Anda di halaman 1dari 6

Fisiologi Penuaan

Dengan makin bertambahnya usia seseorang, maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik
dan fungsional atas organ-organ tubuhnya makin besar. Penurunan anatomik dan fungsional dari
organ-organ pada lansia akan mempermudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Berbagai
perubahan tersebut antara lain:
A. Perubahan kondisi fisik
1. Sistem panca indera
Lansia akan mengalami penurunan persepsi sensoris sehingga terdapat kesenggangan
untuk bersosialisasi karena kemunduran fungsi-fungsi sensoris yang dapat dilihat pada
fungsi penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu, dan perabaan.
a. Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan
diantaranya adalah gangguan akomodasi mata (presbiopi), konstriksi pupil,
terganggunya adaptasi gelap, dan pengeruhan pada lensa.
b. Pendengaran
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut dengan presbikusis yang diakibatkan
oleh penurunan fungsi sensorineural akibat dari telinga dalam dan komponen saraf
tidak berfungsi dengan baik sehingga dapat menyebabkan tuli konduksi dan
ketidakmampuan mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi. Selain itu, telinga tengah
juga akan mengalami pengecilan daya tangkap membran timpani, pengapuran tulang
pendengaran, lemah dan kakunya otot sehingga menyebabkan gangguan konduksi.
Penurunan kemampuan telinga juga berespon terhadap komponen vestibular yang
mengatur keseimbangan, dimana dapat terjadi penurunan jumlah sel rambut organ
Corti dan peningkatan respon ambang vestibuler. Hal ini dapat menyebabakan
gangguan keseimbangan.
c. Perabaan
Pada lansia terjadi penurunan korpus free nerve ending pada kulit yang
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam mempersepsikan rasa pada kulit.
Gangguan pada indera peraba berpengaruh pada sistem somatosensoris yang
memberikan informasi tenang kekuatan otot, ketegangan otot, kontraksi otot, serta
nyeri, suhu, tekanan, dan posisi tubuh. Karena pada lansia terdapat gangguan pada
sistem somatosensoris ke susunan saraf pusat sehingga dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan.
d. Penghidu dan Pengecapan
Pada lansia kemampuan untuk mendeteksi bau berkurag hingga 50% dan juga
mengalami penurunan kemampuan pengecapan.

2. Sistem Muskuloskeletal
a. Otot
Perubahan yang tampak jelas pada lansia adalah berkurangnya massa otot yang
disebabkan oleh atrofi. Otot mengalami atrofi otot akibat dari penurunan aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Perubahan ini mengakibatkan penurunan
laju metabolik basal dan laju konsumsi oksigen maksimal sehingga otot lebih mudah
lelah dan kecepatan kontraksinya melambat. Selain itu juga ditemukan infiltrasi
lemak ke otot dan peningkatan fatigabilitas. Tetapi lansia yang aktif sepanjang
hidupnya, cenderung lebih dapat mempertahankan massa otot, kekuatan otot, dan
koordinasi dibanding mereka yang hidupnya kurang beraktifitas.
Penurunan kemampuan otot dapat dilihat pada otot-otot batang tubuh, dimana
berkurang kemampuannya dalam menjaga posisi tubuh agar tetap tegak. Pada otot
pinggul, grup otot quadriceps, hamstring, gastrocnemius, dan tibialis mengalami
atrofi sehingga cepat lelah dan keseimbangan jadi mudah goyah.
b. Tulang
Pada lansia dapat ditemukan kehilangan massa tulang baik tulang trabekular maupun
kortikal, kehilangan kandungan kalsium tubuh, serta perlambatan remodeling
(penyembuhan) tulang. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya resiko
osteoporosis dan fraktur.
c. Sendi
Perubahan fisiologi yang terjadi pada sendi lansia adalah terganggunya matriks
kartilago dan modifikasi protoglikan dan glikosaminoglikan.
3. Sistem Persarafan
a. Saraf Pusat
Pada lansia akan terjadi penurunan massa otak dan aliran darah otak. Selain itu akan
terjadi penurunan densitas koneksi dendritik, mielin dan total lipid otak, serta reseptor
glukokortikoid hipokampal yang disebabkan oleh kematian akson, dendrit, dan badan
sel saraf. Juga dapat terjadi proliferasi astrosit serta perubahan neurotransmitter.
b. Saraf Perifer
Penuaan menyebabkan hilangnya neuron motor spinal, penurunan ukuran serat yang
termielinasi, serta penurunan heterogenitas selaput akson mielin sehingga
menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik. Misalnya
meningkatnya sensasi getar (tremor), berkurangnya sensitivitas termal, dan
berkurangnya amplitudo aksi potensial saraf sensorik. Adanya perubahan tersebut
berpengaruh pada keadaan postural dan kemampuan lansia menjaga keseimbangan
tubuhnya.

4. Sistem Kardiovaskular
Pada lansia secara fisiologis, sel pacu jantung di nodus SA dan pengisian ventrikel kiri
berkurang mengakibatkan penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi, dan isi
sekuncup. Selain itu terjadi penurunan cadangan jantung dan kemampuan untuk
meningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya pada keadaan latihan. Pada pembuluh
darah lansia terjadi penebalan lapisan subendotel dan fragmentasi elastin pada tunika
media yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik.

5. Sistem Endokrinologi
Pada lansia toleransi glukosa terganggu seperti peningkatan gula darah puasa dan gula
darah postprandial, peningkatan serum insulin, peningkatan HbA1C, serta penurunan
IGF-1 . Selain itu juga terjadi penurunan produksi hormon tiroid dan tingkat bersihan
metabolik tiroid. Pada wanita terjadi penurunan hormon estrogen pasca menopause yang
dapat menimbulkan osteoporosis. Sedangkan pada pria terjadi penurunan hormon
testosteron bebas atau yang bioavailable.
6. Sistem respirasi
Pada lansia elastisitas paru menurun , kekakuan dinding dada meningkat, dan kekuatan
otot dada menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya rasio ventilasi-perfusi sehingga PaO2
menurun. Pada sistem respirasi juga terjadi penurunan efektifitas silia dan refleks batuk
yang dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut pada saluran
nafas bawah. Perubahan fisiologis lain yang terjadi adalah peningkatan volume residual,
peningkatan diameter trakea, penurunan massa jaringan paru, ekspansi toraks, dan
penurunan respons ventilasi akibat hiperkapnia.

7. Sistem Hematologik
Pertumbuhan sel darah secara kualitatif tidak berubah pada proses penuaan, tetapi
sumsum tulang secara nyata mengandung lebih sedikit sel hemopotik dengan respon
terhadap stimuli buatan sedikit menurun. Akibatnya respon regenerative terhadap
kehilangan darah menurun dibandingkan pada usia muda, sehingga sering ditemukan
anemia pada lansia.

8. Sistem Imun
Diantaranya adalah berkurangnya imunitas yang dimediasi sel, penurunan produksi
antibodi sedangkan autoantibodi meningkat, berkurangnya produksi sel B oleh sumsum
tulang, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, terganggunya fungsi makrofag, atrofi
timus, dan peningkatan IL-6 dalam sirkulasi.

9. Sistem Urogenital
Pada lansia secara fisiologis terjadi pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
dan peningkatan volume residual urin. Pada fungsi genital terjadi penurunan intensitas
orgasme pria dan wanita. Pada pria juga terjadi pemanjangan waktu refrakter ereksi dan
penurunan sekresi prostat di urin.

10. Organ Ginjal


Pada lansia ginjal mengalami perubahan, diantaranya adalah penebalan kapsula Bowman
dan gangguan permeabilitas terhadap solute yang akan difiltrasi, penurunan jumlah
nefron, dan tampak atrofi. Pada keadan istirahat fungsi ginjal tidak tampak menurun,
tetapi saat terjadi stress fisik, ginjal tidak mampu mengatasi peningkatan kebutuhan
sehingga mudah terjadi gagal ginjal. Perlu diingat bahwa pada lansia kreatinin tidak dapat
menggambarkan keadaan fungsi ginjal karena jumlah protein tubuh dalam massa otot
sudah menurun.

11. Sistem Gastrointestinal


Pada lansia terjadi beberapa perubahan dalam sistem gastrointestinal, diantaranya adalah
penurunan ukuran dan aliran darah hati, penurunan massa pankreas, penurunaan
kontraksi kolon, dan penurunan absorpsi kalsium. Selain itu juga proses clearance obat
oleh hati dan respon terhadap cedera mukosa lambung terganggu.

B. Perubahan kondisi mental


Dari segi mental dan emosional, pada lansia sering muncul perasaan pesimis, perasaan tidak
aman, dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini dapat menyebabkan
lansia mengalami depresi.

C. Perubahan psikososial
Perubahan ini sangat begaram tergantung kepribadian individu yang bersangkutan. Misalnya
pada lansia pensiunan mengalami kehilangan financial, status, teman, dan pekerjaan.
Kemudian lansia akan mengalami perubahan cara hidup dan konsep diri akibat kehilangan
jabatan dan kekuatan .

D. Perubahan kognitif
Diantaranya adalah penurunan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di
otak yang mengakibatkan kehilangan memori/informasi, berkurangnya kemampuan
mengakumulasi informasi baru. Sehingga kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih
baik dibandingkan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
E. Perubahan spiritual
Pada lansia, agama dan kepercayaannya semakin terintegrasi dalam kehidupannya

Anda mungkin juga menyukai