Susi
Susi
B DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : REUMATOID
ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBANDE
Oleh:
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah Yang Maha Esa yang telah
memberi segala rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir yang berjudul :” Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal : Reumatoid Artritis di Puskesmas Sibande. Dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir asuhan keperawatan ini penulis telah banyak
mendapat bantuan, motivasi, dukungan dan bimbingan yang berharga dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi RPL D-III
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
5. Yunida Turisna Simanjuntak, selaku Penanggung Jawab Program Studi
RPL D-III Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
6. Frida L. Saragih, S.Pd, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran
kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
Dengan rendah hati, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Laporan Tugas Akhir
ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Halaman
LEMBAR SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................. 4
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................. 4
1.3 Manfaat ..................................................................................... 5
1.3.1 Akademis ......................................................................... 5
1.3.2 Secara Praktis .................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas,
maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal : Reumatoid Artritis di Puskesmas Sibande Tahun 2018?
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. B
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Reumatoid Artritis
di Puskesmas Sibande Tahun 2018.
b. Untuk melakukan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. B Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
Reumatoid Artritis di Puskesmas Sibande Tahun 2018.
c. Untuk melakukan rencana keperawatan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. B Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
Reumatoid Artritis di Puskesmas Sibande Tahun 2018.
d. Untuk melakukan tindakan keperawatan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. B Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
Reumatoid Artritis di Puskesmas Sibande Tahun 2018.
e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. B Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal :
D. Epidemiologi
Prevalensi reumatoid artritis secara global pada tahun 2010 adalah 0,24%,
menunjukkan tidak adanya perubahan bermakna sejak tahun 1990.
Disability-adjusted life year (DALY) meningkat dari 3,3 juta pada tahun
1990 menjadi 4,8 juta pada tahun 2010, baik karena pertumbuhan populasi
dan meningkatnya usia harapan hidup.[10] Meta-estimasi prevalensi
reumatoid artritis pada negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah :
Asia Tenggara = 0,4%
Timur Tengah = 0,37%
Eropa = 0,62%
America = 1,25%
Pasifik Barat = 0,42%
Angka kejadian reumatoid artritis epidemiologi di Indonesia pada penduduk
dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%, sedangkan prevalensi
pada anak dan remaja ditemukan satu per 100.000 orang. [13] Prevalensi
reumatoid artritis lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok
umur, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade keempat dan
kelima.
E. Patofisiologi
Pada Rheumatoid Artritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis meghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Nasrullah, 2016).
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
komplek imun yang menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan
elemen paling destruktif dalam patogenesis Rheumatoid Artritis. Pannus
merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas, mikrovaskuler
dan berbagai jenis sel radang, pannus akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya adalah menghilangnya permukaan
sendi yang mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut
elastisitas otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Selain itu juga
akan timbul rasa nyeri, pembengkakan, panas, erittema, dan gangguan
fungsi pada sendi akibat proses inflamasi Brunner &Suddarth (2011,
Aspiani, 2014).
F. Manifestasi Klinis
Gejala awal Rheumatoid Artritis meliputi kelelahan, nyeri sendi dan
kekauan. Gejala lainnya yang mungkin dirasakan seperti flu, dengan
perasaan sakit, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan (Suiraoka, 2012).
Gejala-gejala Rheumatoid Artritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Peradangan bersifat simetris, muncul di kedua sisi
tubuh secara berkelanjutan, seperti pergelangan tangan, lutut atau tangan,
ketika peradangan jaringan surut atau mereda, penyakitnya tidak aktif
(Akmal, dkk, 2011)
Gejala Rheumatoid Artritis bervariasi pada setiap orang. Rheumatoid
Artritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung
selama minimal 6 minggu, yaitu (Suiraoka, 2012) :
a. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit
di pagi hari
b. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
c. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan. Sendi
yang mengalami pembengkakan sendi tangan. Sendi yang mengalami
pembengkakan dan nyeri biasanya terasa hangat dan lembek bila
disentuh. Rasa sakit biasanya terjadi pada kedua sendi sisi kanan dan
kiri (simetris) tetapi mungkin tingkat keparahannya berbeda, tergantung
sisi mana yang lebih sering digunakan
d. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang
sendi pergelangan tangan.
e. Penumpukan cairan. Cairan dapat terakumulasi terutama di pergelangan
kaki. Pada beberapa kasus, kantung sendi belakang lutut kaki
mengakumulasi cairan dan membentuk apa yang dikenal sebagai kista
baker
Yang di kemukaan oleh Purwoastuti (2011) gejala utama Rheumatoid
Artritis biasa terjadi pada otot dan tulang termasuk di dalamnya sendi dan
otot. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-
hari terhambat. Faktor resiko penyebab Rheumatoid Artritis dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor usia dan jenis kelamin serta
genetik. Semakin bertambah usia, semakin tinggi resiko untuk terkena
Rheumatoid Artritis. Wanita lebih rawan terkena Rheumatoid Artritis
dibandingkan pria (Mardiono,2013).
Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis
dengan nyeri yang di sebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah
aktivitas dan hilang setelah istirahat serta timbul pada pagi hari merupakan
tanda nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada
pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat
pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas (Aspiani, 2014).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia
dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita.
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan
pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)
atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada
penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid,
inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan
antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.
Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna
mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2011). Pemeriksaan
sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau
perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2011).
H. Penatalaksanaan
G. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
3. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
4. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
5. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan
harga diri klien.
I. Evaluasi
Pasien dengan rematoid atritis mengembangkan penyempitan ruang dan
erosi tulang, yang paling baik diamati pada radiografi pada tangan dan kaki.
Ini mungkin sudah ada saat pertama kali dilihat oleh seorang Dokter namun
lebih sering terlihat dari waktu ke waktu dengan sinivitis yang berlanjut
selama beberapa bulan penyakit pertama.
Rematoid Atritis menunjukkan variasi eksprisi klinis yang ditandai dengan
pasien individual. Perbedaan ini mungkin terlihat pada jumlah dan pola
keterlibatan sendi apakah penyakit ekstraartikul menonjol. Variasi juga
terlihat dalam perjalanan aktivitas penyakit dan kecepatan kerusakan
structural pada persendian.
BAB III
METODE PENELITIAN
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : laki- laki
Umur : sudah menikah
Status perkawinan : 42 tahun
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : jl. Sibande
Golongan Darah :O
Tanggal pengkajian : Mei 2018
Diagnosa medis : Mei 2018
1. KELUHAN UTAMA:
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Reumatoid Artritis
1. Provocative/palliative1
1. Apa penyebabnya : dengan inflamasi ringan hanya
beberapa sendi dan sedikit kerusakan struktural, atau sedikit progresif, dengan
sendi multipel yang mengalami inflamasi dan deformitas nyata
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Istirahat yang cukup, Latihan
fisik, pengobatan.
2. Quantity/Qualita
1. Bagaimana dirasakan : nyeri dan kaku pada sendi
2. Bagaimana dilihat : kebas, dan kesemutan pada kaki
dan tangan , kulit mengkilat, tegang.
3. Region
1. Dimana lokasinya : pada nodul subcutan pada daerah
tonjolan tulang didaerah ekstensor.
2. Apakah menyebar : inflamasi dari kapsul sekitar
sendi (sinovium) sekunder pembengkakan (hiperplasia) sel sinovial, cairan
sinovial berlebih, dan pengembangan jaringan fibrosa (pannus) di sinovium.
4. Severty
biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang
melapisi sendi.
5. Time: terus meningkat setelah 60 tahun
Tn. B mengatakan dapat bersosialisasi dengan orang sekitar yang lainnya. Status
emosi Tn. B stabil dan kooperatif saat diajak bicara.
B. Konsep diri:
- Gambaran diri : mampu menerima setiap perubahan tubuhnya
- Ideal diri :Mampu menempatkan diri sesuai dengan normal
dan aturan yang berlaku
- Harga diri : pasien merasa dirinya disayangi dan memiliki
harga diri tinggi
- Peran diri : Sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya
harus menyayangi keluarganya
- Identitas : Merasa positif mengenai hidup dan makna
kehidupannya
9. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran : sadar penuh
o Bingung / Orientasi -
o Sedasi -
o Supor -
- Penampilan
o Rapi
o Tidak rapi -
o Pengguanaan pakaian tidak sesuai -
- Pembicaraan : normal
o Cepat -
o Keras -
o Gagap-
o Inkoheren-
o Apatis -
o Lambat -
o Membisu-
o Tidak mampu memulai pembicaran -
- Afek
o Daar -
o Tumpul-
o Labil -
o Tidak sesuai -
- Persepsi : normal
o Pendengaran -
o Penglihatan -
o Perabaan -
o Pengecapan -
o Penghirupan -
- Waham :
o Agama -
o Somatik -
o Kebesaran -
o Curiga -
o Nihilstik -
o Sisip pikir-
o Siap pikir -
o Kontrol piker-
- Memori
o Gangguan daya ingat jangka panjang -
o Gangguan daya ingat jangka pendek -
o Gangguan daya saat ini-
o Konfabulasi.-
- Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : baik
Bau :-
Warna : hitam
- Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : kering
- Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor, mata kanan tampak sering berair, pergerakan
bola mata simetris
- Hidung
Hidung tampak simetris, tidak tampak ada cairan berlebih
- Telinga
Bentuk telinga : normal
Ukuran telinga : normal
Lubang telinga : normal
Ketajaman pendengaran : baik
- Leher
Posisi trachea :Normal
Thyroid :Normal
Suara :Normal
Kelenjar limfa :Normal
Vena jugularis : JVP 5-2 CmH2O
Denyut nadi karotis :Normal
- Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : Bersih
- Pemeriksaan Paru
Inspeksi getaran suara : paru mengembang dengan baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara nafas ronkhi
- Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus tidak terlihat
Palpasi : Ictus tidak teraba
Perkusi : batas jantung noemal
Auskultasi : BJ I - II reguler
- Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Bentuk simetris
Auskultasi : bising usus 15-30 x/i
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, hepar) : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi (suara abdomen) : timpani
- Refleks:
Bisep :Normal
Trisep :Normal
Brachioradialis :Normal
Patelar :Normal
Tenson Achiles :Normal
Plantar :Normal
11. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum
Waktu pemeberian cairan / minum : saat makan dan saat merasa haus
4. Pola eliminasi
- BAB
Pola BAB :1 kali sehari
Karakter feses : cair kuning kecoklatan
Riwayat perdarahan : tidak ada
BAB terakhir : tidak ada
Diare : cair
Penggunaan laktasif : tidak ada
- BAK
Pola BAK : normal
Karakter urine :kuning kepekatan
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : nyeri
Penggunaan diuretic : tidak ada
5. Mekanisme koping
- Adaptif
bicara dengan orang lain :baik
mampu menyelesikan masalah :ya
teknik relaksasi : mampu melakukan tarik nafas
aktivitas kontruksi
olahraga : tidak teratur
- Maladatif
Minum alkohol :-
Reaksi lambat / berlebihan :-
Bekerja berlebihan :-
Menghindar :-
Mencederai diri :-
BAB V
A. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu (Nursalam, 2011). Sesuai dengan teori yang
dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian pada Tn.B serta keluarga
dengan menggunakan metode pengkajian keluarga, wawancara dan
pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan.
System pendukung keluarga jika anggota keluarga sakit dan perlu biaya yang
dirasakan berat maka keluarga biasanya meminta bantuan kepada keluarga
lainnya, tetanggadekat sering membantu. Ayah dan ibu memberikan perhatian
kepada anak-anak dan saling memperhatikan satu dengan yang lainnya.
Riwayat keluarga initi pada Tn.B sebagai kepala keluarga. Tidak mempunyai
masalah dengan istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak
mempunyai penyakit menurun dan penyakit menular (TBC, kusta). Namun
Tn.B memiliki kebiasaan merokok. Pada saat pengkajian TD 120/80 mmhg.
Tn. B menderita rematoid atritis mengeruh nyeri di bagian persendian dan
terjadi saat pagi atau di saat cuaca dingin. RR : 22x/menit Selama ini berobat
di RS secara teratur (surjana 2011) resiko penularan tinggi dilingkungan
polusi dan lingkungan perokok, tinggal di hunian padat atau lingkungan yang
tidak sehat.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Tn.B di dapatkan sesak napas,
konjungtiva anemis, kulit terlihat merah, terlihat lemah dan lesu dan pasien
mengeluh panas. Dari hasil sistem musculoskeletal biasanya terlihat lemah
dan cepat lelah, kemudian sitem integumen biasanya kulit tampak pucat,
turgor kulit menurun, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan
(Wahid & Suprapto, 2013).
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber,
serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar,
tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang
bekerja (Friedman, 2010).
4. Implementasi
5. Evaluasi
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan keluarga pada
Tn.B dengan rematoid atritis di wilayah puskesmas sibande, penulisan ini
kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada hasil pengkajian di dapat kecemasan data dari kasus yang
diangkat dengan teori yang sudah ada. Di mana keluarga mengeluh
anggota keluarganya yang sedang mengalami batuk, pilek, demam di
sertai dengan adanya nyeri di bagian persendian namun ada perbedaan
pada riwayat ketika lahir dan tata lingkungan keluarga seperti
lingkungan rumah dan kebiasaaan keluarga dalam kesehariannya.
Hasil pemeriksaan fisik diperoleh pasien terlihat sesak, konjungtiva
anemis, kulit terlihat pucat terlihat lemah litih lesu.
2. Diangnosa keperawatan yang mungkin muncul hanya 5 pada diagnose
utama yang muncul berdasarkan prioritas utama adalah nyeri.
2. Saran
1. Bagi pemimpin puskesmas sibande
Memulai pimpinan puskesmas bande diharapkan dapat
memberikan motivasi dan bimbingan kepada keluarga agar dapat
memberikan asuhan keperawatan keluarga secara obtimal kepada
keluarga dan lebih meningkatkan mutu pelayanan di komunitas
atau dilapangan.
2. Bagi keluarga Tn.B
Keluarga beresiko untuk terjadi kambuhnya penyakit pada Tn.B
sehingga perlu diharapkan upaya pencegahan serta pengendalian
secara rutin dari keluarga. Upaya pencegahan dapat dilakukan
seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih merencanakan
implementasi yang di rencanakan seperti tugas khusus keluarga
keetempat dan kelima yaitu modifikasi lingkungan dan
pemanfaaatan pelayanan kesehatan dengan baik dan tepat agar
dapat sebagai acuan serta pembanding terhadap asuhan
keperawatan yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA