Anda di halaman 1dari 16

BEDAH JURNAL I

Paparan Sinar Matahari Mengurangi Resiko Miopia


pada Monyet Rhesus

Oleh:
AYU PUSPITASARI
PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KESEHATAN MATA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

BEDAH JURNAL I

Paparan Sinar Matahari Mengurangi Resiko Miopia


pada Monyet Rhesus

Oleh:
AYU PUSPITASARI

Dibacakan pada tanggal:


4 Februari 2016

dr. T. Budi Sulistya, Sp.M(K) dr. Nanda Wahyu Anandita, Sp.M(K)


NIP: 19590907 198603 1 029 NIP: 19770423 201001 2 009
Ketua Program Studi Pembimbing

ii
BEDAH JURNAL

1. Judul Makalah
 Menarik.
 Menggambarkan isi utama penelitian.
 Tidak ada singkatan.
 Pengarang dan institusi:
 Nama dan institusi pengarang  disebutkan.
 Nama dan email korespondensi  disebutkan, namun alamat
korenspondensi tidak disebutkan.
 Nama korespondensi hanya ada 1 nama  sesuai.

2. Abstrak
 Komponen
 Cara penulisan terstruktur dan mencakup komponen IMRAD
(Introduction, Method, Result and Discussion).
 Informatif.
 Terdapat singkatan, namun hanya merupakan penamaan kelompok dan
telah dijelaskan.

 Jumlah kata terdiri dari ± 248 kata  sesuai < 250 kata.
 Kata kunci  tidak disebutkan. Saran: Myopia, exposure sunlight,
artificial (indoor) lighting.
 Pendahuluan
 Tujuan disebutkan dengan jelas  sesuai.
 Tujuan sesuai dengan yang dicantumkan pada pendahuluan.

1
 Metode
 Desain penelitian tidak disebutkan.
 Saran  disebutkan (studi eksperimental)
 Subyek dan jumlah subyek disebutkan.
 Tempat penelitian tidak disebutkan. Saran  disebutkan.
 Waktu penelitian tidak disebutkan. Saran  disebutkan.
 Cara kerja tertulis singkat dan cukup jelas.
 Hasil
 Berisi kesimpulan dari hasil penelitian.
 Kesimpulan
 Berisi kesimpulan hasil penelitian.
 Menjawab tujuan dan isi penelitian.
3. Pendahuluan
 Terdiri dari 3 paragraf, namun isi paragraf ke-2 dan 3 terlalu panjang 
Idealnya terdiri dari 2 – 3 paragraf singkat, berisi besar masalah, elaborasi,
kesenjangan serta tujuan dan hipotesis penelitian.
 Besar masalah, elaborasi, kesenjangan, tujuan dan hipotesis penelitian 
disebutkan.
 Latar belakang yang sesuai dengan tujuan penelitian disampaikan secara
eksplisit dan menggambarkan isi penelitian secara garis besar.
 Didukung oleh pustaka yang relevan.
 Saran: paragraf ke-2 dan 3 dapat dibuat lebih singkat.
4. Metode
 Desain penelitian
 Disebutkan.
 Desain penelitian
 Studi eksperimental dengan hewan coba.
 Teknik alokasi sampel
 Randomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok AL (artificial
lighting) dan kelompok NL (natural lighting).
 Terdapat kelompok kontrol.
 Metode penyamaran: blinding (+)  pemeriksa disamarkan terhadap
kelompok perlakuan.
 Concealment: (+)  pemeriksa disamarkan terhadap temuan masing –
masing.

