1. Nomor Kode RS
Diisi sesuai dengan kode rumah sakit yang diperoleh dari registrasi rumah sakit
pada Kementerian Kesehatan RI.
2. Tanggal Registrasi
Diisi tanggal yang tercantum dalam sertifikasi registrasi.
3. Nama Rumah Sakit
Diisi sesuai dengan nama rumah sakit saat ini, dengan menggunakan Huruf
Kapital.
4. Jenis Rumah Sakit
Diisi sesuai Keterangan Tabel 4 Jenis Rumah Sakit.
5. Kelas Rumah Sakit
Diisi sesuai Keterangan Tabel 5 Kelas Rumah Sakit. Untuk Rumah Sakit milik
Kemenkes / Pemprov / Pemkab / Pemkot / dll diisi A, B, C, D atau Tanpa Kelas.
Untuk Rumah Sakit milik TNI / Polri diisi 1, 2, 3, 4 atau Tanpa Kelas.
6. Nama Direktur RS
Diisi dengan jelas nama dan gelar Direktur Rumah Sakit yang bersangkutan.
7. Nama Penyelenggara RS
Diisi dengan nama penyelenggara rumah sakit.
8. Status Penyelenggara
Diisi sesuai dengan keterangan Tabel 6 Status Penyelenggara Rumah Sakit (Sesuai
dengan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 pasal 20-23).
9. Alamat / Lokasi RS
Diisi dengan alamat lengkap keberadaan rumah sakit meliputi nama jalan,
kab/kota, kode pos, no. telepon, no. fax, alamat email, no. telp bag.
Umum/Evapor, dan website rumah sakit.
10. Luas Rumah Sakit
Diisi dengan luas lahan yang dimiliki rumah sakit baik tanah maupun bangunan
dalam satuan meter persegi.
11. Surat Izin Operasional
Diisi dengan nomor surat, tanggal diterbitkan surat izin operasional, instansi yang
mengeluarkan surat izin operasional, sifat dan masa berlaku izin operasional
rumah sakit (batas habis tanggal berakhirnya izin operasional).
12. Surat Penetapan Kelas
Diisi dengan nomor surat, tanggal diterbitkan surat penetapan kelas, instansi yang
mengeluarkan surat penetapan kelas, sifat dan masa berlaku surat penetapan
kelas rumah sakit.
13. Akreditasi RS
Diisi sesuai keterangan Tabel 7 untuk pentahapan akreditasi rumah sakit dan
masa berlakunya (cara pengisian tanggal/bulan/tahun (DD/MM/YYYY)), status
akreditasi rumah sakit (penuh/ bersyarat/ gagal) dan tanggal akreditasi rumah
sakit.
14. Jumlah Tempat Tidur
Diisi dengan jumlah tempat tidur di masing-masing ruang Perinatologi, Kelas VVIP,
Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III.
15. Sebaran Tempat Tidur
Diisi jumlah tempat tidur di ruang ICU, PICU, NICU, ICCU, HCU, ruang isolasi,
ruang IGD (ruang observasi di IGD), ruang bersalin, ruang operasi, dan ruang
Perinatologi.
“Untuk ruang Perinatologi bila di rumah sakit masuk dalam ruang rawat inap maka
jumlah tempat tidur diisikan di baris 14.1 maupun 15.10.”
16. Ambulans
Diisi jumlah masing-masing item ambulans beserta kondisinya, bila tidak tersedia
jenis ambulans yang dimaksud diisi dengan angka 0.
17. SIM RS
Diisi dengan angka 1 bila terdapat SIM RS (walaupun hanya pada billing system
saja), angka 0 bila tidak terdapat SIM RS di rumah sakit.
18. Bank Darah / UTDRS
Diisi dengan angka 1 bila terdapat Bank darah/UTDRS , angka 0 bila tidak terdapat
Bank Darah / UTDRS di rumah sakit.
19. Layanan Unggulan / Peralatan Canggih
Diisi jenis layanan unggulan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan
pengembangan layanan di rumah sakit tetapi tidak termasuk dalam program wajib
rumah sakit (antara lain PONEK, TB DOTS, VCT, dll) dan peralatan canggih yang
dimiliki rumah sakit. Definisi Operasional Peralatan Canggih adalah alat
kesehatan dengan harga mahal yang memiliki kemampuan mendiagnosis dan
terapi serta keberadaannya masih jarang dimiliki oleh rumah sakit lain.
20. Tingkat Efektivitas Pengelolaan Rumah Sakit
Masing-masing item diisi kondisi pada tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2012,
2013, dan 2014.
20.1 Instalasi Gawat Darurat
Diisi jumlah penderita laki-laki dan perempuan yang berkunjung di IGD,
serta total kunjungan selama satu tahun yang bersangkutan.
20.2 Instalasi Rawat Jalan
Diisi jumlah pasien yang berkunjung di Instalasi Rawat Jalan selama satu
tahun yang bersangkutan meliputi pasien baru dan lama, laki-laki dan
perempuan, serta total kunjungan.
Pasien baru adalah pasien / pengunjung yang baru pertama kali datang di
rumah sakit dan dapat melakukan beberapa kunjungan di beberapa
poliklinik sebagai kunjungan baru dengan kasus baru. Setiap pasien baru
rumah sakit diberikan nomor rekam medik dengan menggunakan register
penomoran dan dibuatkan folder Rekam Medik. Nomor rekam medik
hanya diberikan satu kali seumur hidup.
Pasien Lama adalah pengunjung yang datang untuk kedua dan
seterusnya, yang datang ke poliklinik yang sama atau berbeda
sebagai kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan
kasus baru. Untuk pasien lama tidak mendapat Nomor Rekam Medik lagi.
20.3 Instalasi Rawat Inap
a. Jumlah TT
Yang dimaksud dengan jumlah TT adalah jumlah keseluruhan
tempat tidur yang tersedia pada ruang rawat inap (Perinatologi,
Kelas VVIP, Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III). Jumlah tempat tidur
ini bukan kapasitas tempat tidur. Jumlah tempat tidur tersebut
tidak termasuk tempat tidur yang digunakan untuk bersalin, tempat
pemulihan, kamar tindakan, untuk pemeriksaan unit rawat jalan
(umum, spesialisasi,dan subspesialisasi serta unit rawat jalan gigi dan
klinik unit gawat darurat).
b. Jumlah pasien masuk
Diisi sesuai dengan jumlah pasien masuk ruang rawat inap selama
satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan berdasarkan jenis
kelamin.
c. Jumlah pasien keluar hidup
Diisi sesuai dengan jumlah pasien keluar hidup (sembuh, dirujuk
atau pulang paksa) selama satu tahun yang bersangkutan yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
d. Jumlah pasien keluar mati
Diisi sesuai dengan jumlah pasien keluar mati selama satu tahun
yang bersangkutan yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Pasien
keluar mati sama dengan penjumlahan pasien mati < 48 jam dan pasien
mati ≥ 48 jam.
e. Jumlah pasien mati < 48 jam
Diisi sesuai dengan jumlah pasien mati kurang dari 48 jam dirawat
di rumah sakit selama satu tahun yang bersangkutan yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin.
f. Jumlah pasien mati ≥ 48 jam
Diisi sesuai dengan jumlah pasien mati dalam atau lebih dari 48
jam dirawat di rumah sakit selama satu tahun yang bersangkutan yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
g. Jumlah lama dirawat
Diii sesuai dengan total lama dirawat dari pasien yang sudah
keluar rumah sakit (hidup maupun mati), selama satu tahun yang
bersangkutan. Lama dirawat (LD) menunjukkan berapa hari
lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu episode
perawatan. Cara menghitung LD yaitu dengan menghitung selisih
antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup maupun mati) dengan
tanggal masuk RS. Jadi untuk menghitung LD dibutuhkan data
tentang tanggal masuk dan keluar (baik keluar hidup maupun mati)
dari setiap pasien.
Contoh:
Pasien Tanggal Masuk Tanggal Keluar Lama Dirawat
A 10 Mei 15 Mei 15 – 10 = 5 hari
B 13 Mei 20 Mei 20 – 13 = 7 hari
b. TOI (hari)
Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Adapun rumus TOI itu adalah :
( Jumlah TT x Periode ) – Hari Perawatan
TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Idealnya tempat tidur kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari.
c. BTO (kali)
Bed Turn Over (BTO) yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
(biasanya dalam periode 1 tahun). Indikator ini memberikan tingkat
efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Adapun rumus BTO itu adalah :
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
BTO =
Jumlah Tempat Tidur
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
d. ALOS (hari)
Average Lenght on Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut.
Adapun rumus ALOS itu adalah :
Jumlah lama dirawat
ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.
e. GDR (‰)
Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar. Dihitung keseluruhan dan berdasarkan jenis kelamin.
f. NDR (‰)
Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran
mutu pelayanan di rumah sakit. Dihitung keseluruhan dan berdasarkan
jenis kelamin.
Adapun rumus NDR itu adalah :
Jumlah pasien mati > 48 jam dirawat
NDR = x 1000‰
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah pasien laki-laki mati > 48 jam dirawat
NDR laki-laki = x 1000‰
Jumlah pasien laki-laki keluar (hidup + mati)
Jumlah pasien perempuan mati > 48 jam dirawat
NDR perempuan = x 1000‰
Jumlah pasien perempuan keluar (hidup + mati)
Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000
penderita keluar.
BAB III GAMBARAN KETENAGAAN RUMAH SAKIT
3. Rasio Keuangan
1. Current ratio (CR) yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar (Riyanto, 2001:332). Current
ratio dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah aktiva lancar
dengan hutang lancar. Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan
diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk
membayar. Sedangkan hutang lancar menggambarkan kewajiban yang harus
dibayar dan diasumsikan kewajiban yang benar-benar harus dibayar.
2. Quick Ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rasio ini merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendek dengan asset yang dimiliki rumah sakit.
Kas + Bank + Piutang
Quick Ratio = x 100 %
Kewajiban Lancar (Current Liabilities)
6. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio antara hutang rumah sakit dengan
modal yang dimilikinya.
Total Hutang
DER = x 100 %
Ekuitas / Modal
2. Kegiatan Rujukan
a. Kegiatan Rujukan IGD
Diisi jumlah pasien yang ditangani di IGD berdasarkan jenis pelayanan yaitu
Bedah, Non Bedah, Kebidanan, Psikiatri dan Anak.
Total pasien rujukan diisi jumlah penderita yang datang ke IRD yang berasal
dari rujukan instasi kesehatan, petugas kesehatan, polisi, dan hukum.
Non Rujukan diisi penderita yang datang ke rumah sakit atas dasar kemauan
sendiri (keluarga).
Dirawat diisi jumlah penderita yang setelah diperiksa memerlukan perawatan
lebih lanjut di rumah sakit.
Dirujuk diisi jumlah penderita yang setelah diperiksa perlu dirujuk ke rumah
sakit lain yang lebih mampu menangani.
Pulang diisi jumlah banyaknya penderita yang boleh pulang setelah
ditangani di IGD.
Total kematian di IGD diisi jumlah penderita yang meninggal dunia di IGD baik
yang dibedakan kematian penderita yang belum ditangani / datang dalam
keadaan meninggal dunia dan kematian penderita yang sudah ditangani.
b. Kegiatan Rujukan
Kegiatan rujukan meliputi Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap.
Pasien
Pasien Rujukan dari Bawah adalah pasien yang diterima dari unit-unit yang
kurang mampu untuk mendapat pelayanan yang lebih baik pada unit tersebut dan
setelah selesai pengobatan dikirim kembali ke unit-unit yang mengirim. Diisi
sesuai dengan jumlah pasien yang diterima dari puskesmas, fasilitas
kesehatan lain, RS lain, dan jumlah pasien yang dirujuk kembali ke sarana
kesehatan yang mengirim untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan
perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.
Pasien Dirujuk ke Atas adalah pasien yang dikirim dari suatu unit kepada
unit yang lebih mampu untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut dan setelah
selesai pengobatan dikirim kembali kepada unit yang mengirim.
Pasien Rujukan diisi sesuai dengan jumlah pasien rumah sakit yang dirujuk
ke atas (ke RS lain yang lebih mampu menangani) yang sebelumnya berasal dari
fasilitas kesehatan lain.
Pasien Datang Sendiri diisi sesuai dengan jumlah pasien yang dirujuk ke atas
(ke RS lain yang lebih mampu menangani) dan pasien tersebut sebelumnya
datang sendiri atau tidak berasal dari rujukan fasilitas kesehatan lainnya.
Diterima Kembali diisi sesuai dengan jumlah pasien yang diterima kembali
setelah pasien tersebut dirujuk ke atas.
c. Rekapitulasi Sepuluh Besar Kasus Rujukan
Diisi sepuluh besar diagnosa kasus rujukan.
4. Pelayanan Bedah
a. Jumlah Operasi
Diisi sesuai dengan kegiatan operasi yang dilakukan menurut golongan
operasi dan spesialisasi.
Untuk golongan operasi dibedakan menjadi 4 kategori yaitu operasi khusus,
operasi besar, operasi sedang, dan operasi kecil.
b. HIV
1. Hasil Kegiatan Klinik VCT dan CST
Diisi jumlah pasien yang dilayani di klinik VCT dan CST berdasarkan golongan
umur dengan status HIV (-), HIV (+), dan yang mendapat pengobatan ARV.
VCT merupakan proses konseling pra testing, konseling post testing, dan
testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih
dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling pra testing
memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat testing, pengambilan
keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV yang akan
dihadapi. Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti &
menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan dukungan.
CST merupakan perawatan dukungan dan pengobatan untuk ODHA.
(orang dengan HIV AIDS). Pelayanan CST disesuaikan dengan kebutuhan
klien atau ODHA yaitu kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial.
2. Penderita HIV/AIDS rawat inap berdasarkan golongan umur
Diisi jumlah penderita HIV/AIDS yang menjalani pengobatan rawat inap di
rumah sakit berdasarkan golongan umur.
2. MDGs 5
Pelaksanaan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) Rumah Sakit serta kondisi sarana dan peralatan Rumah Sakit PONEK
diisi sesuai dengan kondisi RS (sesuai standar/tidak sesuai standar/tidak
ada). Kondisi sarana dan peralatan rumah sakit PONEK berdasarkan
pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit. Jika kondisi tidak
memenuhi standar sebutkan sarana/peralatan yang tidak memenuhi standar.
PONEK adalah upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir
secara terpadu dan komprehensif di Rumah Sakit. Rumah Sakit PONEK 24
jam adalah Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan
maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam. Rumah
Sakit yang melaksanakan PONEK sesuai standar adalah rumah sakit yang
melaksanakan PONEK sesuai Pedoman Penyelenggaraan PONEK 24 Jam di
Rumah Sakit.
Kriteria sebagai RS PONEK dengan pelayanan maternal dan neonatal
selama 24 jam, sesuai dengan standar dari Departemen Kesehatan RI adalah
sebagai berikut :
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi
baik secara umum maupun emergency obstetrik –neonatal.
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di
rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan
neonatus.
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan
pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
d. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik
dan neonatal.
e. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
f. Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, dikamar
bersalin kurang dari 30 menit pelayanan darah kurang dari1 jam.
g. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan
operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
h. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit.
i. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan
tugas sewaktu-waktu,meskipun on call.
j. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
k. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
l. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK,
seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam,recovery room 24
jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap tersedia.
m. Perlengkapan
1. Semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak,
cairan dll)
2. Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
3. Semua perlengakapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar
atau tidak stabil)
4. Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
5. Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
6. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
7. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan
steker menempel kokoh)
n. Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit ini.
Jumlah Kunjungan Pembinaan TIM PONEK RS ke PKM PONED diisi sesuai
dengan jumlah kunjungan pembinaan dr. SPOG/SPA ke puskesmas dalam satu
tahun.
Jumlah Kunjungan Pembinaan TIM PONEK RS sekitarnya diisi sesuai
dengan jumlah kunjungan pembinaan dr. SPOG/SPA ke klinik/RS sekitarnya
dalam satu tahun
Jumlah Audit Maternal Perinatal (AMP) dalam satu tahun termasuk
surveilans kematian ibu (serangkaian kegiatan penelusuran dan analisis
secara sistematis sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan
neonatal guna mencegah kesakitan atau kematian ibu di masa yang akan
datang.
Rumah sakit memiliki SK Tim PONEK RS yang ditandatangani
Direktur RS.
3. MDGs 6
Tim KT (Konseling dan Test) terdiri dari konselor, petugas laboratorium.
Tenaga konselor dapat berlatar belakang dokter, psikolog, profesional
kesehatan masyarakat, perawat, bidan atau pekerja sosial.
Pelatihan IMS yaitu pelatihan untuk petugas kesehatan agar dapat
melakukan penanganan IMS berdasarkan standar pelayanan
ditempatnya berada, sehingga dapat membantu strategi kontrol terhadap
infeksi menular seksual (IMS) dan juga HIV/AIDS. Termasuk dalam tim
IMS adalah dokter, perawat/bidan, petugas laboratorium dan petugas
pencatatan dan pelaporan.
Layanan PTRM adalah layanan yang mampu memberikan metadon sebagai
substitusi opioid dan melakukan pengawasan bagi pasien.
Prevention Mother To Child Transmition (PMTCT) adalah upaya pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak yang bertujuan untuk menyelamatkan
ibu dan bayi dari infeksi HIV.
Tim CST merupakan tim Petugas yang dilatih untuk melakukan pengobatan
ARVyang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam/dokter umum, perawat,
Manajer Kasus, petugas farmasi serta petugas pencatatan dan pelaporan.
dilatih untukmelakukan pengobatan ARV
Pemeriksaan CD4 merupakan pemeriksaan laboratorium terkait HIV&AIDS
dengan melakukan pemeriksaan kelainan sistem imun.
Pemeriksaan viral load merupakan pemeriksaan laboratorium terakit
HIV&AIDS dengan mendeteksi seberapa aktif virus HIV.
Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan rujukan untukODHA sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan
Rumah Sakit melaksanakan pelayanan TB sesuai strategi DOTS. TIM DOTS
terlatih yaitu tim yang terdiri dari dokter, perawat dan petugas lab di
Rumah Sakit yang telah dilatih untuk melaksanakan Pengendalian TB
dengan strategi DOTS
Rumah Sakit yang melaksanakan Pengendalian infeksi airborne dalam
implementasi DOTS adalah Rumah Sakit yang melaksanakan minimal
salah satu pilar dari 4 pilar pengendalian infeksi airborne dalam
implementasi DOTS.
Sarana yang dapat memberikan pelayanan TB dengan strategi DOTS
adalah rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan TB (ruang
rawat inap TB, rawat jalan khusus TB, lab dengan sarana
pemeriksaan BTA, dan pelayanan OAT)
Laboratorium RS memiliki mikroskop dan bahan laboratorium yang
sesuai standar (reagen, pot sputum, slide, box slide) untuk
pemeriksaan sputum yang berfungsi dengan baik.
Rumah Sakit memiliki bahan laboratorium (reagensia Zn) sesuai dengan
fungsinya dalam jumlah yang cukup untuk 3 bulan ke depan.
Ruang isolasi untuk TB HIV yaitu ruangan rawat inap khusus yang
disediakan untuk pasien TB HIV di Rumah Sakit yang mempunyai kaidah
pencegahan dan pengendalian infeksi TB
Ruang isolasi untuk MDR TB yaitu ruangan rawat inap khusus yang
disediakan untuk pasien TB-MDR di Rumah Sakit yang mempunyai kaidah
pencegahan dan pengendalian infeksi TB
OAT adalah paduan obat yang disediakan dalam bentuk paket. Satu
(1) paket untuk satu (1) orang dalam 1 masa pengobatan (intensif = 2
bulan, lanjutan = 4 bulan)
Media KIE TB yaitu media seperti poster, leaflet, brosur dan lembar
balik yang dapat digunakan promosi kesehatan tentang TB untuk
meningkatkan penemuan kasus TB
Pertemuan jejaring internal adalah pertemuan koordinasi antara seluruh
layanan yang terkait dengan TB di RS, sedangkan pertemuan jejaring
eksternal adalah pertemuan koordinasi antara RS dengan Dinas
Kesehatan setempat yang melibatkan seluruh fasyankes DOTS di suatu
wilayah
Tenaga laboratorium yang dilatih adalah tenaga laboratorium di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (PPM dan PRM) yang dilatih dan
melaksanakan Quality Assurance (QA) laboratorium.
6. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi Operasional
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan
b. Numerator
Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat Darurat yang
disurvey
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang disurvey (minimal n=50)
d. Standar : ≥ 70%
8. Khusus untuk RS Jiwa, Pasien jiwa dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam
a. Definisi Operasional
Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan gangguan jiwa yang
dengan intervensi medis tidak lagi menunjukkan gejala dan tanda agresif
yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain sebagai akibat
gangguan jiwa yang diderita.
b. Numerator
Jumlah pasien gangguan jiwa yang dapat ditenangkan
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang menunjukkan gejala dan tanda
agresif yang ditangani di Gawat Darurat.
d. Standar : 100%
2. Ketersediaan Pelayanan
a. Definisi Operasional
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang
dilaksanakan di rumah sakit. Ketersediaan pelayanan rawat jalan untuk
rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi dari rumah sakit.
b. Numerator
Jenis-jenis pelayanan rawat jalan spesialistik yang ada (kualitatif)
c. Denominator
Tidak ada
d. Standar : Minimal kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan, dan bedah.
6. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi Operasional
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan.
b. Numerator
Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat jalan yang
disurvey.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey (minimal n=50)
d. Standar : ≥ 90%
b. Numerator
Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan.
d. Standar : ≤ 0,24% ≤2,4/1000 (international) (NDR ≤ 25/1000, Indonesia)
13. Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri
a. Definisi operasional
Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah kematian yang terjadi pada
pasien gangguan jiwa karena perawatan rawat inap yang tidak baik
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan dikurangi
jumlah kejadian kematian pasien gangguan jiwa bunuh diri dalam satu
bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan
d. Standar :100%
b. Numerator
Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang dipulangkan dalam 1
bulan dikurangi jumlah kejadian pasien gangguan jiwa yang kembali
dirawat dalam waktu 1 bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang dipulangkan dalam 1 bulan
d. Standar :100%
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah
operasi
a. Definisi Operasional
Kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian dimana benda asing
seperti kapas, gunting, peralatan dalam tubuh pasien akibat suaitu
tindakan pembedahan.
b. Numerator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan dikurangi jumlah
pasien yang mengalami tertinggalnya benda asing dalam tubuh akibat
operasi dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan
d. Standar : 100%
7. Keluarga Berencana
A. Presentase KB Vasektomi &tubektomi yang dilakukan oleh tenaga kompeten
dr. SpOG, dr. Sp.B, dr. SP.U, dokter umum terlatih
a. Definisi operasional
Keluarga berencana yang menggunakan metode operasi pada alat
reproduksi.
b. Numerator
Jenis pelayanan KB mantap
c. Denominator
Jumlah peserta KB
d. Standar :100%
b. Presentase peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap oleh
bidan terlatih
a. Definisi operasional
Proses konsultasi antara pasien dengan bidan untuk mendapatkan pilihan
pelayanan KB mantap yang sesuai dengan status kesehatan pasien
b. Numerator
Jumlah konseling layanan KB mantap
c. Denominator
Jumlah peserta konseling KB mantap
d. Standar : 100%
8. Kepuasan pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan persalinan
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey
(dalam prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%
2. Pelaksana ekspertisi
a. Definisi operasional
Pelaksana ekspertisi laboratorium adalah dokter spesialis patologi klinik
yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan hasil
pemeriksaan laboratorium. Bukti dilakukan ekspertisi adalah adanya
tanda tangan pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada
dokter yang meminta.
b. Numerator
Jumlah hasil lab yang diverifikasi hasilnya oleh dokter spesialis patologi
klinik dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium dalam satu bulan
d. Standar : 100%
4. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan laboratorium.
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey (dalam
prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvei (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%
2. Pelaksana ekspertisi
a. Definisi operasional
Pelaksanaan ekspertisi rontgen adalah dokter spesialis radiologi yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan foto
rontgen / pemeriksaan radiologi. Bukti pembacaan dan verifikasi adalah
dicantumkannya tanda tangan dokter spesialis radiologi pada lembar
hasil pemeriksaan yang dikirimkan kepada dokter yang meminta.
b. Numerator
Jumlah foto rontgen yang dibaca dan diverifikasi oleh dokter spesialis
radiologi dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan foto rontgen dalam satu bulan
d. Standar : 100%
b. Numerator
Jumlah foto rusak yang tidak dapat dibaca dalam 1 bulan.
c. Denominator
Jumlah seluruh pemeriksaan foto dalam 1 bulan
d. Standar : ≤ 2 %
4. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi operasional
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan radiologi.
b. Numerator
Jumlah pasien yang disurvey yang menyatakan puas
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%
3. Kepuasan Pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medik
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey (dalam
prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥ 80%
B. Racikan
a. Definisi operasional
Tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai menerima
obat racikan
b. Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien
yang disurvey dalam satu bulan
c. Denominator
Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut
d. Standar : ≤ 60 menit
3. Kepuasan pelanggan
a. Definisi operasional
Pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi
b. Numerator
Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvey
(dalam prosen)
c. Denominator
Jumlah total pasien yang disurvey (minimal 50)
d. Standar : ≥80%
c. Denominator
Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya diusulkan kenaikan pangkat
dalam satu tahun.
d. Standar : 100%
6. Cost recovery
a. Definisi Operasi
Cost recovery adalah jumlah pendapatan fungsional dalam periode
waktu tertentu dibagi dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam
periode waktu tertentu.
b. Numerator
Jumlah pendapatan fungsional dalam satu bulan.
c. Denominator
Jumlah pembelanjaan operasional dalam satu bulan.
d. Standar : ≥ 40%
b. Numerator
Jumlah instalasi yang menyediakan APD
c. Denominator
Jumlah instalasi di rumah sakit
d. Standar : 60%