Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN ASPEK LEGAL


Adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung jawab legal yang terkait dengan praktik
keperawatan merupakan hal yang penting bagi perawat.

2.2. DASAR HUKUM KEPERAWATAN


a. Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN 2001
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
Pasal 32 (ayat 4) : “Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : “ Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Sedangkan (ayat 2) : “tenaga kesehatan
dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien.

Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya perawat
berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17

Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang kesehatan, barang
siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
DAFTAR PUSTAKA

http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.

Pengertian pemberian obat


Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam
keamanan obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan pasien
2.2 Standar obat
Obat yang di gunakan sebaikny a memenuhi berbagai standar persyaratan obat,di
antaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya,tidak
ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-
standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.

Priharjo, Robert. (1995), Teknik Dasar Pemberian Obat


Bagi Perawat, Jakarta, EGC.

pentingnya obat dalam keperawatan


Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada
pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman
dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat
menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat
harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat
dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas
perawat yang paling penting.
Selain itu juga peran perawat sangat berperan penting dikarenakan perawatlah yang
bertanggung jawab terhadap pemberian obat secara langsung kepada pasien. Oleh sebab itu
dalam pemberian obat oleh perawat sering menggunakan konsep enam benar.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika melaksanakan


pemberian

obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian obat, petugas
harus mengetahui yang berhubungan dengan peraturan dan prosedur dalam pemberian obat
karena hampir semua kejadian error dalam pemberian obat terkait dengan peraturan dan
prosedur. Petugas harus mengetahui informasi tentang setiap obat sebelum diberikan kepada
pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan. Melaksanakan pemberian obat secara benar dan
sesuai instruksi

dokter, mendokumentasikan dengan benar dan memonitor efek dari obat merupakan
tanggung jawab dari semua petugas yang terlibat dalam pemberian obat. Jika obat tidak
diberikan seperti yang seharusnya maka kejadian medication errors dapat terjadi. Kejadian
medication errors yang memberi efek serius ataupun tidak harus dilaporkan (WHO, 2012) .

Prinsip 6 benar merupakan salah satu cara untuk meminimalkan terjadinya kejadian
medication errors. Menurut World Health Organization (2005) mengatakan manajemen
penggunaan obat berdasarkan prinsip pemberian obat 6 benar yaitu: benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu pemberian dan benar dokumentasi. Bila
terjadi ketidaksesuaian atau medication errors dalam penatalaksanaan obat, petugas
kesehatan yang mengetahui dapat segera melaporkan kepada penanggung jawabnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pemberian obat ?


2. Bagaimana aspek legal ?
3. Bagaimana prinsip enam benar ?
4. Bagaimana hak klien untuk menolak pengobatan
C. Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian pemberian obat


2. Dapat mengetahui aspek legal
3. Dapat mengetahui prinsip enam benar
4. Dapat mengetahui hak klien untuk menolak pengobatan

Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk klien tertentu. Dalam
kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan. Perawat harus mengitung setiap dosis secara akurat, dengan
mempertimbangkan variable berikut: tersediannya obat dan dosis obat yang diresepkan
(diminta). Dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, seperti
3mg/kg/hari.

TABEL 3-1 KATEGORI PERINTAH PEMBERIAN OBAT

KETERANGAN KATEGORI CONTOH

Perintah tetap

Dapat berarti perintah yang terus menerus atau Digoksin 0,2 mg PO q.d
dapat diberikan dalam dosis atau hari dalam
jumlah tertentu. Dapat mencakup perintah Colace 100 mg PO q.d, PRN
PRN.

Perintah satu kali atau tunggal

Diberikan sekali dan biasanya pada waktu


tertentu.
Versed 2 mg IM pada pukul 7 pagi
Perintah PRN

Diberikan atas perintah klien dari penilaian


perawat dengan mempertimbangkan kebutuhan
dari keamanan.
Tylenol 650 mg setiap 3 -4 jam PRN
untuk sakit kepala.
Perintah segera

Diberikan sekali, segera

Morfin sulfat 2 mg IV stat

TABEL 3 -2 METODE DISTRIBUSI OBAT

STOK DOSIS UNIT

Deskripsi

Obat-obat disimpan dalam unit dan diberikan Obat-obat dikemas dalam dosis untuk 24
kepada semua klien dari tempat obat yang jam oleh apotik.
sama.

