Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

PSIKODINAMIKA PADA GANGGUAN SKIZOFRENIA


PARANOID

Disusun oleh :

Amirah Dhia Nabila S. 1102014020

Erina Febriani W. 1102014085

Pembimbing :

dr. Eri Achmad Achdiar, Sp. KJ

KEPANITERAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD ARJAWINANGUN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak yang paling membingungkan,


dengan gejala psikotik yang berat dan persisten disertai dengan disfungsi kognitif
dan disfungsi psikososial. Tanda dan gejala skizofrenia sangat bervariasi, termasuk
perubahan pada persepsi, emosi, kognisi, berpikir dan perilaku. Merujuk pada
DSM-5, ada 5 kunci tanda dan gejala sebagai karakteristik dari skizofrenia yaitu
halusinasi, delusi, bicara yang tidak terorganisir seperti asosiasi longgar, perilaku
yang tidak terorganisir (seperti katatonia) dan gejala negatif seperti apatis, abulia
dan anhedonia. Skizofrenia dibagi menjadi 5 tipe berdasarkan gejala dominan yang
ditimbulkan, yaitu paranoid, disorganized, katatonik, tidak terdiferensiasi dan
residual. Skizofrenia tipe paranoid adalah skizofrenia dengan karakteristik terjadi
satu atau lebih delusi dan halusinasi auditorik.

Psikoanalisis adalah perkembangan dari psikodinamika, suatu teori psikologi klinis


yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud mengembangkan sebagai
psikoanalisis dalam teori kepribadian. Struktur kepribadian menurut Freud
memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious)
dan tak sadar (unconscious). Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model
struktural yang lain, yaitu das Es (the Id), das Ich (Ego) da das Ueber Ich (the Super
Ego) yang masing-masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi dan
perlengkapan sendiri. Pada gangguan skizofrenia, psikodinamik membahas teori
tentang patogenesis skizofrenia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Psikodinamika

2.1.1 Psikodinamika menurut Sigmund Freud

Psikoanalisis pada adalah perkembangan dari psikodinamika, suatu teori


psikologi klinis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Struktur kepribadian
menurut Freud memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar
(preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun
1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi
gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Alwisol, 2005). Freud
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur,
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan
the Id, Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip
operasi, dan perlengkapan sendiri.

Pertama, Das es (Id) merupakan struktur kepribadian yang berada di lapisan


paling bawah. Di dalam das es terdapat unsur-unsur kejiwaan yang di bawa sejak
lahir, misalnya insting yang mengakar pada organ. Disamping itu terdapat suatu
naluri yang disebut “libido”, suatu naluri konstruktif. Libido atau nafsu kelamin dan
nafsu agresif bukanlah dalam arti dorongan seksual sebagaimana orang dewasa.
Tetapi “libido” menurut Freud dianggap sebagai dorongan untuk menjelmakan
nafsu-nafsu sebagai penggerak aktivitas manusia yang dinamakan sebagai “Prinsip
Kenikmatan” namun, bukan dalam arti biologis. Sedangkan das es sebagai gudang
nafsu - nafsu pada alam tak sadar akan menyebabkan seorang berada dalam
kesulitan berinteraksi dengan orang lain dengan aktivitas kehidupannya (Kattsoff,
1989). The Id tidak memiliki kontak dengan realita, dasar kerja dari the Id adalah
pleasure principle atau prinsip kenikmatan. Freud menganggap bahwa das es
adalah tak lain dari pada alam tak sadar yang merupakan libido tak terorganisir,
sehingga alam tak sadar merupakan wadah dari dorongan-dorongan dan keinginan
atau nafsu terkekang yang ditolak oleh alam sadar. Dibanding Das Ich (ego) dan
das uber ich (Super ego), maka das es merupakan bagian terbesar yang
mempengaruhi kehidupan manusia secara terus menerus dengan dorongan-
dorongan nafsu yang bermukim di dalamnya (Gerson, 1977).

Kedua, Das ich atau ego merupakan inti dari pada alam sadar. Alam sadar
ini selalu berkembang sejak dilahirkan bayi mengikuti pengaruh biologis atau miliu
(lingkungan/environment). Das ich merupakan pelaksanaan dari segala dorongan
dan keinginan nafsu, libido yang dikehendaki oleh das es. Das es akan bertindak
melaksanakan dorongan - dorongan das ich. Desakan-desakan atau drives yang
muncul dari das es akan mendorong alam sadar, mendorong das es untuk
mengadakan kontak dengan lingkungan sekitar, melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk memberikan kepuasan pada das es. Dengan demikian, kata Freud,
das ich merupakan jembatan gantung yang menghubungkan antara kebutuhan, dan
tindakan atau alat untuk melayani das es. Tindakan das ich dalam usahanya
melayani das es yang tak sadar itu dilakukannya dalam keadaan sadar. Das ich
melaksanakan segala tindakan pada alam sadar (Gerson, 1977).

Das ich yang sadar dalam melayani kepuasan, das es yang tak sadar
memegang peranan penting dalam menyalurkan serta menyaring nafsu. Das ich
sendiri terjadi, karena adanya pertentangan antara prinsip dengan realitas yang
terdapat dalam susunan ruang dan waktu. Das Ich (ego) yang bertindak secara sadar
di samping menyaring nafsu yang muncul dari das es, juga bertindak menekan
kembali nafsu yang bersifat merusak. Atau dapatlah dikatakan bahwa das ich
tersebut dianggap semacam mediator yang ada pada nafsu-nafsu di dalam das es
dengan dunia luar yang terdiri dari kenyataan material serta kemasyarakatan.
(Kattsoff, 1989).

Ketiga, das uber ich (super ego), sesuai dengan namanya, merupakan suatu
bagian puncak tertinggi, jika dibanding dengan kedua bagian lainnya. Secara
struktural das es merupakan bagian terbesar dari seluruh perawakan nafsu (jiwa)
dan bagian atas dari das es terdapat das ich si pelaksana, dan pada seluruh
puncaknya terdapat kedudukan das uber ich. Semua ini merupakan aktivitas pada
alam bawah sadar. Segala norma kehidupan di dunia yang mempengaruhi das ich
membekas dan bertahta pada das uber ich. Karena itu, das uber ich berfungsi
menjalankan kontrol terhadap aktivitas das ich, disamping berfungsi sebagai
kekuatan moral. Contohnya adalah seorang anak mulai memiliki pengalaman
tentang penghargaan dan hukuman yang diberikan oleh orangtua, mereka mulai
belajar apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan dan menghindari
rasa sakit. Saat usia ini, kenikmatan dan rasa sakit merupakan fungsi ego karena
anak-anak belum memiliki a conscience dan ego ideal (superego). Pada usia ke 5/6
tahun, anak mulai mengidentifikasi orangtua dan mulai belajar apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan. Ini lah awal mula pembentukan superego.

Das uber ich sebagai alam norma atau alam nilai dapat berfungsi moral yang
selalu mengawasi aktivitas das ich tentang boleh tidaknya suatu perbuatan. Das
uber ich juga menilai tentang apa yang boleh dilakukan, tentang apa yang akan
dilakukan, tentang apa yang telah dilakukan. Penilaian das ich ini merupakan
larangan dan ijin untuk melakukan suatu perbuatan, sehingga das uber ich bisa
mencela dan memuji atau mengoreksi apa-apa yang dilakukan oleh das ich. Dari
hal inilah, maka das ich sering terjepit pada dua kepentingan, yaitu kepentingan das
es dan kepentingan das uber ich. Das uber ich selalu menegur aktivitas das ich yang
tak sesuai dengan kondisi dan uber ich, karena mengikuti dorongan das es. Dengan
demikian das uber ich merupakan suatu kekuatan moral yang mengontrol das ich,
kalau sekiranya dipengaruhi oleh das es. Namun, semuanya dalam kondisi yang
saling mempengaruhi dan dinamis satu sama lainnya (Gerson, 1977). Das uber ich
memiliki dua subsistem yaitu the conscience dan the ego-ideal. The conscience
dihasilkan dari pengalaman hukuman yang didapatkan karena berperilaku yang
tidak seharusnya, dimana the ego-ideal berasal dari pengalaman akan penghargaan
karena perilaku yang baik.

Selain dinamika kepribadian, Freud mengemukakan teori tentang defense


mechanisms. Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism)
sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari
dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas
das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau
diredakan. Berikut ini 8 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud
umum dijumpai.

1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan


dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan
tersebut ke dalam ketidak sadaran. Setelah impuls/dorongan ini ditekan kedalam
ketidak sadaran, Freud percaya ada beberapa hal yang terjadi berikutnya. Pertama,
dorongan atau impuls itu akan tetap berada di ketidaksadaran. Kedua, impuls dapat
memaksa memasuki ke area sadar yang dapat menyebabkan cemas pada orang
tersebut. Ketiga, impuls di ekspresikan pada bentuk yang lain seperti physical
symptoms.

2) Formasi Reaksi, yaitu salah satu cara dimana impuls yang di tekan menjadi sadar
dan menyamarkan diri yang berlawanan dengan bentuk aslinya. Seperti seorang
perempuan sangat membenci ibunya, karena dia tau masyarakat menuntut kasih
sayang terhadap orang tua, yang dimana akan membuat dirinya cemas, dia akan
fokus terhadap impuls yang berlawanan yaitu kasih sayang.

3) Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah


atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan
primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku
yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.

4) Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang


menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Tipe proyeksi yang parah adalah
paranoia, yaitu gangguan mental dengan karakteristik delusi jealous dan persekusi.

5) Intoyeksi, yaitu mekanisme defensif dimana orang memasukkan kualitas positif


dari orang lain ke dalam ego mereka sendiri. Contohnya, seseorang akan menirukan
gaya atau kehidupan sehari-hari seorang aktor.

6) Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan


kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
Contohnya, seseorang yang marah terhadap temannya menempatkan kemarahannya
ke karyawannya atau peliharaanya.

7) Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan,


dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-
akan masuk akal. Rasionalisasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape technique
dan sweet orange technique.

8) Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Contohnya seorang anak akan
mengurungkan diri nya untuk mendapatkan botol ketika adiknya lahir.

Sementara itu, menurut Freud, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


kepribadian dipengaruhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi
ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri
manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman.
Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan: identifikasi, sublimasi,
dan mekanisme pertahanan ego. Menurut Freud, kepribadian individu telah
terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar
hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu.
Tingkatan Perkembangan

Menurut Freud, kehidupan 4-5 tahun pertama atau infantile stage merupakan tahap
yang krusial dalam pembentukan personaliti. Tahap berikutnya adalah latency saat
usia 6-7 tahun ketika tidak ada pertumbuhan seksual. Lalu pada saat pubertas, ada
tahap genital. Perkembangan psikoseksual berujung pada kedewasaan.

- Infantile Periode

Freud membagi periode infant menjadi tiga fase berdasarkan zona erogen
yang perkembangannya paling menonjol.

1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan adalah mulut, karena mulut adalah organ pertama yang
memberikan kenikmatan pada anak-anak.

2) Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus.

3) Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3-4 tahun. Bagian tubuh yang sensitif
pada fase falis adalah alat kelamin.

- Latency Period

Kira-kira usia 4-5 tahun sampai pubertas. Pada fase ini orangtua dapat
menghukum atau mendukung aktivitas seksual pada anak mereka. Jika supresi dari
orangtua berhasil, anak akan menekan keinginan seksualnya dan menggunakan
energi fisik nya untuk sekolah, teman, hobi dan aktivitas non-seksual lainnya.

- Genital period

Terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini
individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
2.1.2 Psikodinamika menurut carl gustav jung

Menurut Jung, tingkah laku manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah
individu dan rasi (kausalitas) tetapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi
(teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai
potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku orang sekarang. Pandangan
Jung tentang kepribadian adalah prospektif dalam arti bahwa ia melihat ke depan ke
arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti
bahwa ia memperhatikan masa lampau. Bagi Freud, hanya ada pengulangan yang
tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, ada
perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah
keparipurnaan dan kepenuhan, serta kerinduan untuk lahir kembali.

Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian
karena tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung
melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. Freud
menekankan asal-usul kepribadian pada kanak-kanak sedangkan Jung menekankan
asal-usul kepribadian pada ras. Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau
mengejar kemajuan dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang
lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf differensiasi yang
lebih tinggi.

1. Tujuan perkembangan : Aktualisasi diri, yaitu deferensiasi sempurna dan saling


hubungan yang selaras antara seluruh aspek kepribadian.

2. Jalan perkembangan : Progresi ( gerak maju ) dan Regresi ( gerak mundur ).

3. Proses Individuasi, untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi


secara kuat, maka setiap aspek kepribadin harus mencapai taraf differensiasi :
1. Tahap pertama, membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang dalam
ketidaksadaran agar tegangan batin berkurang dan penyesuaian diri
meningkat.

2. Tahap kedua, membuat sadar imago sehingga dapat melihat kelemahannya


sendiri.

3. Tahap ketiga, menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan


pasangan yang berlawanaan, baik jasmani maupun rohani.

4. Tahap keempat, adanya hubungan yang selaras antara segala aspek


kepribadian yang ditimbulkan oleh titik pusat kepribadian diri yaitu
termasuk keselarasan antara kesadaran dan ketidak sadaran.

