Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI .

I. PENDAHULUAN

II. PERSYARATAN

1. Air

2. Protein Dan Energi

3. Vitamin Dan Mineral

III.BAHAN PAKAN ALTERNATIF UNTUK TERNAK ITIK

1. Dedak Padi

2. Singkong

3. Bekicot

4. Keong Mas

5. Cangkang

6. lkan Rucah

IV PEMBERIAN PAKAN

1. Macam Bahan yang Digunakan

2. Cara Penyusunan Ransum

3. Cara Pemberian Pakan

V.ANALISIS USAHA

VI. KESIMPULAN

DAFTAR BACAAN
I. PENDAHULUAN

Di Indonesia, ternak itik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup
potensial disamping ayam. Kelebihan dari ternak ini adalah lebih tahan penyakit
dibandingkan dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak banyak
mengandung resiko.

Umumnya, itik masih dipelihara secara tradisional dengan penggembalaan


secara berpindah-pindah dari sawah sate ke sawah yang lain. Dengan semakin
sempitnya areal penggembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat
keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.

Salah satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan
mengalihkan sistem pemeliharaannya dari sistem tradisional ke sistem intensif dengan
cara dikandangkan. Itik tidak lagi digembalakan di sawah untuk mencari makan sendiri,
tetapi pakan dan minum disediakan dalam kandang (Gambar 1). Air untuk berenang-
renang tidak disediakan sehingga itik hanya memanfaatkan energinya untuk produksi
telur.

Keuntungan pemeliharaan itik secara intensif adalah produktivitas telur lebih


tinggi, kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin serta biaya pemeliharaan lebih
efisien. Produksi telur itik yang dipelihara dengan cara digembalakan rata-rata 124
butir/ekor/tahun, sedangkan dengan sistem pemeliharaan intensif telurnya dapat
mencapai lebih dari 200 butir/ekor/tahun.

Dengan kata lain, itik yang dikandangkan mampu menghasilkan telur yang lebih
banyak dengan produksi yang lebih stabil dan lebih baik mutunya daripada yang
digembalakan. Pertimbangan ekonomis lainnya untuk memelihara ink secara intensif
adalah dapat menghemat tenaga. Seorang peternak dalam sistem penggembalaan
hanya mampu merawat paling banyak 100 ekor itik, sedangkan dengan cara
dikandangkan mampu merawat 600-1.000 ekor itik sekaligus, dengan demikian biaya
tenaga kerja lebih sedikit dan usaha ini cocok dijadikan usaha keluarga. Semakin
meningkatnya pemeliharaan itik secara intensif (dikandangkan), maka pengetahuan dan
keterampilan tentang penyusunan ransum dan pemberian pakan sangat diperlukan.
II. PERSYARATAN KECUKUPAN GIZI

Penyediaan pakan untuk itik yang dipelihara secara intensif wring menjadi kendala
dalam peralihan cara pemeliharaan dari tradisional ke intensif, karma itik yang dipelihara
secara intensif biasanya diberi pakan produksi pabrik atau pakan komersial yang
menghabiskan 60-70% biaya produksi. Hal ini merupakan beban yang cukup berat apabila
itik yang dipelihara hanya berproduksi rata-rata kurang dari 60%. Keadaaan ini memacu
peternak untuk menyusun ransum itik sendiri. Penggunaan pakan komersial hanya terbatas
untuk itik periode awal (umur 0-28 hari), hal ini berkaitan dengan alasan yang sifatnya
ekonomis, disamping karma bahan baku pakan itik tidak mudah diperoleh.

Pada pemeliharaan itik intensif semua kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan
atau bertelur harus diberikan oleh peternak sehingga biaya yang dibutuhkan untuk
pembelian pakan cukup tinggi. Oleh karma itu pemberian pakan yang murah dan
memenuhi kebutuhan zat gizi sangat perlu untuk menunjang keberhasilan usaha
peternakan itik. Zat gizi yang dibutuhkan oleh itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan
bertelur adalah: air, protein, sumber energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan
mineral. Adapun uraiannya sebagai berikut :

1. Air.
Air merupakan zat gizi yang penting terutama untuk proses metabolisme
(pemecahan atau pembentukan zat gizi dalam tubuh), pengangkutan zat gizi dan zat
khusus didalam darah serta untuk pengeluaran panas tubuh. Penyediaan air secara
terus menerus sangat diperlukan karma ternak itik tidak dapat minum air dalam jumlah
banyak pada suatu saat. Kekurangan air akan menyebabkan ternak kerdil bahkan mati.
Berbeda dengan ayam, selain sebagai zat gizi (diminum), air juga dibutuhkan itik untuk
membasahi kepalanya. Oleh karma itu ke dalaman air pada tempat minum harus dapat
membasahi kepala itik.

2. Protein dan Energi


Protein adalah zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, menggantikan
jaringan tubuh yang sudah tua dan untuk pembentukan antibodi yang berguna untuk
melawan penyakit di dalam tubuh.
Penentuan kebutuhan protein selalu dihubungkan dengan tingkat energi dalam
pakan karma protein dapat dijadikan sebagai sumber energi dan dibutuhkan dalam
pembentukan protein. Untuk itik periode bertelur, pemberian pakan dengan kadar protein
tinggi (18%) dapat memproduksi telur lebih balk dibandingkan pakan dengan kadar protein
lebih rendah (16%), sedangkan energi metabolisme untuk itik yang sedang bertelur adalah
2.700 Kkal/kg. Pemberian kadar protein yang lebih rendah menyebabkan telur yang
dihasilkan lebih kecil, sedangkan bila kadar energi pakan yang lebih rendah akan
menyebabkan penurunan produksi telur, tetapi tidak mempengaruhi berat telur.

3. Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah zat gizi yang dibutuhkan sebagai pernbantu (katalis) dalam
proses pembentukan atau pemecahan zat gizi lain di dalam tubuh, jadi hanya
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Mineral dibutuhkan untuk membentuk kerangka
(tulang) tubuh, membantu pencernaan dan metabolisme dalam sel serta untuk
pembentukan kerabang (kulit) telur. Zat kapur atau (Calcium = Ca) dan fosfor (P)
adalah zat mineral yang paling banyak dibutuhkan. Kedua zat ini mempunyai hubungan
yang saling terkait. Untuk itik yang sedang bertelur dibutuhkan zat kapur dan fosfor
yang cukup tinggi dalam pakannya berkisar 3,0% Ca dan 0,60% P.

Penurunan zat kapur hingga 1,25% dalam pakan menyebabkan penurunan produksi
telur dan kerabang telur yang lebih tipis. Kekurangan zat fosfor akan menurunkan nafsu
makan dan menyebabkan pertumbuhan yang terlambat, serta penurunan produksi dan
berat telur. Penambahan garam dapur 0,2% hingga 0,5% sudah dapat menunjang
pertumbuhan dan produksi telur yang balk. Kebutuhan akan mineral lain (Mg, K, Zn, Fe, I,
Mn, Mo, Se, Co, Cl) dan vitamin adalah dalam jumlah yang sangat sedikit.

Dalam praktek sehari-hari digunakan campuran mineral dan vitamin (premix) yang
telah banyak diperdagangkan dengan komposisi yang telah disesuaikan, sehingga hanya
perlu diberikan sebanyak 0,25 - 0,5 Kg premix untuk tiap 100 Kg pakan. Secara ringkas
kebutuhan zat gizi utama untuk itik yang disarankan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Beberapa Zat Gizi Untuk Itik Petelur.

ANAK (0-8) DARA (9-20) PETELUR


MINGGU MINGGU (>20)
MINGGU

Energi metabolis (KkaI/Kg) 3100 2700 2700

Protein kasar (%) 17 - 20 15 - 18 17 - 19

Ca (%) 0,6 - 1,0 0,6 - 1,0 2,9 - 3,25

P (% 0.6 0,6 0,6

III. BAHAN PAKAN ALTERNATIF UNTUK

TERNAK ITIK

Banyak bahan pakan alternatif (bahan pakan pilihan) yang bisa digunakan, namun
dalam mencari bahan yang akan dipakai hendaknya berpegang pada kadar protein dan
energi yang diperlukan itik.

Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung,
menu, tepung singkong, polar, nasi keying, roti afkir dan mie afkir, namun dalam
pemberiannya sebaiknya tidak dalam bentuk keying, tetapi agak basah atau jika terlalu
keras perlu direndam sebelum diberikan pada itik. Sebagai contoh perendaman
diperlukan jika itik diberi nasi keying, sehingga nasi tersebut menjadi agak lunak/lembek
dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik.

