Anda di halaman 1dari 13

MODUL AGAMA ISLAM

MATERI II
HAKIKAT, MARTABAT, DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

Standar Kompetensi
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu mengetahui hakikat manusia dan hakikat dirinya sebagai manusia
2. Mampu mengetahui potensi dan sifat-sifat manusia secara umum maupun dirinya
3. Mampu mengetahui cirri-ciri manusia secara umum
4. Mampu membangun harga dirinya sesuai dengan syariat Islam

A. Pendahuluan
Siapakah manusia sebenarnya? Apakah diri kita sudah mengenal diri kita sendiri?
Dimanakah kedudukan kita sebagai ciptaan Allah? Bagaimana sikap kita pada Allah
SWT? Dan masih banyak lagi persoalan yang perlu dilontarkan kepada manusia pada
dirinya sendiri yang sudah hidup sekian lama di muka bumi. Masalah manusia adalah hal
yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan. Banyak ilmuwan mencoba membicarakan
dan mempelajarinya. Namun tidak begitu berhasil. Karena masing-masing pakar
mempunyai teori dan definisi sendiri-sendiri. Berbagai disiplin ilmu seperti psikologi,
sosiologi ekonomi, antropologi, filsafat dan teologi mempunyai berbagai pendekatan yang
berbeda dan teori yang berlainan tentang manusia.
Asal manusia adalah ruh dan tanah. Ia kemudian dilengkapi dengan potensi akal,
hati dan jasad yang merupakan suatu kelebihan yang Allah berikan dibanding makhluk
lainnya. Ciri manusia sebagai makhluk yang dilebihkan oleh Allah ialah diberikan beban
dan balasan. Dengan akal, hati dan jasad, manusia dapat beribadah. Ibadah yang sesuai
dengan fitrah manusia adalah ibadah yang komprehensif.
Satu aplikasi dari mengenal manusia adalah aspek tawazun (keseimbangan).
Keseimbangan berlaku pada diri seorang muslim apabila terpenuhi semua keperluan akal,
jasad dan ruhnya. Lalu keseimbangan itu dijalankan pada akal, jasad dan ruh tersebut.
Ruh yang lebih tinggi dibandingkan syahwat akan menjadikan hidup aman dan tentram.
Sebaliknya bila syahwat lebih tinggi dibandingkan ruh, maka akan membawa kesesatan di
masa depan, terlebih lagi apabila ia tidak merubah diri akan membawa pada kerusakan.

1. Pengenalan Manusia
Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi
dengan potensi hati, akal dan jasad. Potensi ini memiliki kelebihan dan keutamaan
dibanding makhluk lainnya. Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia
berilmu dan dengan jasad manusia beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini
1
disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di
muka bumi. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang
sesuai.
Pengoptimalan potensi manusia dari segi hati, akal dan jasad akan membawa
manusia ke derajat yang lebih tinggi dan mulia. Seperti mulianya ruh yang Allah
berikan kepada manusia. Sebaliknya apabila manusia tidak mampu mengoptimalkan
potensinya akan mencapai derajat yang rendah bagaikan binatang ternak atau tanah
seperti asalnya manusia.