2.1.3 Psikodinamika menurut Alfred Adler

Adler memutuskan untuk mengembangkan teorinya sendiri, yang ia sebut


Psikologi Individual. Adler merasa bahwa manusia yang autentik adalah manusia
yang mengembangkan Gemeinschaftgefuhl atau bisa kita sebut perasaan humanitas
Adler terkenal dengan psikologi individual yang dimana psikologi uang
memandang individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terbagi dengan
aspek seperti id, ego, superego. Adler menekankan pada pentingnya
kesadaran,perilaku,yang mengarah pada pencapaian tujuan dan tidak terlalu
memusatkan perhatian pada aspek ketidaksadaran. Adler juga mengemukakan
theorynya kompleks inferioritas dimana perasaan lemah,tidak adekuat,dan tidak
mampu menolong diri sendiri yang berlebihan diakibatkan karena kegagalan yang
terus menerus dan disertai kritikan yang berlebihan.
2.1.4 Psikodinamika menurut Karen Horney

Dia percaya neurosis yang dihasilkan dari kecemasan dasar yang disebabkan
oleh hubungan interpersonal. Teorinya mengusulkan bahwa strategi yang
digunakan untuk mengatasi kecemasan seringkali digunakan secara berlebihan,
menyebabkan mereka mengambil bentuk kebutuhan.
Menurut Horney, kecemasan dasar (karena neurosis) dapat terjadi akibat
berbagai hal termasuk, "... dominasi langsung atau tidak langsung, ketidakpedulian,
perilaku tak menentu, kurangnya rasa hormat untuk kebutuhan individu anak,
kurangnya bimbingan yang nyata, sikap meremehkan, terlalu banyak kekaguman
atau tidak adanya itu, kurangnya kehangatan yang dapat diandalkan, harus berpihak
dalam perselisihan orang tua, terlalu banyak atau terlalu sedikit tanggung jawab,
perlindungan lebih, terpisah dari anak-anak lain, ketidak adilan,
diskriminasi, ingkarjanji, suasana bermusuhan, dan seterusnya "(Horney, 1945).
Horney tidak percaya bahwa alam bawah sadar merupakan penentu
kepribadian dan konflik masa kecil yang penting, tapi ia mempertanyakan
penekanan Freud pada konflik seksual. Dia percaya konflik adalah masalah
interpersonal yang belum terselesaikan. Seperti Erikson, Horney percaya kekuatan
budaya / sosial, harus dipertimbangkan. Dia juga percaya perbedaan peran gender
yang dipelajari dalam masyarakat, bukan hasil dari perbedaan anatomi. Pendekatan
relasional Horney telah menjadi dasar untuk terapi keluarga kontemporer dan
beberapa teori perkembangan sosial.
2.2 Skizofrenia Paranoid

2.2.1 Definisi

Skizofrenia tipe paranoid adalah skizofrenia yang ditandai dengan


preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering
serta tidak adanya perilaku spesifik yang sugestif untuk tipe hebefrenik dan
katatonik.

2.2.2 Diagnosis

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan


perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai
oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran
yang jernih (clear conciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Pedoman diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III

- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau

– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (Withdrawal) dan
– Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan


tertentu dari luar atau

– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan


tertentu dari luar atau

– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

– Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna


sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .

– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara


yang berbicara atau

– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap


tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia
lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh


tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika;

* Adanys gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan
diri secara sosial.

F.20 Skizofrenia Paranoid

Pedoman diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


2. Sebagai tambahan:

* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas;

· Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik


secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

2.3 Psikodinamika pada Skizofrenia Paranoid

Sigmund Freud mengemukakan bahwa skizofrenia dihasilkan dari perkembangan


fiksasi pada awal kehidupan. Fiksasi ini menyebabkan defek pada perkembangan
ego dan Freud mengungkapkan bahwa defek ini berkontribusi dalam timbulnya
gejala skizofrenia. Disintegrasi ego pada skizofrenia memperlihatkan keadaan saat
ego belum berkembang atau baru saja dihasilkan. Dikarenakan ego mempengaruhi
interpretasi realita dan kontrol dari keinginan (inner drives) seperti sex dan agresi,
fungsi ego ini menjadi tidak seimbang. Konflik intraphysic timbul karena fiksasi
awal dan defek pada ego, yang mungkin mengakibatkan relasi buruk terhadap objek
sehingga terjadi gejala psikotik. Seperti yang di deskripsikan oleh Margaret Mahler,
terdapat distorsi hubungan antara ibu dan anak. Anak tidak dapat dipisahkan dan
benar-benar bergantung dengan ibu merupakan karakteristik hubungan ibu-anak
saat fase oral. Hasilnya, identitas orang tersebut tidak pernah merasa aman.

Harry Stack Sullivan memandang skizofrenia sebagai gangguan intrapersonal.


Kecemasan pasien yang masif menyebabkan suatu perasaan yang tidak
berhubungan yang menjadi distorsi parataxic. Menurut Sullivan, skizofrenia
merupakan suatu metode adaptif untuk menghindari panik, teror. Sumber dari
kecemasan yang patologis berasal dari pengalaman trauma selama perkembangan.

Teori psikoanalitik juga mengemukakan bahwa gejala yang bervariasi dari


skizofrenia memiliki arti simbolik pada setiap individu. Contohnya, fantasi dunia
menuju akhir mungkin mengindikasikan dunia dalam dirinya telah runtuh. Merasa
rendah diri digantikan oleh waham kebesaran dan omnipotence. Halusinasi
disubtitusi pada pasien yang tidak mampu menghadapi realita dan mungkin
memperlihatkan keinginan mendalam atau ketakutan.

Contoh kasus skizofrenia paranoid adalah Ny. N, usia 38 tahun, datang


dengan keluhan sering mengamuk kepada keluarga dan masyarakat sekitar tanpa
sebab yang jelas. Pasien sering mengaku memiliki dua kepribadian, yaitu
kepribadian normal dan kepribadian tak normal. Kepribadian tak normal yaitu
pasien sering berbicara sendiri dan mengaku sering melihat meteor jatuh di depan
rumah pasien. Lalu pasien mengaku meteor tersebut bisa berbicara kepada pasien,
dan sering memerintah pasien untuk melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki
oleh pasien. Pasien juga selalu diikuti dan dikejar- kejar oleh meteor tersebut dan
mengendalikan seluruh pikiran dan tubuh pasien apabila pasien tidak menurutinya.

Pasien juga sering curiga kepada orang lain bahkan kepada saudara-
saudara kandungnya sendiri. Pasien juga mengatakan bahwa orang lain bisa
membaca isi pikirannya sendiri. Selain itu, pasien juga sering mengatakan bahwa
pasien sering mencium bau kembang di rumah, dan pasien mengaku sering ada
yang masuk ke tubuh pasien yang dimulai dari tangan hingga masuk ke dada
pasien, namun pasien tidak tahu apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Pasien juga
sering keluyuran dari rumah dengan membawa anaknya namun pasien masih bisa
untuk balik lagi ke rumah. Semua keluhan ini sudah dirasakan sekitar 2 bulan
lamanya dan semakin berat hingga pasien sering mengamuk dan marah-marah
tanpa sebab yang jelas kepada keluarga hingga membanting gelas serta meresahkan
masyarakat sekitar.

Pasien menikahi seorang suami yang sebelum nikah berbeda keyakinan


(agama) dengan pasien. Suami pasien beragama Hindu sedangkan pasien beragama
Islam. Pasien hanya memberikan satu syarat kepada suami pasien, yaitu dengan
memeluk agama pasien agar bisa menikahi pasien. Saudara-saudara kandung pasien
sering berbeda pendapat masalah pernikahan pasien dengan suaminya, sehingga
sering memicu tekanan dari saudara-saudara kandung pasien. Jika dilihat dari segi
psikodinamika, dalam hal ini id pasien adalah ingin hidup tentram, ego pasien
adalah pasien menikah dengan suami yang pemahaman agamanya kurang, dan
superego pasien adalah menikah dengan pasangan yang ideal dan satu keyakinan.
Dalam kasus ini, terdapat pertentangan antara ego dan superego.
DAFTAR PUSTAKA

Schultz, Duane and Ellen, Sydney. ( 1994). Thoeries of


Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company.

http://journalpsyche.org/alfred-adler-personality-theory/

The Mystery of Personality: A History of Psychodynamic Theories

https://books.google.co.id/books?id=I4us43Ee7VIC&pg=PA107&lpg=PA107&dq=makalah+teori+psyc

hodynamic+theory+karen+horney&source=bl&ots=fTZgxjNr88&sig=Yf9oRNdkSstRQnKEBOG

bVsn8Up0&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjcmJz03qPcAhUQSX0KHe9hCKsQ6AEwCXoECAkQAQ

#v=onepage&q&f=false\

Anda mungkin juga menyukai