Keuntungan

Selalu tersedia, hemat biaya jika dalam jumlah


besar. Menghemat waktu perawat, tidak
diperlukan perhitungan dosis. Mudah
untuk penagihan rekening dalam dosis
tertentu.
Kerugian

Kesalahan obat lebih sering dengan banyaknya Telambat dalam menerima obat. Tidak
orang “ menuang “. dapat segera diganti jika terkontaminasi.

Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan


mengenai resiko dan proposi. Penghitungan dosis obat harus diperiksa ulang jika didapatkan
hasil sebagian dari dosis atau dosis dalam jumlah yang sangat besar.

Metode obat stok dan metode dosis unit adalah dua metode yang paling sering dipakai
untuk distribusi. Tabel 3-2 menjelaskan metode-metode ini berikut keuntunga dan
kerugiannya masing-masing.

Dalam metode dosis unit obat-obat secara terpisah dibungkus dan dilabel untuk dosis
tunggal. Metode dosis unit ini popular dipakai dalam banyak institusi. Dengan memakai dosis
unit maka tidak lagi terjadi kesalahan dosis obat.

Implikasi dalam perawatan termasuk :

 Hitung dosis obat dengan benar. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawat pertama yang
memberikan obat tertentu kepada seorang klien harus menghitung dosis dan
membubuhkan tanda tangan pada kolom tanda tangan perawat jika parameter
keamanan telah ditentukan.
 Lihat buku PDR, American Hospital Formulary, atau buku referensi obat lainnya
untuk batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d.( 2 kali sehari ), t.i.d. ( 3 kali
sehari ), q.i.d. ( 4 kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma
dapat dipertimbangkan. Jika obat mempunyai waktu paruh ( t ½ ) yang panjang, diberikan
sekali hari. Obat-obat dalam waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum makan, dan yang lainnya diberikan
pada saat makan atau bersama makanan.

Implikasi dalam perawatan termasuk :

 Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan setengah jam
sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
 Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan, seperti tetrasiklin, sebelum
makan.
 Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut (
mukosa lambung) bersama-sama dengan makanan.
 Adalah tanggung jawab perawat untuk mememriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti doskopi , tes darah puasa,
merupakan kontraindikasi pemberian obat.
 Periksa tanggal kadaluwarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau
kembalikan ke apotek (tergantung peraturan).
 Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama (mis. Setiap 8 jam
daripada t.i.d) sepanjang 24 jam untuk menjaga kadar darah terapeutik.

Rute yang benar perlu untuk absorbs yang tepat dan memadai. Rute yang lebih serig
dari absorbs adalah oral (melalui mulut) ; cairan, suspense, pil, tablet, atau kapsul ; sublingual
(dibawah lidah untuk absorbsi vena) ; bukal (antara gusi dan pipi) ; topikal (pada kulit) ;
inhalasi (semprot aerosol) ; instilasi (pada hidung, mata, telinga, rectum, atau vagiana) ; dan
empat rute parenteral : intradermal, subkutan, intramuscular, dan intravena
Implikasi dalam perawatan termasuk :
 Nilai kemampuan klien untuk menelan sebelum memberikan obat-obat per
oral
 Perguanakn teknik aseptik sewaktu memberikan obat. Teknik steril
dibutuhkan dalam rute parenteral.
 Berikan obat-obat pada tempat yang sesuai.
 Tetaplah bersama klien sampai obat-obat oral telah ditelan

Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk
mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Ini melipti nama obat,
dosis, rute (tempat suntikan jika perlu) , waktu dan tanggal, dan inisial atau tanda tangan
perawat. Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat, seperti
narkotik, analgesik nonnarkotik, sedative, anti emetik bagaimana efektifitasnya dalam
menghilangkan nyeri? dan atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti
iritasi gastrointestinal atau tanda-tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat
mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobaatan atau perawat lain memberikan obat itu
kembali karena iya berfifkir obat belum diberikan.

Untuk membantu pencatatan pemberian obat yang tepat dan pada waktunya, banyak
fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.

4. Hak-hak Klien Dalam Pemberian Obat

 Hak klien untuk mengetahui alas an pemberian obat


Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed consent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk
membuat suatu keputusan.
 Hak klien untuk menolak pengobatan
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan adalah tanggung jawab perawat
untuk menentukan, jika memungkinkan, alas an penolakan dan mengambil langkah-langkah
yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan
ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasi. Perawat yang bertanggung jawab, perawat
primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian ini dapat membahayakan
klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan
dalam hasil pemerisaan laboraturium seperti yang diperkirakan , seperti dalam pemberian
insulin dan warfarin (Coumadin

Anda mungkin juga menyukai