Bab
Bab
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya perawat
berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang kesehatan, barang
siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
DAFTAR PUSTAKA
http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian obat, petugas
harus mengetahui yang berhubungan dengan peraturan dan prosedur dalam pemberian obat
karena hampir semua kejadian error dalam pemberian obat terkait dengan peraturan dan
prosedur. Petugas harus mengetahui informasi tentang setiap obat sebelum diberikan kepada
pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan. Melaksanakan pemberian obat secara benar dan
sesuai instruksi
dokter, mendokumentasikan dengan benar dan memonitor efek dari obat merupakan
tanggung jawab dari semua petugas yang terlibat dalam pemberian obat. Jika obat tidak
diberikan seperti yang seharusnya maka kejadian medication errors dapat terjadi. Kejadian
medication errors yang memberi efek serius ataupun tidak harus dilaporkan (WHO, 2012) .
Prinsip 6 benar merupakan salah satu cara untuk meminimalkan terjadinya kejadian
medication errors. Menurut World Health Organization (2005) mengatakan manajemen
penggunaan obat berdasarkan prinsip pemberian obat 6 benar yaitu: benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu pemberian dan benar dokumentasi. Bila
terjadi ketidaksesuaian atau medication errors dalam penatalaksanaan obat, petugas
kesehatan yang mengetahui dapat segera melaporkan kepada penanggung jawabnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk klien tertentu. Dalam
kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan. Perawat harus mengitung setiap dosis secara akurat, dengan
mempertimbangkan variable berikut: tersediannya obat dan dosis obat yang diresepkan
(diminta). Dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, seperti
3mg/kg/hari.
Perintah tetap
Dapat berarti perintah yang terus menerus atau Digoksin 0,2 mg PO q.d
dapat diberikan dalam dosis atau hari dalam
jumlah tertentu. Dapat mencakup perintah Colace 100 mg PO q.d, PRN
PRN.
Deskripsi
Obat-obat disimpan dalam unit dan diberikan Obat-obat dikemas dalam dosis untuk 24
kepada semua klien dari tempat obat yang jam oleh apotik.
sama.
Keuntungan
Kesalahan obat lebih sering dengan banyaknya Telambat dalam menerima obat. Tidak
orang “ menuang “. dapat segera diganti jika terkontaminasi.
Metode obat stok dan metode dosis unit adalah dua metode yang paling sering dipakai
untuk distribusi. Tabel 3-2 menjelaskan metode-metode ini berikut keuntunga dan
kerugiannya masing-masing.
Dalam metode dosis unit obat-obat secara terpisah dibungkus dan dilabel untuk dosis
tunggal. Metode dosis unit ini popular dipakai dalam banyak institusi. Dengan memakai dosis
unit maka tidak lagi terjadi kesalahan dosis obat.
Hitung dosis obat dengan benar. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawat pertama yang
memberikan obat tertentu kepada seorang klien harus menghitung dosis dan
membubuhkan tanda tangan pada kolom tanda tangan perawat jika parameter
keamanan telah ditentukan.
Lihat buku PDR, American Hospital Formulary, atau buku referensi obat lainnya
untuk batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d.( 2 kali sehari ), t.i.d. ( 3 kali
sehari ), q.i.d. ( 4 kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma
dapat dipertimbangkan. Jika obat mempunyai waktu paruh ( t ½ ) yang panjang, diberikan
sekali hari. Obat-obat dalam waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan, dan yang lainnya diberikan
pada saat makan atau bersama makanan.
Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan setengah jam
sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan, seperti tetrasiklin, sebelum
makan.
Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut (
mukosa lambung) bersama-sama dengan makanan.
Adalah tanggung jawab perawat untuk mememriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti doskopi , tes darah puasa,
merupakan kontraindikasi pemberian obat.
Periksa tanggal kadaluwarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau
kembalikan ke apotek (tergantung peraturan).
Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama (mis. Setiap 8 jam
daripada t.i.d) sepanjang 24 jam untuk menjaga kadar darah terapeutik.
Rute yang benar perlu untuk absorbs yang tepat dan memadai. Rute yang lebih serig
dari absorbs adalah oral (melalui mulut) ; cairan, suspense, pil, tablet, atau kapsul ; sublingual
(dibawah lidah untuk absorbsi vena) ; bukal (antara gusi dan pipi) ; topikal (pada kulit) ;
inhalasi (semprot aerosol) ; instilasi (pada hidung, mata, telinga, rectum, atau vagiana) ; dan
empat rute parenteral : intradermal, subkutan, intramuscular, dan intravena
Implikasi dalam perawatan termasuk :
Nilai kemampuan klien untuk menelan sebelum memberikan obat-obat per
oral
Perguanakn teknik aseptik sewaktu memberikan obat. Teknik steril
dibutuhkan dalam rute parenteral.
Berikan obat-obat pada tempat yang sesuai.
Tetaplah bersama klien sampai obat-obat oral telah ditelan
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk
mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Ini melipti nama obat,
dosis, rute (tempat suntikan jika perlu) , waktu dan tanggal, dan inisial atau tanda tangan
perawat. Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat, seperti
narkotik, analgesik nonnarkotik, sedative, anti emetik bagaimana efektifitasnya dalam
menghilangkan nyeri? dan atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti
iritasi gastrointestinal atau tanda-tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat
mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobaatan atau perawat lain memberikan obat itu
kembali karena iya berfifkir obat belum diberikan.
Untuk membantu pencatatan pemberian obat yang tepat dan pada waktunya, banyak
fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.