Bahan pakan sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar
adalah ikan rucah, cangkang udang dan keong, namun pemberiannya haruslah dalam
ukuran yang cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis
bahan pakan sumber protein yang berbentuk tepung yang dapat diberikan kepada itik
antara lain bungkil kelapa, tepung ikan, bekicot dan sebagainya. Kandungan zat gizi
beberapa bahan
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Beberapa Bahan Pakan.
Energi metabolis Protein Fosfor Calsium
Jenis Bahan metabolis kasar tersedia tersedia Metionin Lisin
(%) (%)
(kkaI-Kg) (%) (%) (%)

Dedak padi 2.400 12,0 1.0 0,20 0,25 0,45

Menir 2.660 10,3 0,12 0,09 0,17 0,30

Jagung 3.300 8,5 0,30 0,02 0,18 0,20

Bungkil kelapa 1.410 18,6 0,60 0,10 0,30 0,55

Tepung cangkang udang 2.000 30,0 1.15 7,86 0,57 1,50

Udang segar 2.900 54,20 1,40 4,20 0,57 1,50

Ikan rucah segar 3.122 64,33 3,37 4,15 1,79 5,07


Tepung ikan 2.960 55,11 2,85 5,30 1,79 5,07

Tepung bekicot 2.700 44.0 0,43 0,69 0,89 7,72

Polar 1.300 15,50 1,17 0,14 0,20 0,30

Limbah Roti - 10,50 0,13 0,17 - -

Tepung Keong Mas - 46,20 0,35 2,98 0,30 1,37

Tepung Singkong 3.200 2,00 0,40 0,33 0,01 0,07


1. Dedak Padi
Dedak path (bekatul) merupakan hash dari prows penggilingan path yang
digiling, jumlahnya sekitar 10% dari total berat path. Pemanfaatan dedak sebagai
bahan pakan ternak mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang
cukup tinggi. Penggunaan dedak path hingga 75% dalam ransum itik petelur tidak
mengganggu produksi telur, asalkan kandungan nutrisi yang lainnya cukup.

2. Singkong
Singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai dart banyak dihasilkan di
Indonesia. Bagian singkong yang dapat digunakan sebagai bahan pakan itik adalah
umbi gaplek. Tepung singkong/gaplek mempunyai kandungan karbohidat atau sumber
energi yang tinggi, hampir menyamai jagung, tetapi miskin akan protein (sekitar 2%).
Pada umbi singkong, sebagian besar sianida terdapat pada kulitnya. Pengupasan kulit
umbi, perendaman dan pengeringan dapat menurunkan kadar sianida tersebut. Tepung
singkong dapat digunakan dalam pakan ink hingga 30%. Pemberian dalam jumlah yang
lebih tinggi akan menyebabkan ternak mencret (diare).

3. Bekicot
Bekicot yang umumnya terdapat di pedesaan dapat digunakan sebagai sumber
protein untuk itik. Bekicot segar mengandung protein kasar sekitar 15%, kadar protein
ini dapat ditingkatkan dengan membuat tepung bekicot (dipisahkan dari kulit,
dikeringkan lalu digiling). Tepung bekicot yang dibuat dari bekicot mentah mengandung
52% protein, sedangkan yang dibuat dari bekicot rebus mengandung 32,7% protein.
Tepung bekicot mentah dapat dicampurkan dalam pakan itik hingga 15%, sedangkan
tepung bekicot rebus hingga 20%.

4. Keong Emas
Keong emas balk digunakan untuk campuran pakan itik karma hewan air ini
mengandung banyak protein dan kalsium. Pemberian dalam bentuk segar dapat
menyebabkan pengaruh negatif terhadap ternak, yaitu dapat menyebabkan penurunan
produksi ternak karma di dalam lendir keong tersebut terdapat suatu zat anti nutrisi
yang dapat menghambat pertumbuhan ternak, oleh sebab itu dianjurkan menggunakan
keong Emas yang telah direbus, karma zat anti nutrisi yang ada akan berkurang atau
bahkan hilang setelah proses perebusan selama 15-20 menu.
5. Cangkang Udang

Cangkang udang (terdiri dari kepala dan kulit) merupakan limbah yang banyak
ditemui di daerah pantai terutama di daerah yang mempunyai pabrik kerupuk udang
dan penampungan (pengolahan) udang untuk ekspor. Cangkang udang basah
mempunyai kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar,
11% calcium dan 1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30°,% dapat
meningkatkan produksi telur itik cukup tinggi.

