Anda di halaman 1dari 7

SIKLUS AKTUAL

Penyimpangan dari siklus udara (ideal) terjadi karena dalam keadaan yang sebenarnya
terjadi kerugian yang antara lain disebabkan oleh hal berikut:
1) Kebocoran fluida kerja karena penyekaan oleh cincin torak dan katup tak dapat
sempurna;
2) Katup tidak dibuka tepat di TMA dan TMB karena pertimbangan dinamika
mekanisme katup dan kelembaban fluida kerja. Kerugian tersebut dapat diperkecil
bila saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan dengan besarnya beban dan
kecepatan torak;
3) Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal dengan kalor
spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung;
4) Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di TMA, tidak
terdapat pemasukan kalor seperti siklus udara. Kenaikan tekanan dan temperatur
fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran antara bahan bakar dan udara di
dalam selinder;
5) Proses pembakaran memerlukan waktu jadi, tidak berlangsung sekaligus.
Akibatnya proses pembakaran berlangsung pada volume dan ruang bakar yang
berubah-ubah karena gerakan torak. Dengan demikian, proses pembakaran harus
sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak mencapai TMA dan
berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak bergerak kembali dari TMA
menuju TMB. Jadi, proses pembakaran tidak dapat berlangsung pada volume atau
pada tekanan yang konstan. Di samping itu pada kenyataannya tidak pernah
terjadi pembakaran tidak sempurna. Karena itu daya dan efisiensinya sangatlah
bergantung pada perbandingan campuran bahan bakar-udara, kesempurnaan
bahan bakar-udara itu bercampur, dan saat penyalaan;
6) Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari fluida kerja
ke fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi, ekspansi dan pada waktu
gas buang meninggalkan selinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi karena
terdapat perbedaan temperatur antara fluida kerja dan fluida pendingin. Fluida
pendingin diperlukan untuk mendinginkan bagian mesin yang menjadi panas,
untuk mencegah bagian tersebut dari kerusakan.
7) Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam selinder
ke atmosfir sekitarnya. Energi tersebut tak dapat dimanfaatkan untuk melakukan
kerja mekanik;
8) Terdapat kerugian energi karena gesekan antara fluida kerja dengan dinding
sekitarnya.
Berdasarkan semua hal diatas, bentuk diagram P vs v dari siklus yang sebenarnya tidak
sama dengan bentuk diagram siklus ideal. Siklus sebenarnya tidak pernah merupakan
siklus volume konstan, siklus tekanan konstan atau siklus tekanan terbatas (gambar).
Menunjukkan bentuk diagram P vs v dari sebuah motor bakar torak 2-langkah dan 4-
langkah yang sebenarnya.
Karena semua penyimpangan tadi menimbulkan kerugian energi, hendaknya diusahakan
agar siklus yang sebenarnya itu mendekati siklus udara yang ideal. Siklus yang ideal pada
saat ini biasa dipakai dalam perhitungan perancangan atau penaksiran.

1
2
3
Siklus Otto

Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam
kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel) adalah
contoh penerapan dari sebuah siklus Otto. Niklaus August Otto (1832-1891) adalah
seorang penemu berkebangsaan Jerman yang pada tahun 1876 menciptakan mesin
dengan empat dorongan pembakaran.
Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api.
Pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan
udara dibakar dengan menggunakan percikan bunga api dari busi. Piston bergerak dalam
empat langkah (disebut juga mesin dua siklus) dalam silinder, sedangkan poros engkol
berputar dua kali untuk setiap siklus termodinamika. Mesin seperti ini disebut mesin
pembakaran internal empat langkah.

− Campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika piston
bergerak ke atas (langkah kompresi / compression stroke).
− Karena ditekan secara adiabatik maka suhu dan tekanan campuran meningkat. Pada saat
yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan uap bensin
terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas bersuhu tinggi dan
bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (power
stroke).
− Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan menuju pipa
pembuangan (langkah pembuangan / exhaust stroke).
− Katup masukan terbuka lagi, campuran udara dan uap bensin mengalir dari karburator
menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah masukan / intake
stroke). Selanjutnya ke-empat langkah diulang kembali.

4
MESIN 2 Langkah
Pada prinsipnya motor bakar 2 langkah (2 tak), siklus dilakukakan dalam 2 langkah
piston atau satu putaran poros engkol.
Langkah pertama:
• Piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah)
• Pada saat piston bergerak dari TMA ke TMB, maka akan menekan ruang bilas yang
berada di bawah piston. Semakin jauh piston meninggalkan TMA menuju TMB,
tekanan di ruang bilas semakin meningkat.
• Pada titik tertentu, piston (ring piston) akan melewati lubang pembuangan gas dan
lubang pemasukan gas.
• Pada saat ring piston melewati lubang pembuangan, gas di dalam ruang bakar
keluar melalui lubang pembuangan.
• Pada saat ring piston melewati lubang pemasukan, gas yang tertekan dalam ruang
bilas akan terpompa masuk dalam ruang bakar sekaligus mendiring gas yang ada
dalam ruang bakar keluar melalui lubang pembuangan.
• Piston terus menekan ruang bilas sampai titik TMB, sekaligus memompa gas dalam
ruang bilas masuk ke dalam ruang bakar.
Langkah kedua:
• Piston bergerak dari TMB ke TMA.
• Pada saat piston bergerak dari TMB ke TMA, maka akan menghisap gas hasil
pencampuran udara, bahan bakar dan pelumas masuk ke dalam ruang bilas.
Percampuran ini dilakukan oleh karburator sistem injeksi.
• Saat melewati lubang pemasukan dan lubang pembuangan, piston akan
mengkompresi gas yang terjebak dalam ruang bakar.
• Piston akan terus mengkompresi gas dalam ruang bakar sampai TMA.
• Beberapa saat sebelum piston sampai di TMA, busi menyala untuk membakar gas
dalam ruang bakar. Waktu nyala busi sebelum piston sampai TMA dengan tujuan
agar puncak tekanan dalam ruang bakar akibat pembakaran terjadi saat piston mulai
bergerak dari TMA ke TMB karena proses pembakaran sendiri memerlukan waktu
dari mulai nyala busi sampai gas terbakar dengan sempurna.

MESIN 4 Langkah
Mesin 4 tak adalah mesin pembakaran dalam yang dalam satu siklus pembakaran terjadi
empat langkah piston (hisap, tekan, bakar, buang).
Langkah pertama:
• Piston bergerak dari TMA ke TMB, posisi katup masuk terbuka dan katup keluar
tertutup, mengakibatkan gas atau udara terhisap masuk ke dalam ruang bakar.
Langkah kedua:
• Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk dan keluar tertutup,
mengakibatkan udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi. Beberapa saat
sebelum piston sampai pada posisi TMA, waktu penyalaan bunga api terjadi, pada
mesin bensin berupa nyala busi.

5
Langkah ketiga:
• Gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam ruang
bakar,mengakibatkan piston terdorong dari TMA ke TMB. Langkah ini adalah
proses langkah pembakaran.
Langkah keempat:
• Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk tertutup dan katup keluar
terbuka, mengakibatkan gas hasil pembakaran terdorong keluar menuju saluran
pembuangan. Atau yang disebut proses buang.

Dalam kenyataannya baik siklus ideal volume konstan, siklus tekanan konstan dan siklus
gabungan tidak mungkin dilaksanakan, karena adanya beberapa hal sebagai berikut :
1) Fluida kerja bukanlah udara yang bisa dianggap sebagai gas ideal, karena fluida kerja
di sini adalah campuran bahan bakar (premium) dan udara, sehingga tentu saja
sifatnya pun berbeda dengan sifat gas ideal.
2) Kebocoran fluida kerja pada katup (valve), baik katup masuk maupun katup buang,
juga kebocoran pada piston dan dinding silinder, yang menyebabkan tidak optimalnya
proses.
3) Baik katup masuk maupun katup buang tidak dibuka dan ditutup tepat pada saat
piston berada pada posisi TMA dan atau TMB, karena pertimbangan dinamika
mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian ini dapat diperkecil bila
saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan dengan besarnya beban dan
kecepatan torak.
4) Pada motor bakar torak yang sebenarnya, saat torak berada di TMA tidak terdapat
proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara. Kenaikan tekanan dan temperatur
fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar
dalam silinder.
5) Proses pembakaran memerlukan waktu untuk perambatan nyala apinya, akibatnya
proses pembakaran berlangsung pada kondisi volume ruang yang berubah-ubah
sesuai gerakan piston. Dengan demikian proses pembakaran harus dimulai beberapa
derajat sudut engkol sebelum torak mencapai TMA dan berakhir beberapa derajat
sudut engkol sesudah TMA menuju TMB. Jadi proses pembakaran tidak dapat
berlangsung pada volume atau tekanan yang konstan.
6) Terdapat kerugian akibat perpindahan kalor dari fluida kerja ke fluida pendingin,
misalnya oli, terutama saat proses kompresi, ekspansi dan waktu gas buang
meninggalkan silinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi karena ada perbedaan
temperatur antara fluida kerja dan fluida pendingin.
7) Adanya kerugian energi akibat adanya gesekan antara fluida kerja dengan dinding
silinder dan mesin.
8) Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam silinder ke
atmosfer sekitarnya. Energi tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kerja mekanik.

6
3-3 REAL AIR-FUEL ENGINE CYCLES
Page 81 (96/426)

Anda mungkin juga menyukai