Anda di halaman 1dari 42

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

1. Nomor Kode RS
Diisi sesuai dengan kode rumah sakit yang diperoleh dari registrasi rumah sakit
pada Kementerian Kesehatan RI.
2. Tanggal Registrasi
Diisi tanggal yang tercantum dalam sertifikasi registrasi.
3. Nama Rumah Sakit
Diisi sesuai dengan nama rumah sakit saat ini, dengan menggunakan Huruf
Kapital.
4. Jenis Rumah Sakit
Diisi sesuai Keterangan Tabel 4 Jenis Rumah Sakit.
5. Kelas Rumah Sakit
Diisi sesuai Keterangan Tabel 5 Kelas Rumah Sakit. Untuk Rumah Sakit milik
Kemenkes / Pemprov / Pemkab / Pemkot / dll diisi A, B, C, D atau Tanpa Kelas.
Untuk Rumah Sakit milik TNI / Polri diisi 1, 2, 3, 4 atau Tanpa Kelas.
6. Nama Direktur RS
Diisi dengan jelas nama dan gelar Direktur Rumah Sakit yang bersangkutan.
7. Nama Penyelenggara RS
Diisi dengan nama penyelenggara rumah sakit.
8. Status Penyelenggara
Diisi sesuai dengan keterangan Tabel 6 Status Penyelenggara Rumah Sakit (Sesuai
dengan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 pasal 20-23).
9. Alamat / Lokasi RS
Diisi dengan alamat lengkap keberadaan rumah sakit meliputi nama jalan,
kab/kota, kode pos, no. telepon, no. fax, alamat email, no. telp bag.
Umum/Evapor, dan website rumah sakit.
10. Luas Rumah Sakit
Diisi dengan luas lahan yang dimiliki rumah sakit baik tanah maupun bangunan
dalam satuan meter persegi.
11. Surat Izin Operasional
Diisi dengan nomor surat, tanggal diterbitkan surat izin operasional, instansi yang
mengeluarkan surat izin operasional, sifat dan masa berlaku izin operasional
rumah sakit (batas habis tanggal berakhirnya izin operasional).
12. Surat Penetapan Kelas
Diisi dengan nomor surat, tanggal diterbitkan surat penetapan kelas, instansi yang
mengeluarkan surat penetapan kelas, sifat dan masa berlaku surat penetapan
kelas rumah sakit.

13. Akreditasi RS
Diisi sesuai keterangan Tabel 7 untuk pentahapan akreditasi rumah sakit dan
masa berlakunya (cara pengisian tanggal/bulan/tahun (DD/MM/YYYY)), status
akreditasi rumah sakit (penuh/ bersyarat/ gagal) dan tanggal akreditasi rumah
sakit.
14. Jumlah Tempat Tidur
Diisi dengan jumlah tempat tidur di masing-masing ruang Perinatologi, Kelas VVIP,
Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III.
15. Sebaran Tempat Tidur
Diisi jumlah tempat tidur di ruang ICU, PICU, NICU, ICCU, HCU, ruang isolasi,
ruang IGD (ruang observasi di IGD), ruang bersalin, ruang operasi, dan ruang
Perinatologi.
“Untuk ruang Perinatologi bila di rumah sakit masuk dalam ruang rawat inap maka
jumlah tempat tidur diisikan di baris 14.1 maupun 15.10.”
16. Ambulans
Diisi jumlah masing-masing item ambulans beserta kondisinya, bila tidak tersedia
jenis ambulans yang dimaksud diisi dengan angka 0.
17. SIM RS
Diisi dengan angka 1 bila terdapat SIM RS (walaupun hanya pada billing system
saja), angka 0 bila tidak terdapat SIM RS di rumah sakit.
18. Bank Darah / UTDRS
Diisi dengan angka 1 bila terdapat Bank darah/UTDRS , angka 0 bila tidak terdapat
Bank Darah / UTDRS di rumah sakit.
19. Layanan Unggulan / Peralatan Canggih
Diisi jenis layanan unggulan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan
pengembangan layanan di rumah sakit tetapi tidak termasuk dalam program wajib
rumah sakit (antara lain PONEK, TB DOTS, VCT, dll) dan peralatan canggih yang
dimiliki rumah sakit. Definisi Operasional Peralatan Canggih adalah alat
kesehatan dengan harga mahal yang memiliki kemampuan mendiagnosis dan
terapi serta keberadaannya masih jarang dimiliki oleh rumah sakit lain.
20. Tingkat Efektivitas Pengelolaan Rumah Sakit
Masing-masing item diisi kondisi pada tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2012,
2013, dan 2014.
20.1 Instalasi Gawat Darurat
Diisi jumlah penderita laki-laki dan perempuan yang berkunjung di IGD,
serta total kunjungan selama satu tahun yang bersangkutan.
20.2 Instalasi Rawat Jalan
Diisi jumlah pasien yang berkunjung di Instalasi Rawat Jalan selama satu
tahun yang bersangkutan meliputi pasien baru dan lama, laki-laki dan
perempuan, serta total kunjungan.
Pasien baru adalah pasien / pengunjung yang baru pertama kali datang di
rumah sakit dan dapat melakukan beberapa kunjungan di beberapa
poliklinik sebagai kunjungan baru dengan kasus baru. Setiap pasien baru
rumah sakit diberikan nomor rekam medik dengan menggunakan register
penomoran dan dibuatkan folder Rekam Medik. Nomor rekam medik
hanya diberikan satu kali seumur hidup.
Pasien Lama adalah pengunjung yang datang untuk kedua dan
seterusnya, yang datang ke poliklinik yang sama atau berbeda
sebagai kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan
kasus baru. Untuk pasien lama tidak mendapat Nomor Rekam Medik lagi.
20.3 Instalasi Rawat Inap
a. Jumlah TT
Yang dimaksud dengan jumlah TT adalah jumlah keseluruhan
tempat tidur yang tersedia pada ruang rawat inap (Perinatologi,
Kelas VVIP, Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III). Jumlah tempat tidur
ini bukan kapasitas tempat tidur. Jumlah tempat tidur tersebut
tidak termasuk tempat tidur yang digunakan untuk bersalin, tempat
pemulihan, kamar tindakan, untuk pemeriksaan unit rawat jalan
(umum, spesialisasi,dan subspesialisasi serta unit rawat jalan gigi dan
klinik unit gawat darurat).
b. Jumlah pasien masuk
Diisi sesuai dengan jumlah pasien masuk ruang rawat inap selama
satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan berdasarkan jenis
kelamin.
c. Jumlah pasien keluar hidup
Diisi sesuai dengan jumlah pasien keluar hidup (sembuh, dirujuk
atau pulang paksa) selama satu tahun yang bersangkutan yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
d. Jumlah pasien keluar mati
Diisi sesuai dengan jumlah pasien keluar mati selama satu tahun
yang bersangkutan yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Pasien
keluar mati sama dengan penjumlahan pasien mati < 48 jam dan pasien
mati ≥ 48 jam.
e. Jumlah pasien mati < 48 jam
Diisi sesuai dengan jumlah pasien mati kurang dari 48 jam dirawat
di rumah sakit selama satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin.
f. Jumlah pasien mati ≥ 48 jam
Diisi sesuai dengan jumlah pasien mati dalam atau lebih dari 48
jam dirawat di rumah sakit selama satu tahun yang bersangkutan yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
g. Jumlah lama dirawat
Diii sesuai dengan total lama dirawat dari pasien yang sudah
keluar rumah sakit (hidup maupun mati), selama satu tahun yang
bersangkutan. Lama dirawat (LD) menunjukkan berapa hari
lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu episode
perawatan. Cara menghitung LD yaitu dengan menghitung selisih
antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup maupun mati) dengan
tanggal masuk RS. Jadi untuk menghitung LD dibutuhkan data
tentang tanggal masuk dan keluar (baik keluar hidup maupun mati)
dari setiap pasien.
Contoh:
Pasien Tanggal Masuk Tanggal Keluar Lama Dirawat
A 10 Mei 15 Mei 15 – 10 = 5 hari
B 13 Mei 20 Mei 20 – 13 = 7 hari

h. Jumlah hari perawatan


Diisi sesuai dengan total hari rawat dari semua pasien yang dirawat
selama satu tahun. Hari perawatan (HP) menunjukkan banyaknya beban
merawat pasien dalam satu periode. Jadi satuan untuk HP adalah “hari-
pasien”. Cara menghitung HP berbeda dengan cara menghitung LD,
pada HP menghitung juga jumlah pasien sisa atau pasien awal, pasien
yang baru masuk baik dari luar RS ataupun pindahan dari ruang
lain dan keluar pada hari atau periode yang sama meskipun saat
dilakukan sensus pasien sudah tidak ada lagi (Cut of Point jam
00.00 atau tergantung dari kebijakan Rumah Sakit masing-masing).
Contoh pasien masuk tanggal 5 jam 21.00, pasien keluar tanggal 11
Jam 06.00. LD: 11-5= 6 hari. HP (sensus HP dilakukan pada tgl 11 Jam
13.00) maka HP: 7 hari. Meskipun sensus perhitungan dilakukan
pada pukul 13.00 disaat pasien sudah tidak ada di RS karena
sudah memasuki hari baru.
21. Tingkat Efesiensi dan Mutu Pengelolaan Rumah Sakit
Masing-masing item diisi kondisi pada tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2012,
2013, dan 2014 serta rata-rata (jumlah tiga tahun berturut-turut dibagi tiga).
Pengisian dengan angka tanpa menuliskan lagi satuan.

a. BOR RS (termasuk BOR perinatologi) (%)


Bed Occupancy Rate (BOR) RS yaitu prosentase pemakaian tempat tidur di
rumah sakit pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.
Adapun rumus BOR itu adalah :
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR =
Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu periode x 100%
Nilai parameter BOR yang ideal antara 60-85 %

b. TOI (hari)
Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Adapun rumus TOI itu adalah :
( Jumlah TT x Periode ) – Hari Perawatan
TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Idealnya tempat tidur kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari.

c. BTO (kali)
Bed Turn Over (BTO) yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
(biasanya dalam periode 1 tahun). Indikator ini memberikan tingkat
efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Adapun rumus BTO itu adalah :
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
BTO =
Jumlah Tempat Tidur
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

d. ALOS (hari)
Average Lenght on Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut.
Adapun rumus ALOS itu adalah :
Jumlah lama dirawat
ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.

e. GDR (‰)
Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar. Dihitung keseluruhan dan berdasarkan jenis kelamin.

Adapun rumus GDR itu adalah :


Jumlah pasien mati seluruhnya
GDR = x 1000‰
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah pasien laki-laki mati
GDR laki-laki = x 1000‰
Jumlah pasien laki-laki keluar (hidup + mati)
Jumlah pasien perempuan mati
GDR perempuan = x 1000‰
Jumlah pasien perempuan keluar (hidup + mati)
Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.

f. NDR (‰)
Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran
mutu pelayanan di rumah sakit. Dihitung keseluruhan dan berdasarkan
jenis kelamin.
Adapun rumus NDR itu adalah :
Jumlah pasien mati > 48 jam dirawat
NDR = x 1000‰
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah pasien laki-laki mati > 48 jam dirawat
NDR laki-laki = x 1000‰
Jumlah pasien laki-laki keluar (hidup + mati)
Jumlah pasien perempuan mati > 48 jam dirawat
NDR perempuan = x 1000‰
Jumlah pasien perempuan keluar (hidup + mati)

Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000
penderita keluar.
BAB III GAMBARAN KETENAGAAN RUMAH SAKIT

1. Gambaran Ketenagaan Rumah Sakit (........isi nama RS........), Kota/Kab


(……isi nama Kota/Kab……) Tahun …….
Data ketenagaan rumah sakit diisi berdasarkan jumlah dan status kepegawaian
tenaga medis dan tenaga non medis yang dimiliki rumah sakit baik fungsional
maupun struktural.
Tenaga tetap adalah tenaga yang bekerja di rumah sakit secara purna waktu dan
berstatus pegawai tetap.

2. Kebutuhan Tenaga di Rumah Sakit Tahun (n) dan Rencana Pemenuhan


Kebutuhan
Diisi sesuai dengan kebutuhan tenaga di rumah sakit dan rencana
pemenuhan kebutuhan pada tahun berikutnya beserta upaya yang akan
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.

3. Gambaran Pelatihan-Pelatihan Tenaga IGD, ICU dan OK


Diisi sesuai dengan pelatihan-pelatihan teknis yang telah diikuti tenaga medis
dan paramedis rumah sakit yang bertugas di ruang IGD, ICU dan OK, yang
menunjang kompetensi masing-masing profesi. Dikatakan pelatihan yaitu minimal
30 jp.

BAB IV KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT

1. Perkembangan Pertumbuhan Pendapatan (Sales Growth Rate)


Penilaian SGR untuk mengetahui tingkat pertumbuhan rumah sakit berdasar
kenaikan pendapatan rumah sakit.
Pendapatan tahun ini – pendapatan tahun sebelumnya
SGR = x 100 %
Pendapatan tahun sebelumnya
2. Laporan dan Perkembangan Cost Revovery
Peningkatan Cost Recovery Rate (CRR), yaitu nilai dalam persen yang
menunjukkan seberapa besar kemampuan Rumah Sakit menutup biayanya
(Cost) dibandingkan dengan penerimaan dari retribusi pasien ( Revenue). Secara
singkat CRR adalah perbandingan antara seluruh pendapatan dengan seluruh
biaya produksi. Proses ini menghasilkan seberapa besar subsidi diberikan kepada
pasien, baik pasien umum maupun pasien askes.
Total revenue
CRR Total = x 100 %
Total cost (termasuk gaji untuk mengakomodir RS swasta)

3. Rasio Keuangan
1. Current ratio (CR) yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar (Riyanto, 2001:332). Current
ratio dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah aktiva lancar
dengan hutang lancar. Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan
diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk
membayar. Sedangkan hutang lancar menggambarkan kewajiban yang harus
dibayar dan diasumsikan kewajiban yang benar-benar harus dibayar.

Aktiva lancar (Current Assest)


Current Ratio = x 100 %
Kewajiban Lancar (Current Liabilities)

2. Quick Ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rasio ini merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendek dengan asset yang dimiliki rumah sakit.
Kas + Bank + Piutang
Quick Ratio = x 100 %
Kewajiban Lancar (Current Liabilities)

3. Cash Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang
tersedia dan yang disimpan di Bank.
Kas + Bank
Cash Ratio = x 100 %
Kewajiban Lancar (Current Liabilities)

4. Return on Investment (ROI) merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas


yang mengukur suatu tingkat keuntungan rumah sakit dari jumlah investasi.
Dimana ROI merupakan presentasi penerimaan yang diterima dibarangkan
investasi yang ditanam.
Laba
ROI = x 100 %
Rata-rata Investasi
5. Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara hutang
lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.
Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang.
Total Hutang
DTA = x 100 %
Total Aktiva

6. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio antara hutang rumah sakit dengan
modal yang dimilikinya.
Total Hutang
DER = x 100 %
Ekuitas / Modal

4. Analisa Rasio Keuangan


Diisi penjelasan analisa trend (naik/turun/fluktuatif) dan kesimpulan
(baik/tidak baik) masing-masing rasio keuangan pada tiga tahun
terakhir.

5. Sumber Anggaran, Penggunaan dan Realisasi


Diisi sumber anggaran yang diperoleh rumah sakit pada tahun 2014 dari berbagai
sumber (APBD I, APBD II, APBN, DAK, DBHCHT, Lainnya), masing-masing meliputi
alokasi, penggunaan dan realisasi.
1. Alokasi merupakan anggaran yang diterima oleh rumah sakit (dalam bentuk
uang (rupiah)).
2. Penggunaan merupakan anggaran yang digunakan oleh rumah sakit (dalam
bentuk uang (rupiah)).
3. Realisasi merupakan prosentasi anggaran yang digunakan dibandingkan
dengan alokasi dana (%).
CATATAN
Pengisian bab IV wajib diisi oleh rumah sakit pemerintah/ BUMN/
TNI/ POLRI.

BAB V KINERJA PELAYANAN RUMAH SAKIT

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat


a. Trend Jumlah Kunjungan IGD
Diisi jumlah kunjungan IGD dalam satu tahun yang bersangkutan berdasarkan
cara pembayaran pasien (Umum, BPJS, Asuransi lainnya, Jamkesmasda, SPM)
pada tiga tahun berturut-turut (2012, 2013, 2014). BPJS diisikan pada tahun
2014, sedangkan Jamkesmasda, SPM, dan asuransi lainnya tetap diisi mulai
tahun 2012, yang masuk dalam kategori asuransi lainnya adalah asuransi yang
diselenggarakan oleh swasta sperti prudential, axa dll.
b. Jumlah Tenaga IGD dan Pengembangan SDM
Diisi sesuai dengan jumlah tenaga yang ada di Instalasi Gawat
Darurat sesuai jenis ketenagaannya dan jumlah tenaga IGD yang sudah
mendapatkan pelatihan kegawatdaruratan berdasarkan jenis ketenagaan.
Dicantumkan juga masa berlaku (bulan dan tahun berakhirnya) untuk sertifikat
kompetensi. Pelatihan penanggulangan kegawat daruratan adalah pelatihan
yang diselenggarakan oleh kalangan profesi atau Departemen Kesehatan
dengan memberikan sertifikat PPGD atau sejenisnya (ATLS, ACLS),dll.
Keterangan diisi dengan huruf V sesuai dengan kondisi keberadaan SDM di
Instalasi Gawat Darurat (on site / oncall).
Dokter spesialis : 4 besar + anestesi sesuai standar IGD (Kepmenkes 856/
Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit).
c. Sistem Komunikasi Kegawatdaruratan
Diisi jumlah alat komunikasi yang tersedia di rumah sakit baik radiomedik (dirinci
masing-masing yang tersedia di IGD dan ambulance), frekuensinya (untuk
radiomedik), nomor yang bisa dihubungi (untuk telepon), serta jumlah call
emergency (panggilan kegawatdaruratan) yang masuk melalui masing-masing
alat tersebut.
d. Sepuluh Besar Kasus/Penyakit Instalasi Gawat Darurat (True Emergency)
Diisi 10 (sepuluh) diagnose penyakit terbanyak yang pernah ditangani di IGD
diurutkan mulai yang terbesar, beserta kode ICD 10 dan jumlah kasus dari
masing-masing diagnosa penyakit tersebut dan dihitung persentase dari total
kasus yang ditangani di IGD.

2. Kegiatan Rujukan
a. Kegiatan Rujukan IGD
Diisi jumlah pasien yang ditangani di IGD berdasarkan jenis pelayanan yaitu
Bedah, Non Bedah, Kebidanan, Psikiatri dan Anak.
Total pasien rujukan diisi jumlah penderita yang datang ke IRD yang berasal
dari rujukan instasi kesehatan, petugas kesehatan, polisi, dan hukum.
Non Rujukan diisi penderita yang datang ke rumah sakit atas dasar kemauan
sendiri (keluarga).
Dirawat diisi jumlah penderita yang setelah diperiksa memerlukan perawatan
lebih lanjut di rumah sakit.
Dirujuk diisi jumlah penderita yang setelah diperiksa perlu dirujuk ke rumah
sakit lain yang lebih mampu menangani.
Pulang diisi jumlah banyaknya penderita yang boleh pulang setelah
ditangani di IGD.
Total kematian di IGD diisi jumlah penderita yang meninggal dunia di IGD baik
yang dibedakan kematian penderita yang belum ditangani / datang dalam
keadaan meninggal dunia dan kematian penderita yang sudah ditangani.

b. Kegiatan Rujukan
Kegiatan rujukan meliputi Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap.
Pasien
Pasien Rujukan dari Bawah adalah pasien yang diterima dari unit-unit yang
kurang mampu untuk mendapat pelayanan yang lebih baik pada unit tersebut dan
setelah selesai pengobatan dikirim kembali ke unit-unit yang mengirim. Diisi
sesuai dengan jumlah pasien yang diterima dari puskesmas, fasilitas
kesehatan lain, RS lain, dan jumlah pasien yang dirujuk kembali ke sarana
kesehatan yang mengirim untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan
perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.
Pasien Dirujuk ke Atas adalah pasien yang dikirim dari suatu unit kepada
unit yang lebih mampu untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut dan setelah
selesai pengobatan dikirim kembali kepada unit yang mengirim.
Pasien Rujukan diisi sesuai dengan jumlah pasien rumah sakit yang dirujuk
ke atas (ke RS lain yang lebih mampu menangani) yang sebelumnya berasal dari
fasilitas kesehatan lain.
Pasien Datang Sendiri diisi sesuai dengan jumlah pasien yang dirujuk ke atas
(ke RS lain yang lebih mampu menangani) dan pasien tersebut sebelumnya
datang sendiri atau tidak berasal dari rujukan fasilitas kesehatan lainnya.
Diterima Kembali diisi sesuai dengan jumlah pasien yang diterima kembali
setelah pasien tersebut dirujuk ke atas.
c. Rekapitulasi Sepuluh Besar Kasus Rujukan
Diisi sepuluh besar diagnosa kasus rujukan.

3. Pelayanan Rawat Jalan


a. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
Kunjungan Baru adalah pasien yang pertama kali datang ke salah satu
jenis pelayanan rawat jalan, pada tahun tersebut berdasarkan jenis kelamin.
Kunjungan Lama adalah kunjungan berikutnya dari suatu kunjungan baru,
pada tahun tersebut berdasarkan jenis kelamin.
Total kunjungan diisi jumlah kunjungan baru dan kunjungan lama.

b. Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan


Data sepuluh besar penyakit rawat jalan merupakan rekapitulasi dari
jumlah banyaknya kasus pada unit rawat jalan untuk satu tahun. Diisi
berdasarkan urutan 10 (sepuluh) kasus terbanyak. Kode ICD 10 diisi sesuai
dengan kode ICD 10 penyakit tersebut.

3. Pelayanan Rawat Inap


a. Kegiatan Rawat Inap
 Jumlah Pasien diisi jumlah pasien yang mendapat pelayanan rawat inap di
masing-masing jenis layanan di rumah sakit selama satu tahun.
 Pasien Keluar Hidup diisi sesuai dengan jumlah pasien keluar hidup (sembuh,
dirujuk, pulang paksa) setelah mendapat pelayanan rawat inap di rumah sakit
selama satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan jenis kelamin.
 Pasien Keluar Mati < 48 jam diisi sesuai dengan jumlah pasien mati
kurang dari 48 jam setelah mendapat pelayanan rawat inap di rumah sakit
selama satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan jenis kelamin.
 Pasien Keluar Mati ≥ 48 jam diisi sesuai dengan jumlah pasien mati dalam 48
jam dan lebih setelah mendapat pelayanan rawat inap di rumah sakit selama
satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan jenis kelamin.
 Jumlah Lama Dirawat diisi sesuai dengan total lama dirawat dari pasien yang
sudah keluar rumah sakit (hidup maupun mati) setelah mendapat pelayanan
rawat inap di rumah sakit selama satu tahun bersangkutan.
 Jumlah Hari Rawat diisi sesuai dengan total hari rawat dari semua pasien
yang mendapat pelayanan rawat inap di rumah sakit selama satu tahun yang
bersangkutan.
 Perincian Total Hari Rawat diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien
berdasarkan kelas (VVIP, VIP, Kelas I, kelas II, Kelas III) selama satu
tahun yang bersangkutan.
b. 10 Besar Penyakit Kegiatan Rawat Inap
c. Diagnosis Kematian Rawat Inap
Diisi sesuai dengan 10 besar jenis penyakit penyebab kematian itu di
Instalasi Rawat Inap.

4. Pelayanan Bedah
a. Jumlah Operasi
Diisi sesuai dengan kegiatan operasi yang dilakukan menurut golongan
operasi dan spesialisasi.
Untuk golongan operasi dibedakan menjadi 4 kategori yaitu operasi khusus,
operasi besar, operasi sedang, dan operasi kecil.

5. Pelayanan Persalinan, Perinatologi dan Neonatologi


a. Hasil Pelayanan Persalinan
Hasil pelayanan persalinan diisi berdasarkan jumlah kasus penderita dan jumlah
pasien meninggal sesuai dengan jenis pelayanan dan asal pasien.
Penderita rujukan adalah penderita yang diterima dari unit-unit yang
kurang mampu untuk mendapat pelayanan yang lebih baik di rumah sakit
tersebut dengan membawa surat rujukan dari unit yang merujuk pada saat
penderita tiba di rumah sakit.
Penderita datang sendiri adalah penderita yang datang sendiri ke rumah sakit
untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut dan bukan kiriman dari
unit lain.
Penderita dirujuk adalah penderita yang dikirim dari rumah sakit kepada unit
lain yang lebih mampu untuk mendapatkan pelayanan yang lebih sempurna.
Apabila diketahui tidak terdapat kasus kematian ibu, harap tabel tidak
dibiarkan kosong, namun diisi dengan angka 0.
b. Hasil Pelayanan Perinatologi dan Neonatologi
Hasil pelayanan perinatologi dan neonatologi diisi berdasarkan jumlah kasus
bayi dan jumlah bayi meninggal sesuai dengan jenis pelayanan dan asal bayi.
Jika bayi lahir dari ibu dengan kasus rujukan, maka bayi mengikuti kasus ibunya.
BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM PELAYANAN DI RS DAN
KEGIATAN LAIN

1. Analisa Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit


Diisi dengan jumlah dan persentase pencapaian indikator yang memenuhi SPM
di setiap jenis pelayanan serta hasil analisanya.
∑ Indikator yang memenuhi SPM
% Pencapaian: x 100%
∑ Indikator tiap pelayanan

2. Analisa Survey Kepuasan Pelanggan


Diisi persentase nilai masing-masing indikator dari setiap unit dan hasil rata-rata dari
tiap unit sesuai hasil penilaian survey kepuasan pelanggan di rumah sakit serta
hasil analisanya.

3. Analisa Program Penanggulangan Masalah Kesehatan Masyarakat di RS


dalam mendukung Percepatan MDGs
a. Tuberkulosis
1. Kasus TB Rawat Jalan
Diisi jumlah penderita TB berdasarkan tingkatan golongan umur yang
menjalani pengobatan rawat jalan di rumah sakit pada tiga tahun berturut-
turut (2012, 2013, 2014).
2. Kasus TB Rawat Jalan berdasarkan jenisnya
Diisi dengan jumlah penderita TB yang menjalani pengobatan rawat jalan di
rumah sakit pada tiga tahun berturut-turut (2012, 2013, 2014) berdasarkan
jenis TB berikut:
 TB Paru BTA (+) dengan/tanpa biakan kuman TB
Definisi Operasional:
a. sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya BTA positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 TB Paru Lainnya
Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
 TB Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang dan persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
3. Kasus TB Rawat Inap
Diisi jumlah penderita TB berdasarkan tingkatan golongan umur yang
menjalani pengobatan rawat inap di rumah sakit pada tiga tahun berturut-
turut (2012, 2013, 2014).
4. Kasus TB Rawat Inap berdasarkan Jenisnya.
Diisi dengan jumlah penderita TB yang menjalani pengobatan rawat inap di
rumah sakit pada tiga tahun berturut-turut (2012, 2013, 2014) berdasarkan
jenis TB seperti pada TB Rawat Jalan.
5. Penemuan Pasien TB
Diisi jumlah penemuan pasien TB pada tahun 2014 berdasarkan jenis kelamin
dan golongan umur.
 Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
 BTA positif
a. sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya BTA positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 BTA Negatif / Ro Positif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. TB
paru BTA negatif harus meliputi:
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
 Extra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang dan persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.
 Kambuh adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
 Defaulter adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
 Gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
 Kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang.

b. HIV
1. Hasil Kegiatan Klinik VCT dan CST
Diisi jumlah pasien yang dilayani di klinik VCT dan CST berdasarkan golongan
umur dengan status HIV (-), HIV (+), dan yang mendapat pengobatan ARV.
VCT merupakan proses konseling pra testing, konseling post testing, dan
testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih
dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling pra testing
memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat testing, pengambilan
keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV yang akan
dihadapi. Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti &
menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan.
CST merupakan perawatan dukungan dan pengobatan untuk ODHA.
(orang dengan HIV AIDS). Pelayanan CST disesuaikan dengan kebutuhan
klien atau ODHA yaitu kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial.
2. Penderita HIV/AIDS rawat inap berdasarkan golongan umur
Diisi jumlah penderita HIV/AIDS yang menjalani pengobatan rawat inap di
rumah sakit berdasarkan golongan umur.

c. Penurunan AKI dan AKB


1. Kematian Maternal
Kematian Maternal merupakan kematian wanita yang terjadi selama
masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa
melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor
kebetulan).
Jumlah Kematian Ibu diisi berdasarkan masa kematian ibu terjadi, yaitu pada
ibu hamil, ibu bersalin di rumah sakit, dan ibu nifas.
Jumlah kematian Ibu hamil dan Ibu bersalin di rumah sakit dibedakan
menjadi dua yaitu rujukan dan datang sendiri. Rujukan berarti Ibu
berasal dari dari unit-unit yang kurang mampu untuk mendapat pelayanan
yang lebih baik. Datang sendiri berarti Ibu datang ke rumah sakit untuk
mendapatkan pelayanan dan bukan kiriman dari unit lain.
Jumlah Kematian Ibu Nifas dibedakan menjadi dua yaitu persalinan di rumah
sakit lain dan persalinan di rumah sakit. Jumlah kematian Ibu persalinan di
rumah sakit lain berarti Jumlah kematian Ibu yang telah mengalami persalinan
di rumah sakit lain, namun dirujuk ke RS Saudara akibat kondisi yang
kurang baik dan meninggal. Sedangkan jumlah kematian Ibu persalinan
di Rumah Sakit berarti kematian yang terjadi pada ibu pasca persalinan
dan bersalin di rumah sakit Saudara.
Kematian ibu dapat terjadi di berbagai instalasi yang ada di rumah sakit
seperti UGD, rawat inap, kamar operasi,kamar bersalin,ICU dll sehingga
diharapkan dapat diperoleh data yang valid terkait kematian ibu.
2. Sebab Kematian Ibu
Diisi jumlah ibu meninggal sesuai dengan sebab kematian, baik pada ibu
hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas.
3. Kematian Ibu Karena Persalinan
Diisi jumlah kematian ibu pada masing-masing Tribulan kehamilannya.
Indikator diisi sesuai dengan perhitungan jumlah kematian ibu karena
perdarahan, pre eklampsia, sepsis dibagi dengan jumlah persalinan
dengan pendarahan, pre eklampsia, dan sepsis.
d. Kegiatan Dalam Rangka Mendukung MDGs 4, 5, dan 6
1. MDGs 4
Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah suatu kegiatan untuk menelusuri
sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud
mencegah kematian dan kesakitan di masa yang akan datang.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS adalah buku pedoman bagi rumah
sakit rujukan yang dibuat oleh WHO tahun 2009. Buku Saku tersebut berisi
pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit mengenai pelayanan:
1. Triase & Kondisi Gawat Darurat (Pediatri Gawat Darurat)
2. Pendekatan diagnosis pada anak sakit
3. Masalah-masalah bayi baru Lahir dan Bayi Muda
4. Batuk atau kesulitan bernapas.
5. Diare
6. Demam
7. Gizi Buruk
8. Anak dengan HIV/AIDS
9. Masalah bedah yang sering dijumpai
10. Perawatan penunjang
11. Memantau kemajuan anak
12. Konseling dan pemulangan dari rumah sakit.
Rumah Sakit memenuhi kecukupan obat dan alat sesuai pedoman pada
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS.
Rumah Sakit memiliki dokter spesialis anak minimal 1 orang di satu wilayah
kerja tertentu dalam kurun waktu 1 tahun.
Sistem Rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan.
Perinatologi set (Infant incubator, Baby puff, Bubble CPAP, transport
incubator, alat resusitasi, KMC set, Infant warmer, Ventilator Neonatus) yang
siap pakai. Target : minimal 1 set

2. MDGs 5
Pelaksanaan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) Rumah Sakit serta kondisi sarana dan peralatan Rumah Sakit PONEK
diisi sesuai dengan kondisi RS (sesuai standar/tidak sesuai standar/tidak
ada). Kondisi sarana dan peralatan rumah sakit PONEK berdasarkan
pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit. Jika kondisi tidak
memenuhi standar sebutkan sarana/peralatan yang tidak memenuhi standar.
PONEK adalah upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir
secara terpadu dan komprehensif di Rumah Sakit. Rumah Sakit PONEK 24
jam adalah Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan
maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam. Rumah
Sakit yang melaksanakan PONEK sesuai standar adalah rumah sakit yang
melaksanakan PONEK sesuai Pedoman Penyelenggaraan PONEK 24 Jam di
Rumah Sakit.
Kriteria sebagai RS PONEK dengan pelayanan maternal dan neonatal
selama 24 jam, sesuai dengan standar dari Departemen Kesehatan RI adalah
sebagai berikut :
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi
baik secara umum maupun emergency obstetrik –neonatal.
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di
rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan
neonatus.
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan
pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
d. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik
dan neonatal.
e. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
f. Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, dikamar
bersalin kurang dari 30 menit pelayanan darah kurang dari1 jam.
g. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan
operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
h. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit.
i. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan
tugas sewaktu-waktu,meskipun on call.
j. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
k. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
l. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK,
seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam,recovery room 24
jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap tersedia.
m. Perlengkapan
1. Semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak,
cairan dll)
2. Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
3. Semua perlengakapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar
atau tidak stabil)
4. Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
5. Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
6. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
7. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan
steker menempel kokoh)
n. Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit ini.
Jumlah Kunjungan Pembinaan TIM PONEK RS ke PKM PONED diisi sesuai
dengan jumlah kunjungan pembinaan dr. SPOG/SPA ke puskesmas dalam satu
tahun.
Jumlah Kunjungan Pembinaan TIM PONEK RS sekitarnya diisi sesuai
dengan jumlah kunjungan pembinaan dr. SPOG/SPA ke klinik/RS sekitarnya
dalam satu tahun
Jumlah Audit Maternal Perinatal (AMP) dalam satu tahun termasuk
surveilans kematian ibu (serangkaian kegiatan penelusuran dan analisis
secara sistematis sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan
neonatal guna mencegah kesakitan atau kematian ibu di masa yang akan
datang.
Rumah sakit memiliki SK Tim PONEK RS yang ditandatangani
Direktur RS.

3. MDGs 6
 Tim KT (Konseling dan Test) terdiri dari konselor, petugas laboratorium.
Tenaga konselor dapat berlatar belakang dokter, psikolog, profesional
kesehatan masyarakat, perawat, bidan atau pekerja sosial.
 Pelatihan IMS yaitu pelatihan untuk petugas kesehatan agar dapat
melakukan penanganan IMS berdasarkan standar pelayanan
ditempatnya berada, sehingga dapat membantu strategi kontrol terhadap
infeksi menular seksual (IMS) dan juga HIV/AIDS. Termasuk dalam tim
IMS adalah dokter, perawat/bidan, petugas laboratorium dan petugas
pencatatan dan pelaporan.
 Layanan PTRM adalah layanan yang mampu memberikan metadon sebagai
substitusi opioid dan melakukan pengawasan bagi pasien.
 Prevention Mother To Child Transmition (PMTCT) adalah upaya pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak yang bertujuan untuk menyelamatkan
ibu dan bayi dari infeksi HIV.
 Tim CST merupakan tim Petugas yang dilatih untuk melakukan pengobatan
ARVyang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam/dokter umum, perawat,
Manajer Kasus, petugas farmasi serta petugas pencatatan dan pelaporan.
dilatih untukmelakukan pengobatan ARV
 Pemeriksaan CD4 merupakan pemeriksaan laboratorium terkait HIV&AIDS
dengan melakukan pemeriksaan kelainan sistem imun.
 Pemeriksaan viral load merupakan pemeriksaan laboratorium terakit
HIV&AIDS dengan mendeteksi seberapa aktif virus HIV.
 Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan rujukan untukODHA sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan
 Rumah Sakit melaksanakan pelayanan TB sesuai strategi DOTS. TIM DOTS
terlatih yaitu tim yang terdiri dari dokter, perawat dan petugas lab di
Rumah Sakit yang telah dilatih untuk melaksanakan Pengendalian TB
dengan strategi DOTS
 Rumah Sakit yang melaksanakan Pengendalian infeksi airborne dalam
implementasi DOTS adalah Rumah Sakit yang melaksanakan minimal
salah satu pilar dari 4 pilar pengendalian infeksi airborne dalam
implementasi DOTS.
 Sarana yang dapat memberikan pelayanan TB dengan strategi DOTS
adalah rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan TB (ruang
rawat inap TB, rawat jalan khusus TB, lab dengan sarana
pemeriksaan BTA, dan pelayanan OAT)
 Laboratorium RS memiliki mikroskop dan bahan laboratorium yang
sesuai standar (reagen, pot sputum, slide, box slide) untuk
pemeriksaan sputum yang berfungsi dengan baik.
 Rumah Sakit memiliki bahan laboratorium (reagensia Zn) sesuai dengan
fungsinya dalam jumlah yang cukup untuk 3 bulan ke depan.
 Ruang isolasi untuk TB HIV yaitu ruangan rawat inap khusus yang
disediakan untuk pasien TB HIV di Rumah Sakit yang mempunyai kaidah
pencegahan dan pengendalian infeksi TB
 Ruang isolasi untuk MDR TB yaitu ruangan rawat inap khusus yang
disediakan untuk pasien TB-MDR di Rumah Sakit yang mempunyai kaidah
pencegahan dan pengendalian infeksi TB
 OAT adalah paduan obat yang disediakan dalam bentuk paket. Satu
(1) paket untuk satu (1) orang dalam 1 masa pengobatan (intensif = 2
bulan, lanjutan = 4 bulan)
 Media KIE TB yaitu media seperti poster, leaflet, brosur dan lembar
balik yang dapat digunakan promosi kesehatan tentang TB untuk
meningkatkan penemuan kasus TB
 Pertemuan jejaring internal adalah pertemuan koordinasi antara seluruh
layanan yang terkait dengan TB di RS, sedangkan pertemuan jejaring
eksternal adalah pertemuan koordinasi antara RS dengan Dinas
Kesehatan setempat yang melibatkan seluruh fasyankes DOTS di suatu
wilayah
 Tenaga laboratorium yang dilatih adalah tenaga laboratorium di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PPM dan PRM) yang dilatih dan
melaksanakan Quality Assurance (QA) laboratorium.

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

1. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Instalasi Gawat Darurat


1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
a. Definisi Operasional
Life saving adalah upaya penyelamatan jiwa manusia dengan urutan
Airway, Breath, Circulation
b. Numerator
Jumlah kumulatif pasien yang mendapat pertolongan life saving di
Instalasi Gawat Darurat
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang datang ke Gawat Darurat yang membutuhkan
pelayanan life saving.
d. Standar : 100%

2. Jam buka pelayanan gawat darurat


a. Definisi Operasional
Jam buka 24 jam adalah Gawat Darurat selalu siap memberikan pelayanan
selama 24 jam penuh.
b. Numerator
Jumlah kumulatif jam buka gawat darurat dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah hari dalam satu bulan
d. Standar : 24 jam

3. Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat yang masih berlaku


a. Definisi Operasional
Tenaga Kompeten pada gawat darurat adalah tenaga yang sudah memiliki
sertifikat pelatihan ATLS/BTLS/ACLS/PPGD.
b. Numerator
Jumlah tenaga yang bersertifikat ATLS/BTLS/ACLS/PPGD
c. Denominator
Jumlah tenaga yang memberikan pelayanan kegawat daruratan
d. Standar : 100%

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana


a. Definisi Operasional
Tim penanggulangan bencana adalah tim yang dibentuk di rumah sakit
dengan tujuan untuk memberikan pertolongan klinis dalam penanggulangan
akibat bencana alam yang terjadi.
b. Numerator
Jumlah tim penanggulangan bencana yang ada di rumah sakit
c. Denominator
Tidak ada
d. Standar : satu tim

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat


a. Definisi Operasional
Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah sejak pasien itu
datang sampai mendapat pelayanan dokter.
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu yang diperlukan sejak kedatangan semua pasien
yang di sampling secara acak sampai dilayani dokter.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang disampling (minimal n=50)
d. Standar : ≤ 5 menit terlayani setelah pasien dating

6. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi Operasional
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan
b. Numerator
Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat Darurat yang
disurvey
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang disurvey (minimal n=50)
d. Standar : ≥ 70%

7. Kematian pasien ≤ 24 jam


a. Definisi Operasional
Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalam periode ≤ 24
jam sejak pasien datang
b. Numerator
Jumlah pasien yang meninggal dalam periode ≤ 24 jam sejak pasien
datang
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang ditangani di Gawat Darurat
d. Standar : ≤ 2 per seribu

8. Khusus untuk RS Jiwa, Pasien jiwa dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam
a. Definisi Operasional
Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan gangguan jiwa yang
dengan intervensi medis tidak lagi menunjukkan gejala dan tanda agresif
yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain sebagai akibat
gangguan jiwa yang diderita.
b. Numerator
Jumlah pasien gangguan jiwa yang dapat ditenangkan
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang menunjukkan gejala dan tanda
agresif yang ditangani di Gawat Darurat.
d. Standar : 100%

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka


a. Definisi Operasional
Uang muka adalah uang yang diserahkan kepada pihak rumah sakit
sebagai jaminan terhadap pertolongan medis yang akan diberikan.
b. Numerator
Jumlah Pasien Gawat Darurat yang tidak membayar uang muka
c. Denominator
Jumlah Seluruh pasien yang datang di Gawat Darurat
d. Standar : 100%

2. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Rawat Jalan


1. Dokter pemberi pelayanan di Poliklinik Spesialis
a. Definisi Operasional
Klinik spesialis adalah klinik pelayanan rawat jalan di rumah sakit yang
dilayani oleh dokter spesialis (untuk rumah sakit pendidikan dapat dilayani
oleh dokter PPDS sesuai dengan special privilege yang diberikan).
b. Numerator
Jumlah hari buka klinik spesialis yang dilayani oleh dokter spesialis dalam
waktu satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh hari buka klinik spesialis dalam satu bulan
d. Standar : 100%

2. Ketersediaan Pelayanan
a. Definisi Operasional
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang
dilaksanakan di rumah sakit. Ketersediaan pelayanan rawat jalan untuk
rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi dari rumah sakit.
b. Numerator
Jenis-jenis pelayanan rawat jalan spesialistik yang ada (kualitatif)
c. Denominator
Tidak ada
d. Standar : Minimal kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan, dan bedah.

3. Ketersediaan Pelayanan di RS Jiwa


a. Definisi Operasional
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang
dilaksanakan rumah sakit.
b. Numerator
Jenis-jenis pelayanan rawat jalan spesialistik yang ada (kualitatif)
c. Denominator
Tidak Ada
d. Standar : Minimal NAPZA, Gangguan Psikotik, Gangguan Neurotik,
Mental Organik

4. Jam buka pelayanan


a. Definisi Operasional
Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan rawat jalan oleh
tenaga spesialis. Jam buka 08.00 s.d 13.00 setiap hari kerja kecuali Jumat
b. Numerator
Jumlah hari pelayanan rawat jalan spesialistik yang buka sesuai ketentuan
dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh hari pelayanan rawat jalan spesialistik dalam satu bulan.
d. Standar : 100%

5. Waktu tunggu di rawat jalan


a. Definisi Operasional
Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien mendaftar
sampai dilayani oleh dokter spesialis
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien rawat jalan yang disurvey.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey
d. Standar : ≤ 60 menit

6. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi Operasional
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan.
b. Numerator
Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat jalan yang
disurvey.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey (minimal n=50)
d. Standar : ≥ 90%

7. a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskop TB (untuk RS yang


telah melaksanakan TB DOTS)
a. Definisi Operasional
Penegakan diagnosis TB melalui periksaan mikroskopis pada pasien rawat
jalan
b. Numerator
Jumlah penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
di RS dalam 3 bulan
c. Denominator
Jumlah penegakan diagnosis TB di RS dalam 3 bulan
d. Standar : 60%

b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di rumah sakit


a. Definisi Operasional
Pencatatan dan pelaporan semua pasien TB yang berobat rawat
jalan ke rumah sakit
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien TB rawat jalan yang dicatat dan dilaporkan
c. Denominator
Seluruh kasus TB rawat jalan di rumah sakit
d. Standar : 60%

3. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kegiatan Rawat Inap


1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap
a. Definisi Operasional
Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan tenaga perawat yang
kompeten (minimal D3).
b. Numerator
Jumlah tenaga dokter dan perawat yang member pelayanan di ruang
rawat inap yang sesuai dengan ketentuan.
c. Denominator
Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang bertugas di rawat inap.
d. Standar :100%

2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap


a. Definisi Operasional
Penanggung jawab rawat inap adalah dokter yang mengkoordinasikan
kegiatan pelayanan rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Numerator
Jumlah pasien dalam satu bulan yang mempunyai dokter sebagai
penanggung jawab
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan.
d. Standar : 100%

3. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap


a. Definisi operasional
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit yang diberikan
kepada pasien tirah baring di rumah sakit. Untuk rumah sakit khusus
disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tersebut.
b. Numerator
Jenis-jenis pelayanan rawat inap spesialistik yang ada (kualitatif).
c. Denominator
Tidak ada
d. Standar : minimal kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan, dan
bedah (kecuali rumah sakit khusus sesuai dengan spesifikasi rumah sakit
tersebut).
4. Jam Visite Dokter Spesialis
a. Definisi operasional
Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiap hari kerja
sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00.
b. Numerator
Jumlah visite dokter spesialis antara jam 08.00 sampai dengan 14.00
yang disurvey.
c. Denominator
Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang disurvey
d. Standar : 100%

5. Kejadian infeksi pasca operasi


a. Definisi operasional
Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua kategori
luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di Rumah Sakit dan
ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan
keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3x24 jam.
b. Numerator
Jumlah pasien yang mengalami infeksi pasca operasi dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang dioperasi dalam satu bulan.
d. Standar : ≤ 1,5%

6. Kejadian infeksi nosokomial


a. Definisi operasional
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh pasien yang
diperoleh selama dirawat di rumah sakit yang meliputi dekubitus,
phlebitis, sepsis, dan infeksi luka operasi.
b. Numerator
Jumlah pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah pasien rawat inap dalam satu bulan
e. Standar : ≤ 1,5%

7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian


a. Definisi operasional
Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh selama di rawat baik
akibat jatuh dari tempat tidur, dikamar mandi, dsb, yang berakibat
kecacatan atau kematian.
b. Numerator
Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut dikurangi jumlah pasien
yang jatuh.
c. Denominator
Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut.
d. Standar : 100%

8. Kematian pasien > 48 jam


a. Definisi operasional
Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah
periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit.

b. Numerator
Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan.
d. Standar : ≤ 0,24% ≤2,4/1000 (international) (NDR ≤ 25/1000, Indonesia)

9. Kejadian pulang paksa


a. Definisi operasional
Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga
pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter.
b. Numerator
Jumlah pasien pulang paksa dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan.
d. Standar : ≤ 5%

10. Kepuasan pelanggan


a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rawat
inap
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien
yang disurvei (Dalam prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (n minimal 50)
d. Standar : ≥ 90%

11. Rawat inap TB: untuk RS yang telah melaksanakan TB DOTS


A. Rawat inap TB : Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis
TB
a. Definisi operasional
Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis (SPS)
pada suspek TB.
b. Numerator
Jumlah penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
(SPS) di RS dalam 3 bulan.
c. Denominator
Jumlah penegakan diagnosis TB di RS dalam 3 bulan
d. Standar :60%

B. Rawat inap TB : Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di


Rumah Sakit
a. Definisi operasional
Pencatatan dan pelaporan semua pasien TB yang berobat di rumah
sakit.
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien TB di RS yang dicatat (TB01) dan dilaporkan.
c. Denominator
Seluruh kasus TB yang diobati di rumah sakit.
d. Standar : 60%

12. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap di RS yg memberikan pelayanan jiwa


a. Definisi operasional
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan Rumah Sakit Jiwa yang diberikan
kepada pasien tidak gaduh gelisah tetapi memerlukan penyembuhan
aspek psiko patologis.
b. Numerator
Jenis-jenis pelayanan rawat inap Rumah Sakit Jiwa
c. Denominator
Tidak ada
d. Standar : Minimal NAPZA,gangguan psikotik,gangguan neurotik ,mental
organik.

13. Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri
a. Definisi operasional
Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah kematian yang terjadi pada
pasien gangguan jiwa karena perawatan rawat inap yang tidak baik
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan dikurangi
jumlah kejadian kematian pasien gangguan jiwa bunuh diri dalam satu
bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan
d. Standar :100%

14. Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan


a. Definisi operasional
Lamanya waktu pasien gangguan jiwa yang sudah dipulangkan
tidakkembali ke perawatan di rumah sakit jiwa

b. Numerator
Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang dipulangkan dalam 1
bulan dikurangi jumlah kejadian pasien gangguan jiwa yang kembali
dirawat dalam waktu 1 bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang dipulangkan dalam 1 bulan
d. Standar :100%

15. Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa


a. Definisi operasional
Lamanya waktu perawatan pasien gangguan jiwa di rumah sakit yang
efektif
b. Numerator
Jumlah rerata perawatan pasien gangguan jiwa 6 minggu
c. Denominator
Tidak ada
d. Standar :≤ 6 minggu

4. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kegiatan Pelayanan Bedah


1. Waktu tunggu operasi elektif
a. Definisi Operasional
Waktu tunggu operasi elektif adalah tenggang waktu mulai dokter
memutuskan untuk operasi yang terencana sampai dengan operasi mulai
dilaksanakan
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang terencana dari seluruh pasien
yang dioperasi dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan tersebut
d. Standar : ≤ 2 hari

2. Kejadian kematian di meja operasi


a. Definisi Operasional
Kematian di meja operasi adalah kematian yang terjadi di atas meja
operasi pada saat operasi berlangsung yang diakibatkan oleh tindakan
anestesi maupun tindakan pembedahan
b. Numerator
Jumlah pasien yang meninggal di meja operasi dalam satu tahun
c. Denominator
Jumlah pasien yang dilakuakan tindakan pembedahan dalam satu bulan
d. Standar : ≤ 1 %

3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi


a. Definisi Operasional
Kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada
sisi yang salah, misalnya yang semestinya dioperasi pada sisi
kanan, ternyata yang dilakukan operasi asalah sisi kiri atau sebaliknya.
b. Numerator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
d. Standar : 100%

4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang


a. Definisi Operasional
Kejadian operasi salah orang adalah kejadian dimana pasien dioperasi
pada orang yang salah
b. Numerator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan dikurangi jumlah
operasi salah orang dalam waktu satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
d. Standar : 100%

5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi


a. Definisi Operasional
Kejadian salah tindakan pada operasi adalah kejadian pasien mengalami
tindakan operasi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
b. Numerator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan dikurangi jumlah
pasien yang mengalami salah tindakan operasi dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan
d. Standar : 100%

6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah
operasi
a. Definisi Operasional
Kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian dimana benda asing
seperti kapas, gunting, peralatan dalam tubuh pasien akibat suaitu
tindakan pembedahan.
b. Numerator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan dikurangi jumlah
pasien yang mengalami tertinggalnya benda asing dalam tubuh akibat
operasi dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan
d. Standar : 100%

7. Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan


endotracheal tube
a. Definisi Operasional
Komplikasi anestesi adalah kejadian yang tidak diharapkan sebagai akibat
komplikasi anestesi antara lain karena overdosis, reaksi anestesi dan salah
penempatan endotracheal tube.
b. Numerator
Jumlah pasien yang, mengalami komplikasi anestesi dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
d. Standar : ≤ 6 %

5. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Persalinan,


Perinatologi dan Neonatologi
1. Kejadian kematian ibu karena persalinan
a. Definisi operasional
Kematian ibu melahirkan yang disebabkan karena pendarahan, preeklamsia,
dan sepsis.
- Perdarahan adalah perdarahan yang terjadi pada saat kehamilan
semua skala persalinan dan nifas.
- Pre-eklampsia dan eklampsia mulai terjadi pada kehamilan trisemester
kedua, pre eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan dari dua dari
tiga tanda, yaitu:
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolic >110 mmHg.
2. Protein uria > 5 gr/24 jam 3+/4+ pada pemeriksaan kualitatif
3. Oedem tungkai
- Eklampsia adalah tanda pre eklampsia yang disertai dengan kejang
dan atau penurunan kesadaran.
- Sepsis adalah tanda-tanda sepsi yang terjadi akibat penanganan
aborsi, persalinan dan nifas yang tidak ditangani dengan tepat oleh
pasien atau penolong.
b. Numerator
Jumlah kematian pasien persalinan karena perdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, sepsis (masing-masing penyebab)
c. Denominator
Jumlah pasien-pasien persalinan dengan pendarahan, pre eklampsia
/eklampsia dan sepsis
d. Standar : pendarahan ≤1%, pre eklampsia ≤30%, dan sepsis ≤ 0,2%

2. Pemberi pelayanan persalinan normal


a. Definisi operasional
Pemberi pelayanan persalinan normal adalah dokter Sp.OG, dokter
umum terlatih (asuhan persalinan normal) dan bidan.
b. Numerator
Jumlah tenaga dokter Sp.OG, dokter umum terlatih (asuhan persalinan
normal) dan bidan yang memberikan pertolongan persalinan normal
c. Denominator
Jumlah seluruh tenaga yang memberikan pertolongan persalinan normal
d. Standar : 100%

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit


a. Definisi operasional
Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit adalah TIM PONEK yang
terdiri dari dokter Sp,OG, dengan dokter umum dan bidan (perawat
yang terlatih)
b. Numerator
Tersedianya tim dokter Sp.OG, dokter umum, bidan dan perawat terlatih.
c. Denominator : tidak ada
d. Standar : tersedia

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi


a. Definisi operasional
Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi adalah dokter
Sp. OG, dokter spesialis anak, dokter spesialis anestesi.
b. Numerator
Jumlah tenaga dokter Sp.OG,dokter spesialis anak,dokter spesialis anestesi
yang memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan operasi
c. Denominator
Jumlah seluruh tenaga yang melayani persalinan dengan tindakan operasi.
d. Standar : 100%

5. Kemampuan menangani BBLR 1500 gr - 2500 gr


a. Definisi operasional
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gr-2500gr
b. Numerator
Jumlah BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani.
c. Denominator
Jumlah seluruh BBLR 1500 gr-2500 gr yang ditangani
d. Standar : 100%

6. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria


a. Definisi operasional
Seksio cesaria adalah tindakan persalinan melalui pembedahan
abdominal baik elektif maupun emergensia
b. Numerator
Jumlah persalinan dengan seksio cesaria dalam 1 bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh persalinan dalam 1 bulan
d. Standar: ≤ 20%

7. Keluarga Berencana
A. Presentase KB Vasektomi &tubektomi yang dilakukan oleh tenaga kompeten
dr. SpOG, dr. Sp.B, dr. SP.U, dokter umum terlatih
a. Definisi operasional
Keluarga berencana yang menggunakan metode operasi pada alat
reproduksi.
b. Numerator
Jenis pelayanan KB mantap
c. Denominator
Jumlah peserta KB
d. Standar :100%
b. Presentase peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap oleh
bidan terlatih
a. Definisi operasional
Proses konsultasi antara pasien dengan bidan untuk mendapatkan pilihan
pelayanan KB mantap yang sesuai dengan status kesehatan pasien
b. Numerator
Jumlah konseling layanan KB mantap
c. Denominator
Jumlah peserta konseling KB mantap
d. Standar : 100%

8. Kepuasan pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan persalinan
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey
(dalam prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%

6. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Intensif


1. Rata-rata Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama
<72
a. Definisi operasional
Pasien kembali ke perawatan intensif dari ruang rawat inap dengan
kasus yang sama dalam waktu <72 jam
b. Numerator
Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama
<72 jam dalam 1 bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan
d. Standar : ≤ 3%

2. Pemberi pelayanan Unit Intensif


a. Definisi operasional
Pemberi pelayanan intensif adalah dokter Sp. An dan dokter spesialis sesuai
dengan kasus yang ditangani, perawat D3 dengan sertifikat perawat
mahir ICU/setara
b. Numerator
Jumlah tenaga dokter Sp. An dan spesialis yang sesuai dengan kasus
yang ditangani, perawat D3 dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara
yang melayani pelayanan perawatan intensif.
c. Denominator
Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang melayani perawatan intensif
d. Standar : 100%

7. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Laboratorium


1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
a. Definisi operasional
Tenggang waktu mulai pasien diambil sampel sampai dengan
menerima hasil yang sudah diekspertisi
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium pasien
yang disurvey dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium yang disurvey dalam
bulan tersebut
d. Standar : ≤ 140 menit (manual)

2. Pelaksana ekspertisi
a. Definisi operasional
Pelaksana ekspertisi laboratorium adalah dokter spesialis patologi klinik
yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan hasil
pemeriksaan laboratorium. Bukti dilakukan ekspertisi adalah adanya
tanda tangan pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada
dokter yang meminta.
b. Numerator
Jumlah hasil lab yang diverifikasi hasilnya oleh dokter spesialis patologi
klinik dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium dalam satu bulan
d. Standar : 100%

3. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium


a. Definisi operasional
Kesalahan penyerahan hasil laboratorium adalah penyerahan hasil
laboratorium pada salah orang
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien yang diperiksa laboratorium dalam satu bulan
dikurangi jumlah penyerahan hasil laboratorium salah orang dalam satu
bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam bulan tersebut.
d. Standar : 100%

4. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan laboratorium.
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey (dalam
prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvei (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%

8. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Radiologi


1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
a. Definisi operasional
Tenggang waktu mulai pasien di foto sampai dengan menerima hasil
yang sudah diekspertisi.
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang difoto thorax dalam bulan tersebut
d. Standar : ≤ 3 jam

2. Pelaksana ekspertisi
a. Definisi operasional
Pelaksanaan ekspertisi rontgen adalah dokter spesialis radiologi yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan foto
rontgen / pemeriksaan radiologi. Bukti pembacaan dan verifikasi adalah
dicantumkannya tanda tangan dokter spesialis radiologi pada lembar
hasil pemeriksaan yang dikirimkan kepada dokter yang meminta.
b. Numerator
Jumlah foto rontgen yang dibaca dan diverifikasi oleh dokter spesialis
radiologi dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan foto rontgen dalam satu bulan
d. Standar : 100%

3. Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen


a. Definisi operasional
Kegagalan pelayanan rontgen adalah kerusakan foto yang tidak dapat
dibaca

b. Numerator
Jumlah foto rusak yang tidak dapat dibaca dalam 1 bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan foto dalam 1 bulan
d. Standar : ≤ 2 %

4. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi operasional
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan radiologi.
b. Numerator
Jumlah pasien yang disurvey yang menyatakan puas
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%

9. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Rehabilitasi


Medik
1. Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan Rehabilitasi Medik yang
direncanakan
a. Definisi operasional
Drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan
adalah pasien tidak bersedia meneruskan program rehabilitasi yang
direncanakan.
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien yang drop out dalam 3 bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang deprogram rehabilitasi medik dalam 3 bulan
d. Standar : ≤ 50%

2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medic


a. Definisi operasional
Kesalahan tindakan rehabilitasi medic adalah memberikan atau
tidakmemberikan tindakan rehabilitasi medic yang diperlukan yang tidak
sesuai dengan rencana asuhan dan atau tidak sesuai dengan pedoman /
standar pelayanan rehabilitasi medik.
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medic dalam 1 bulan
dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan tindakan rehabilitasi
medik dalam 1 bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang diprogram rehabilitasi medik dalam 1 bulan
d. Standar : 100%

3. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medik
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey (dalam
prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%

10. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Farmasi


1. Waktu tunggu pelayanan
A. Obat jadi
a. Definisi operasional
Tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan
menerima obat jadi.
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tungu pelayanan obat jadi pasien yang
disurvey dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut.
d. Standar : ≤ 30 menit

B. Racikan
a. Definisi operasional
Tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai menerima
obat racikan
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien
yang disurvey dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut
d. Standar : ≤ 60 menit

2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat


a. Definisi operasional
Kesalahan pemberian obat meliputi: salah dalam memberikan jenis
obat, salah dalam memberikan dosis, salah orang, dan salah jumlah.
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey dikurangi jumlah
pasien yang mengalami kesalahan pemberian obat.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey.
d. Standar :100%

3. Kepuasan pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey
(dalam prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥80%

4. Penulisan resep sesuai formularium


a. Definisi operasional
Formularium obat adalah daftar obat yang digunakan di rumah sakit
b. Numerator
Jumlah resep yang diambil sebagai sampel yang sesuai formularium
dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai sample yang sesuai
formularium dalam satu bulan.
d. Standar :100%

11. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Gizi


1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
a. Definisi operasional
Ketepatan penyediaan makanan pada pasien sesuai dengan jadual yang
telah ditentukan.
b. Numerator
Jumlah pasien rawat inap yang disurvey yang mendapat makanan tepat
waktu dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvey
d. Standar : ≥ 90%

2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien


a. Definisi operasional
Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak dimakan
oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi rumah sakit)
b. Numerator
Jumlah kumulatif porsi sisa makanan dari pasien yang disurvey dalam
satu bulan.
c. Denominator
Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan.
d. Standar : ≤ 20%

3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet


a. Definisi operasional
Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan dalam memberikan
jenis diet.
b. Numerator
Jumlah pemberian makanan yang disurvey dikurangi jumlah pemberian
makanan yang salah diet.
c. Denominator
Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan
d. Standar : 100%

12. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Transfusi


Darah
1. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi
a. Diisi sesuai dengan pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan
tranfusi.
b. Numerator
Jumlah permintaan kebutuhan darah yang dapat dipenuhi dalam satu
bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh permintaan darah dalam satu bulan
d. Standar : 100%

2. Kejadian Reaksi tranfusi


a. Definisi operasional
Reaksi tansfusi adalah kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi akibat
tranfusi darah, dalam bentuk reaksi alergi, infeksi akibat tranfusi, hemolisis
akibat golongan darah tidak sesuai, atau gangguan sistem imun sebagai
akibat pemberian tranfusi darah.
b. Numerator
Jumlah kejadian reaksi tranfusi dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang mendapat tranfusi dalam satu bulan
d. Standar :≤ 0,01%

13. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Maskin


1. Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit
pelayanan
a. Definisi operasional
Pasien Keluarga Miskin (GAKIN) adalah pasien pemegang kartu askeskin
b. Numerator
Jumlah pasien GAKIN yang dilayani rumah sakit dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien GAKIN yang datang ke rumah sakit dalam satu bulan
d. Standar : 100%

14. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Rekam Medik


1. Kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan
a. Definisi operasional
Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah diisi lengkap
oleh dokter dalam waktu 24 jam setelah selesai pelayanan rawat jalan atau
setelah pasien rawat inap diputuskan untuk pulang, yang meliputi identitas
pasien, anamnesis, rencana asuhan
b. Numerator
Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan yang diisi lengkap.
c. Denominator
Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan.
d. Standar : 100%

2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas


a. Definisi operasional
Informed concent adalah persetujuan yang diberikan pasien/keluarga
pasien atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
b. Numerator
Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey yang
mendapat informasi lengkap sebelum memberikan persetujuan
tindakan medik dalam 1 bulan.
c. Denominator
Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey dalam 1
bulan.
d. Standar : 100%

3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan


a. Definisi operasional
Dokumen rekam medis rawat jalan adalah dokumen rekam medis pasien
baru atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat jalan. Waktu
penyediaan dokumen rekam medis mulai dari pasien mendaftar
sampai rekam medis disediakan/ditemukan oleh petugas.
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medis sampel rawat jalan yang
diamati
c. Denominator
Total sampel penyediaan rekam medis yang diamati (N tidak kurang
dari 100)
d. Standar : rerata ≤ 10 menit

4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap


a. Definisi operasional
Dokumen rekam medis rawat inap adalah dokumen rekam medis
pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat inap. Waktu
penyediaan dokumen rekam medik palayanan rawat inap adalah waktu
mulai pasien diputuskan untuk rawat inap oleh dokter sampai rekam
medik rawat inap tersedia di bangsal pasien.
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medis rawat inap yang diamati
c. Denominator
Total penyediaan rekam medis rawat inap yang diamati
d. Standar : rerata ≤ 15 menit

15. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Limbah


1. Baku mutu limbah cair
a. Definisi operasional
Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap aman
bagi kesehatan, yang merupakan ambang batas yang ditolelir dan diukur
dengan indikator:
BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/liter
COD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/liter
TSS (Total Suspend Solid) : 30 mg/liter
PH : 6-9
b. Numerator
Hasil laboratorium pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang sesuai dengan
baku mutu
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan
d. Standar : 100%

2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan


a. Definisi operasional
Limbah padat berbahaya adalah sampah padat akibat proses pelayanan
yang mengandung bahan-bahan tercemar jasad renik yang dapat
menularkan penyakit dan/atau dapat mencederai, antara lain:
1. Sisa jarum suntik
2. Sisa Ampul
3. Kasa bekas
4. Sisa jaringan
Pengolahan limbah padat berbahaya harus dikelola sesuai dengan aturan
dan pedoman yang berlaku.
b. Numerator
Jumlah limbah padat yang dikelola sesuai dengan standar prosedur
operasional yang diamati.
c. Denominator
Jumlah total proses pengolahan limbah padat yang diamati
d. Standar : 100%

16. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Administrasi


dan Manajemen
1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi
a. Definisi operasional
Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi adalah pelaksanaan
tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peserta pertemuan terhadap
kesepakatan atau keputusan yang telah diambil dalam pertemuan
tersebut sesuai dengan permasalahan pada bidang masing-masing
b. Numerator
Hasil keputusan pertemuan direksi yang ditindaklanjuti dalam satu bulan.
c. Denominator
Total hasil keputusan yang harus ditindaklanjuti dalam satu bulan.
d. Standar :100%

2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja


a. Definisi Operasional
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban rumah sakit untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan / kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
melalui pertanggungjawaban secara periodik. Laporan akuntabilitas
kinerja yang lengkap adalah laporan kinerja yang memuat pencapaian
indikator-indikator yang ada pada SPM (standar pelayanan minimal),
indikator-indikator kinerja pada rencana strategik bisnis rumah sakit, dan
indikator-indikator kinerja yang lain yang dipesyaratkan oleh pemerintah
daerah.
b. Numerator
Laporan akuntabilitas kinerja yang lengkap dan dilakukan minimal 3
bulan dalam satu tahun
c. Denominator
Jumlah laporan akuntabilitas yang seharusnya disusun dalam satu tahun.
d. Standar :100%

3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat


a. Definisi Operasional
Usulan kenaikan pangkat pegawai dilakukan dua periode dalam satu
tahun yaitu bulan April dan Oktober.
b. Numerator
Jumlah pegawai yang diusulkan tepat waktu sesuai periode kenaikan
pangkat dalam satu tahun

c. Denominator
Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya diusulkan kenaikan pangkat
dalam satu tahun.
d. Standar : 100%

4. Ketepatan waktu pengusulan gaji berkala


a. Definisi Operasional

Kenaikan gaji berkala adalah kenaikan gaji secara periodik sesuai


peraturan kepegawaian yang berlaku (UU No 8/1974, UU No 43/1999)
b. Numerator
Jumlah pegawai yang mendapatkan SK kenaikan gaji berkala tepat
waktu dalam satu tahun.
c. Denominator
Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya memperoleh kenaikan gaji
berkala dalam satu tahun.
d. Standar : 100%

5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun


a. Definisi Operasional
Pelatihan adalah semua kegiatan peningkatan kompetensi karyawan
yang dilakukan baik di rumah sakit ataupun di luar rumah sakit yang
bukan merupakan pendidikan formal. Minimal per karyawan 20 jam per
tahun.
b. Numerator
Jumlah karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam per tahun.
c. Denominator
Jumlah seluruh karyawan rumah sakit.
d. Standar : ≥ 60%

6. Cost recovery
a. Definisi Operasi
Cost recovery adalah jumlah pendapatan fungsional dalam periode
waktu tertentu dibagi dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam
periode waktu tertentu.
b. Numerator
Jumlah pendapatan fungsional dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah pembelanjaan operasional dalam satu bulan.
d. Standar : ≥ 40%

7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan


a. Definisi Operasional
Laporan keuangan meliputi realisasi anggaran dan arus kas. Laporan
keuangan harus diselesaikan sebelum tanggal 10 setiap bulan berikutnya.
b. Numerator
Jumlah laporan keuangan yang diselesaikan sebelum tanggal 10 setiap
bulan berikutnya dalam tiga bulan.
c. Denominator
Jumlah laporan keuangan yang harus diselesaikan dalam tiga bulan.
d. Standar :100%

8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap


a. Definisi Operasional
Informasi tagihan pasien rawat inap meliputi semua tagihan
pelayanan yang telah diberikan. Kecepatan waktu pemberian informasi
tagihan pasien rawat inap adalah waktu mulai pasien dinyatakan boleh
pulang oleh dokter sampai dengan informasi tagihan diterima oleh pasien.
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu pemberian informasi tagihan pasien rawat
inap yang diamati dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah total pasien rawat inap yang diamati dalam satu bulan.
d. Standar : ≤ 2 jam

9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu


a. Definisi Operasional
Insentif adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan sesuai
dengan kinerja yang dicapai dalam satu bulan.
b. Numerator
Jumlah bulan dengan kelambatan pemberian insentif
c. Denominator: 6
d. Standar :100%

17. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan


Ambulans/Kereta Jenazah
1. Waktu pelayanan ambulance/Kereta Jenazah
a. Definisi Operasional
Tersedianya pelayanan ambulance/kereta jenazah yang dapat diakses
setiap waktu oleh pasien/keluarga pasien yang membutuhkan.
b. Numerator
Total waktu buka (dalam jam) pelayanan ambulance dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah hari dalam bulan tersebut
d. Standar : 24 jam

2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/Kereta jenazah di Rumah Sakit


a. Definisi Operasional
Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakit
adalah waktu yang dibutuhkan mulai permintaan ambulance/kereta jenazah
diajukan oleh pasien/keluarga pasien di rumah sakit sampai tersedianya
ambulance/kereta jenazah. Maksimal 30 menit.
b. Numerator
Jumlah penyediaan ambulance/kereta jenazah yang tepat waktu dalam satu
bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh permintaan ambulance/kereta jenazah dalam satu bulan.
d. Standar : 24 jam

3. Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan


a. Definisi Operasional
Waktu tempuh/ kecepatan ambulance untuk memeberikan layanan dari
mulai awal masyarakat menghubungi/ memesan ambulance ke rumah sakit
hingga ambulance tersebut sampai ke tempat tujuan (yang memesan
ambulance).
b. Numerator
Waktu yang dibutuhkan dari masyarakat yang menghubungi rumah sakit
sampai ke penanggung jawab ambulance.
c. Denominator
Waktu yang dibutuhkan oleh pihak ambulane dari masyarakat yang
memesan ambulance hingga ambulance tersebut sampai ke tempat
masyarakat yang memesan.
d. Standar : Sesuai ketentuan daerah

18. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Pemulasaraan


Jenazah
1. Waktu tanggap pelayanan pemulasaran jenazah
a. Definisi Operasional
Waktu tanggap pelayanan pemulasaran jenazah adalah waktu yang
dibutuhkan mulai pasien dinyatakan meninggal sampai dengan jenazah
mulai ditangani oleh petugas
b. Numerator
Total kumulatif waktu pelayanan pemulasaran jenazah pasien yang diamati
dalam satu bulan
c. Denominator
Total pasien yang diamati dalam satu bulan
d. Standar : ≤ 2 jam

19. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Pemeliharaan


Sarana
1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
a. Definisi Operasional
Kecepatan waktu menanggapi alat yang rusak adalah waktu yang
dibutuhkan mulai laporan alat rusak diterima sampai dengan petugas
melakukan pemeriksaan terhadap alat yang rusak untuk tindak lanjut
perbaikan, maksimal dalam waktu 15 menit harus sudah ditanggapi.
b. Numerator
Jumlah laporan kerusakan alat yang ditanggapi kurang atau sama dengan
15 menit dalam satu bulan
c. Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan alat dalam satu bulan.
d. Standar : ≥ 80%

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat


a. Definisi Operasional
Waktu pemeliharaan alat adalah waktu yang menunjukkan periode
pemeliharaan untuk tiap-tiap alat sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Numerator
Jumlah alat yang dilakukan pemeliharaan tepat waktu dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh alat yang seharusnya dilakukan pemeliharaan dalam
satu bulan.
d. Standar :100%

3. Peralatan laboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan


terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi
a. Definisi Operasional
Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap kelayakan peralatan
laboratorium oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
b. Numerator
Jumlah seluruh alat laboratorium yang dikalibrasi tepat waktu dalam
satu tahun.
c. Denominator
Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi dalam satu tahun.
d. Standar : 100 %

20. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Pemeliharaan


Laundry
1. Tidak adanya linen yang hilang
a. Definisi Operasional
Tidak ada
b. Numerator
Jumlah linen yang dihitung dalam 4 hari sampling dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah linen yang seharusnya ada pada hari sampling tersebut
d. Standar : 100 %

2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap


a. Definisi Operasional
Ketepatan waktu penyediaan linen adalah ketepatan penyediaan linen
sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan
b. Numerator
Jumlah hari dalam satu bulan dengan penyediaan linen tepat waktu
c. Denominator
Jumlah hari dalam satu bulan
d. Standar : 100 %

21. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Pemeliharaan


Pengendalian Infeksi
1. Ada anggota tim PPI yang terlatih
a. Definisi Operasional
Tim PPI yang terlatih adalah anggota tim PPI yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut PPI
b. Numerator
Jumlah anggota Tim PPI yang sudah terlatih
c. Denominator
Jumlah anggota tim PPI
d. Standar : 75%

2. Tersedia APD di setiap instalasi/department


a. Definisi Operasional
Alat pelindung diri adalah alat terstandar yang berguna untuk melindungi
tubuh, tenaga kesehatan, pasien atau pengunjung dari penularan penyakit
di rumah sakit seperti: masker, sarung tangan karet, penutup kepala,
sepatu boots dan gaun.

b. Numerator
Jumlah instalasi yang menyediakan APD
c. Denominator
Jumlah instalasi di rumah sakit
d. Standar : 60%

3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial/HAI (health care


associated infections) di rumah sakit (minimum satu parameter)
a. Definisi Operasional
Kegiatan pengamatan faktor resiko infeksi nosokomial, pengumpulan data
(cek list) pada instalasi yang tersedia di rumah sakit. Minimal satu
parameter, antara lain: ILO (Infeksi Luka Operasi), ILI (Infeksi Luka Infus),
VAP (Ventilator Assosiated Pneumonie), ISK (Infeksi Saluran Kemih)
b. Numerator
Jumlah instalasi yang melakukan pencatatan dan pelaporan
c. Denominator
Jumlah instalasi yang tersedia.
d. Standar : 75%

Anda mungkin juga menyukai