Anda di halaman 1dari 48

Bahan Kuliah 11:

Praktik Kedokteran

Agus Suwandono,
Sekolah Pasca Sarjana DIKK Undip 2021

Disarikan dari kuliah Prof Azrul Azwar di UNSOED dan


bahan-bahan kepustakaan RS lainnya
Pelayanan Puskesmas
kesehatan Kendali mutu
masyarakat

Sub sistem
Pelayanan
kesehatan
Pelayanan Rumah Sakit
medis UUPK
Kebijakan Sistem
kesehatan kesehatan

Sub sistem Kendali biaya


Biaya
Biaya Askes
kesehatan
kesehatan SJSN

2
PENDAHULUAN
• Pengaturan Praktik Kedokteran di Indonesia bukan
merupakan hal baru
• Sebelumnya telah ada beberapa peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya :
– UU NO 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
– PP No1 Tahun 1988 tentang Izin Praktik
– PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
– PERMENKES No 585 Tahun 1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik
– PERMENKES No 749a Tahun 1989 tentang Rekam Medis

3
MATERI
• Dalam batas-batas tertentu, materi yang diatur telah
menjawab kebutuhan pengaturan praktik
kedokteran:
– Pengaturan tentang tenaga dam kewenangan
– Pengaturan tentang perizinan dan masa bakti
– Pengaturan tentang standar dan persyaratan pelayanan
– Pengaturan tentang jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan
– Pengaturan tentang pengawasan disiplin tenaga kesehatan
– Pengaturan tentang Persetujuan Tindakan Medik
– Pengaturan tentang Rekam Medis

4
KEKURANGAN
• Belum terintegrasi dan menyeluruh
• Masih bersifat administratif
• Aspek pembinaan dan pengawasan belum jelas
• Perlindungan dan kepastian hukum belum jelas
• Pemberdayaan potensi profesi dan pelbagai institusi
terkait belum optimal
• Pengaturan dalam bentuk PERMENKES
dipertanyakan kekuatan hukumnya

5
PERLUNYA UU PRAKTIK KEDOKTERAN

• Agar dimiliki peraturan perundang-undangan yang


lebih menyeluruh dan terintegrasi
• Agar dimiliki peraturan perundang-undangan yang
disamping mengatur aspek administratif, juga
mengatur aspek kompetensi
• Memperjelas aspek pembinaan dan pengawasan
• Memperjelas aspek perlindungan dan kepastian
hukum
• Memberdayakan semua potensi terkait, termasuk
organisasi profesi

6
HAL-HAL YANG PERLU DIATUR DALAM
PRAKTIK KEDOKTERAN
1. Aspek pendidikan dan pelatihan, terkait dengan
akreditasi dan sertifikasi
2. Aspek penerapan ilmu dan teknologi dalam praktik
kedokteran, terkait dengan penapisan iptekdok
3. Aspek pengembangan iptekdok dalam praktik
kedokteran, terkait dengan penelitian dan
pengembangan
4. Aspek penapisan kompetensi, terkait dengan
registrasi

7
HAL-HAL YANG PERLU DIATUR DALAM
PRAKTEK KEDOKTERAN
5. Aspek penyelenggaraan praktik kedokteran, terkait
dengan lisensi, kewenangan, hak, kewajiban,
pembinaan dan pengawasan
6. Penerapan disiplin, terkait dengan tatacara
penyelesaian pelanggaran dan sengketa
7. Kelembagaan

8
KERANGKA KONSEPTUAL
ASPEK PENGATURAN TOLOK UKUR
• Diklat • Akreditasi, Sertifikasi
• Penerapan Iptekdok • Penapisan Iptekdok
• P’bangan Iptekdok • Litbang Iptekdok
• Penapisan kompetensi • Registrasi
• Penyelenggaraan praktik • Lisensi
• Penerapan disiplin profesi • Mekanisme penyelesaian
7. Kelembagan sengketa
• Konsil atau badan sejenis

9
KEADAAN SEBELUM UU PRAKTIK
KEDOKTERAN
1. Akreditasi Lembaga Pendidikan oleh Badan
Sertifikasi Pendidikan Nasional
2. Penetapan standar pendidikan profesi dan
kompetensi untuk first professional degree oleh
asosiasi lembaga pendidikan, untuk second dan
third professional degree oleh kolegium
3. Sertifikasi lulusan untuk first professional degree
oleh masing-masing Lembaga Pendidikan
4. Penapisan iptekdok menjadi kewenangan
Konsorsium Pelayanan Medik yang ada di Depkes

10
KEADAAN SEBELUM UU PRAKTIK
KEDOKTERAN
5. Pengaturan litbang iptekdok tersebar dipelbagai
instansi/institusi
6. Registrasi dilaksanakan oleh Biro Kepegawaian
7. Lisensi menjadi kewenangan Dinkes Kab/kota
8. Pembinaan praktik dilaksanakan oleh organisasi
profesi
9. Pelanggaran dan sengketa ditangani oleh MKEK
10. Kelembagaan tidak tunggal, tetapi tersebar
dipelbagai instansi/institusi

11
KELEMAHAN
1. Sertifikasi lulusan oleh masing-masing lembaga
pendidikan tidak menjamin standardisasi
2. Penapisan iptekdok oleh konsorsium yanmed
terlalu bersifat sektoral serta kurang melibatkan
pelbagai sektor terkait
3. Pengaturan Litbang iptekdok dalam praktik
kedokteran belum tuntas
4. Registrasi oleh biro kepegawaian masih bersifat
administratif, belum kompetensi

12
KELEMAHAN
5. Lisensi praktik kedokteran belum dikaitkan dengan
kompetensi
6. Pembinaan oleh organisasi profesi belum jelas
dasar hukumnya
7. Pelanggaran dan sengketa yang ditangani MKEK
terbatas pada aspek etika
8. Kaitan antar lembaga pengatur belum jelas

13
KERANGKA UU PRAKTIK KEDOKTERAN
1. Ketentuan Umum
2. Asas Dan Tujuan
3. Konsil Kedokteran Indonesia
4. Standar Pendidikan Profesi
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Registrasi Dokter dan Dokter Gigi
7. Penyelenggaraan Praktik
8. Disiplin Dokter dan Dokter Gigi
9. Pembinaan dan Pengawasan
10. Ketentuan Pidana
11. Ketentuan Peralihan
12. Ketentuan Penutup
(UU No 29 tahun 2004, 12 Bab dan 88 Pasal)

14
PERBANDINGAN ASPEK YANG
MENDAPATKAN PENGATURAN
KONSEPTUAL UUPK
1. Ketentuan umum 1. Ketentuan Umum
2. Asas dan tujuan 2. Asas dan tujuan
3. Diklat (akreditasi, standar 3. Diklat (standar pendidikan
pendidikan profesi, sertifikasi) profesi, sertifikasi)
4. Penapisan Iptekdok 4. (-)
5. Litbang 5. (-)
6. Registrasi 6. Registrasi
7. Lisensi 7. Lisensi
8. Penyelenggaraan praktik 8. Penyelenggaraan praktik
9. Pembinaan dan pengawasan 9. Pembinaan dan pengawasan
10. Disiplin 10. Disiplin
11. Konsil atau badan sejenis 11. Konsil

15
KETENTUAN UMUM
• Pengertian terhadap berbagai istilah dan
terminologi yang digunakan dalam batang
tubuh RUU
– Secara keseluruhan ada 15 istilah dan/atau
terminologi

16
ASAS

Negara
Pancasila

Keilmuan
Nilai ilmiah, manfaat, kedilan, kemanusiaan, keseimbangan

Masyarakat
Perlindungan dan keselamatan pasien

17
TUJUAN
1. Memberi perlindungan kepada pasien
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis
3. Memberikan kepastian hukum kepada
penerima dan penyelenggara pelayanan
kesehatan

18
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
• Standar pendidikan profesi disusun oleh :
– First professional degree oleh asosiasi institusi
pendidikan
– Second and third peofessional degree oleh
kolegium
• Pengesahan standar pendidikan profesi dilakukan
oleh KKI

19
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
• Diklat dilaksanakan sesuai dengan standar
pendidikan profesi
• Setiap dr/drg yang berpraktik wajib mengikuti diklat
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi
profesi atau lembaga lain yang diakreditasi dan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
organisasi profesi

20
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KOMPETENSI

Fist Second and Continuing


professional third Medical
degree Professional Education
degree
Assosiasi FK Kolegium Organisasi
Profesi

21
REGISTRASI
• Setiap dokter/dokter gigi yang melakukan praktik
wajib memiliki surat tanda registrasi (STR)
dokter/dokter gigi yang diterbitkan oleh KKI dan
berlaku selama 5 tahun
• Persyaratan memperoleh STR adalah:
– Memiliki ijajah
– Surat pernyataan mengucapkan sumpah
– Surat keterangan sehat
– Sertifikat kompetensi
– Pernyataan akan mematuhi Kodeki

22
REGISTRASI
• Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang
akan menjalankan praktik kedokteran di
Indonesia harus di evaluasi
• Evalusasi mencakup
– Kesahan ijazah
– Surat selesai adaptasi dan sertifikat kompetensi
– Surat pernyataan mengucapkan sumpah dokter
– Surat keterangan sehat
– Pernyataan akan mematuhi Kodeki

23
REGISTRASI
• Dokter dan dokter gigi warga negara asing yang akan
menjalankan praktik kedokteran di Indonesia selain
harus di evaluasi juga harus memiliki surat izin kerja
• Macam STR
– Surat Tanda Registrasi
– Surat Tanda Registrasi Sementara (utk dr WNA dalam
rangka diklat, litbang dan yan sementara)
– Surat Tanda Registrasi Bersyarat (utk PPDS WNA)

24
REGISTRASI
• STR dinyatakan tidak berlaku, apabila
– Dicabut atas dasar ketentuan peraturan
perundang-undangan
– Habis masa berlakunya
– Atas permintaan yang bersangkutan
– Meninggal dunia
– Dicabut KKI

25
REGISTRASI
• Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki STR
mempunyai wewenang melakukan praktik
kedokteran:
1. mewawancarai pasien;
2. memeriksa fisik dan mental pasien;
3. menentukan pemeriksaan penunjang;
4. menegakkan diagnosis;
5. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan
pasien

26
REGISTRASI
6. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi
7. menulis resep obat dan alat kesehatan
8. menerbitkan surat keterangan dokter atau
dokter gigi
9. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang
diizinkan
10. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien,
bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak
ada apotek

27
PENYELENGGARAN PRAKTIK
1. SIP (lisensi)
– Setiap dr/drg yang melakukan praktik harus
memiliki SIP
– SIP dikeluarkan oleh Dinkes Kab/Kota
– Diberikan paling banyak di tiga tempat, 1 izin
untuk 1 tempat
– Memenuhi syarat: memikiki STR, tempat praktik
dan rekomendasi organisasi profesi

28
PENYELENGGARAN PRAKTIK
2. Pelaksanaan praktik
– Atas asas kesepakatan dokter-pasien
– Jika berhalangan harus membuat
pemberitahuan atau merujuk ke dokter
pengganti yang memiliki SIP
– Memasang papan nama
– Memasang papan daftar nama (utk sarana
pelayanan kesehatan)
– Pimpinan Sarana dilarang mempekerjakan
dr/drg yang tidak memiliki SIP

29
PENYELENGGARAN PRAKTIK
3. Pemberian pelayanan
1. Standar pelayanan
– Pelayanan sesuai dengan standar
pelayanan
– Dibedakan atas strata pelayanan
– Diatur dengan peraturan menteri
2. Persetujuan tindakan medik
3. Rekam Medis
4. Rahasia kedokteran

30
PENYELENGGARAN PRAKTIK
5. Kendali mutu dan kendali biaya
6. Hak dan kewajiban dokter/dokter gigi
7. Hak dan kewajiban pasien
8. Pembinaan praktik kedokteran
– Diselenggarakan bersama KKI dan
Organisasi Profesi

31
Pelaksanaan
praktik
SIP

Pemberian
Penyelenggaraan
pelayanan
praktik
1. Standar Pelayanan
2. Persetujuan Tindakan Medis
3. Rekam Medis
4. Rahasia kedokteran
5. Kendali mutu dan kendali
biaya
6. Hak dan kewajiban dokter
7. Hak dan kewajiban pasien
8. Pembinaan
32
DISIPLIN DOKTER/DOKTER GIGI
• Untuk menegakkan disipilin, dibentuk Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
yang merupakan badan otonum KKI, bersifat
independen, tetapi bertanggungjawab terhadap KKI
• MKDKI dibentuk di tingkat pusat dan di tingkat
propinsi (bila perlu)
• Tugas MKDKI
– Menerima pengaduan, memeriksa dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin
– Menyusun pedoman dan tata cara penanganan
kasus

33
DISIPLIN DOKTER/DOKTER GIGI
• Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran
etika diteruskan ke organisasi profesi
• Penanganan oleh MKDKI tidak menghapus hak gugat
kepengadilan
• Keputusan MKDKI mengikat dokter/drg dan KKI
• Sanksi MKDKI dapat berupa
– Peringatan tertullis
– Rekomendasi pencabutan STR atau SIP
– Kewajiban mengikuti diklat

34
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• Penerapan UU ini perlu dibina dan diawasi oleh
pemerintah pusat, KKI, Pemda dan org profesi
• Arah/tujuan pembinaan dan pengawasan adalah
untuk:
– Meningkatkan mutu pelayanan
– Melindungi masyarakat
– Memberikan kepastian hukum

35
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• Mengatur aspek pembinaan dan pengawasan
– Melarang penggunaan identitas menyerupai
Dokter/Dokter Gigi
– Melarang penggunaan alat, metode dan cara
menyerupai Dokter/ Dokter Gigi
• Dalam rangka binwas dapat dilakukan audit medis