2. Hakikat Manusia
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani
tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk, manusia mempunyai
sifat fitrah, lemah, bodoh dan faqir. Namun ia diberikan kemuliaan karena
mempunyai ruh, mempunyai berbagai keistimewaan, serta ditundukkannya alam ini
baginya. Manusia juga diberikan beban oleh Allah SWT untuk beribadah dan
menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi untuk mengatur alam dan seisinya.
Kita perlu mengenal manusia tidak dari segi kelebihannya saja, tetapi juga
kelemahannya sehingga pengenalan ini dapat menyadarkan manusia dalam berbuat
dan bertindak. Beberapa kelemahan manusia yang disebutkan oleh Allah SWT selain
kejiwaan yang keluh kesah juga bersifat lemah, bodoh dan faqir (sifat
membutuhkan). Mengenal hakikat manusia ini yang mempunyai bentuk yang serba
terbatas ini diharapkan mampu memahami tugas dan peran yang dibebankan oleh
Allah kepada manusia sehingga manusia memilih jalan yang benar dan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaannya. Manusia dengan fitrahnya akan mengatakan bahwa
pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, mencuri, kejahatan, menipu, berdusta, berkelahi
adalah suatu perbuatan yang tidak baik. Sebaliknya, berbuat baik, membantu orang
lemah, berkata jujur, berkata benar, dan menghargai orang lain adalah perbuatan baik.
Potensi fitrah manusia ini perlu dipelihara dengan mengamalkan nilai Islam (yang
juga fitrah) sehingga manusia mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.
Manusia dengan kelemahannya dengan keterbatasan akal dan fisik, manusia
tidak mungkin mampu menembus semua alam ini dengan akalnya. Begitu pula
fisiknya, manusia dibandingkan dengan alam sangat kecil dan lemah, manusia sangat
lemah di hadapan Allah sehingga diperlukan untuk meminta bantuan dan lindungan
dari Allah SWT.
Manusia dengan kebodohannya mau menerima beban amanat yang begitu besar
yang diberikan Allah kepadanya, sementara makhluk lain tidak mau menerima beban
amanat ini. Maka Allah menyebutkan manusia itu zalim dan bodoh. Kezaliman dan
kebodohan ini disebabkan karena dalam memikul amanat ini perlu ilmu dan
pengalaman yang konsisten sehingga tidak mengkhianati amanat tersebut. Apabila
2
manusia berilmu dan mampu mengamalkannya dengan istiqamah maka telepas dari
kezaliman dan kebodohan.
Manusia dengan faqirnya (sifat membutuhkan) mempunyai kebutuhan atau
kehendak kepada Allah yang menciptakannya. Terlalu banyak yang telah Allah
berikan kepada manusia namum demikian dalam perjalanan kehidupan manusia
didapatkan berbagai kelemahan yang perlu diminta kepada Allah. Karena Allah Maha
Kaya dan tidak perlu sesuatu maka permintaan manusia yang tepat adalah kepada
Allah.

3. Potensi Manusia
Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara
alam. Khalifah adalah yang diamanatkan untuk membangun dan memelihara alam,
bukan sebagai pemilik yang sebenarnya. Khalifah mesti menjalankan tugasnya sesuai
dengan apa yang telah Allah kehendaki, bukan membuat jalan sendiri dan tidak
menentang peraturan-peraturan Allah yang telah diperintahkan. Bagi mereka yang
berkhianat terhadap potensi yang dimilikinya akan mendapatkan kerugian. Bahkan
Allah SWT mengumpamakan sebagai hewan ternak, anjing, monyet, babi dan
keledai.
Allah SWT memberikan kelebihan dan keutamaan kepada manusia dengan
pendengaran, penglihatan dan hati. Potensi ini kadang tidak disyukuri manusia
bahkan ia sering menggunakan matanya untuk melihat yang haram, telinganya untuk
mendengar yang haram, serta hatinya yang digunakan untuk membenci, dendam, dan
berprasangka buruk pada orang lain. Mereka yang demikian akan menghancurkan
dirinya sendiri dan termasuk orang-orang yang merugi. Bayangkanlah seandainya
kita tidak dapat melihat atau mendengar. Hal ini tentu akan menyusahkan hidup kita.
Sehingga patutlah kita bersyukur kepada Allah dengan nikmat-nikmat yang
diberikan-Nya.
a. Beribadah
Manusia dengan kelebihan dan potensi yang diterimanya perlu
bertanggung jawab dan menyadari tugas serta perannya. Tugas tersebut adalah
beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian tidak semua manusia bersedia
menerima tugas ini, sebagian ada yang menerima dan sebagian lagi ada yang
menolaknya. Dengan ketiga potensi tersebut (hati, mata dan telinga) dan
kelebihan-kelebihannya, manusia mendapatkan tugas beribadah. Firman Allah
SWT .:

