Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN

RUANG PERAWATAN NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT


RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Fifi Riskayani


Nim : R014172005

CI LAHAN CI INSTITUSI

Tuti Seniawati, S.Kep., Ns, M. Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi Hiperbilirubin
Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi bilirurin yang berlebihan
didalam darah atau disebut juga dengan hiperbilirubinemi. Hiperbilirubinemia
merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat
disebabkan oleh proses fisiologis, patologis atau kombinasi keduanya (Slusher, et all,
2013).
Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang
dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubimenia yang merupakan suatu
keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular, sehingga
konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning (Sudoyono & Aru, 2010).
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang
dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi
kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya(Ngastiyah, 2012).
B. Klasifikasi Hiperbilirubin
1. Fisiologis
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubin.
Hiperbilirubinemia fisiologi merupakan konsentrasi bilirubin plasma
meningkat dari nilai normal kurang dari 1 mg/dl menjadi rata-rata 5 mg/dl selama 3
hari pertama kehidupan. Kemudian secara bertahap turun kembali ke nilai normal
sewaktu hati mulai berfungsi dan keadaan ini berhubungan dengan ikterik ringan
(kekuningan) pada kulit bayi dan terutama pada sklera mata selama satu atau dua
minggu (Guyton & Hall, 2008).
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah
ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut menurut Hanifa (2006);
Taringan (2003); Swhwartz (2005) :
a) Timbul pada hari kedua-ketiga.
b) Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d) Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e) Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
f) Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis tertentu.
2. Patologis
Hiperbilirubinemia patologis apabila terjadi saat 24 jam setelah bayi lahir,
peningkatan kadar bilirubin serum >0,5 mg/dL setiap jam. Ikterus bertahan setelah 8
hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari pada bayi kurang bulan dan adanya penyakit
lain yang mendasari (muntah, alergi, penurunan berat badan yang berlebihan, dan
asupan kurang) (Maharani & Sabrina, 2008).
Menurut Taringan (2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia
bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi
kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan
karakteristik sebagai berikut Menurut Susarasmi & Asrining (2003) bila:
a) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
b) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
c) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
d) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD
dan sepsis).
e) Ikterus disertai berat lahir <2000 gr, masa gestasi <36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
C. Etiologi Hiperbilirubin
Menurut Ganong, (2003) hiperbilirubin merupakan akibat dari bilirubin bebas
atau terkonjugasi menumpuk dalam darah, warna kuning, sklera dan membran mukosa
menjadi kuning.Biasanya dapat terdeteksi apabila bilirubin plasma lebih besar dari pada
2 mg/dl.
Penyebab hiperbilirubinemia:
1. Menurut Price & Wilson (2005) pembentukan bilirubin yang berlebih atau
hiperbilirubinemia disebabkan Peningkatan hemolitik atau peningkatan laju
destruksi eritrosit yang merupakan penyebab tersering dari pembentukan bilirubin
yang berlebih.Ikterus yang sering timbul disebut sebagai ikterus hemolitik
2. Penurunan ambilan bilirubin oleh sel-sel hati
3. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat disebabkan
oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan
fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
4. Gangguan transportasi. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian
diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel
otak.
5. Gangguan konjugasi atau peningkatan protein intra sel
6. Gangguan sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam kanalikulus biliaris
7. Sumbatan duktus biliaris intra atau ekstra hepatik
Sedangkan menurut Price & Wilson (2005) ada empat mekanisme umum yang
menyebabkan hiperbilirubinemia dan ikterus:
1. Pembentukan bilirubin yang berlebih
2. Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh sel hati
3. Gangguan konjugasi bilirubin
4. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intrahepatik
dan ekskresi hepatik yang bersifat fungsional atau disebabkan oleh obstruksi
mekanis.
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi terutama disebabkan oleh tiga mekanisme
pertama, Sedangkan mekanisme keempat terutama menyebabkan hiperbilirubinemia
terkonjugasi.
D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti
mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin
yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari
heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk
menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut
dalam air (bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin
dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini
beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin
dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin keasam
glukoronat (bilirubin terkonjugasi, direk).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke
sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus, bilirubin diuraikan oleh
bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan
diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur
enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang
ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi
sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai
senyawa larut air bersama urin.
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati
(karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal.
Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan
hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika
konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2- 2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi
ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air
tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada
otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah , hipoksia dan hipoglikemia
(Markum, 2003).
Eritrosit

Hemoglobin

Heme Globin

Fe Biliverdin

Bilirubin Indirek

Mengikat
Albumin

Hepar

Membran Sel

Berikatan dengan Ligandin


Siklus
Enterohepatik
Retikulo Endoplasma

Enzim Glukoronidin Transferase

Bilirubin Direk

Empedu

Usus/ Duodenum

Feses Enzim Glukoronidase

Bilirubin Indirek
E. Manifestasi klinis
1. Tanda hiperbilirubinemia (jaundice)
Jaundice atau ikterus merupakan keadaan diskolorasi kuning pada jaringan
(kulit, sclera, dan lain-lain), yang disebabkan oleh deposisi bilirubin. Jaundice
merupakan tanda dari hiperbilirubinemia (misalnya kadar total kadar bilirubin serum
lebih dari 1,4 mg/dl setelah usia 6 bulan: 1 mg/dl) (Juffrie, 2010).
Derajat kuning berhubungan dengan kadar bilirubin serum dan jumlah
deposisi bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler. Hiperkarotemia dapat menyebabkan
kulit berwarna kuning, tetapi sclera akan tetap berwarna putih. Banyak keadaan yang
berhubungan dengan neonatal jaundice.Beberapa keadaan ini begitu umum sehingga
disebut fisiologis. Sebaliknya jaundice dapat merupakn tanda hemolysis, infeksi
ataupun gagal hati. Secara umum tidak ada bayi yang jaundice sejak lahir, walaupun
jaundice akan timbul segera setelahnya. Hal ini dikarenakankemampuan plasenta
untuk membersihkan bilirubin dari sirkulasi fetus dalam beberapa hari berikutnya,
hampir semua bayi mengalami peningkatan kadar bilirubin serum (1,4mg/dl).
Peningkatan kadar bilirubin serum, kulit akan menjadi leih jaundice dengan urutan
sefalo-kaudal. Mula-mula ikterus tanpak dikepala dan bergerak kearah kaudal
ketelapak tangan dan telapak kaki.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan derajat kuning pada
badan neonatus menurut kramer adalah dengan jari telunjuk ditekan pada tempat-
tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang, hidung, dada dan lutut (Saifuddin,
2006).
Tabel penilaian ikterus menurut Kremer
Derajat Perkiraan kadar
Luas ikterus
ikterus bilirubin
I Kepala dan leher
5 mg/dl
II Sampai badan atas (di atas umbilikus)
9 mg/dl
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus)
III
hingga tungkai atas (di atas lutut) 11mg/dl
IV Sampai lengan dan kaki di bawah lutut 12 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki
16 g/dl
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada
hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh
yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung
tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit
tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh.
Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat menurut Potter & Perry (2005)
:
1. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
2. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
3. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
4. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
5. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
6. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,
kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
F. Komplikasi Hiperbilirubin
1. Bilirubin encephahalopathi
Ensefalopati bilirubin adalah komplikasi ikterus neonatorum non fisiologis
akibat efek toksis bilirubin indirek terhadap susunan saraf pusat.Kejadian
ensefalopati bilirubin tersebar di seluruh dunia, baik di negara maju, maupun
berkembang. Ensefalopati bilirubin klinis terdiri dari 2 tahap yaitu fase akut dan fase
kronis. Pada fase awal dan intermediate dari fase akut bersifat reversible (sementara)
yang masih aman jika segera diterapi (transfusi ganti dan foto terapi). Fase lanjut dan
kronis bersifat irreversible (menetap) yang berakhir dengan gejala sisa
neurologis/bersifat fatal, biarpun dilakukan transfusi ganti dan foto terapi.
Ensefalopati bilirubin sebagian besar bersifat preventable, apabila tenaga kesehatan
dan rumah sakit mau mengikuti rekomendasi petunjuk tatalaksana ikterus
neonatorum secara benar (Ganong, 2003).
Menurut Saifuddin (2006) mengatakan bahwa enselopati bilirubin merupakan
manifestasi klinis dari efek toksin bilirubin di SSP, sedangkan istilah kern ikterus
didefinisikan sebagai suatu perubahan neuropatologi yang ditandai deposisi pigmen
dari beberapa daerah diotak terutama di ganglion basalis, pons dan cereblum.
2. Kern ikterus
Toksisitas ini berupa kern ikterus (kern= nucleus, icterus= kuning) merupakan
temuan neuropatologis yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi
berat dan dinamakan demikian karena timbulnya warna kuning pada beberapa tempat
di otak, misalnya ganglia basalis, cereblum, dan nuclei di dasar ventrikel ke IV.
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan kern ikterus disebut bilirubin enselopati,
termasuk gangguan reflek moro, opistotonus, hipotonia, vomitus dan kematian.
Manifestasi jangka panjang berupa spastisitas, koreoatetosis, dan tuli sensorineural
(Juffrie, 2010).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan menurut Price & Wilson (2005) sebagai berikut :
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14
mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap. Protein serum total
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan
atresia billiari.
H. Penatalaksanaan Hiperbilirubin
1. Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan transfusi peng-
ganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan cahaya ber-
intensitas tinggi, tindakan ini dapat menurunkan bilirubin dalam kulit. Secara umum,
fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang
sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi bila kon-sentrasi
bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakar mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko tinggi dan berat badan lahir rendah
(Wong, Stevenson, & Vreman, 2010).
2. Intravena immunoglobulin (IVIG)
Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan faktor
imunolo-gik. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh inkompatibilitas
golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat menurunkan kemungkinan
dilakukannya transfusi tukar
3. Transfusi pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit yang
rentan terhadap antibodi erirtosit maternal, menghilangkan eritrosit yang
tersensitisasi, mengeluarkan bilirubin serum, serta meningkatkan albumin yang masih
bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatannya dangan bilirubin (Wong,
Stevenson, & Vreman, 2010).
4. Terapi medikamentosa
Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang mening-
katkan konjugasi bilirubin dan mengeks-kresikannya. Obat ini efektif diberikan pa-da
ibu hamil selama beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan.
Penggunaan phenobarbital post natal masih menjadi pertentangan oleh karena efek
sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluar-
kannya melalui urin sehingga dapat menu-runkan kerja siklus enterohepatika
(Sukadi, 2010).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Letargi, malas.
2. Sirkulasi
Sebagian kasus ditemukan pucat, menandakan anemia
3. Eliminas
a) Bising usus hipoaktif
b) Pasase mekonium mungkin lambat
c) Feses mungkin lunak / coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin
d) Urine gelap pekat; hitam kecoklatan (sindroma bayi bronze)
4. Makanan / Cairan
a) Riwayat pelambatan / makan oral buruk, lebih mungkin disusui dari pada
menyusu botol
b) Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar
5. Neurosensori
a) Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang
berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum.
b) Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan
inkompatibilitas Rh berat.
c) Kehilangan reflex Moro mungkin terlihat.
d) Opistotonus dengan kekuatan lengung punggung, fontanel menonjol, menangis
lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
6. Pernapasan
a) Riwayat asfiksia.
b) Krekels, mucus bercak merah muda (edema pleura, hemoragi pulmonal)
7. Keamanan
a) Riwayat positif infeksi/sepsis neonates.
b) Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intra cranial
c) Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) sebagai efek samping
fototerapi.
8. Seksualitas
a) Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan reterdasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR), atau bayi besar untuk usia gestasi (LGA),
seperti bayi dengan ibudiabetes.
b) Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia,
asidosis, hipoglikemia, hipoproteinemia.
c) Terjadi lebih sering pada bayi pria dari pada bayi wanita.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ikterus neunatus berhubungan dengan usia <7 hari
2. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia (hiperbilirubin)
3. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan gangguan yang
mempengaruhi regulasi tubuh, usia eksterm
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis
C. Rencana Asuhan Keperawatan

STANDAR RENCANA KEPERAWATAN RUANG GLADIOL

Diagnosa Keperawatan: Defenisi Nanda International:

Ikterik neunatus Kulit dan membran mukosa neunatus berwarnakuning yang terjadi setelah 24
jam kehidupan sebagai akibat bilirubin tak terkonjugasi ada dalam sirkulasi.
(Nanda )

TUJUAN, KRITERIA
KOMPONEN DIAGNOSIS INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)

Etiologi : Integritas jaringan: kulit Phothoterapy : Neonate


dan membran mukosa  Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk faktor risiko
Batasan Karakteristik :  Warna kulit normal untuk hiperbilirubinemia (misalnya,
 Kadar bilirubin dalam ketidakcocokan Rh atau ABO, polisitemia,
 Profil darah abnormal batas normal sepsis, prematuritas, mal presentasi)
(hemolis; bilirubin serum  Tanda vital dalam  Amati tanda-tanda ikterus
total >2 mg/dl; bilirubin batas normal  Agar serum billirubin tingkat sebagai protokol per
serum total pada rentang  Tidak ada perubahan yang sesuai atau permintaan praktisi primer
 resiko tinggi menurut usia termoregulasi  Melaporkan nilai laboratorium untuk praktisi
pada nomogram spesifik- primer
waktu)  Tempat bayi di Isolett
 Memar kulit abnormal  lnstruksikan keluarga pada prosedur fototerapi
 Membran mukosa kuning dan perawatan
 Kulit kuning sampai orange  Terapkan tambalan untuk menutup kedua mata,
 Sclera) menghindari tekanan yang berlebihan
Faktor yang berhubungan:  Hapus tambalan mata setiap 4 jam atau ketika
lampu mati untuk kontak orangtua dan makan
 Penurunan berat badan  Memantau mata untuk edema, drainase, dan
abnormal (>7-8% pada warna
bayi baru lahir yang  Tempat fototerapi lampu di atas bayi pada
menyusui ASI; 15% pada ketinggian yang sesuai
bayi cukup bulan)  Periksa intensitas lampu sehari-hari
 Pola makan tidak  Memonitor tanda-tanda vital per protokol atau
ditetapkan dengan baik sesuai kebutuhan
 Bayi menunjukkan  Ubah posisi bayi setiap 4 jam atau per protokol
kesulitan dalam transisi ke  Memantau tingkat biIirubin serum per protokol
kehidupan ekstrauterin atau permintaan praktisi
 Usia neonatus 1-7 hari  MengevaIuasi status neurologis setiap 4 jam
 Feses (mekonium) atau per protokol
terlambat keluar  Amati tanda-tanda dehidrasi (misalnya, depresi
fontanel, turgor kulit mengerut, kehilangan berat
badan)
 Timbang setiap hari
 Mendorong delapan kali menyusui perhari
 Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam
terapi cahaya
 Instruksikan keluarga pada fototerapi di rumah
yang sesuai

STANDAR RENCANA KEPERAWATAN RUANG GLADIOL

Diagnosa Keperawatan: Definisi Nanda International:

Risiko Cedera Beresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berinteraksi
dengan sumber-sumber adatif dan pertahanan individu
(Nanda )

Komponen Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi (NIC)
keperawatan (NOC)

Etiologi : Setelah diberikan


intervensi keperawatan Aktivitas Keperawatan
selama……………………  Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan
klien akan menunjukkan keamanan, mis, perubahan sttus mental, derajat
risiko cedera akan keracunan, keletihan, usia kematangan,
menurun dengan kriteria pengobatan, dan defisit motorik atau sensorik
Faktor Risiko :
hasil : (mis, berjalan Dan keseimbangan)
Internal :  Identifikasi faktor lingkungan yang memungkin
 Keamanan personal risiko terjatuh(miaq, lantai licin,karpet yang sobek,
 Profil darah yang tidak  Pengendalian risiko anak tangga tampa pagar pengaman, jendela, dan
normal (mis,  Lingkungan rumah kolam renang)
leukositosis/leukopenia) yang aman  Periksa apakah pasien memakai pakaian yang
 Gangguan faktor terlalu ketat, mengalami luka, luka bakar atau
pembekuan memar
 Disfungsi biokimiawi Setelah diberikan  Tinjau riwayat obstetri pasien untuk mendapatkan
(mis, disfungsi sensori) intervensi keperawatan informasi terkait yang dapt mempengaruhi induksi,
 Penurunan kadar selama…………………… seperti usia kehamilan dan lama persalinan
hemoglobin klien akan menunjukkan sebelumnya, dan kontraindikasi, seperti plasenta
pengendalian risiko previa, insisi uterus klasik, dan deformitas struktur
 Usia perkembangan
dengan kriteria hasil : panggul
(fisiologis, psikologis)
 Disfungsi intregratif  Pantau janin elektronik: intrapartum
(1-5 tidak pernah, jarang,
 Malnutrisi o pasang transduser ultrasonografi ke area
kadang-kadang, sering
 Fisik (mis, kulit rusak, atau selalu): uterus tempat denyut jantung janin dapat
hambatan) didengar dan dilacak dengan baik
 Psikologis (orientasi  Memantau faktor o Interprestasikan setiap setidaknya 10 menit
efektif) risiko individu dan perekaman denyut jantung janin dan signyal
 Sel sabit lingkungan aktivitasuterus diperoleh
 Talasemia  Mangembangkan
 Trombositopenia strategi pengendalian Penyuluhan untuk pasien/keluarga
risiko yang efektif  Ajarkan pasien untuk berhati-hati dengan alat
 Hipoksia jaringan
 Menerapkan strategi terapi panas
Eksternal :
pengendalian risiko  Berikan materi edukasi yang berhubungan
Biologis: pilihan dengan stategi dan tindakan untuk mencegah
 Memodifikasi gaya cedera
 Tingkat imunisasi hidup untuk  Pemantauan janin elektronik : intrapartum
komunitas mengurangi risiko o Jelaskan kepada ibu dan orang dan juga
 Mikroorganisme informasi yang harus diperoleh
Kimia: o Diskusikan gambaran irama setrip bersama ibu
Setelah diberikan dan orang terdekat yang mendampinginya
 Obat-obatan (mis, intervensi keperawatan Aktivitas Kolaborasi
agens farmasi, alkohol, selama……………………
kafein, nikotin, bahan klien akan:  Rujuk kekelas pendidikan dalam komunikasi
pengawet, kosmetik dan  Pemantauan janin elektronik : intrapartum
pewarna)  Mempersiapkan Tetap informasikan kepada dokter tentang
 Zat gizi (mis, vitamin lingkungan yang perubahan yang terjadi pada irama jantung janin,
dan jenis makanan) aman intervensi untuk pola yang mengkwatirkan, respon
 Racun  Mengidentifikasikan janin selanjutnya, kemajuan persalinan, dan
 Poluton risiko yang respon ibu terhadap persalinan
Fisik: meningkatkan
kerentangan Aktivitas Lain
 Rancangan, struktur terhadap cedera
dan pemataan  Menghindari cedera Untuk orang dewasa
komunitas, banguanan fisik
 Orientasikan kembali pasien terhadap realitas
atau peralatan dan lingkungan saat ini bila dibutuhkan
 Jenis kendaraan atau  Bantu ambulasi pasien, jika perlu
transportasi Orang tua akan:
 Sediakan alat bantu berjalan 9seperti tongkat dan
 Individu/penyediaan  Mengenali risiko dan walker)
layanan kesehatan memantau  Gunakan alat pemanas dengan hati-hati untuk
(agens nosokomial: pola penganiyayaan mencegah luka bakar pada pasien dengan defisit
pengaturan staf, pola  Memilih permainan, sensori
kognitif, afektif, dan pengasuh, dan  Gunakan alarm untk mengingatkan pemberi
psikomotor kontak sosial lainnya perawatan bila pasien bangundari tempat tidur
 Mengenali tanda atau meninggalkan ruangan
keanggotaan  Bila diperlikan, gunakan restrain fisik untuk
kelompok dan prilaku membatsi risiko jatuh
sosial beresiko  Tempelkan bel atau lampu panggil pada tempat
lainnya yang mudah dijangkau pasien yang tergantung
pada setiap waktu
 Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan
gerakan, bila perlu
 Jauhi bahaya lingkungan (mis, berikan
pencahayaan yang adekuat)
 Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan
di lingkungan fisik(mis, penataan furnitur)
 Pastikan bahwa pasienmenggunakan sepatu
yang sesui (mis, hak yang tidak tinggi dan tali
terikat dengan aman)
 Pemantauan janin elektronik : intrapartum
Kalibrasi peralatan dengan tepat untuk
pemantauan internal menggunakan elektroda
spiral dan/atau kateter tekanan intrauterus.

STANDAR RENCANA KEPERAWATAN RUANG GLADIOL

Diagnosa Keperawatan: Definisi Nanda International:

Risiko Ketidakseimbangan Berisiko terhadap kegagalan untuk memelihara suhu tubuh dalam batas normal
Suhu Tubuh (Nanda)

Komponen Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)

Faktor Risiko : Setelah diberikan


intervensi keperawatan Aktivitas keperawatan
selama……………pasien Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk
akan menunjukan diagnosis ini berfokus pada pencegahan
Objektif : termoregulasi yang di ketidakseimbangan suhu tubuh dengan
buktikan oleh indikator mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan intervensi
 Perubahan laju secara tepat.
sebagai berikut (sebutkan
metabolisme
1-5: gangguan ekstrem,
 Dehidrasi
berat, sedang, ringan, atau
 Terpajan suhu
tidak mengalami Pengkajian
lingkungan yang
gangguan) dengan criteria
dingin,sejuk, hangat atau
hasil:  Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (seperti
panas
 Usia yang ekstrem menggigil, pucat, bagian dasar kuku sianosis,
 Peningkatan suhu pengisian ulang kapiler lambat, piloereksi,
 Kesakitan atau trauma tubuh disritmia) dan hipertermia (seperti, tidak
yang mempengaruhi  Penurunan suhu berkeringat, kelemahan, mual dan muntah, sakit
pusat pengatur suhu tubuh kepala, delirium)
 ( Imaturitas sistem  Hipertermia  Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu
regulasi suhu bayi)  Hipotermia oral (bukan timpanik atau aksila); suhu oral lebih
 (ketidakmampuan untuk
akurat
berkeringat)
 Regulasi suhu (NIC): Pantau dan laporkan tanda
 Inaktivitas Setelah diberikan
gejala hipotermia serta hipertermia.
 Pakaian yang tidak intervensi keperawatan
sesuai dengan suhu selama……………pasien
lingkungan akan: Penyuluhan untuk pasien /keluarga
 (berat badan bayi yang
rendah(neonatus))  Tidak  Instruksikan pasien dan keluarga tentang tindakan
 Pengobatan yang memperlihatkan untuk meminimalkan fluktuasi suhu :
menyebabkan berkeringan, 1. Untuk Hipertermia
vasokonstriksi atau menggigil, dan o Minum cairan yang cukup dihari/cuaca
vasodilatasi merinding panas
 Sedasi  Mempertahankan o Batasi aktivitas pada hari yang panas
 Aktivitas berlebihan tanmda-tanda vital o Kurangi berat badan, jika obesitas
dalam batas normal o Pertahankan suhu lingkungan yang stabil
 Melaporkan suhu o Lepaskan baju yang berlebihan
yang nyaman 2. Untuk Hipotermia
 Menguraikan o Mandi pada udara yang hangat, jauh dari
tindakan adaptif aliran udara
untuk meminimalkan o Tingkatkan aktivitas
fluktuasi suhu tubuh o Batasi asupan alkohol
 Melaporkan tanda o Pertahankan nutrisi yang adekuat
dan gejala awal o Pelihara suhu lingkungan yang stabil
hipotermia atau o Gunakan lingkungan yang cukup
hipertermia  Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali
dan melaporkan tanda dan gejala awal hipotermia
dan hipertermia :
1. Untuk Hipertermia : kulit kering, sakit kepala,
peningkatan nadi, peningkatan suhu,
iritabilitas, suhu di atas 37,80C, dan
kelemahan
2. Untuk Hipotermia : apatis, dingin, abdomen
keras yang terasa seperti batu ; disorientasi
dan konfusi, mengantuk, hipertensi,
hipoglikemia, kerusakan kemampuan untuk
berpikir, nadi dan pernapasan lambat, kulit
keras dan dingin saat disentuh, suhu kurang
350C
Aktivitas kolaboratif

 Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak


dapat dipertahankan
 Lakukan perujukan ke lembaga sosial untuk
layanan (mis, kipas angin, pemanas) yang
diperlukan di rumah
 Regulasi suhu(NIC) : Berikan obat antipiretik, jika
perlu

Aktivitas lain

 Regulasi suhu(NIC) : Berikan obat antipiretik, jika


perlu

STANDAR RENCANA KEPERAWATAN RUANG GLADIOL

Diagnosa Keperawatan: Definisi Nanda International:

Nutrisi, Ketidakseimbangan: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik


Lebih Dari Kebutuhan Tubuh

(1975, 2000 )

Komponen Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi (NIC)
keperawatan (NOC)

Etiologi : Setelah diberikan


intervensi keperawatan Aktivitas Keperawatan
selama…………………… Lihat juga “Aktivitas Keperawat” Untuk “ Risiko
klien akan menunjukkan Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih Dari Kebutuhan
Status Gizi: Asupan Tubuh.
Makanan dan Cairan,
yang dibuktikan dengan  Bantuan Menurunkan Berat Badan (NIC):
Batasan Karakteristik: cairan indikator sebagai o Tentukan keinginan dan motivasi pasien untuk
berikut (sebitkan 1-5: tidak mengurangi berat badan atau lemak tubuh
Penulis merekomendasikan
adekuat, kurang adekuat, o Tentukan pola makan saat ini dengan
penggunaan diagnosis ini
cukup adekuat, adekuat, meminta pasien membuat catatan tentang
hanya jika satu atau lebih dari
atau sangat adekuat): apa, kapan, dan dimana pasien makan
batasan karakteristik NANDA-I
asupan makanan dan o Tmbang berat badan setiap minggu
berikut muncul:
cairan melalui oral (tidak  Pantau catatan asupan untuk melihat kandungan
 Lipatan kulit trisep lebih berlebihan) dan jumlah kalori nutrisi
dari 15 mm pada pria dan
Contoh lain pasien akan : Penyuluhan untuk pasien/keluarga
25 mm pada wanita
 Dorong pasien untuk mematuhi diet karbohidrat
 Berat badan 20% diatas  Menyadari masalah kompleks dan protein serta menghindari gula
berat badan dan berat badan sederhana, makanan cepat saji, kafein, minuman
kerangka ideal  Mengungkapkan ringan
secara verbal  Manajem Nutrisi (NIC):
Objektif : keinginan untuk o Berikan informasi yang sesuai tentang
menurunkan berat kebutuhan nutrisi dan cara memenuhi
 Konsentrasi asupan badan kebutuhan tersebut
makanan di malam hari  Berpartisipasi dalam  Bantuan Menurunkan Berat Badan (NIC) :
 Pola makan disfungsional program penurunan o Diskusikan dengan pasien dan keluarga
(mis, makan sambil berat badan yang tentang pengaruh komunikasi alkohol pada
melakukan aktivitas terstruktur ingesti makanan
lainnya)  Berpartisipasi dalam o Ajarkan tentang bagaimana membaca label
 Mkanan sebagai respon program latihan yang saat membeli makanan untuk mengendalikan
terhadap pengaruh teratur jumlah lemak dan kalori yang dikandung oleh
external, seperti waktu  Mendekati berat makanan yang akan dikonsumsi
siang atau situasi sosial badan o Ajarkan pemilihan makanan, direstauran dan
 Makan sebagai respon ideal________(sebut perkumpulan soaial, yang konsisten dengan
terhadap pengaruh kan) rencana asupan kalori serta zat gizi
internal selain rasa lapar  Menahan diri untuk o Instruksikan tentang bagaimana menghiting
(mis, ansietas {marah, tidak makan banyak persentase lemak pada produk makan
depresi, bosan, stres, dalam waktu tertentu Aktivitas Kaloboratif :
dan kesepian})  Mengalami asupan
kalori, lemak,  Diskusikan dengan ahli gizi untuk
 Tingkat aktivitas kurang
gerak karbohidrat, vitamin mengimplemetasikan program penurunan berat
mineral, zat besi, dan badan yang meliputi menejemen diet dan
Batasan Karakteristik Lain
(non-NANDA Internasional): kalsium yang pengeluaran energi
adekuat , tetapi tidak  Manajemen Nutrisi (NIC): Tentukan, dengan
 Transisi yang cepat berlebihan melakukan kolaborasi bersama ahli diet, jika
melebihi persentil perlu, jumlah kalori dan jenis zat gisi yang di
pertumbuhan pada bayi butuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dan anak  Bantuan Menurunkan Berat Badan (NIC): Ajarkan
 Melaporkan atau pasien untuk hadir dalam kelompok pendukung
menunjukan badan dasar penurunan berat badan
yang lebih tinggi pada Aktivitas lain
setiap awal kehamilan
Faktor yang Berhubungan:  Tentukan Bina hubungan saling percaya dan
mendukung dengan pasien lain
 Asupan yang berlebihan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah fisik
terhadap kebutuhan yang mungkin berhubungan dengan obesitas atau
metabolik gangguan makan
Faktor Lain Yang  Untuk pasien dengan gangguan makan kompulsif,
Berhubungan (non-NANDA tentukan harapan terhadap kebiasaan makan
Internasional): yang sesuai, asupan makanan dan cairan serta
jumlah latihan fisik
 Ketergantungan pada  Eksplorasi bersama pasien mengaenai masalah
bahan kimia pribadi yang dapat menyebebkan terlalu banyak
 Penurunan kebutuhan makan
metabolik (mis, sekunder  Komunikasikan bahwa pasien bertanggung jawab
akibat tirah baring) dalam memilih aktivitas makan dan aktivitas fisik
 Norma adat dan budaya  Berikan penguatan positif terhadap penurunan
 Kurang kebutuhan dasar berat badan, pemeliharaan program diet,
tentang nutrisi perbaikan kebiasaan makan, dan latihan fisik
 Obat-obatan yang  Fokus pada perasaan pasien tentang dirinya,
merangsang selera bukan pada obesitasnya
makan  Diskusikan bersama pasien tentang situasi emosi
 Penggunaan makanan atau situasi yang berisiko tinggi yang merangsang
sebagai penghargaan diri untuk makan (mis, jenis makanan, situasi sosial,
atau tidakan stress interpersonal, harapan pribadi yang tidak
kenyamanan tercapai, dan makan secara sembunyi-sembunyi)
 Obesitas pada salah satu  Bantuan Menurunkan Berat Badan (NIC):
atau kedua orang tua o Buat tujuan mingguan untuk menurunkan
 Penggunaan makanan berat badan
padat sebagai sumber o Motivasi pasien untuk mengidentifikasi
makanan utama sebelum motivasi untuk makan dan isyarat internal dan
usia lima bulan eksternal ang dikaitkan dengan makan
 Pemilihan makanan yang o Tentukan bersama pasien tentang jumlah
tidak memenuhi penurunan berat badan yang diinginkan
kebutuhan sehari-hari o Bentu pasien menyasuaikan diet dan gaya
 Penggantian pemanis hidup dan tingkat aktivitas
untuk adiksi o Susun rencana yang realistis dengan pasien
untuk mengurangi asupan makanan dan
meningkatkan penggunaan energi
(perencanaan harus menyebutkan frekuensi
makan dan kudapan serta aktivitas
pemantauan diri-sendiri)
o Anjurkan untuk mengganti kebiasaan yang
tidak di inginkan dengan kebiasaan yang
disukai
o Rencanakan program latihan fisik,
pertimbangkan kebiasaan pasien
o Anjurkan penggunaan sistem penghargaan
internal saat tujuan-tujuan yang ditetapkan
tercapai
Perawatan di Rumah

 Semua intervensi di atas dapat digunakan untuk


perawatan di rumah
 Lihat juga intervensi perawatan di rumah untuk
Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Untuk Bayi dan Anak-anak

 Anak-anak sebaiknya tidak diprogramkan untuk


diet menurunkan berat badan, tetapi tekanan
pada pola makan yang sehat
 Ajarkan orang tua untuk tidak menggunakan
makanan sebagai hadapi atau prilaku yang baik
 Libatkan anak dalam mempersiapkan makanan
dan menyajikan makanan
 Dorong orang tua untuk membatasi waktu anak
menonton televisi 1 sampai 2 jam perhari; turut
serta bersama anak dalam aktivitas fisik (mis,
berenang, bersepeda)
 Lihat juga untuk bayi dan anak-anak pada
diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Untuk Lansia

 Kaji kemampuan fungsional kognitif yang dapat


mengganggu kemampuan pasien untuk
menyiapkan dan mengkonsumsi makanan sehat
rendah kalori (mis, kemampuan untuk merauh rak
tempat penyimpanan makanan, untuk membuka
kaleng, untuk berdiri di depan kompor)
 Kaji kondisi gigi geligi. Klien yang memiliki
kesulitan mengunyah dapat mengkonsumsi
makanan ringan dan makanan yang kemasan
lunak (mis, kue mangkuk, es krim)
 Kaji apakah klien mampu membeli makan seerti
buah-buahan dan sayur segar, ikan dan daging
tampa lemak
 Kaji indra pembau dan perasa dapat
menyebabkan individu menambahkan gula dan
garam ke dalam makanan serta merasa tidak
puas setelah makan
 Ajarkan klien untuk mengugunakan penguat rasa
(seasoning) untuk menggantukan garam dan gula
 Jelaskan bahwa metabolism tubuh melambat,
sehingga kebutuhan kalori menurun seiring
pertambahan usia; oleh sebab itu, pola makan
sebelumnya harus diubah untuk menghindari
kenaikan berat badan
BAB III
WOC HIPERBILIRUBIN

Eritrosit

Hemoglobin

Heme Globin

Fe Biliverdin

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi


Anemia bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus
enterohepatik) Hb dan erirosit

Refleks
mengisap Pemecahan bilirubin berlebih/bilirubin yang tidak berikatan dengan
menurun albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar


Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk lagi ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah

Ikterik neunatus Ikterus pada sclera, leher dan badan. peningkatan


bilirubin indirek >12 mg/dl

Indikasi fotorepai

Sinar dengan intensitas tinggi

Risiko cedera Risiko ketidakseimbangan


suhu tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.

Guyton, A., & Hall, J. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hanifa, W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.

Juffrie. (2010). Gastroenterologi-hepatologi, jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Maharani, & Sabrina. (2008). Mengenali dan Memahami Berbagai Gangguan Kesehatan
Anak. Jogjakarta: Kata Hati.

Markum, A. (2003). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

Ngastiyah. (2012). Perawatan Anak Sakit. Edisi II. Jakarta : EGC.

Potter, P., & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC.

Price, & Wilson. (2005). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC.

Saifuddin, A. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Slusher, et all. (2013). Treatment of Neonatal Jaundice with Filtered Sunlight in Nigerian.
Neonates: Study Protocol Of a Non-Inferiority, Randomized Controlled. Elseiver , 18-
09.

Sudoyono, & Aru, W. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.

Sukadi, A. (2010). Hiperbilirubinemia. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman
A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi (Edisi Ke-1). Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.

Susarasmi, & Asrining. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Swhwartz. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.


Taringan. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Anak Umur 3-36
bulan sebelum dan saat Krisis Ekonomi di Jawa Tengah. Jawa Tengah: Buletin
Penelitian Kesehatan Depkes RI. Vol. 31. No.1. hal. 1-12.

Wong, R., Stevenson, D., & Vreman, H. (2010). Neonatal Jaundice: Bilirubin physiology and
clinical chemistry. NeoReviews. International Journal of Neonatal, 56-67.

Internasional, N. (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 -21017 Edisi
10. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan. Philadelphia: Elsevier.

Bulechek, G. M., M Dochterman, J., & Butcher, H. (2013). Nursing Intervention


Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Philadelphia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai