Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak secara fisik maupun
psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang
mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka
menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah
kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua
mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian
yang sama. (Nursalam, 2005 : 31-32) Aspek tumbuh kembang pada masa anak
merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan
khususnya di lapangan. Biasanya penanganan lebih banyak difokuskan pada mengatasi
penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabakan. Sering terjadi setelah anak
sembuh dari sakitnya, justru timbul masalah berkaitan dengan tumbuh kembangnya,
misalnya anak mengalami kemunduran dalam kemampuan otonominya. (Nursalam, 2005
: 45). Proses tumbuh kembang anak pada dasarnya memang terjadi secara alamiah,
namun orangtua juga terus berupaya agar perkembangan tumbuh kembang anak dapat
terjadi sesuai dnegan tahap usia serta secara optimal. Pada tahap awal kehidupan, yakni
pada masa balita merupakan masa yang paling kritis guna menentukan kemampuan
intelektual, sikap, nilai dan pola perilaku seseorang dikemudian hari. Pada periode yang
kritis ini, semua dapat terjadi secara optimal apabila mendapatkan stimulasi dan
perawatan yang baik. Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting dan merupakan pilar
pokok pembangunan karakter seorang anak. Pendidikan dasar wajib dimiliki tidak hanya
oleh masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan. Seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati karena dianggap berada strata sosial yang
tinggi. Kualitas seseorang dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam
berbagai situasi.
Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, hal itu
menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009. Menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat

1
35 per 1.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per
1.000 kelahiran hidup. Gizi kurang Pada tahun yang sama prevalensi gizi kurang pada
anak balita akan diturunkan dari 25,8 persen menjadi 20 persen dan umur harapan hidup
dinaikkan dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. (Depkes, 2007) . Orangtua yang
mengharapkan tumbuh kembang anak secara optimal, perlu mempelajari upaya-upaya
yang dapat dilakukan oleh orangtua agar orangtua dapat memberikan perawatan terbaik
kepada anak. Hasil dari tersebut adalah, anak-anak dapat tumbuh kembang secara
optimal. Oleh sebab itu, perlu adanya memberikan edukasi kepada setiap orangtua perihal
upaya tumbuh kembang anak agar orangtua memiliki gambaran apa yang harus dilakukan
oleh orangtua ketika memiliki seorang anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian/definisi Autisme?
2. Apa saja Penyebab Autisme?
3. Apa saja Tanda, Gejala, dan Bagaimana Diagnosis Autisme?
4. Apa saja Pengobatan untuk Autisme?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian/definisi Autisme
2. Mengetahui sebab-sebab dari Autisme
3. Mengetahui Tanda, Gejala, dan Bagaimana Diagnosis Autisme
4. Mengetahui Jenis Pengobatan Untuk Autisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

ANAK DENGAN AUTISME


A. Definisi Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan
kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan
karakter stereotip. Gejala autis muncul sebelum 3 tahun pertama kelahiran sang anak.
Autisme merupakan salah satu dari tiga gangguan Autism spectrum disorder. Dua di
antaranya adalah sindrom Asperger dan PDD-NOS (pervasive developmental disorder,
not otherwise specified).

B. Penyebab Autisme
Menurut CDC, tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan anak-anak menjadi autis.
Para ilmuwan berpikir bahwa ada hubungan genetika dan lingkungan. Mengetahui
penyebab pasti dari autisme sangat sulit karena otak manusia sangat rumit. Otak
mengandung sel saraf lebih dari 100 miliar neuron disebut. Setiap neuron mungkin
memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel-sel saraf lain di
otak dan tubuh. Neurotransmiter menjaga neuron bekerja sebagaimana mestinya, seperti
Anda dapat melihat, merasakan, bergerak, mengingat, emosi pengalaman, berkomunikasi,
dan melakukan banyak hal-hal penting lainnya. Dalam otak anak-anak dengan autisme,
beberapa sel-sel dan koneksi tidak berkembang secara normal atau tidak terorganisir
seperti seharusnya. Para ilmuwan masih mencoba untuk memahami bagaimana dan
mengapa hal ini terjadi. Sejumlah kemungkinan penyebab autis lain telah diduga, tetapi
tidak terbukti. seperti:
1. Genetik
Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada
terjadinya autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki
satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak
yang juga autisme. Penelitian pada anak kembar menemukan, jika salah satu anak
autis, kembarannya kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama. Secara
umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spektrum

3
autisme. Gen tersebut berperan penting dalam perkembangan otak, pertumbuhan
otak, dan cara sel-sel otak berkomunikasi.
2. Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme.
Beberapa riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf
pusat. Menurut Dr Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida
berdampak pada mereka yang punya bakat autisme.
3. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki risiko
lebih besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut
termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang
dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan, kecemasan,
serta insomnia. Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah dilarang beredar karena
banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan untuk
mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Sementara itu, valproic acid adalah
obat yang dipakai untuk penderita gangguan mood dan bipolar disorder.
4. Usia orangtua
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak
menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan,
perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun. "Memang belum diketahui
dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun, hal ini diduga karena
terjadinya faktor mutasi gen," kata Alycia Halladay, Direktur Riset Studi
Lingkungan Autism Speaks.
5. Perkembangan otak
Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang
bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan
dengan autisme. Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan
serotonin, di otak juga dihubungkan dengan autisme.

4
C. Tanda, Gejala dan Diagnosis Autisme
a) Tanda dan Gejala Autisme
Anak-anak dengan autisme mungkin memiliki masalah dengan komunikasi,
keterampilan sosial, dan bereaksi terhadap dunia di sekitar mereka. Tidak semua
perilaku tersebut terdapat di setiap anak. Diagnosis harus dilakukan oleh dokter anak
atau profesional lainnya yang berpengalaman dalam bekerja dengan anak-anak
autisme. Tanda-tanda dan gejala autisme diuraikan di bawah ini dapat dijadikan
pedoman untuk melihat ciri-ciri autis.
1. Komunikasi
 Tidak berbicara atau sangat terbatas.
 Kehilangan kata-kata sebelum bisa mengatakan.
 Kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan dasar.
 Kurang dapat membangun kosakata.
 Bermasalah mengikuti arah atau menemukan benda-benda yang bernama.
 Mengulangi apa yang dikatakan (echolalia).
 Bermasalah menjawab pertanyaan.
 Ucapan yang terdengar berbeda karena nada tinggi.
2. Keterampilan sosial
 Kontak mata buruk dengan orang atau benda.
 Kurang dalam bermain keterampilan.
 Menjadi terlalu fokus pada suatu topik atau benda-benda yang menarik bagi
mereka.
 Masalah dalam berteman.
 Menangis,marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada
waktu yang salah.
 Menyukai sentuhan atau pelukan.
3. Reaksi terhadap lingkungan sekitar mereka
 Gerakan tangan goyang, mengepakkan atau lainnya (bergerak sendiri tanpa

disadari).
 Tidak memperhatikan hal-hal yang dilihat atau didengar.
 Bermasalah terhadap perubahan dalam rutinitas.
 Menggunakan benda-benda dengan cara yang tidak biasa.
 Tidak takut terhadap bahaya nyata.

5
 Menjadi sangat sensitif atau tidak cukup sensitif terhadap sentuhan, cahaya, atau
suara (misalnya, tidak menyukai suara keras atau hanya merespons ketika suara
yang sangat keras, disebut juga gangguan integrasi sensorik).
 Kesulitan makan (hanya menerima makanan yang dipilih, menolak tekstur
makanan tertentu).
 Gangguan tidur.

b) Diagnosis Autisme
Dari melihat beberapa gejala dan tanda tersebut dijadikan pedoman dalam
diagnosis autisme. Hal ini penting agar anak Anda dievaluasi oleh para profesional
yang tahu tentang autisme. Speech-language pathologists (SLPs), biasanya sebagai
bagian dari tim, bisa mendiagnosa autisme. Tim termasuk dokter anak, ahli saraf,
terapis okupasi, terapis fisik, dan spesialis perkembangan. SLPs memainkan peran
kunci karena masalah dengan keterampilan sosial dan komunikasi sering menjadi
gejala pertama autisme. SLPs harus berkonsultasi pada awal proses evaluasi. Ada
beberapa tes dan daftar periksa observasi yang tersedia untuk mengevaluasi anak-anak
dengan masalah perkembangan. Informasi yang paling penting datang dari orang tua
dan pengasuh anak yang tahu dengan baik dan dapat memberitahu SLP dan lain-lain
mengenai segala perilaku anak. Seorang anak dengan autis juga mungkin dilakukan
tes pendengaran dan beberapa tes lain untuk memastikan bahwa masalah tidak
disebabkan oleh beberapa kondisi lain.

6
D. Terapi Autisme
Tidak ada obat untuk autisme. Terapi dan intervensi perilaku dirancang untuk
memperbaiki gejala spesifik dan dapat meningkatkan perkembangan anak secara
substansial. Rencana perawatan yang ideal dengan terapi yang terkoordinasi dan
intervensi yang memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing anak. Para profesional
kesehatan sepakat bahwa intervensi awal terhadap anak autis, akan membuat
perkembangannya semakin baik.
 Intervensi pendidikan / perilaku Terapis menggunakan keterampilan terstruktur dan
intensif yang berorientasi pada sesi pelatihan dalam membantu anak-anak
mengembangkan keterampilan sosial dan bahasa, seperti analisis perilaku terapan.
Konseling keluarga bagi orang tua dan saudara kandung anak-anak dengan autis
sering membantu dalam mengatasi tantangan tertentu dari hidup dengan seorang anak
dengan autisme.

E. Pengobatan
Dokter dapat meresepkan obat untuk pengobatan tertentu yang berhubungan dengan
gejala-gejala, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif. Obat
antipsikotik digunakan untuk mengobati masalah perilaku yang parah. Kejang bisa
diobati dengan satu atau lebih obat antikonvulsan. Obat yang digunakan untuk mengobati
orang dengan gangguan defisit perhatian dapat digunakan secara efektif untuk membantu
mengurangi impulsif dan hiperaktif.
1. Obat Antipsikotik
 Risperidone.
 Aripiprazole.
Anti Depresi

 Prozac.
 Sarafem.
 Celexa.
 Cipramil.
Obat stimulants dan hiperaktivitas

 Ritalin.
 Adderall.
 Tenex.
Obat gangguan pencernaan

7
 Secretin
Terapi menggunakan zat untuk menghilangkan logam berat dari tubuh, yang
beberapa orang berpikir ini menjadi penyebab autisme

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sebagai perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik maupun non-fisik, yang
berlangsung secara normal pada diri anak sehat, serta dalam waktu tertentu. Selain itu
pertumbuhan dan perkembangan anak juga ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan. Upaya yang dapat dilakukan
orangtua terhadap kualitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak yaitu harus
memperhatikan gizi anak, kesehatan anak, imunisasi, stimulasi, perumahan, sanitasi
lingkungan dan keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil yang di
dalamnya dapat terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yang masing-masing memiliki peran.
Anak merupakan buah dari keluarga bahagia. Anak-anak memiliki pemikiran kritis akan
banyak hal dimulai ketika ia mulai mengenal bahasa. Pertanyaan-pertanyaan yang
terlontar dari mulut seorang anak sebaiknya dijawab dengan jawaban yang jujur dan
dapat memuaskan hati anak. Pendidikan moral dan kejujuran bagi seorang anak berawal
dari kelurga, melalui orang tua. Hal ini yang dapat membentuk karakter anak di masa
depan.

B. Saran
Untuk menyempurnakan dan memperbaiki isi dan sistematis dalam penulisan dan
penyajian maka kami dari penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang menghasilkan perbaikan pada masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta


Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof.
DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
https://www.jevuska.com/2012/12/29/autisme-pengertian-penyebab-gejala-ciri-terapi/
diakses tanggal 12 Januari 2018
http://lifestyle.kompas.com/read/2011/01/11/09501535/Lima.Faktor.Penyebab.Autisme
diakses tanggal 12 Januari 2018

10

Anda mungkin juga menyukai