2
 Tempat dan waktu penelitian
 Tempat penelitian disebutkan, yaitu: Laboratorium Kedokteran hewan
Zhongshan Ophthalmic Center Sun Yet-sen University.
 Waktu penelitian tidak disebutkan. Saran  disebutkan.
 Subyek penelitian
 Kriteria inklusi disebutkan.
Kriteria inklusi:
1. Monyet Rhesus sehat (Macaca mulatta) (Landao Bio, Guangdong,
China. Guangdong Landau Bioteknologi Co Ltd, yang memenuhi
syarat perkembangbiakan dan penjualan monyet Rhesus untuk
tujuan penelitian).
2. Usia 20-30 hari.
 Kriteria eksklusi tidak disebutkan. Saran  disebutkan.
Saran kriteria eksklusi:
1. Terdapat alergi pada obat – obatan yang digunakan pada
penelitian.
2. Menderita infeksi mata dalam perjalanan penelitian.
 Sampel
 Jumlah sampel disebutkan.
 Total sampel : 16 monyet Rhesus sehat (Macaca mulatta), 8 dari
mereka diperoleh pada usia 20 – 30 hari dan dipelihara sampai usia
± 3 tahun sebagai kelompok perlakuan (Unilateral hyperopic-
defocus), sedangkan 8 sisanya berusia 3 tahun yang dipelihara
sejak lahir dengan penglihatan bebas sebagai kelompok kontrol
 Kelompok perlakuan dibagi secara acak menjadi 2 kelompok (n = 4
monyet pada setiap kelompok), yaitu: kelompok AL (artificial light)
dan NL (natural light).
 Perhitungan besar sampel tidak disebutkan. Pemilihan rumus besar
sampel yang sesuai menurut literatur adalah rumus Federer, yaitu:
(t-1) (n-1) ≥ 15
Keterangan:
t : jumlah kelompok uji
n : besar sampel per kelompok

Perhitungan : (2-1) (n-1) ≥ 15


n≥8

3
Besar sampel ideal menurut hitungan rumus Federer di atas adalah 8
ekor monyet Rhesus atau lebih. Dengan demikian jumlah monyet
Rhesus semua kelompok uji secara keseluruhan adalah 16 ekor.
 Alat dan bahan
 Alat pengukuran disebutkan.
Alat pengukuran:
 Streak retinoskopi dan hand-held trial lens.
 Handheld videotopographer (Vista; EyeSys, Houston, TX).
 A-scan ultrasonografi (AXIS-II; Quantel Medis Inc, Clermont-
Ferrand, France).
 Alat dan bahan yang digunakan pada subyek penelitian disebutkan.
Alat:
 Kandang monyet.
 Helm kacamata lensa S-3.0D pada mata kanan dan lensa plano
pada mata kiri (dibuat oleh Dr Earl L. Smith 3rd - College of
Optometry, University of Houston, Houston, TX).
 Lampu neon/fluorescein (YZ28RR16, 28W, color temperature =
6500K).
 Fotometer (1332A, TES, Taiwan, China).
Bahan:
 Tetes mata tropikamid 0,5%.
 Tetes mata tobramycin 0,3% .
 Tetes mata oxybuprocaine hidroklorida 0,4%.
 Ketamin hidroklorida.
 Acepromazine maleat.
 Cara kerja
 Cara kerja penelitian, termasuk cara pemeliharaan terhadap hewan
yang digunakan dalam penelitian disebutkan dengan jelas.
Cara kerja:

 Percobaan A
 8 bayi monyet dipakaikan helm khusus (kacamata lensa S-3.0D
pada mata kanan dan lensa plano pada mata kiri) untuk
anisometropia hiperopia, pada usia sekitar 20-30 hari.

4
 Kemudian dibagi menjadi dua kelompok secara acak (n = 4 monyet
dalam setiap kelompok), yaitu:
 Kelompok AL (artificial lighting) yang diperlakukan di bawah
lampu neon/fluorescein di dalam ruangan.
 Kelompok NL (natural lighting) yang terpapar cahaya alami di
luar ruangan alami selama 3 jam (pukul 11:00 – 14:00) setiap
hari, selama 190 hari dan tinggal di pengaturan indoor yang
sama dengan monyet AL selama istirahat dari fase terang.
 Percobaan B
 Semua helm dilepaskan setelah pengukuran biometri terakhir pada
percobaan A (usia 215 ± 3 hari) dan monyet kembali dengan
penglihatan bebas (tanpa perlakuan monocular hyperopic-defocus)
dan dipelihara di ruang laboratorium yang sama (tanpa paparan
cahaya outdoor) sampai berusia ± 3 tahun (1185 ± 3 hari usia).
 Kelompok kontrol terdiri dari 8 monyet usia 3 tahun yang dipelihara
sejak lahir dengan penglihatan bebas, di bawah pencahayaan
dalam ruangan standar.
 Pengukuran refraksi okular, kelengkungan kornea, dan dimensi
axial dilakukan sebelum menggunakan lensa (usia 23 ± 3 hari),
setiap bulan selama perlakuan monocular hyperopic-defocus, dan
pada usia pubertas (usia 1185 ± 3 hari).
 Pemeriksaan dilakukan dibawah anastesi dengan kombinasi
ketamin hidroklorida + acepromazine maleat (10 mg/kg + 0,2 mg/kg,
intramuskular).
 Teknik pemeriksaan cukup mudah.
 Metode pengukuran disebutkan.
Metode pengukuran:
 Status refraksi didapatkan dari hasil retinoskopi yang dilakukan oleh
2 optometrist berpengalaman menggunakan streak retinoskopi dan
hand-held trial lens, setelah aplikasi topikal dari 3 tetes tropikamid
0,5% untuk siklopegia.
 Kelengkungan kornea dinilai menggunakan handheld
videotopographer.

5
 Dimensi aksial diukur dengan A-scan ultrasonografi; transduser 11-
MHz kontak langsung dengan kornea, setelah anestesi topikal
dengan satu tetes oxybuprocaine hidroklorida 0,4%.
 Observer
 Observer adalah optometrist yang berpengalaman.
 Nama dan jumlah observer disebutkan.
 Peran masing- masing observer tidak disebutkan.
 Definisi operasional
 Tidak disebutkan secara jelas.
 Variabel penelitian
 Disebutkan.
 Variabel bebas: perlakuan dengan pencahayaan alami (sinar matahari)
dan pencahayaan buatan.
 Variabel tergantung: kelainan refraksi, vitreous chamber depth, kekuatan
kornea.
 Ethical clearance
 Penggunaan hewan telah disetujui oleh Komite Etika Percobaan Hewan
dari Sun Yat-sen University pada 30 Juni 2010 (S1 File, Nomor Izin:
2010-019) dan sesuai dengan Pernyataan Arvo untuk penggunaan
hewan di Ophthalmic and Vision Research.
 Semua pemeriksaan dilakukan di bawah anastesi kombinasi ketamin
hidroklorida + acepromazine maleat, dan semua upaya dilakukan untuk
meminimalkan penderitaan.
 Tidak ada monyet yang dikorbankan selama penelitian.
5. Analisis data dan uji statistik
 Disebutkan.
 Uji statistik:
Percobaan A
 Uji Mann-Whitney U: membandingkan median refraksi dan vitreous
chamber depth antar kedua kelompok pada awal perlakuan lensa
(monocular hyperopic-defocus).
 Linear Mixed Model: membandingkan perubahan longitudinal
kelainan refraksi dan vitreous chamber depth pada kedua
kelompok.

6
 Independent-sample t-test: membandingkan perbedaan interokular
antara kelompok NL dan kelompok AL pada awal dan akhir periode
perlakuan lensa (monocular hyperopic-defocus).
Percobaan B
 Paired-sample t-test: menilai perbedaan interocular.
 One-way ANOVA: menganalisis kesimpulan interokular dari
pengukuran parameter okular antara tiga kelompok.
 Post hoc multiple comparison: menguji adanya perbedaan signifikan
selanjutnya antar masing - masing kelompok.
 Korelasi pearson: menguji hubungan antara status refraksi dan
vitreous chamber depth.
 Prinsip analisis: tidak disebutkan. Namun subyek yang diteliti adalah
subyek yang mengikuti protokol penelitian secara penuh (sesuai dengan
metode analisis perprotokol).
 Software yang digunakan: SPSS 11.0, IBM, NY, USA.
 Signifikansi statistik diatur pada p<0,05 (p value signifikan bila kurang
dari 0,05).
6. Hasil
 Penyajian hasil penelitian:
 Tabel (+)  jumlah tabel 2
 Penulisan tabel dilakukan dengan tepat.
 Keterangan tabel cukup informatif (disertai keterangan).
 Narasi (+)
 Narasi cukup informatif.
 Hasil penelitian dijelaskan.
 Gambar (+)  jumlah 5
 Cukup informatif.
 Interpretasi Hasil penelitian
 Nilai p dikatakan bermakna jika nilai p pada uji statistik < 0.05.
Percobaan A
 Perubahan kelainan refraksi selama periode perlakuan monocular
hyperopic-defocus (hari ke 0 – 190) ditemukan perbedaan yang
signifikan, dimana kelompok NL lebih hiperopia dibandingkan AL
(p=0.032).

7
 Perpanjangan vitreous chamber depth antar kedua kelompok selama
perlakuan hyperopia-defocus sesuai dengan perubahan refraksi yang
diakibatkan, namun secara statistik tidak berbeda signifikan dengan nilai
p=0.074.
 Analisis baseline data
 Pada awal perlakuan monocular hyperopic-defocus (hari ke-0)
didapatkan data yang mirip/tidak ada perbedaan signifikan antar
kedua kelompok (AL dan NL) pada masing – masing parameter
okular. Secara statistik dibuktikan dengan nilai p>0.05 (kelompok
NL vs AL: anisometropia, p=0,356; vitreous chamber depth,
p=0,903; kekuatan kornea, p=0,672).
 Analisis hasil penelitian akhir perlakuan monocular hyperopic-defocus
(hari ke-190)
 Kelainan refraksi: didapatkan AL lebih berkembang menjadi
anisometropia miopia dibandingkan kelompok NL, namun secara
statistik ini tidak signifikan karena nilai p=0.646. Hal ini mungkin
dikarenakan jumlah sampel pada penelitian ini kecil.
 Perubahan pada vitreous chamber depth: didapatan perubahan
yang lebih besar pada kelompok AL dibandingkan yang ada pada
kelompok NL. Namun secara statistik perbedaan ini tidak
signifikan karena nilai p=0.083. Hal ini mungkin juga dikarenakan
jumlah sampel yang kecil.
 Kekuatan kornea: perbedaan tidak signifikan antara kedua
kelompok (p=0.197).
Percobaan B
 Analisis terhadap baseline data kelompok kontrol OD vs OS
 Status refraksi, p=0.654; vitreous chamber depth, p=0.788;
kekuatan kornea, p=0.850 (nilai p dikatakan bermakna jika nilai p
pada uji statistik <0.05, sehingga interpretasi secara statistik hasil
penelitian di atas adalah tidak bermakna/tidak berbeda signifikan).
 Kesimpulan: baseline data kelompok kontrol seimbang.
 Analisis hasil penelitian di usia 3 tahun (akhir percobaan B)
 Status refraksi:
 AL lebih anisometropia miopia dibandingkan NL, dan
secara statistik didapatkan p=0.002 (signifikan).

8
 AL lebih anisometropia miopia dibandingkan kontrol, dan
secara statistik didapatkan p<0.0001 (signifikan).
 NL vs kontrol didapatkan hasil tidak berbeda signifikan
secara statistik (p=0.884).
 Vitreous chamber depth:
 Perbedaan interokular vitreous chamber depth antar
kelompok signifikan secara statistik (p<0.001).
 AL lebih besar perbedaan interokular vitreous chamber
depth-nya dibandingkan NL (p=0.004  signifikan).
 AL lebih besar perbedaan interokular vitreous chamber
depth-nya dibandingkan kontrol (p<0.001  signifikan).
 NL vs kontrol didapatkan hasil tidak berbeda signifikan
secara statistik (p=0.178).
 Analisis hubungan antara kelainan refraksi dengan vitreous chamber
depth
 Anisometropia miopia berhubungan signifikan dengan
peningkatan pada vitreous chamber depth di semua kelompok
(p<0.0001).
 Efek samping (-).
7. Diskusi
 Semua pembahasan relevan dengan tujuan penelitian.
 Beberapa penelitian sebelumnya disebutkan dan hasilnya sebagian besar
sesuai jika dibandingkan dengan penelitian ini. Namun beberapa penelitian
sebelumnya juga ada yang memberikan hasil yang bertentangan.
 Keterbatasan penelitian disebutkan.
Keterbatasan penelitian:
 Ukuran sampel kecil
 Rincian parameter pencahayaan kurang detail.
 Teori mekanisme paparan sinar matahari dalam mencegah
perkembangan miopia masih kurang.
 Kekuatan penelitian ini tidak disebutkan pada diskusi.
 Kesimpulan penelitian relevan dengan tujuan penelitian.
 Generalisasi dan kemampulaksanaan aplikasi klinis.
Pada paragraf terakhir diskusi, peneliti ingin menyampaikan bahwa hasil
penelitian tampaknya dapat digeneralisasikan pada anak usia dini hingga

9
usia sekolah. Walaupun peneliti tidak secara eksplisit menyebutkan sejauh
mana generalisasi dapat dilakukan. Sebagai aplikasi klinisnya, peneliti ingin
menyampaikan bahwa hasil penelitian mungkin dapat diaplikasikan secara
klinis dan mampu memberikan manfaat pada anak usia dini hingga usia
sekolah.
 Saran penelitian disebutkan.
Saran penelitian selanjutnya:
 Penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar dan lebih detail
dalam parameter pencahayaan dasar.
8. Kepustakaan
 Didukung oleh 59 kepustakaan.
 Disusun menurut nomor ururt pemunculan dalam teks.
 Jumlah kepustakaan dibawah 5 tahun terakhir adalah 23 kepustakaan
(38,9%) tidak up to date.
 Semua kepustakaan sudah dicantumkan dalam naskah.
 Disusun dengan sistem vancouver.
9. Telaah Jurnal
 Validitas
Validitas interna non kausal
No. Kriteria Telaah Jurnal

1. Validitas Seleksi
 Subyek  Kriteria inklusi disebutkan.
penelitian  Kriteria eksklusi tidak disebutkan.
 Jumlah subyek penelitian: 16
 Concealment Dilakukan
 Alokasi random Randomisasi
 Drop out Tidak ada
 Jenis analisis Tidak disebutkan  analisis perprotokol
Kesimpulan Validitas seleksi cukup baik.
2. Validitas Informasi
 Blinding Dilakukan
 Mutu Informasi observer
pengukuran  Observer adalah optometrist berpengalaman.
 Nama dan jumlah observer disebutkan.

10
 Peran observer tidak disebutkan.
Informasi mutu pengukuran
 Alat ukur disebutkan.
 Merk alat ukur disebutkan.
 Metode pengukuran disebutkan.
 Komponen yang diukur disebutkan dengan jelas.
Kesimpulan Validitas informasi cukup baik.
3. Validitas Pengontrol Cara mengontrol bias:
Perancu  Kriteria inklusi disebutkan.
 Alokasi subyek: randomisasi
 Baseline data seimbang. Pada pengujian
statistik yang menilai baseline data tidak
didapatkan perbedaan antar kelompok.
Kesimpulan Validitas pengontrol perancu cukup baik.
4. Validitas Analisis  Analisa data sesuai dengan variabel yang
diteliti.
 Interpretasi hasil sesuai dengan metode
statistik yang dipilih.
 Interpretasi hasil secara statistik (nilai p)
disebutkan.
Kesimpulan Validitas analisis cukup baik.

Validitas interna kausal

No. Kriteria Telaah Jurnal

1. Temporality Terpenuhi.
Hubungan temporality adalah hubungan sebab-
akibat yang terjadi bila penyebab mendahului akibat.
Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
variabel bebas (paparan sinar matahari) yang
menimbulkan efek pada variabel tergantung yaitu
hambatan pada perkembangan miopia.
2. Kekuatan hubungan Kurang terpenuhi
Karena tidak disebutkan nilai effect size yang
diharapkan dalam penelitian ini.

11
3. Konsistensi Cukup terpenuhi (kesamaan hasil penelitian dengan
sebagian besar penelitian lain yang telah dilakukan
sebelumnya).
4. Biological Belum cukup terpenuhi
plausibility Karena penjelasan logis tentang mekanisme
bagaimana paparan sinar matahari dapat mencegah
perkembangan miopia masih kurang.
Kesimpulan Validitas interna kausa kurang cukup terpenuhi.

Validitas eksterna

No. Kriteria Telaah Jurnal

1. Validitas eksterna I  Besar sampel: 16 (participation rate: 100%).


(populasi  Populasi terjangkau: Monyet Rhesus sehat
terjangkau) (Macaca mulatta) (Landao Bio, Guangdong,
China. Guangdong Landau Biotechnologi Co
Ltd) usia 20-30 hari yang dipelihara sampai
usia 3 tahun (usia 3 tahun monyet dianggap
setara dengan 12 tahun usia manusia).
2. Validitas eksterna II  Populasi target: Monyet Rhesus sehat (Macaca
(populasi target) mulatta) usia 20-30 hari yang mendapat
perlakuan unilateral hyperopic-defocus
induced-myopia selama 190 hari, kemudian
dipelihara sampai usia 3 tahun (usia 3 tahun
monyet dianggap setara dengan 12 tahun usia
manusia).
 Hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada
populasi target (validitas eksterna II): baik.
Kesimpulan Validitas eksterna I dan validitas eksterna II baik.

 Reability

No. Kriteria Telaah Jurnal

1. Variabilitas observer  Observer adalah optometrist berpengalaman.


 Nama dan jumlah observer disebutkan.

12
 Peran observer tidak disebutkan.
 Bias interobserver tidak diketahui
2. Variabilitas subyek  Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria
inklusi (kriteria inklusi disebutkan).
 Alokasi sampel dilakukan secara randomisasi.
3. Variabilitas  Alat ukur disebutkan.
instrumen  Merk alat ukur disebutkan.
 Metode pengukuran disebutkan.
 Komponen yang diukur disebutkan dengan jelas.
 Bias interdevice (-)
Kesimpulan Reabilitas cukup baik

 Applicabiity

 Pada paragraf terakhir diskusi peneliti ingin menyampaikan bahwa hasil


penelitian tampaknya mungkin dapat digeneralisasikan pada anak usia
dini hingga usia sekolah. Walaupun peneliti tidak secara eksplisit
menyebutkan sejauh mana generalisasi dapat dilakukan.
 Alur penelitian cukup jelas.
 Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan penelitan
selanjutnya dengan skala yang lebih besar dan lebih detail dalam
parameter percahayaan dasar.
 Hasil penelitian mungkin dapat diaplikasikan secara klinis dan mampu
memberikan manfaat pada anak usia dini hingga usia sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sopiyudin. Membaca dan Menelaah Jurnal Uji Klinis Seri


EvidenceBased Medicine 6. Salemba Medika. 2010.
2. Straus E Sharon, et al. Evidence Based Medicine “How to practice and
teach EBM” third edition. Elsevier Churchill Livingstone. 2005.
3. Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar – dasar Metodologi Penelitian
Klinis, edisi 2. Sagung Seto. 2002.

14

Anda mungkin juga menyukai