeliharaan 67-68
 Bagian keempat: Keputusan 69
 Bagian kelima: Pengaturan lebih lanjut 70
IX Pembinaan dan pengawasan 71-74
X Ketentuan pidana 75-80
XI Ketentuan peralihan 81-84
XII Ketentuan penutup 85-88

Sumber:

Undang-undang republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran


available from: www.hukumonline.com

4. Apa saja fungsi dari SIP dan bagaimana statusnya apabila sudah kadaluarsa?
Jawab:
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/Menkes/PER/IV/2007 tentang izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, surat izin praktek yang selanjutnya disebut SIP
adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan
dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
Apabila masa berlaku SIP telah berakhir, maka hendaknya dokter atau dokter gigi segera
memperbaharui SIP yang dimiliki. Seorang dokter atau dokter gigi yang bekerja tanpa
memiliki SIP dapat dikenakan sanksi sesuai yang tertera pada Undang-undang Republik
Indonesia nomor 29 tahun 2004 pasal 76 yang menyatakan bahwa:

“Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran
tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)”.
Sumber:
Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/Menkes/PER/IV/2007 tentang izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Available from: http://ika-fkunpad.org/wp-
content/uploads/2014/10/PMK-No.-512-ttg-Izin-Praktik-dan-Pelaksanaan-Praktik-
Kedokteran.pdf

Undang-undang republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran available
from: www.hukumonline.com

5. Syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk mendapatkan SIP?


Jawab:
Syarat-syarat yang diperlukan untuk mendapat Surat Izin Praktik atau SIP diatur dalam
pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran dan surat izin praktik, yang berbunyi:

Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, dokter atau
dokter gigi harus:

a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi yang masih
berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32;
b. mempunyai tempat praktik; dan
c. memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.

Sumber:
Sepang E. Sanksi pidana terhadap praktik kedokteran tanpa izin menurut undang-undang no.
29 tahun 2004. Lex Administratum 2016. IV(3). Hlm. 5-14.

6. Jelaskan apa saja SOP dalam bidang kedokteran gigi (pencabutan gigi)!
Jawab:
Pada kasus, gigi yang dicabut adalah gigi 48 sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa
gigi yang dicabut ternyata memerlukan tindakan bedah berupa odontektomi. SOP
pencabutan gigi dalam hal ini odontektomi yaitu:
a. Asisten menyiapkan alat-alat untuk tindakan odontektomi
b. Operator dan asisten mencuci tangan dengan Hibiscrub, kemudian dikeringkan dan
memakai sarung tangan steril
c. Dilakukan aseptik ektra oral dengan alkohol 70% dan betadine 10% intra oral dengan
betadine 10%
d. Daerah operasi ditutup dengan duk bolong steril
e. Dilakukan injeksi anastesi blok dan infiltrasi pada sisi yang akan dilakukan operasi,
bukal dan lingual
f. Dilakukan pembersihan daerah odontektomi dengan NaCl 0,9%
g. Dilakukan pembuatan flap
h. Dilakukan pembuangan jaringan tulang disekitar gigi impaksi
i. Dilakukan pengeluaran gigi impaksi dengan bein atau dengan membagi gigi menjadi
beberapa bagian dan mengeluarkannya
j. Dilakukan penghalusan sisa tulang yang kasar dan tajam seperlunya
k. Dilakukan spoling dengan NaCl 0,9%
l. Dilakukan penjahitan gingiva dan mukosa untuk menutp flap
m. Dilakukan spoling NaCl 0,9%
n. Pemberian analgesik
o. Instruksi cara perawatan pada pasien
Sumber:

Achmad MH, Chandha MH, Natsir N, Fajriani. Prosedur tetap rumah sakit gigi dan mulut
drg.Halimah Dg. Sikati. Makassar: IKAPI; 2010.hlm. 3.

7. Jelaskan aspek-aspek yang dijelaskan oleh dokter gigi sebelum pasien


menandatangani persetujuan perawatan!
Jawab:
Aspek-aspek yang perlu dijelaskan oleh dokter gigi sebelum pasien menandatangani surat
persetujuan perawatan antara lain:

a. Maksud dan tujuan tindakan medis yang akan dilakukan


b. Risiko yang melekat pada tindakan medis yang akan dilakukan
c. Kemungkinan timbulnya efek samping
d. Alternatif lain dari tindakan medik yang akan dilakukan
e. Kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat timbul apabila tindakan medik tidak
dilakukan
Sumber:

Achadiat CM. Dinamika etika dan hukum kedokteran dalam tantangan zaman. Jakarta:
EGC; 2007. Hlm. 27.

8. Bagaimana contoh surat persetujuan tindakan medis?


Jawab:
Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapat
penjelasan atau informasi dan consent yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi
informed consent didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya. Dalam hubungan antara pelaksana (dokter
gigi) dengan pengguna jasa tindakan medis (pasien), maka pelaksanaan informed consent
bertujuan melindungi pasien secara hukum dari segala tindakan medis yang dilakukan
tanpa sepengetahuannya, maupun tindakan dokter gigi yang sewenang-wenang, tindakan
malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, serta
penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi yang sebenarnya tidak perlu
dan tidak berdasar alasan medis, memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana
tindakan medis dari tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan
medis yang tak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak
mungkin dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti serta sesuai
dengan standar profesi medik. Surat persetujuan tindakan medis berfungsi ganda, bagi
dokter gigi dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan medis kepada pasien,
sekaligus sebagai pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari
pasien atau keluarganya apabila timbul akibat yang tidak dikehendaki. Bagi pasien,
merupakan penghargaan terhadap haknya oleh dokter gigi dan dapat digunakan sebagai
alasan gugatan terhadap dokter gigi apabila terjadi penyimpangan praktik dokter dari
tujuan awal, juga bagi pasien atau keluarganya dapat membebaskan risiko hukum bagi
timbulnya akibat yang tidak dikehendaki dalam hal perlakuan medis yang benar dan tidak
menyimpang.
Contoh surat persetujuan tindakan medis/ informed consent:
Sumber:
Juliawati M. Pentingnya Surat persetujuan tindakan medik (informed consent) pada praktek
dokter gigi. Jurnal PDGI 2014; 63(2): 46-53.

9. Jelaskan pengertian dari malpraktik dan medical error, jelaskan perbedaannya!


Jawab:
a. Definisi malpraktik
Malpraktik atau malpractice berasal dari kata “mal” yang berarti buruk, sedang kata
“practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian secara harfiah,
malpraktik dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk” yang dilakukan oleh
dokter dalam hubungannya dengan pasien. Malpraktek Medis adalah suatu tindakan
medis yang dilakukan oleh tenaga medis yang tidak sesuai dengan standar tindakan
sehingga merugikan pasien, hal ini di kategorikan sebagai kealpaan atau kesengajaan
dalam hukum pidana. Malpraktek medis menurut Kamus besar Bahasa Indonesia
adalah praktik paktek kedoteran yang dilakukan salah atau tidak tepat menyalahi
undang-undang atau kode etik.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh dokter dalam melakukan tugas
profesinya yang menimbulkan kerugian bagi orang lain pada umumnya disebut dengan
istilah malpraktik. Malpraktik medik ditinjau dari segi etika profesi dan hukum dapat
dibagi menjadi dua bentuk yaitu:
1. Malpraktik etika: dikatakan sebagai malpraktik etik yaitu apabila dokter melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika kedokteran sebagaimana yang terdapat pada
Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki)
2. Malpraktik Yuridis (Secara hukum):
a. Malpraktik perdata: terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyyebabkan tidak
dipenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) di dalam transaksi terapeutik oleh dokter
atau tenaga medis lainnya. Selain itu terjadinya perbuatan melanggar hukum yang
menimbulkan kerugian terhadap pasien;
b. Malpraktik pidana: terjadinya apabila pasien meninggal dunia atau mengalami
cacat, akibat dokter atau tenaga kesehatan lainnya kurang hati-hati atau kurang
cermat dalam melakukan upaya medis;
c. Malpraktik admistratif: terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya
melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku.
Misalnya, menjalankan praktik dokter tanpa lisensi atau ijin praktik, melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau ijinnya, menjalankan praktik dengan
ijin yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan praktik dengan ijin yang sudah
kadaluarsa, dan menjalankan praktik tanpa membuat catatan medis.
b. Definisi medical error
Medical error didefinisikan sebagai suatu Kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan ( yaitu., kesalahan
tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan
perencanaan).

Sumber:
Bawono BT. Kebijakan hukum pidana dalam upaya penanggulangan malpraktik profesi medis.
Jurnal Hukum 2011; XXV (1): 453-70.
Zen APM, Hutagalung D. Panduan bantuan hukum di Indonesia. Jakarta: YLBHI; 2006. Hlm.
86-7.

10. Bagaimana alur penanganan kasus pelanggaran yang terjadi serta kesimpulan akhir
dari kasus?
Jawab:
Alur penanganan kasus pelanggaran oleh tenaga medis:

Pengaduan Ditujukan kepada Pemanggilan


Majelis Kehoratan terhadap Terlapor
Disiplin Kedokteran dan Pelapor
(MKDK)

Dinyatakan tidak Mengadakan pemeriksaan


bersalah dalam sidang MKDK dan
meneruskan pengaduan
tersebut kepada organisasi
Dinyatakan profesi
bersalah

Sanksi dapat berupa: Pencabutan


izin praktek
a. Pemberian peringatan tertulis dilakukan
b. Rekomendasi pencabutan surat oleh
tanda registrasi atau surat izin Departemen
praktek Kesehatan
c. Kewajiban mengikuti pendidkan Republik
dan pelatihan di Institusi Indonesia
kedokteran atau kedokteran gigi

Keterangan:
1. Pengadu: setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran, dapat membuat
pengaduan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia;
2. Surat pengaduan harus memuat:
a. Identitas pengadu;
b. Nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan
dilakukan;
c. Alasan-alasan pengaduan.
3. Pengaduan tersebut tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya
dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan /atau menggugat kerugian
perdata ke pengadilan;
4. MKDKI memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pngaduan yang berkaitan
dengan disiplin dokter dan dokter gigi;
5. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, MKDKI meneruskan
pengaduan pada organisasi profesI;
6. Keputusan MKDKI mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia
7. Keputusan dapat berupa:
a. Dinyatakan bersalah dengan sanksi disiplin,
b. Dinayatakan tidak bersalah
8. Sanksi dapat berupa:
a. Pemberian peringatan tertulis
b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktek
c. Kewajiban mengikuti pendidkan dan pelatihan di Institusi kedokteran atau
kedokteran gigi.
Sumber:
Zen APM, Hutagalung D. Panduan bantuan hukum di Indonesia. Jakarta: YLBHI; 2006. Hlm.
86-7.

Anda mungkin juga menyukai