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.. ( QS. adz-Dzariyaat : 56).
b. Amanah
3
Manusia dengan potensinya telah ditawarkan oleh Allah untuk menjadi
khalifah, yang kemudian diterima oleh manusia untuk memikul amanat tersebut.
Langit, bumi dan gunung menolak amanat tersebut, tetapi manusia bersedia
menerimanya. Amanat merupakan beban dan sekaligus tanggung jawab bagi
yang menerima amanat. Amanat yang diterima oleh manusia adalah amanat
kekhalifahan. Apabila manusia menjadikan perintah Allah sebagai kewajiban
maka akan bersikap amanah sehingga memperoleh kedudukan khalifah.
Bagi manusia yang lalai dan tidak bertanggung jawab terhadap
potensinya serta tidak menyadari atau memahami potensi yang diterimanya, ia
disebut khianat dan akan mendapat kerugian yang besar, dan apabila potensi ini
digunakan dengan baik melalui ibadah dan amal shaleh maka ia akan bahagia.

B. Sifat Manusia
Jiwa manusia diberi dua jalan yaitu takwa dan fujur (kesesatan). Jalan yang benar
adalah jalan takwa sedangkan jalan yang salah adalah kesesatan. Manusia yang bertakwa
senantiasa membersihkan dirinya (tazkiyatun nafs). Jiwa yang bersih akan memunculkan
sifat seperti syukur, sabar, penyantun, penyayang, bijaksana, suka bertaubat, lemah
lembut, jujur dan dapat dipercaya. Sedangkan manusia dengan potensi yang dimilikinya
sangat mampu untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan
jalan kesesatan mereka cenderung memperturutkan syahwatnya, tergesa-gesa, berkeluh
kesah, gelisah, enggan berbuat baik, bakhil, kufur, susah payah, membantah, zalim, jahil,
merugi, yang pada akhirnya mereka akan merasakan kegagalan. Sifat yang seperti ini
diambil oleh manusia sehingga mereka tidak disenangi oleh masyarakatnya dan tidak
memperoleh kehidupan yang bahagia. Manusia diberi kebebasan untuk memilih yang baik
atau yang buruk. Manusia dengan akal dan potensinya dapat memilih untuk mengikuti
Islam atau tidak mengikutinya, serta memilih untuk menempuh jalan takwa atau jalan
kesesatan. Dari pilihan ini manusia akan mendapatkan keberhasilan atau kegagalan.

1. Manusia Sukses
Sifat mulia manusia tersebut akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah,
dari manusia dan dari dirinya sendiri. Orang yang bertaubat disayangi oleh Allah,
sehingga ia diberi banyak kesuksesan dalam hidupnya. Terhadap dirinya manusia
memperoleh kemenangan karena sifat syukur dan sabar, manakala terhadap orang
lain mendapatkan kasih sayang dan penghargaan karena sifat penyantun, penyayang,
lemah lembut dan bijaksana. Sedangkan dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa
dengan ketakwaan akan diberi kesuksesan, selain itu mereka yang beriman, beramal
shaleh, persaudaraan muslim dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh
kebaikan dan melarang kemungkaran).
2. Manusia Gagal
4
Sesuatu yang tidak sesuai dengan fitrah akan berlawanan dengan diri manusia.
Allah telah memberikan nilai dan perintah yang fitrah tetapi manusia
mengingkarinya. Nilai dan aturan tersebut akan membawa kemenangan, tetapi bagi
yang mengingkari akan mendapatkan kegagalan. Kegagalan terjadi karena yang
diamalkannya berlawanan dengan fitrah manusia. Perbuatan tidak baik yang
digambarkan dalam tingkah laku buruk seperti keluh kesah, enggan beramal dan
gelisah. Selain merugikan diri sendiri juga akan merusak hubungan dengan
masyarakatnya seperti keluarga dan teman-temannya. Hubungan dengan Allah pun
menjadi tidak baik akibat dari sifat buruk orang-orang yang fujur (sesat) tersebut.

C. Misi Manusia
Tugas manusia sebagai khalifah adalah membangun dan memelihara, cara
melaksanakan tugas ini adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Pola penumbuhan tugas
khilafah adalah dengan membangun dan memelihara yang berkaitan dengan unsur
materi dan ruhani. Membangun alam ini dengan melakukan arahan yang akan
menghasilkan peradaban, manakala cara syariat akan menghasilkan akhlak.
Khalifah berfungsi untuk membangun dan memelihara lima perkara, yaitu
agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Memelihara kelima perkara tersebut
dilakukan dengan dakwah, mengajak kebaikan dan melarang kemungkaran. Sehingga
Allah akan perlihatkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Syarat untuk
mencapai fungsi khalifah dengan baik memerlukan beberapa kekuatan yaitu :
kekuatan aqidah, kekuatan akhlak, kekuatan jamaah, kekuatan ilmu dan kekuatan
harta.

