Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mendambakan kesehatan sepanjang hidupnya,
baik kesehatan fisik dan psikis.
Karena perubahan gaya hidup masyarakat modern seperti makan
makanan siap saji (fast food), makan tinggi lemak/ kolesterol, kebiasaan
minum minuman beralkohol, merokok mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Cerebrovascular Disease/CVD/Stroke merupakan salah
satu penyakit pembunuh ketiga setelah penyakit infeksi dan jantung
koroner.
Selain itu stroke merupakan penyebab kecacatan terbanyak pada
kelompok usia dewasa. Jumlah penderita stroke di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun, dari data dasar rumah sakit terdapat 63,52
per 100.000 penduduk pada kelompok usia di atas 65 tahun menderita
stroke, secara kasar tiap hari dua orang di Indonesia terkena serangan
stroke (http/www.Kompas.com/ Kesehatan Kompas, Stroke Hilangkan
Waktu Produktif, Senin 11 Juli 2005). Para penderita stroke tidak hanya
memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan maupun rehabilitasi namun
terancam kehilangan waktu produktifnya. CVD biasanya akibat/kelanjutan
dari penyakit-penyakit sebelumnya seperti DM, Hipertensi.
Di sini peran perawat sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah
penderita CVD dengan cara memberikan penyuluhan “mengenai CVD
tentang penyebab, tanda gejala, faktor-faktor orang yang beresiko terkena
CVD, komplikasi, perawatan pada pasien CVD, maupun cara mencegah
terjadinya CVD berulang. Oleh karena itu peran perawat melalui home
care sangat dibutuhkan di keluarga-keluarga yang mempunyai anggota
keluarga menderita CVD. Selain itu pendampingan secara fisik dan
psikologis dari keluarga sangat diperlukan oleh pasien sendiri dalam
menjalani hidup.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan gadar dengan stroke
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian dari penyakit
stroke.
b. Mahasiswa dapat mengerti tentang klasifikasi penyakit stroke.
c. Mahasiswa dapat mengerti tentang etiologi dari penyakit stroke.
d. Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologi dari penyakit
stroke.
e. Mahasiswa dapat mengerti tentang pathway dari penyakit stroke.
f. Mahasiswa dapat mengerti tentang manifestasi klinis tentang
penyakit stroke.
g. Mahasiswa dapat mengerti tentang pemeriksaan diagnostik dari
penyakit stroke.
h. Mahasiswa dapat mengerti tentang komplikasi dari penyakit stroke.
i. Mahasiswa dapat mengerti tentang terapi dan pengelolaan medik
dari penyakit stroke.
j. Mahasiswa dapat mengerti tentang asuhan keperawatan dari
penyakit stroke.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Cerebrovascular Disease adalah : gangguan yang mempengaruhi
aliran darah ke otak dan dapat mengakibatkan gangguan neurologik.
(Lewis, 2000, hal. 1645). Cerebrovascular Disease adalah : kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Brunner and Suddarth, 2002, hal. 2131).
Strok adalah penyakit yang menyerang persarafan yang biasanya
timbul pada lansia,yang dapat menyebabkan individu tersebut lumpuh
sebagian atau lumpuh total.

B. Klasifikasi
CVD/Stroke umumnya dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1. Stroke perdarahan (Hemoragik)
2. Stroke non perdarahan (Non hemoragik)

C. Etiologi
1. Trombosis
2. Emboliss
3. Perdarahan (Perdarahan Intraserebral dan Perdarahan Subarahnoids
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko CVD
1. Gaya hidup
2. Konsumsi alkohol
3. Merokok
4. Obesitas
5. Makan makanan berkadar lemak tinggi
6. Penggunaan obat-obatan dan narkotika.
7. Kondisi patologis
8. Cardiac disease
9. DM

3
10. Hipertensi
11. Anemia
12. Migrain/sakit kepala hebat

D. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai persediaan
suplai oksigen. Pada saat terjadi anoksia, metabolism serebral akan segera
mengalami perubahan kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi
dalam 3-10 menit. Banyak kondisi yang merubah perfusi serebral yang
akan meyebabkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia pertama kali
menimbulkan iskemia. Iskemia dalam waktu yang lama menyebabkan
kematian sel permanen dan infark serebral dengan disertai edema serebral.
1. Trombus
Timbunan / kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh
darah akan mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan
mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila
dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan
akhirnya infark dan terjadi kematian jaringan otak.
2. Emboli.
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah
yang akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan
menempel pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh
darah kecil akan menimbulkan sumbatan, Gejala muncul tergantung
dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
3. Hemoragi Intraserrebral.
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan
menurunkan aliran darah sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
4. Hemoragi Subarakhnoid.
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak sehingga terjadi
edema serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di

4
hipoksia lalu iskemik dan bila terjadi lama maka akan infark dan
akhirnya kematian jaringaN

E. Pathway
Trombus, emboli, perdarahan, dan faktor resiko

Aterosklorosis Kepekatan darah meningkat pembentukan thrombus

Obstruksi di otak

Penurunan darah e otak

Hipoksia serebri

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat motoric kelemahan pada nervus V, VII, IX, X


Perubahan
persepsi
Gangguan mobilitas fisik Mobilitas sensori
menurun

Tirah baring

Resiko kerusakan integritas kulit deficit perwatan diri

Gangguan Keseimbangan
reflex nutrisi kurang
menelan dari kebutuhan
tubuh

Sumber : Price (2006)

5
F. Manifestasi Klinis
1. Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi bagian tubuh)
2. Paralisis
3. Gangguan komunikasi (aphasia)
4. Keterbatasan lapang pandang
5. Kesulitan menelan (dispagia)
6. Inkontinensia urine
7. Pusing, tidak nafsu makan, mual, muntah.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan (Computerized Tomography Scan)
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik
3. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke seperti: perdarahan.
4. EEG (Electro Encephalogram)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
5. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan, biasanya ada trombosis, emboli serebral
dan TIA.

H. Komplikasi
1. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke
otak tidak adekuat
2. Edema cerebri : karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam
cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik
cairan ke intra sel yang mengakibatkan terjadinya edema serebri.
3. Disritmia jantung : irama jantung terganggu karena adanya sumbatan
di otak.

6
I. Terapi dan Pengelolaan Medik
1. Terapi kortikosteroid
2. Diuretika: untuk mengurangi edema.
3. Antikoagulan: mencegah terjadinya trombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
4. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
5. Pemberian nutrisi dan cairan intravena yang adekuat.
6. Istirahat tirah baring.
7. Phenytonin (dilatin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Keadaan Umum: lemah/ berat
a. Pengkajian Primer
A (Airway) : untuk mengakaji sumbatan total atau sebagian
dan gangguan servikal, ada tidaknya sumbatan
jalan nafas, distress pernafasan, ada secret atau
tidak.
B (Breathing) : kaji henti nafas dan adekuatnya pernafasan,
frekuensinafas dan pergerakan dinding dada,
suara pernafasan melalui hidung atau mulut,
udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
C (Circulation) : kaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan
syok, dan adanya perdarahan eksternal, denyut
nadi, kekuatan dan kecepatan, nadi karotis untuk
dewassa, nadi brakialis untuk anak, warna kulit
dan kelembaban, tanda- tanda perdarahan
eksternal, tanda- tanda jejas atu trauma.
D ( Disabiliti) : kaji kondisi neuromuscular pasien, keadaan status
kesadaran lebih dalam (GCS), keadaan
ekstrimitas, kemampuan motorik dan sensorik.

7
E ( Exposure) : kontrol lingkungan, penderita harus dibuka
seluruh pakaiannya.
b. Pengkajian Skunder
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Riwayat hipertensi, DM, penyakit DM.
b) Riwayat CVD sebelumnya
c) Merokok
2) Pola nutrisi metabolik
a) Anoreksia
b) Mual
c) Muntah
d) Dispagia (kesulitan menelan)
e) Gangguan pengecapan dan menelan
3) Pola eliminasi
a) Inkontinensia urine dan alvi
b) Oliguri
c) Konstipasi
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Gangguan tonus otot (spastik)
b) Kehilangan koordinasi keseimbangan
c) Hemiparesis
d) Hemiplegia
5) Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur
6) Pola persepsi kognitif
a) Kehilangan memori
b) Gangguan bicara
c) Nyeri/sakit kepala, kaku kuduk
d) Gangguan fungsi sensori penglihatan, penghiduan,
pendengaran, perabaan, pengecapan.

8
7) Pola persepsi dan konsep diri
1) Perubahan kepribadian dan emosi
2) Rendah diri
3) Cemas
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
a) Emosi labil
b) Perubahan tingkah laku dan peran
9) Pola reproduksi seksualitas
Perubahan pola hubungan seksual
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
a) Depresi
b) Penyangkalan terhadap penyakit
c) Cara mengatasi masalah
11) Pola sistem nilai kepercayaan
Ketidakmampuan penatalaksanaan ibadah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
aliran darah ke otak.
b. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan kelemahan/paralisis
otot.
c. Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan/paralisis otot
menelan.
d. Perubahan eliminasi: urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengontrol urin.
e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan sebagian
tubuh.
g. Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan fungsi peran.
h. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan aphasia.
i. Ketidakefektifan manajemen terapeutik berhubungan dengan
kurangnya informasi.

9
3. Perencanaan Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
aliran darah ke otak.
Kriteria : Klien tidak mengalami peningkatan TIK, tidak terjadi
penurunan tingkat kesadaran, tidak mengeluh sakit kepala, stabilnya
atau meningkatnya nilai GCS.
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda adanya peningkatan TIK tiap jam.
R/ Peningkatan TIK menyebabkan terganggunya perfusi
jaringan serebral.
2) Kaji tanda-tanda delirium dan gelisah.
R/ Sebagai indikator adanya peningkatan TIK.
3) Observasi TTV (S, N, TD, HR).
R/ Indikator yang menunjukkan gangguan sirkulasi.
4) Observasi status neurologis dan bandingkan dengan keadaan
normal.
R/ Menunjukkan perubahan tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK.
5) Atur posisi kepala maksimal 15oAtau tanpa bantal.
R/ Meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral dan mengurangi
resiko peningkatan TIK.
6) Berikan istirahat/tirah baring.
R/ Aktivitas berlebih dapat meningkatkan TIK.
7) Cegah mengejan saat defekasi.
R/ Defekasi dapat merangsang terjadinya valsava manuver
dapat meningkatkan TIK dan memperbesar resiko perdarahan.
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
antikoagulasi.
R/ Meningkatkan dan memperbaiki aliran darah serebral dan
mencegah terjadinya trombus.

10
b. Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan/paralisis otot
menelan.
Kriteria hasil : Klien dapat menelan dan tidak tersedak, Intake
makan meningkat.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan pasien dalam menelan.
R/ Mengetahui sejauh mana pasien dapat menelan.
2) Beri posisi duduk saat makan atau sesudah makan + 30 menit.
R/ Mencegah aspirasi.
3) Berikan makan dalam porsi kecil.
R/ Stimulus untuk latihan menelan.
4) Berikan makan lunak.
R/ Mempermudah dalam menelan.
5) Kolaborasi dengan petugas gizi untuk pemberian diit yang
sesuai.
R/ Menentukan diit yang sesuai dengan pasien.
c. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan kelemahan/
paralisis otot.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda dan gejala aspirasi, Mampu
menelan makanan dan minuman tanpa tersedak.
Intervensi:
a) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk menelan.
R/ Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
b) Berikan perawatan oral setelah makan.
R/ Menjaga kebersihan mulut.
c) Berikan posisi duduk atau setengah duduk ketika makan dan 30
menit setelah makan.
R/ Merupakan teknik gravitasi untuk mencegah terjadinya
aspirasi.
d) Ajarkan pasien untuk menggigit makanan sedikit demi sedikit
dan meletakkan di bagian mulut yang tidak lumpuh.

11
R/ Menstimulasi kemampuan menelan dan menghindari
terjadinya aspirasi.
e) Konsultasikan dengan ahli diit kebutuhan akan perubahan
makanan/ minuman bila diperlukan.
R/ Kolaborasi dalam merencanakan asuhan keperawatan untuk
diit yang tepat.
d. Perubahan eliminasi: urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengontrol urin.
Kriteria hasil : Urine dalam keadaan normal + 1500 cc/hari.
Intervensi:
1) Kaji adanya inkontinensia urine.
R/ Menentukan intervensi selanjutnya.
2) Kaji warna dan jumlah urine tiap hari.
R/ Mendeteksi adanya infeksi.
3) Anjurkan minum 2000 cc/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/ Meningkatkan jumlah urine.
4) Rawat kateter tiap hari bila pasien menggunakan kateter.
R/ Mencegah timbulnya infeksi.
e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
Kriteria hasil : Klien dapat mobilisasi secara bertahap, Klien dapat
menggerakkan ekstremitas yang mengalami kelemahan secara
bertahap
Intervensi:
1) Berikan latihan ROM pada ekstremitas sejak awal.
R/ Mempertahankan tonus otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kontraktur.

2) Ubah posisi tiap 2 jam.


R/ Mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.
3) Beri sokongan pada ekstremitas.
R/ Mencegah terjadinya kontraktur.

12
4) Anjurkan klien melakukan latihan ROM sendiri selama 15-30
menit bila memungkinkan.
R/ Mencegah kekakuan otot.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi relaksasi
otot, antispasmodik sesuai indikasi, seperti baklofen, dan
trolen.
R/ Diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada
ekstremitas yang terganggu.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan sebagian
tubuh.
Kriteria hasil : Klien dapat melakukan perawatan diri secara
bertahap.
Intervensi:
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
R/ Mengetahui kebutuhan klien yang perlu bantuan.
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan seperti: mandi,
makan, BAK, BAB, berpakaian.
R/ Membantu kebutuhan dasar pasien sesuai kemampuannya.
3) Dekatkan alat-alat bantu dan peralatan yang biasa dipakai klien.
R/ Klien dapat menjangkau dengan mudah.
4) Pasang hek tempat tidur klien.
R/ Mencegah terjadinya cidera.
5) Berikan umpan balik positif untuk usaha yang dilakukan klien.
R/ Meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien untuk
berusaha secara kontinu.

g. Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan fungsi peran.


Kriteria hasil : Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi, Klien mampu
mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri.

13
Intervensi:
1) Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuan.
R/ Penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam
menyusun perencanaan asuhan keperawatan.
2) Identifikasi arti dari kehilangan/disfungsi perubahan pada
pasien.
R/ Respon klien berbeda bisa efektif dan tidak efektif.
3) Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ Mengidentifikasikan terhadap penerimaan/penolakan klien
terhadap keadaannya.
4) Gunakan teknik mendengarkan pada saat bersama klien.
R/ Menunjukkan perhatian kepada klien.
5) Kolaborasi ke psikolog bila klien mengalami gangguan jiwa
karena keadaannya.
R/ Psikolog dapat memberikan bantuan penuh terhadap
gangguan jiwa klien.
h. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan aphasia.
Kriteria hasil : Klien dapat memahami komunikasi dengan orang
lain, Klien dapat menggunakan bahasa isyarat untuk
berkomunikasi.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi secara verbal.
R/ Mengetahui tingkat kemampuan klien untuk bicara.
2) Beri dukungan klien untuk aktif berkomunikasi secara verbal.
R/ Melatih dan mengembalikan minat bicara secara bertahap.
3) Anjurkan keluarga/orang terdekat untuk mempertahankan
usahanya untuk berkomunikasi dengan klien.
R/ Mengurangi isolasi sosial klien dan menciptakan
komunikasi yang efektif.
4) Berdiri di depan klien saat berbicara.

14
R/ Membantu klien untuk dapat membaca gerakan bibir dan
tangan perawat untuk memperlancar komunikasi.
5) Bicara dengan nada normal dan hindari percakapan cepat.
R/ Nada tinggi dapat merusak fungsi telinga dan
menimbulkan pasien marah.
6) Kolaborasi dengan ahli terapi wicara.
R/ Membantu klien latihan wicara.
i. Perencanaan Pulang
1) Anjurkan pasien untuk tidak merokok dan minum minuman
beralkohol.
2) Anjurkan pasien untuk menggunakan koping mekanisme
adaptif dalam menangani stres.
3) Anjurkan pasien untuk mematuhi diitnya.
4) Jelaskan ke pasien dan keluarga tentang penyakit yaitu
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, perawatan selama di
rumah.
5) Anjurkan keluarga untuk ikut serta dalam merawat pasien
selama di rumah.
6) Anjurkan pasien untuk ikut kelompok/wadah penderita stroke.
7) Jelaskan pada keluarga dan pasien tanda-tanda stroke berulang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

15
1. Stroke adalah penyakit yang menyerang persarafan yang biasanya
timbul pada lansia, yang dapat menyebabkan individu tersebut lumpuh
sebagian atau lumpuh total.
2. Etiologi dari stroke yaitu thrombosis, embolus, perdarahan.
3. Manifestasi Klinis Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi bagian tubuh),
Paralisis, Gangguan komunikasi (aphasia), Keterbatasan lapang
pandang, Kesulitan menelan (dispagia), Inkontinensia urine, Pusing,
tidak nafsu makan, mual, muntah.

B. Saran
1. Untuk Akademik
Diharapkan dengan makalah ini akademik selalu memberikan
ilmu-ilmu kepada mahasiswa.
2. Untuk Pembaca
Diharapkan para pembaca bisa lebih memehami isi dari makalah
ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan asuhan keperawatan
dan selalu melakukan tindakan sesuai prosedur.
3. Untuk Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

16

Anda mungkin juga menyukai