36
KETENTUAN PIDANA
• Memuat pengaturan tentang ketentuan pidana
sehubungan dengan penerapan UU ini
– STR, STR Sementara, STR Bersyarat (3 thn/100 juta
rph)
– SIP (3 tahun/100 juta rph)
– Identitas gelar /bentuk lain (5 thn/150 juta rph)
– Menggunakan alat, metode/cara lain yang
menimbulkan kesan sbg dokter/dokter gigi (5
thn/150 juta rph)

37
KETENTUAN PIDANA
– Tidak memasang papan nama, papan daftar
nama, rekam medis, melanggar kewajiban (1
thn/50 juta rph)
– Mempekerjakan dokter/ dokter gigi tanpa
memiliki SIP (10 thn/300 juta rph)

38
KETENTUAN PERALIHAN
• Peraturan pelaksanaan dari Undang-undang No. 23 thn 1992
yang bertentangan dinyatakan tidak berlaku lagi
• Dokter yang sudah memiliki Surat Penugasan (SP) dianggap
sudah memiliki Surat Tanda Registrasi, yang harus disesuaikan
dalam waktu 2 tahun
• Dokter yang sudah memiliki Surat Izin Praktik (lama) dianggap
sudah memiliki Surat Izin Praktik (baru), yang harus
disesuaikan dalam waktu 2 tahun
• Pengaduan tindakan disiplin yang lama ditangani oleh Ka
Dinkes Propinsi dan Menteri
▪ Untuk pertama kali anggota KKI diusulkan oleh Menteri

39
KETENTUAN PENUTUP
• Mencabut Pasal 54 Undang-undang No. 23 Thn 1992
Tentang Kesehatan
• KKI harus dibentuk dalam jangka 6 bln
• Penetapan mulai berlakunya Undang-undang Ini

40
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
• Untuk melindungi masyarakat penerima jasa
pelayanan kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dari dokter dan dokter gigi dibentuk
KKI
– Konsil Kedokteran
– Konsil Kedokteran Gigi
• KKI berkedudukan di ibukota negara

41
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
• Fungsi KKI
KKI mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan,
penetapan serta pembinaan dokter dan dokter gigi
yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan medis
• Tugas KKI
– Melakukan registrasi
– Mengesahkan standar pendidikan profesi
– Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik
kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait

42
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
• Wewenang KKI
– Menyetujui atau menolak permohonan registrasi
– Menerbitkan dan mencabut STR
– Mengesahkan standar kompetensi
– Melakukan pengujian terhadap persyaratan
registrasi
– Mengesahkan penerapan cabang ilmu
– Melakukan pembinaan
– Melakukan pencatatan yang terkena sanksi

43
PRESIDEN

MENKES

KKI MKDKI
SEKR

KK KKG
DIVISI
Registrasi
Standar Pendidikan
Profesi
Pembinaan
44
POTENSI MASALAH
1. Kesulitan mendapatkan Sertifikat Kompetensi
bagi dokter, mengingat kolegium dokter
belum mantap
– Apa dokter baru harus punya sertifikat
kompetensi
– Bagaimana dengan ijazah dokter yang didapat
dari Lembaga Pendidikan?
2. Kesulitan mendapatkan STR, mengingat KKI
hanya ada di Pusat sedangkan dokter
tersebar diseluruh Indonesia

45
POTENSI MASALAH
3. Kesulitan sarana pelayanan memperoleh dokter
dengan keahlian tertentu, meningkat SIP hanya
diberikan di tiga tempat pelayanan
4. Kesulitan melakukan pembinaan praktik
kedokteran, mengingat KKI hanya ada di pusat
5. Menambah jalur birokrasi yang tidak perlu, karena
sebelumnya telah ada instansi/organisasi yang
berwenang:
– Pengesahan standar pendidikan profesi oleh KKI
– Pengesahan standar kompetensi oleh KKI
– Pengesahan penerapan cabang ilmu oleh KKI

46
POTENSI MASALAH
• Maraknya tuntutan hukum terhadap dokter yang
akan mendorong penyelenggaraan praktik
kedokteran defensif dengan biaya yang mahal
– Beberapa pasal yang bersifat teknis (seperti papan
nama, papan daftar nama, rekam medis,
persetujuan tindakan medis dsb) yang sebenarnya
cukup diatur dalam peraturan pelaksanaan,
dimasukan dalam UU
– Birokrasi dalam mencari keadilan (MKDKI, MKEK,
Lembaga Pengadilan)

47
48

Anda mungkin juga menyukai