Anda di halaman 1dari 25

Akuntansi Syariah

AKUNTANSI ATAS AKAD


MUSYARAKAH

Anggota:
Geri Firmansyah
Niawati
Syela Wanda Adryan

UNIVERSITAS IBNU KHALDUN


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul Akuntansi Atas Akad Musyarakah.

Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
penulis terhadap makalah ini yaitu semoga malakalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca.

Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen saya tercinta Bpk. Yudiana
atas dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan apa yang
penulis harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi pembaca dan kita semua.

Bogor, 10 Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3

BAB 1 .................................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 5

C. Tujuan ....................................................................................................................................... 5

BAB 2 .................................................................................................................................................. 6

ISI......................................................................................................................................................... 6

A. Pengertian Akad Musyarakah .................................................................................................. 6

B. Ketentuan Syariah ..................................................................................................................... 7

C. Jenis-Jenis Musyarakah ............................................................................................................ 9

D. Rukun dan Ketentuan Musyarakah ......................................................................................... 11

E. Cakupan Standar Akuntansi Musyarakah ............................................................................... 13

F. Akuntansi Musyarakah Bank Syariah selaku Mitra Pasif (PSAK 106) .................................. 14

a. Pengenalan Akun-akun di Neraca ....................................................................................... 14

b. Pengenalan Akun-akun di Laporan Laba Rugi ................................................................... 15

c. Pengakuan dan Pengukuran ................................................................................................ 15

G. Penyajian dan Pengungkapan ................................................................................................. 20

H. Contoh Kasus Transaksi Musyarakah ..................................................................................... 20

BAB 3 ................................................................................................................................................ 24

PENUTUP.......................................................................................................................................... 24

A. Kesimpulan ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Saran ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntansi merupakan ilmu pencatatan mengenai kegiatan transaksi jual-beli, utang


piutang, pinjam meminjam maupun transaksi lainnya. Pencatatan ini dilakukan sebagai
informasi maupun data untuk memudahkan dalam kegiatan dan pelangsungan kegiatan
transaksi tersebut. Dalam islam akuntansi juga digunakan jauh sebelum ilmu akuntansu
konvensional ada, hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Baqarah : 282 yang
menjelaskan mengenai pencatatan dalam kegiatan transaksi.

Dalam kegiatan transaksi Akad merupakan hal yang paling utama untuk menentukan sah
atau tidaknya kegiatan transaksi tersebut. Dalam islam Akad merupakan rukun jual beli,
sehingga tidaklah sah transaksi tersebut apabila dalam pelaksanaannya tidak ada akad yang
dilakukan.

Selain kegiatan transaksi akad juga biasa dilakukan dalam kegiatan kemitraan, sehingga
dalam melakukan suatu kegiatan kerja sama seorang individu maupun kelompok tersebut
dapat berjalan dengan lancer. Akad yang dilakukan dapat berupa syarat-syarat atau ketentuan
dalam kerja sama tersebut, seperti pembagian modal, pembagian kerja, dan pembagian
keuntungan. Sehingga dalam transaksi diwajibkan adanya akad agar kerjasama dapat
berlangsung saling menguntungkan dan tidak merugikan satu sama lain.

Musyarakah merupakan akad kerja sama antar dua pihak atau lebih dari suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing memeberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatansedangkan kerugianberdasarkan kontribusi dana.
Akan Musyarakah dan prakteknya dalam kegiatan transaksi lebih jauhnya akan dibahas
dalam makalah ini dengan judul Akuntansi Atas Akad Musyarakah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Akad Musyarakah menurut bahasa dan PSAK 106?


2. Jelaskan mengenai jenis-jenis akan musyarakah!
3. Jelaskan pembagian akad musyarakah menurut PSAK 106!
4. Bagaimana sumber hukum akad musyarakah menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah?
5. Jelaskan rukun dan ketentuan dari akad musyarakah!

C. Tujuan

1. Memahami definisi akad musyarakah menurut bahasa dan PSAK 106.


2. Menjelaskan jenis-jenis akad-akad musyarakah.
3. Menjelaskan pembagian akad musyarakah menurut PSAK 106.
4. Memahami sumber hukum akad musyarakah baik Al-Qur’an maupun Al-Hadist.
5. Menjelaskan rukun dan ketentuan dari akad musyarakah.
BAB 2
ISI
A. Pengertian Akad Musyarakah

Masyarakah dapat juga diistilahkan dengan al-syirkah. Definisi al-syirkah secara bahasa
berarti al-ikhtilah ( pencampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit di bedakan atau tidak dapat dipisahkan (Afzalur Rahman). Istilah lain dari
musyarakah adalah syarikah atau syirkah atau kemitraan.
Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau aset non-kas yaiperkng denankan oleh syariah.
Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam
musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya, salah satu mitra
dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara
bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi yang diserahkan oleh para mitra dapat
diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
Oleh karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
Kelalaian atau kesalahan yanag disengaja dari setiap mitra dapat berupa:
1. Pelanggaran terhadap akad, antara lain: penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya
dan pendapatan operasional;
2. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Usaha yang dilakukan oleh para mitra dapat memberikan keuntungan atau kerugian.
Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan
dana yang disetorkan baik berupa kas maupun aset nonkas atau sesuai dengan nisbah yang
disepakati oleh para mitra. Sebaliknya, apabila terjadi kerugian maka dibebankan secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas).
Apabila salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam
akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada
mitra lainnya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang
lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya. Adapun porsi jumlah
bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.

B. Ketentuan Syariah

Sumber hukum yang mensyariatkan akad musyarakah sebagain salah satu muamalah
yang diperbolehkan oleh syariat diatur didalam Alquran dan AL-hadis.
1. Alquran
Beberapa dalil dari Alquran yang menjelaskan tentang akad musyarakah adalah sebagai
berikut:
a. Dalil yang pertama adalah surah An-Nisa’ ayat 12 yang berbunyi:

    


    
      
     
     
   
       
    
    
     
    
    
   
     
     
    
     
     
Artinya: “ Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-
istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhin wasiat yang mereka
buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara
seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu (berserikat) dalam yang sepertiga itu,
sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak
memberi mudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat
yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Penyantun.”
b. Dalil yang kedua adalah surah Ash-Shad ayat 24, yang berbunyi:

   


    
  
    
  
    
   
  
   
Artinya: Daud berkata: “Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini.” Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyukur sujud dan bertaubat.
2. As-Sunnah
a) Adapun dari As-Sunnah, terdapat beberapa hadis yang mengatur tentang akad
musyarakah. Diantaranya adalah hadis qudsi yang diriwayatkan dari shahabat Abu
Hurairah Radhiyalluhu’anhu, yang redaksinya adalah: “Aku (Allah) adalah pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak
berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang berhianat terhadap lainnya maka Aku
keluar dari keduanya.”(HR Imam Abu Dawud dan Imam Al-Hakim)
b) “Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berhianat.” (HR.Muslim)
Berdasarkan keterangan Alquran dan hadis tersebut, pada prinsipnya seluruh ahli fikih
sepakat menetapkan bahwa hukum musyarakah adalah mubah, meskipun mereka masih
memperselisihkan keabsahan hukum dari beberapa jenis akad musyarakah.

C. Jenis-Jenis Musyarakah

Akad musyarakah berdasarkan eksistensinya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu syirkah al-
milk dan syirkah al-‘uqud.
1. Syirkah Al-Milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang
keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama
(joint ownership) atas suatu kekayaan (aset).
2. Syirkah Al-‘uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Syirkah Al’uqud dibedakan
menjadi:
a. Syirkah Abdan (syirkah fisik)
Adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/profesional dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu
pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima.
b. Syirkah Wujuh
Adalah kerja sama antara dua pihak dimana masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak
ketiga. Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik,reputasi,credit worthiness,
tanpa menyetorkan modal.
c. Syirkah ‘Inan
Adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Tnggung jawab para
mitra dapat berbeda dalam pengelolaan usaha.
d. Syirkah Mufawadah
Adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun
risiko kerugian. Masing-masing mitra memiliki kewenangan penuh untuk bertindak
bagi dan atas nama pihak yang lain.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), akad musyarakah terbagi


menjadi 2 (dua) yaitu musyarakah permanen dan musyarakah menurun.
1. Musyarakah Permanen
Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan
jumlah nyah tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par. 04)
2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanakisah
Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah
satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya
akan menurun dan pada akhir akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh
musyarakah tersebut.
Berikut ini akan digambarkan alur prosedur dari akad musyarakah, yaitu:

1. Negosiasi Akad dan


Bank Syariah Nasabah
Musyarakah
(mitra Pasif) (mitra aktif)

4a. penerima porsi


laba 4b. menerima porsi
2. Pelaksanaan
laba
5. menerima Usaha Produktif
kembali modal

3. Membagi hasil usaha


 Keuntungan dibagi sesuai
nisbah
 Kerugian tanpa kelalaian
nasabah ditanggung
sesuai modal
D. Rukun dan Ketentuan Musyarakah

Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sama
antara pihak-pihak yang terkait untuk meraik kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada
dalam akad musyarakah atau rukun musyarakah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas para mitra
2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3. Ijab kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan

Berikut ini adalah penjelasan dari rukun akad musyarakah:


1. Pelaku
Pelaku adalah para mitra yang cakap hukum dan telah balig.
2. Objek musyarakah
Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad musyarakah
yaitu harus ada modal dan kerja.
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus tunai
2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai,emas,perak,aset perdagangan
atau aset tidak berwujud seperti lisensi,hak paten,dan sebagainya.
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan
nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.
4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur.
5) Dalam kondisi normal,setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan.
6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang
atau menghadiahkan uang tersebut kecuali mitra lain telah menyepakatinya.
7) Seorang mitra tidak diijinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal itu
untuk kepentingan sendiri.
8) Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, seorang
mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan
pada prinsip al ghunmu bi al ghurmi-hak untuk mendapat keuntungan
berhubungan dengan dengan risiko jaminan dan baru dapat dicairkan apabila
mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
9) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.
2) Tidak dibenarkan bila salah seorang di antaranya menyatakan tidak ikut serta
menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.
3) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama,
mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan yang
lebih besar.
4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan diluar wilayah tugas yang mereka
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut.
7) Jika seseorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang
menjadi bagiannya, biasanya harus ditanggung sendiri.

3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekpresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra
diawal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan
tersebut, misalnya bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi, akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan
nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip
keadilan dan prinsip untung muncul bersama resiko.
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan
keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi
kemanusiaan tertentu atau untuk cadangan (reserve)
Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari
masing-masing mitra. Dalam musyarakah yang berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk
menunda alokasi kerugian dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa
berikutnya.
Nilai modal musyarakah tetap sebesar jumlah yang disetorkan dan selisih dari modal merupakan
keuntungan atau kerugian.

Akad musyarakah akan berakhir jika:


1. Salah seorang mitra menghentikan akad
2. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal
3. Modal musyarakah hilang/habis. Apabila salah satu mitra keluar dari kemitraan baik
dengan mengundurkan diri, meninggal, atau hilang akal maka kemitraan tersebut
dikatakan berakhir.

E. Cakupan Standar Akuntansi Musyarakah

Akuntansi Musyarakah diatur di dalam PSAK 106btentang Akuntansi Musyarakah.


Berdasarkan PSAK 106 tersebut, memuat pengakuan dan pengukuran tentang transaksi
musyarakah baik dari sisi mitra aktif maupun mitra pasif. Sebelum dibahas mengenai pengukuan
dan pengukuran akuntasi musyarakah, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengenalan
akun-akun yang terkait dengan transaksi musyarakah baik yang disajikan pada laporan posisi
keuangan (neraca) maupun laporan laba rugi. Menurut PSAK 106, mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha masyarakat baik mengelola sendiri maupun menunjuk pihak lain untuk
mengelola atas namanya. Adapun mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha.
Mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra
aktif yang akan melakukan pencatatan akuntasi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut
mengelola usaha maka pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi. Bank Syariah
berada pada posisi sebagai mitra yang pasif (tidak menjalankan kegiatan musyarakah).
Dalam menentukan nisbah, bank syariah mempunyai 2 (dua) cara atau alternative yaitu:
1. Pembagian keuntungan professional sesuai modal
Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proposional sesuai
modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan
oleh para mitra sama ataupun tidak sama.
2. Pembagian keuntungan tidak proposional sesuai dengan modal
Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah, yang dipertimbangkan bukan hanya modal
yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi, atau waktu kerja
yang lebih panjang.

F. Akuntansi Musyarakah Bank Syariah selaku Mitra Pasif

(PSAK 106)

a. Pengenalan Akun-akun di Neraca


Berikut akan dijelaskan masing-masing akun yang terdapat dineraca berdasarkan PSAK 106
tentang akuntansi musyarakah.
1. Investasi Musyarakah
Rekening ini digunakan untuk mencatat modal musyarakah yang diserahkan oleh mitra
pasif baik dalam bentuk uang tunai maupun aset nonkas kepada mitra aktif. Rekening ini
didebit pada saat penyerahan modal musyarakah mitra pasif kepada mitra aktif. Rekening
ini dikredit pada saat penerimaan kembali modal musyarakah.
2. Keuntungan ( Musyarakah) Tnggungan
Rekening ini digunakan untuk mencatat keuntungan yang timbul karena nilai pasar
modal aset nonkas yang diserahkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tercatat aset
tersebut. Rekening ini dikredit pada saat modal aset nonkas yang diserahkan mempunyai
nilai pasar yang lebih besar dibandingkan dengan nilai tercatatnya. Rekening ini didebit
pada saat amortisasi keuntungan tangguhan menjadi keuntungan penyerahan aset
musyarakah.
3. Penyisihan Kerugian
Rekening ini digunakan untuk mencatat pembentukan penyisihan atau cadangan kerugian
dari investasi musyarakah. Rekening ini dikredit pada saat pembentukan penyisihan
kerugian atas investasi musyarakah. Rekening ini didebit pada saat digunakan untuk
penghapusan investasi musyarakah.
4. Piutang Pendapatan Bagi Hasil
Rekening ini digunakan untuk mencatat bagi hasil yang telah dihitung oleh mitra aktif
tetapi belum diserahkan kepada bank syariahselaku mitra pasif. Rekening ini didebit pada
saat pengakuan pendapatan bagi hasil dan dikredit pada saat penerimaan atau
pembayaran bagi hasil diterima mitra pasif (bank syariah) dari mitra aktif.
b. Pengenalan Akun-akun di Laporan Laba Rugi
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing akun yang terdapat dilaporan laba rugi berdasarkan
PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah.
1. Kerugian (Penyerahan Aset)
Rekening ini digunakan untuk mencatat kerugian yang timbul berkaitan dengan
penyerahan modal kerja dalam bentuk aset nonkas. Kerugian penyerahan aset nonkas
diakui pada saat nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai tercatat dari
aset nonkas. Rekening ini didebit pada saat mitra pasif mengakui adanya kerugian pada
penyerahan aset nonkas-nya. Sebaliknya, rekening ini dikredit pada saat dipindahkan ke
rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.
2. Keuntungan (Penyerahan Aset)
Rekening ini digunakan untuk mencatat pendapatan atas amortisasi dari keuntungan
penyerahan modal aset nonkas. Rekening ini dikredit pada saat pengakuan amortisasi
keuntungan musyarakah yang ditangguhkan. Rekening didebit pada saat dipindahkan ke
rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.
3. Pendapatan Bagi Hasil Investasi Musyarakah
Rekening ini digunakan untuk mencatat pendapatan bagi hasil musyarakah yang menjadi
hak mitra pasif. Rekening ini dikredit pada saat pengakuan pendapatan bagi hasil
musyarakah. Rekening ini didebit pada saat dipindahkan kerekening Ikhtisar Laba Rugi
pada akhir periode laporan keuangan.
4. Kerugian Musyarakah
Rekening ini digunakan untuk mencatat kerugian pengelolaan musyarakah yang
merupakan bagian kerugian dari mitra pasif yang bukan kesalahan dari mitra aktif
sebagai pengelola usaha musyarakah. Rekening ini didebit pada saat terjadinya kerugian
sebesar yang menjadi beban dari mitra pasif. Rekening ini dikredit pada saat dipindahkan
ke rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.

c. Pengakuan dan Pengukuran


Pengakuan dan Pengukuran Investasi Musyarakah
Biaya praakad yang terjadi akibat akad musyarakah (biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
nonkas kepada mitra aktif. Adapun rekening investasi musyarakah dapat diukur dalam bentuk
kas maupun aset nonkas:
1. Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah untuk mencatat investasi
musyarakah dalam bentuk kas adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Investasi Musyarakah xxx

Cr. Kas xxx

2. Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka
perlakuannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad. Jurnal yang harus dicatat
oleh bank syariah untuk mencatat keuntungan tangguhan adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Investasi Musyarakah xxx

Cr. Asset Nonkas xxx

Cr. Keuntungan Tangguhan xxx

Setelah dilakukan pengakuan keuntungan tangguhan, bank syariah harus melakukan


amortisasi keuntungan tangguhan tersebut selama masa manfaat. Adapun jurnal
amortisasi keuntungan tangguhan yang harus dicatat oleh bank syariah adalah sebagai
berikut:
Rekening Debit Kredit

Dr. Keuntungan Tangguhan xxx

Cr. Keuntungan xxx

b. Sebaliknya, apabila niali wajar lebih kecil daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
kerugian pada saat terjadinya. Berikut jurnal yang harus dibuat oleh bank syaraiah
untuk mencatat kerugian pada saat penyerahan aset nonkas:
Rekening Debit Kredit
Dr. Investasi Musyarakah xxx

Dr. Kerugian xxx

Cr. Aset Nonkas xxx

3. Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan dikurangi dengan
amortisasi keuntungan tangguhan. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah untuk
mencatat penyusunan investasi musyarakah (aset tetap) adalah:

Rekening Debit Kredit

Dr. Beban Penyusutan xxx

Cr. Investasi Musyarakah xxx

4. Biaya yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.

Pengakuan dan Pengukuran Keuntungan/Kerugian


Dari investasi musyarakah, dapat diperoleh keuntungan atau kerugian dari usaha yang
dijalankan. Berikut adalah jurnal yang dapat dibuat oleh bank syariah, meliputi:
1. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, maka jurnal yang harus dibuat
oleh bank syariah adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas/Piutang xxx

Cr. Pendapatan bagi hasil xxx

2. harus dibuat oleh bank syariah adalah:


Rekening Debit Kredit

Dr. Kerugian xxx

Cr. Penyisihan Kerugian xxx

Pengakuan dan Pengukuran Pada Akhir Akad


1. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati pada saat
penyerahan aset. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah apabila tidak ada kerugian
adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Cr. Investasi Musyarakah xxx


Sebaliknya, apabila terjadi kerugian, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah
adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Cr. Aset Nonkas xxx

2. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan
keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai
jual) didistribusikan kepada setiap mitra usaha nisbah. Jurnal yang harus dibuat oleh
bank syariah untuk mencatat penjualan aset nonkas yang mengalami keuntungan adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Cr. Investasi Musyarakah xxx

Cr. Keuntungan xxx

Sebaliknya, apabila dalam penjualan investasi musyarakah mengalami kerugian, maka jurnal
yang harus dibuat bank syariah adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Dr. Kerugian xxx

Cr. Keuntungan xxx

3. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra usaha secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah dana syirkah
temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif. Adapun bagian mitra pasif, nilai
investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal
akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika ada.
G. Penyajian dan Pengungkapan

Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan
sebagai berikut.
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah.
b. Keuntungan tanggungan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

Mitra pasif dapat mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain.
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

H. Contoh Kasus Transaksi Musyarakah

Pada tanggal 2 Juni 2012, Nashirudin manandatangani akad Pembiayaan usaha pembuatan
produk rumah tangga pada alumni dengan Bank Syariah Tegar (BST) dengan skema musyarakah
sebgai berikut:
a) Nilai proyek : Rp 100.000.000,00.
b) Kontribusi Bank : Rp 60.000.000,00 (pembayaran tahap pertama sebesar
Rp 30.000.000,00 dilakukan tanggal 10 Juni dan Pembayaran tahap kedua [tahap
final] sebesar Rp 30.000.000,00 dilakukan tanggal 10 Juli)
c) Kontribusi Nashirudin : Rp 40.000.000,00
d) Nisbah Bagi Hasil : Nashirudin 80% dan BTS 20%
e) Periode : 10 Bulan
f) Biaya Administrasi : Rp 600.000,00 (1%dari pembiayaan Bank Syariah)
g) Objek Bagi Hasil : Laba Bruto (selisih harga jual dikurangi harga pokok
penjualan)
h) Skema pelunasan pokok : Musyarakah Permanen – dilunasi pada saat akad
berakhir tanggal 2 April 2013
Berikut beberapa jurnal yang harus dicatat oleh Bank Syariah Tegar (BST) berkaitan dengan
transaksi musyarakah di atas.
a) Pada tanggal 2 Juni 2012, jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) pada
saat penandatanganan akad ada 2 (dua) yaitu: (1) mencatat kewajiban komitmen dan (2)
mencatat penerimaan biaya administrasi dari nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh
Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat adanya kewajiban komitmen pembiayaan
adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Dr. Pos Lawan Kewajiban Komitmen
02/06/12 Rp 60.000.000,00
Administratif pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Rp 60.000.000,00
Administratif Pembiayaan

Selain itu, Bank Syariah Tegar (BST) juga membuat jurnal untuk mencatat penerimaan biaya
administrasi dari nasabah yaitu:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/06/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 600.000,00

Cr. Pendapatan Administratif Rp 600.000,00

b) Misalnya, pada tanggal 10 Juni 2012 Bank Syariah Tegar merealisasikan tahap 1 dana
musyarakah kepada nasabah sebesar Rp30.000.000,00. Pada tahap realisasi atau
pencairan dana, pihak bank syariah membuat 2 (dua) jurnal yaitu (1) membalik rekening
kewajiban komitmen pembiayaan, dan (2) mencatat pembayaran investasi musyarakah
kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) pada tanggal
10 juni 2012 adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Dr. Pos Lawan Kewajiban Komitmen
10/06/12 Rp 30.000.000,00
Administratif pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Rp 30.000.000,00
Administratif Pembiayaan
Dr. Investasi Musyarakah Rp 30.000.000,00

Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp 30.000.000,00


Selanjutnya, sesuai dengan skema akad sebelumnya, Bank Syariah Tegar (BST) melakukan
pembayaran tahap final (tahap 2) yang dilakukan pada tanggal 10 Juli 2012 sebesar
Rp30.000.000,00 kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar untuk
mencatat pembayaran tahap 2 (dua) adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Dr. Pos Lawan Kewajiban Komitmen
10/07/12 Rp 30.000.000,00
Administratif pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Rp 30.000.000,00
Administratif Pembiayaan
Dr. Investasi Musyarakah Rp 30.000.000,00

Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp 30.000.000,00

c) Nasabah mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran dan pelaporan pada setiap
bulan setiap tanggal 2 sebagaimana tertuang dalam skema akad musyarakah dengan
Bank Syariah Tegar (BST) selama periode akad 10 bulan. Terdapat 2 (dua) alternatif
dalam hal ini yaitu (1) pelaporan dan pembayaran dilakukan pada saat yang bersamaan
oleh nasabah, dan (2) pelaporan dan pembayaran berbeda waktunya artinya pembayaran
dilakukan setelah nasabah melaporkan hasil usahanya kepada Bank Syariah Tegar (BST).

Alternatif 1: Pada tanggal 2 Juli 2012 nasabah melakukan pelaporan dan pembayaran
kepada Bank Syariah Tegar (BST) secara bersamaan. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank
Syariah Tegar (BST) pada tanggal tersebut jika nasabah melaporkan laba kotor sebesar
Rp10.000.000,00 dengan porsi bank syariah sebesar 20% adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/07/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 2.000.000,00
Cr. Pendapatan Bagi Hasil
Rp 2.000.000,00
Musyarakah

Alternatif 2: Pada tanggal 2 Agustus 2012 nasabah melakukan pelaporan hasil usahanya
kepada Bank Syariah Tegar (BST) dengan laba kotor sebesar Rp12.500.000,00. Nasabah
baru melakukan pembayaran bagi hasil yang merupakan hak bang syariah pada tanggal
20 Agustus 2012. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar pada tanggal 2
Agustus 2012 adalah:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Tagihan Pendapatan Bagi Hasil
02/08/12 Rp 2.500.000,00
Musyarakah
Cr. Pendapatan Bagi Hasil
Rp 2.500.000,00
Musyarakah - Akrual

Selanjutnya, pada saaat nasabah melakukan pembayaran bagi hasil ke Bank Syariah
Tegar pada tanggal 20 Agustus 2012, Bank Syariah Tegar (BST) akan membuat jurnal
sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


20/08/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 2.500.000,00
Cr. Tagihan Pendapatan Bagi
Rp 2.500.000,00
Hasil Musyarakah

d) Pada tanggal 2 April 2013 saat akad berakhir terdapat 2 (dua) alternatif pencatatan yaitu
(1) apabila nasabah mampu mengembalikan modal musyarakah, dan (2) apabila nasabah
tidak mampu mengembalikan modal musyarakah.
1) Apabila Nashirudin mampu mengembalikan modal musyarakah, maka jurnal yang
harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat pengembalian modal
musyarakah adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/04/13 Dr. Kas Rp 60.000.000,00

Cr. Investasi Musyarakah Rp 60.000.000,00

2) Apabila Nashirudin tidak mampu mengembalikan modal musyarakah, Bank Syariah


Tegar (BST) akan mencatatnya sebagai piutang musyarakah jatuh tempo. Jurnal yang
harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) apabila Nashirudin tidak mampu
melunasi modal musyarakah adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/04/13 Dr. Piutang Musyarakah-Jatuh Tempo Rp 60.000.000,00

Cr. Investasi Musyarakah Rp 60.000.000,00


BAB 3
PENUTUP

A. Apendiks

Ketentuan hukun tentang pembiayaan musyarakah diatur dalam fatwa DSN MUI
No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam fatw DSN MUI tersebut meliputi:

1. Pernyataan Ijab dan Kabul Harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisitmenunjukkan tujuan kontrak
(akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan
cara-cara komunikasi modern.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan
kerja sebagai wakil.
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam proses bisnis
normal.
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asset
masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas
musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalian
dan kesalahan yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk
kepentingannya sendiri.
3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan, dan kerugian)
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang nilainya sama.
2) Modal dapat terdiri dari aset perdagang, seperti barang-barang, property, dan
sebagainya. Jika modal berbentuk asset, harus terlebih dahulu dinilai dengan
tunai dan disepakati oleh para mitra.
3) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbang, atau
menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar
kesepakatan.
4) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun
untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat.
Seorang mitra boleh menuntut bagian tambahan bagi dirinya.
2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil
dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus
dijelaskan dalam kontrak.
c. Keuntungan
1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan
dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.
2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proposional atas dasar seluruh
keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi
seorang mitra.
3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah
tertentu, kelebihan atau presentase itu deberikan kepadanya.
4) System pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proposional menurut saham
masing-masing dalam modal.
4. Biaya operasional dan persengketaan
a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama
b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Anda mungkin juga menyukai