6. Ikan Rucah
Ikan rucah yang banyak dihasilkan di berbagai daerah dapat digunakan sebagai
sumber protein bagi itik. Pemberian ikan rucah akan saling melengkapi kebutuhan
protein jika diberikan bersamaan dengan cangkang udang. (5,40 kg) diberikan dalam
bentuk agak basah pada jam 07.00 (pagi), kemudian cangkang udang segar (2,94 kg) dan
setengah bagian dari pakan campuran tadi (5,40 kg) diberikan jam 15.00 (sore hari) dalam
bentuk agak basah yaitu dengan jalan menambahkan sedikit air supaya tidak mudah ditiup
angin dan memudahkan itik untuk mengkonsumsinya.
V. ANALISIS USAHA
Jika dibandingkan dengan penggunaan pakan tradisional, pakan hasil ramuan
dapat meningkatkan produksi telur rata-rata sebesar 42,86%, dengan berat telur 68,57
gram, dan kekentalan putih telur (Naught-Unit) 82,54. Selain itu pakan tersebut dapat
meningkatkan warm kuning telur sebesar 12,17% yang menimbulkan warm kuning telur
cukup baik yaitu warm kuning kemerahan sebagai akibat adanya pigmen astaxanthin
didalam cangkang udang.

Biaya pakan harian yang diperlukan untuk pemeliharaan 100 ekor itik dengan
pemberian pakan tersebut adalah sebesar Rp. 11.048,- jauh lebih murah dibandingkan
biaya pakan yang biasa dilakukan petani yaitu Rp. 21.138,-. Sedangkan pendapatan harian
yang diperoleh dari hasil penjualan telur itik, jika diumpamakan harga jual telur itik Rp.
600/butir adalah sebesar Rp. 25.716,- Dengan demikian pemeliharaan itik dengan
pemberian pakan tersebut mempunyai nilai ekonomis sebesar 2,33% jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan cara petani (1,08%). Selain itu pendapatan harian yang diperoleh dari
pemeliharaan 100 ekor itik dengan menggunakan pakan tersebut sebesar Rp. 14.668,
sedangkan dengan cara petani hanya sebesar Rp. 1.614,- jadi akan diperoleh tambahan
pendapatan kotor sebesar Rp. 13.054/ 100 ekor/hari untuk penggunaan pakan perbaikan.
VI. KESIMPULAN
Penggunaan pakan perbaikan selain terbukti lebih hemat, juga dapat
meningkatkan produksi telur itik sebanyak 4,94 butir/ 100 ekor/hari dan mempunyai
nilai efisien ekonomi lebih tinggi dari pada pakan tradisional.

Tambahan pendapatan kotor yang diperoleh dengan menggunakan pakan


perbaikan apabila dibandingkan dengan pakan tradisional adalah sebesar Rp.
13.054/100 ekor/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, D. Muflihani, Y. Y.C.Rahardjo, B.Wibowo dan B.Bakrie, 1999.


LaporanAkhirPenelitian AdaptifTeknologi Pakan dari Cangkang Udang Ikan
Rucah untuk Itik Petelur. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
Jakarta.

BPT, 1990 Potensi Pengembangan Ink dengan Pemeliharaan Terkurung . Balai


Penelitian Ternak Ciawi.
Rahardjo, 1985. Nilai Gizi Cangkang Udang dan Pemanfaatannya untuk Ink.
Prosidings Seminar Peternakan dan Forum

Peternakan Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan


Peternakan, Bogor
Rasyaf, M.1984. Beternak Itik Petelur. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Sandhy, S.W.2000. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya Jakarta.
Sinurat, A. P.2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Balai Penelitian
Ternak Ciawi.
Whendrato, I dan Madyana, LM, 1986. Beternak Itik Tegal Secara Populer. Eka
Offset, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai