Anggota:
Geri Firmansyah
Niawati
Syela Wanda Adryan
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul Akuntansi Atas Akad Musyarakah.
Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
penulis terhadap makalah ini yaitu semoga malakalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen saya tercinta Bpk. Yudiana
atas dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan apa yang
penulis harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi pembaca dan kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3
BAB 1 .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 5
BAB 2 .................................................................................................................................................. 6
ISI......................................................................................................................................................... 6
F. Akuntansi Musyarakah Bank Syariah selaku Mitra Pasif (PSAK 106) .................................. 14
BAB 3 ................................................................................................................................................ 24
PENUTUP.......................................................................................................................................... 24
Dalam kegiatan transaksi Akad merupakan hal yang paling utama untuk menentukan sah
atau tidaknya kegiatan transaksi tersebut. Dalam islam Akad merupakan rukun jual beli,
sehingga tidaklah sah transaksi tersebut apabila dalam pelaksanaannya tidak ada akad yang
dilakukan.
Selain kegiatan transaksi akad juga biasa dilakukan dalam kegiatan kemitraan, sehingga
dalam melakukan suatu kegiatan kerja sama seorang individu maupun kelompok tersebut
dapat berjalan dengan lancer. Akad yang dilakukan dapat berupa syarat-syarat atau ketentuan
dalam kerja sama tersebut, seperti pembagian modal, pembagian kerja, dan pembagian
keuntungan. Sehingga dalam transaksi diwajibkan adanya akad agar kerjasama dapat
berlangsung saling menguntungkan dan tidak merugikan satu sama lain.
Musyarakah merupakan akad kerja sama antar dua pihak atau lebih dari suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing memeberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatansedangkan kerugianberdasarkan kontribusi dana.
Akan Musyarakah dan prakteknya dalam kegiatan transaksi lebih jauhnya akan dibahas
dalam makalah ini dengan judul Akuntansi Atas Akad Musyarakah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Masyarakah dapat juga diistilahkan dengan al-syirkah. Definisi al-syirkah secara bahasa
berarti al-ikhtilah ( pencampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit di bedakan atau tidak dapat dipisahkan (Afzalur Rahman). Istilah lain dari
musyarakah adalah syarikah atau syirkah atau kemitraan.
Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau aset non-kas yaiperkng denankan oleh syariah.
Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam
musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya, salah satu mitra
dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara
bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi yang diserahkan oleh para mitra dapat
diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
Oleh karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
Kelalaian atau kesalahan yanag disengaja dari setiap mitra dapat berupa:
1. Pelanggaran terhadap akad, antara lain: penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya
dan pendapatan operasional;
2. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Usaha yang dilakukan oleh para mitra dapat memberikan keuntungan atau kerugian.
Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan
dana yang disetorkan baik berupa kas maupun aset nonkas atau sesuai dengan nisbah yang
disepakati oleh para mitra. Sebaliknya, apabila terjadi kerugian maka dibebankan secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas).
Apabila salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam
akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada
mitra lainnya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang
lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya. Adapun porsi jumlah
bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
B. Ketentuan Syariah
Sumber hukum yang mensyariatkan akad musyarakah sebagain salah satu muamalah
yang diperbolehkan oleh syariat diatur didalam Alquran dan AL-hadis.
1. Alquran
Beberapa dalil dari Alquran yang menjelaskan tentang akad musyarakah adalah sebagai
berikut:
a. Dalil yang pertama adalah surah An-Nisa’ ayat 12 yang berbunyi:
C. Jenis-Jenis Musyarakah
Akad musyarakah berdasarkan eksistensinya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu syirkah al-
milk dan syirkah al-‘uqud.
1. Syirkah Al-Milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang
keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama
(joint ownership) atas suatu kekayaan (aset).
2. Syirkah Al-‘uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Syirkah Al’uqud dibedakan
menjadi:
a. Syirkah Abdan (syirkah fisik)
Adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/profesional dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu
pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima.
b. Syirkah Wujuh
Adalah kerja sama antara dua pihak dimana masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak
ketiga. Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik,reputasi,credit worthiness,
tanpa menyetorkan modal.
c. Syirkah ‘Inan
Adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Tnggung jawab para
mitra dapat berbeda dalam pengelolaan usaha.
d. Syirkah Mufawadah
Adalah bentuk kerja sama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun
risiko kerugian. Masing-masing mitra memiliki kewenangan penuh untuk bertindak
bagi dan atas nama pihak yang lain.
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sama
antara pihak-pihak yang terkait untuk meraik kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada
dalam akad musyarakah atau rukun musyarakah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas para mitra
2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3. Ijab kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekpresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra
diawal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan
tersebut, misalnya bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi, akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan
nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip
keadilan dan prinsip untung muncul bersama resiko.
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan
keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi
kemanusiaan tertentu atau untuk cadangan (reserve)
Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari
masing-masing mitra. Dalam musyarakah yang berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk
menunda alokasi kerugian dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa
berikutnya.
Nilai modal musyarakah tetap sebesar jumlah yang disetorkan dan selisih dari modal merupakan
keuntungan atau kerugian.
(PSAK 106)
2. Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka
perlakuannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad. Jurnal yang harus dicatat
oleh bank syariah untuk mencatat keuntungan tangguhan adalah:
Rekening Debit Kredit
b. Sebaliknya, apabila niali wajar lebih kecil daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
kerugian pada saat terjadinya. Berikut jurnal yang harus dibuat oleh bank syaraiah
untuk mencatat kerugian pada saat penyerahan aset nonkas:
Rekening Debit Kredit
Dr. Investasi Musyarakah xxx
3. Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan dikurangi dengan
amortisasi keuntungan tangguhan. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah untuk
mencatat penyusunan investasi musyarakah (aset tetap) adalah:
4. Biaya yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.
2. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan
keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai
jual) didistribusikan kepada setiap mitra usaha nisbah. Jurnal yang harus dibuat oleh
bank syariah untuk mencatat penjualan aset nonkas yang mengalami keuntungan adalah:
Rekening Debit Kredit
Sebaliknya, apabila dalam penjualan investasi musyarakah mengalami kerugian, maka jurnal
yang harus dibuat bank syariah adalah:
Rekening Debit Kredit
3. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian dana
mitra usaha secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah dana syirkah
temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif. Adapun bagian mitra pasif, nilai
investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal
akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika ada.
G. Penyajian dan Pengungkapan
Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan
sebagai berikut.
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah.
b. Keuntungan tanggungan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.
Mitra pasif dapat mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain.
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Pada tanggal 2 Juni 2012, Nashirudin manandatangani akad Pembiayaan usaha pembuatan
produk rumah tangga pada alumni dengan Bank Syariah Tegar (BST) dengan skema musyarakah
sebgai berikut:
a) Nilai proyek : Rp 100.000.000,00.
b) Kontribusi Bank : Rp 60.000.000,00 (pembayaran tahap pertama sebesar
Rp 30.000.000,00 dilakukan tanggal 10 Juni dan Pembayaran tahap kedua [tahap
final] sebesar Rp 30.000.000,00 dilakukan tanggal 10 Juli)
c) Kontribusi Nashirudin : Rp 40.000.000,00
d) Nisbah Bagi Hasil : Nashirudin 80% dan BTS 20%
e) Periode : 10 Bulan
f) Biaya Administrasi : Rp 600.000,00 (1%dari pembiayaan Bank Syariah)
g) Objek Bagi Hasil : Laba Bruto (selisih harga jual dikurangi harga pokok
penjualan)
h) Skema pelunasan pokok : Musyarakah Permanen – dilunasi pada saat akad
berakhir tanggal 2 April 2013
Berikut beberapa jurnal yang harus dicatat oleh Bank Syariah Tegar (BST) berkaitan dengan
transaksi musyarakah di atas.
a) Pada tanggal 2 Juni 2012, jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) pada
saat penandatanganan akad ada 2 (dua) yaitu: (1) mencatat kewajiban komitmen dan (2)
mencatat penerimaan biaya administrasi dari nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh
Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat adanya kewajiban komitmen pembiayaan
adalah:
Selain itu, Bank Syariah Tegar (BST) juga membuat jurnal untuk mencatat penerimaan biaya
administrasi dari nasabah yaitu:
b) Misalnya, pada tanggal 10 Juni 2012 Bank Syariah Tegar merealisasikan tahap 1 dana
musyarakah kepada nasabah sebesar Rp30.000.000,00. Pada tahap realisasi atau
pencairan dana, pihak bank syariah membuat 2 (dua) jurnal yaitu (1) membalik rekening
kewajiban komitmen pembiayaan, dan (2) mencatat pembayaran investasi musyarakah
kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) pada tanggal
10 juni 2012 adalah:
c) Nasabah mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran dan pelaporan pada setiap
bulan setiap tanggal 2 sebagaimana tertuang dalam skema akad musyarakah dengan
Bank Syariah Tegar (BST) selama periode akad 10 bulan. Terdapat 2 (dua) alternatif
dalam hal ini yaitu (1) pelaporan dan pembayaran dilakukan pada saat yang bersamaan
oleh nasabah, dan (2) pelaporan dan pembayaran berbeda waktunya artinya pembayaran
dilakukan setelah nasabah melaporkan hasil usahanya kepada Bank Syariah Tegar (BST).
Alternatif 1: Pada tanggal 2 Juli 2012 nasabah melakukan pelaporan dan pembayaran
kepada Bank Syariah Tegar (BST) secara bersamaan. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank
Syariah Tegar (BST) pada tanggal tersebut jika nasabah melaporkan laba kotor sebesar
Rp10.000.000,00 dengan porsi bank syariah sebesar 20% adalah:
Alternatif 2: Pada tanggal 2 Agustus 2012 nasabah melakukan pelaporan hasil usahanya
kepada Bank Syariah Tegar (BST) dengan laba kotor sebesar Rp12.500.000,00. Nasabah
baru melakukan pembayaran bagi hasil yang merupakan hak bang syariah pada tanggal
20 Agustus 2012. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar pada tanggal 2
Agustus 2012 adalah:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Tagihan Pendapatan Bagi Hasil
02/08/12 Rp 2.500.000,00
Musyarakah
Cr. Pendapatan Bagi Hasil
Rp 2.500.000,00
Musyarakah - Akrual
Selanjutnya, pada saaat nasabah melakukan pembayaran bagi hasil ke Bank Syariah
Tegar pada tanggal 20 Agustus 2012, Bank Syariah Tegar (BST) akan membuat jurnal
sebagai berikut:
d) Pada tanggal 2 April 2013 saat akad berakhir terdapat 2 (dua) alternatif pencatatan yaitu
(1) apabila nasabah mampu mengembalikan modal musyarakah, dan (2) apabila nasabah
tidak mampu mengembalikan modal musyarakah.
1) Apabila Nashirudin mampu mengembalikan modal musyarakah, maka jurnal yang
harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat pengembalian modal
musyarakah adalah:
A. Apendiks
Ketentuan hukun tentang pembiayaan musyarakah diatur dalam fatwa DSN MUI
No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam fatw DSN MUI tersebut meliputi:
1. Pernyataan Ijab dan Kabul Harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisitmenunjukkan tujuan kontrak
(akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan
cara-cara komunikasi modern.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan
kerja sebagai wakil.
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam proses bisnis
normal.
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asset
masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas
musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalian
dan kesalahan yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk
kepentingannya sendiri.
3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan, dan kerugian)
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang nilainya sama.
2) Modal dapat terdiri dari aset perdagang, seperti barang-barang, property, dan
sebagainya. Jika modal berbentuk asset, harus terlebih dahulu dinilai dengan
tunai dan disepakati oleh para mitra.
3) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbang, atau
menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar
kesepakatan.
4) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun
untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat.
Seorang mitra boleh menuntut bagian tambahan bagi dirinya.
2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil
dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus
dijelaskan dalam kontrak.
c. Keuntungan
1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan
dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.
2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proposional atas dasar seluruh
keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi
seorang mitra.
3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah
tertentu, kelebihan atau presentase itu deberikan kepadanya.
4) System pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proposional menurut saham
masing-masing dalam modal.
4. Biaya operasional dan persengketaan
a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama
b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.