Anda di halaman 1dari 5

STUDI PERBAIKAN TANAH LUNAK DENGAN PENAMBAHAN KAPUR SEBAGAI

KONTROL STABILISASI CBR PADA KONSTRUKSI RUAS JALAN Ds. BENJOR - Ds.
SETILING STA 0+450 – 0+500 LOMBOK TENGAH PROVINSI NTB.

BAB I

1.1 Latar Belakang

Perkerasan jalan untuk menentukuan mutu dan daya tahan pada perkerasan tak lepas dari
sifat tanah dasar yang mempunyai daya dukung yang baik,semakin baik daya dukung tanah
maka semakin baik juga ketahanan konstruksi tersebut.Perkerasaan selama masa pelayanan
bisa saja tidak sesuai dengan umur rencana karena ketidak sesuaian dengan nilai daya dukung
tanah yang disebabkan oleh beban arus lalu lintas yang tidak didukung oleh kekuatan dari tanah
dasar. Tanah Dasar (subgrade) adalah permukaan tanah asli, permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan untuk meletakan bagian – bagian
perkerasan lainnya yang berfungsi untuk menerima tekanan akibat beban lalu lintas yang ada
diatasnya, oleh karna itu tanah dasar harus mempunyai kapasitas daya dukung yang optimal
sehingga mampu menerima gaya akibat beban lalu lintas tanpa mengalami kerusakan. Tanah
dasar yang menjadi pondasi perkerasan jalan harus mempunyai daya dukung tanah yang baik
serta berkemampuan untuk mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan. Daya
dukung tanah dasar dapat diperkirakan dengan mempergunakan hasil klasifikasi ataupun dari
pemeriksaan CBR. Dalam perencanaan ini, pengujian tanah untuk pondasi perkerasan dilihat
dari sifat tanah yang tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi lingkungan, dan lain
sebagainya untuk mendapatkan nilai parameter tanah yang baik. Sebagai tanah dasar jalan
tanah itu dapat dikelompokan berdasarkan sifat plastisitas dan ukuran butirnya.
Konstruksi ruas jalan Ds.Benjor – Ds.Setiling pada STA 0+450 – 0+500 memiliki jenis
tanah dasar yang indek plastisitasnya rendah seperti tanah gambut, yang merupakan tanah yang
berwarna hitam kecoklatan yang terbentuk dalam kondisi asam, dan kondisi anerobik yang
basah. Dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikelompokan kedalam ordo histosol yang
mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan jenis tanah mineral yang umumnya.
Pembentukan tanah gambut ini berasal dari sisa – sisa tanaman yang telah mati, baik yang
sudah lapuk maupun belum dan sifat tanah gambut ini umumnya berwarna coklat muda hingga
coklat tua, kadar air tanah gambut berkisar antara 100 – 1.300% dari berat keringnya. Pada
kondisi tanah seperti ini sulit untuk mendapatkan daya dukung tanah yang maksimal.
Pada perencanaan perkerasan jalan Ds.Benjor – Ds.Setiling usaha yang harus dilakukan
untuk menstabilisasi tanah dasar yang bersifat gambut ini adalah dengan cara penambahan
kapur pada tanah dasar. Tujuan umum penambahan kapur pada tanah gambut untuk
menstabilisasi tanah dan untuk memodifikasi sifat sifat tanah agar menjadi tanah yang stabil
secara permanen.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam konstruksi perkerasan jalan sebelum lapisan – lapisan lainnya direncanakan, bagian
tanah dasar (subgrade) harus dipadatkan dahulu agar mencapai tingkat kestabilan yang tinggi
atau sesuai perencanaan terhadap perubahan kenaikan volume atau penurunan volume, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan
oleh sifat – sifat daya dukung tanah.

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini menetukan kekuatan
struktur dalam peningkatan perkerasaan jalan sangat tergantung pada daya dukung tanah dalam
kepadatan maksimum. Konstruksi perkerasan dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah dasar yang
dimana semakin tinggi nilai bearing capacity subgrade maka akan semakin tipis lapisan
perkerasan diatasanya. Untuk menentukan kecocokan tanah dasar yang akan dikaloborasi dengan
permukaan atas perkerasan ditinjau dari besarnya nilai California Bearing Rasio (CBR). Dari
karakteristik jenis tanah akan dilihat pengahruhnya terhadap beban lalu lintas yang akan dilewati
oleh setiap kendaraan. Pada penelitian ini akan menggunakan sample material yang sama untuk
menentukan perbandingan CBR yang sudah di rencanakan dengan yang akan direncanakan oleh
peneliti di laboratorium. Menurut SNI-03-1744-1989 CBR laboratorium ialah perbandingan antara
beban penetrasi suatu bahan tanah terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama.

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini dibatasi dengan batasan masalah sebagai berikut :
1. Menetukuan sampel tanah untuk test kepadatan di laboratorium
2. Pengujian karakteristik tanah yang akan dilakukan di laboratorium antara lain
a. Pengujian Kadar Air
b. Pengujian berat volume
c. Pengujian berat jenis
d. Pengujian analisa Atterberg
e. Pengujian Analisa saringan
f. Pengujian hydrometer
g. Uji pemadatan tanah standar
3. Pengujian nilai CBR dengan alat arloji pengukur

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Menentukan volume lalu lintas dengan umur rencana minimum 40 tahun
2. Menetukan perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas
3. Menentukan perkiraan faktor ekivalen beban
4. Untuk mengetahui kadar kapur yang dibutuhkan ke dalam tanah terhadap peningkatan
CBR
5. Untuk mengetahui presentase kapur pada CBR optimal .
6. Menentukan tebal pondasi subgrade dengan tambahan kapur untuk menopang lapis atas
berpengikat.

1.5 Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui tujuan dari latar belakang. Agar
dapat bermanfaat bagi dinas pekerjaan umum dalam merencanakan peningkatan jalan Ds
Benjor – Ds. Setiling dan untuk meluaskan ilmu pengetahuan khususnya dalam perencanaan
perkerasan jalan.
BAB II

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah sistem Unified dilakukan dengan huruf – huruf seperti :


 G – Kerikil
 S – Pasir
 M – Lanau
 C – Lempung
 W – Bergradasi baik
 P – Bergradasi buruk
 U – Bergradasi sragam
 L – Plastisitas rendah
 H – Plastisitas tinggi
 O – Organik
Berdasarkan klasifikasi di laboratorium tanah berbutir dapat dibedakan dalam symbol
simbol – simbol yang ada diatas.
a. Kerikil untuk butir – butir tanah < 50% lolos saringan No.4 dan 50% lolos saringan
No.200. Kerikil dengan sedikit butiran halus (> 5% tetapi <12% lolos saringan
No.200), merupakan jenis tanah dengan dual simbul. Simbul pertama berdasarkan
jenis butiran halus yang di kandungnya. Dengan demikian dapat dibedakan
menjadi GP-GM, GP-GC, GW-GM dan GW-GC berarti butiran merupakan
butiran kerikil bergradasi baik dengan butiran halus dari jenis lempung.
b. Pasir (S), butir – butiran tanah > 50% lolos saringan No.4 dan < 50% lolos saringan
No.200. Sama halnya dengan kerikil, pasirpun dapat dibedakan dalam pasir bersih
yang terdiri atas SW, jika Cu > Cz antara 1 dan 3. SP, jika nilai Cu dan Cz tidak
memenuhi nilai untu, SW.
Pasir bercampur cukup banyak butiran halus (> 12% lolos saringan No.200),
dibedakan atas SC, SM, SC – SM. Perbedaan tersebut diperoleh dengan
menggunukan grafik Casagrande.
Lempung (C), jika hubungan antara batas cair (LL) dan indeks plastis (PI) terletak
diatas garis A dan indeks plastis > &, lanau (M) jika terletak di bawah garis A, M
dan C jika terletak pada garis A.
Klasifikasi Tanah berdasarkan AASHTO
2.2

Anda mungkin juga menyukai