1. Manusia sebagai Hamba


Allah SWT berfirman :

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.. ( QS. adz-Dzariyaat : 56).

Manusia ciptaan Allah ditugaskan untuk beribadah. Hal ini sesuai dengan
tuntutan fisik atau nurani manusia agar mendapatkan kedamaian. Dengan
beribadah maka Allah akan memberikan ketaqwaan yang kemudian akan
menghasilkan harga diri. Taqwa membawa kebahagiaan yang juga akan
meninggikan status orang bertaqwa berupa kemuliaan di sisi Allah. Karena Allah
adalah Maha Hebat dan Kuasa maka orang bertaqwa yang berada di sisi Allah
juga mendapatkan penghargaan dan penghormatan berupa harga diri.

2. Manusia sebagai Khalifah

5
Hanya manusia yang mampu mengemban amanat sebagai khalifah, selain
manusia, makhluk lain tidak mampu menjadi khalifah bumi. Allah menunjuk
manusia sebagai khalifah karena potensi yang dimiliki oleh manusia lebih baik
dibandingkan makhluk lain, sehingga wajar penunjukan dijatuhkan kepada
manusia. Dengan potensi tersebut maka manusia mampu menjalankan fungsi
membangun dan memelihara alam mini.

3. Manusia sebagai Pembangun


Tugas membangun manusia diarahkan kepada sesuatu yang bersifat materi
dan ruhani. Hal yang bersifat materi adalah masalah fisik manusia dan alam
semesta beserta isinya. Allah memberikan segala fasilitas yang dikehendaki oleh
manusia. Dengan kemampuan akal maka manusia memberikan arahan kepada
alam yang dikendalikannya. Hal yang bersifat ruhani dibangun dengan
pendekatan syariat yang diberikan berupa akhlak yang baik. Ruhani manusia
perlu dibangun dengan nilai syariat Islam. Dengan dakwah maka akan
menghasilkan umat terbaik dengan karakter akhlak yang mulia.

4. Manusia sebagai Pemelihara


Setelah manusia membangun alam ini dengan arahan dan syariat, maka
manusia juga dituntut untuk menjalankan tugas memelihara alam. Beberapa
perkara yang dipelihara adalah materi dan ruhani. Memeliara alam dan fisik
manusia akan mendapatkan harapan berupa balasan yang baik. Demikian juga
dalam memeliara ruhani kita dengan baik maka akan mendapatkan kebahagiaan.

5. Manusia sebagai Penjaga


Manusia sebagai khalifah dengan misi dan tugasnya akan mampu untuk
menjaga agama, nafsu, akal, harta dan keturunan manusia. Khalifah mampu
menjaga agama dari usaha-usaha manusia yang ingin memadamkan cahaya Islam
begitu juga seorang khalifah mampu menjaga potensi yang dimilikinya seperti
nafsu dan akal sehingga bias dioptimalkan pada tempatnya yang sesuai. Seorang
khalifah juga dapat menjaga harta dan keturunannya dari mereka yang
mengganggu. Manusia sebagai khalifah akan mampu menjaga kelima perkara
tersebut.

D. Ciri Utama Manusia


Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak. Menurut
ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai berbagai ciri,
antara lain ciri utamanya adalah :

6
1. Makhluk yang paling sempurna, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan
yang paling sempurna.

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya”. ( QS. at-Tin : 4 ).

Karena itu pula kebaikannya (kelainannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang
lain) dapat dilihat pada bentuk dan struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan
jiwanya, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya
melalui tahap-tahap tertentu. Manusia, sebagai makhluk, karena itu seyogyanya
menyadari kelemahannya. Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada
dirinya disebutkan Allah dalam al-Qur’an, di antaranya adalah :
a. Melampaui batas

Artinya : “Dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami
dalam Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah
Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia (kembali) melalui
(jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.( QS. Yunus :
12 ).

b. Dhalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya) dan
mengingkari karunia (pemberian) Allah :

Artinya : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala


apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah)”. ( QS. Ibrahim : 34 ).

c. Tergesa-gesa

Artinya : “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa


untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”. (QS.
al-Isra' : 11).

d. Suka membantah

7
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia
dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”. (QS.
al-Kahfi : 54).

e. Berkeluh kesah dan kikir

Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi


kikir. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan
apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir”. (QS. al-Ma'arij : 19
- 21).

f. Ingkar dan tidak berterima kasih

Artinya : “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih


kepada Tuhannya”. (QS. al-‘Adiyat : 6).

2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan)


beriman kepada Allah.
Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya,
ruh yang berada di alam gaib itu ditanyai Allah, apakah mereka mengakui Allah se-
bagai Tuhan mereka (Alastu bi rabbikum: Apakah kalian mengakui Allah sebagai
Tuhan kalian). Serentak dan semuanya mengakui Allah sebagai Tuhan mereka (Bala
syahidna: Ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami).

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi
saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. al -A’raf :
172).

James Allen, penulis buku “How Man Think”, mengatakan “Manusia akan tahu
bahwa setiap kali dia mengubah cara pandangnya terhadap sesuatu dan orang lain,
maka sesuatu dan orang lain itu akan berubah sikap terhadap dirinya. Biarlah orang
akan mengubah cara berpikirnya dan kita akan terperanjat. Betapa cepat kehidupan
materialnya berubah. Sesuatu yang sakral untuk membentuk tujuan kita sendiri.

.... ....

8
Artinya : “....sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka
sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
sangkaan jahiliyah....”. (QS. Ali Imron : 154).

3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.


Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya
dalam al-Qur’an surat az-Zariyat : 56.

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.. ( QS. adz-Dzariyaat : 56).

Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus
dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan
ibadah khusus, yaitu segala upacara pengabdian langsung kepada Allah yang cara dan
waktunya telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya dijelaskan oleh
Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat, saum, dan haji. Pengabdian melalui jalur
umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut
amal saleh yaitu segala perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat,
dengan niat ikhlas untuk mencari keridaan Allah.
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
Hal itu dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam surat al-Baqarah : 30
dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khaiifah-Nya di bumi.
(Untuk lengkapnya dibahas pada misi manusia).

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS.
al-Baqarah : 30).

5. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatarmya.


Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya :

....

Artinya : “Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (QS. at-
Thur : 21).

6. Berakhlak.

9
Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan.dengan makhluk lain.
Artinva, manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk
membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam Islam kedudukan akhlak
sangat penting, menjadi komponen ketiga agama Islam. Kedudukan itu dapat
dilihat dari Sunnah Nabi yang mengatakan bahwa beliau diutus untuk me-
nyempurnakan akhlak manusia. Suri teladan yang diberikan Nabi semasa hayatnya
merupakan contoh yang seyogyanya diikuti oleh ummat Islam. Selain dari
keteladanan beliau, butir-butir akhlak banyak sekali terdapat dalam al-Quran.
Ajaran akhiak yang berasal dari al-Quran dan al-Hadis berlaku abadi, selama-
lamanya. Perwujudannya kelihatan pada sikap yang dilanjutkan dengan per -
buatanbaik atau buruk.
(Daud A, SH., Pendidikan Agama Islam, 2005: 345-361).

E. Membangun Harga Diri


Membangun harga diri atau kebanggaan perlu dijelaskan melalui pendekatan
bahwa manusia secara kemanusiannya memiliki kelebihan, lalu kewajiban muslim untuk
beribadah dan beberapa karakter umat Islam yang akan menghantarkan kepada
kebanggaan Islam. Kunci dari usaha membangun harga diri adalah melalui dakwah Islam.
Allah berfirman :

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imran : 104).

Ada beberapa cara untuk membangun harga diri manusia yaitu :


1. Kemuliaan
Allah telah menciptakan manusia kelebihan dan keutamaan dibandingkan
makhluk lain. Beberapa kelebihan tesebut adalah kemuliaan yang Allah berikan.
Dimuliakan manusia lalu diberinya rizki yang baik dan halal. Allah juga memberikan
kelebihan yang sempurna kepada manusia. Manusia bersyukur kepada Allah dengan
cara beribadah dan berbuat baik.
2. Keutamaan
Selain diberinya kemuliaan, Allah SWT memberikan keutamaan kepada
manusia. Banyak sekali keutamaan yang ada diantaranya potensi akal, ruh dan jasad
dan juga didapatkan keutamaan seperti mata, telinga dan hati. Keutamaan ini begitu
sempurna diciptakan Allah sehingga sangat berbeda dengan potensi yang dimiliki
makhluk lain.
3. Diperuntukkan

10
Ternyata Allah SWT tidak cukup memberikan kemuliaan dan keutamaan, Allah
juga memperuntukkan semua alam dan isinya bagi kepentingan manusia. Manusia
dapat menikmati cahaya matahari dan bebas menghirup udara segar, serta dapat
memakan makanan dan meminum apa saja yang ada di bumi. Semua yang ada di
langit, di darat dan di laut dijadikan kepentingan manusia, begitu besar kebaikan
Allah kepada manusia, tetapi sebagian manusia tidak bersyukur kepada-Nya.
4. Amanah
Dengan berbagai kelebihan tersebut maka manusia mempunyai kemampuan
untuk mengemban amanah sebagai khalifah. Manusia mempunyai kemampuan dalam
mengelola alam ini melalui cara membangun dan memelihara alam ini.

Membangun harga diri selain dengan cara memahami kelebihan yang dimiliki
manusia, juga dengan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu dengan
beriman kepada Allah dan Rasul dengan benar sehingga memperoleh aqidah yang shalih.
Dengan dasar aqidah ini, manusia beribadah kepada Allah dengan menjalankan segala
kegiatan kehidupan berdasarkan Islam. Ibadah khusus atau tidak khusus dilaksanakan
sehingga Allah SWT akan memberinya ketakwaan. Kemuliaan akan Allah berikan kepada
orang yang bertakwa, bahkan Allah sebutkan di sisi Allah yang berarti mendapatkan suatu
kehormatan dan prestise.

11
Latihan
1. Apa yang Saudara ketahui tentang hakikat manusia?
2. Jelaskan potensi dan misi manusia menurut ajaran Islam!
3. Sekurang-kurangnya ada 6 ciri manusia. Sebut dan jelaskan masing-masing secara lugas!
4. Allah berfirman:
‫و لقد صر فنا فى هذا القراء ن للنا س من كل مثل وكا ن ال نسا ن ا كثرشيئ جد ل‬
Pertanyaan
a. Harakatilah dengan benar!
b. Ayat tersebut terdapat dalam surat apa dan ayat berapa?
c. Terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar!
d. Apa kandungan pokon ayat tersebut?
5. Jelaskan misi manusia sebagai khalifah!
6. Manusia dikatakan sebagai penjaga, apa yang dimaksud dengan ungkapan ini? Apa yang
harus dijaga? Bagaimana cara menjaga sesuatu yang dijaga oleh manusia ini?
7. Jelaskan prestasi ilmuwan dalam mempelajari manusia! Hasilnya memuaskan,
membingungkan, atau sepotong-potong? Jelaskan argumen Saudara!
8. Di dalam diri manusia ada yang bernama jiwa. Apa arti jiwa? Jika jiwa itu bersih, sifat
apa saja yang ditimbulkan? Jika jiwa itu kotor, sifat apa saja yang ditimbulkannya?
9. Ada beberapa cara utnuk membangun harga diri manusia, sebut dan jelaskan!
10. Beribadah secara ajeg, ikhlas, memenuhi syarat, rukun, keutamaannya, dan mencari ridha
Allah termasuk membangun harga diri atau tibak? Jelaskan dengan argumentasi baik
secara rasional maupun doktrial!

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.

Al-Dadang Hawari, al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Dhana Bakti Primayasa, 1997.

Ari Ginanjar Agustian, Rahasia membangun ESQ/Ower, Jakarta: Arga, 2006.

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Gafurdo Persada, 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai