c. Gangguan neuromuskular
Otot-otot pernafasan utama adalah diafragma dan otot-otot interkostal. Otot-otot
interkostal dapat lumpuh bila terjadi kerusakan pada vertebra servikalis. Mislanya pada:
1. Myasthenia gravis
2. Sindrom guillain-barre
3. Multiple sclerosis
4. Poliomyelitis
5. Kyphoscoliosis
6. Distrofi muskuler
7. Penyakit motor neuron
henti jantung sekunder terjadi akibat gangguan yang berasal dari luar jantung, misalnya:
1. Asfiksia karena sumbatan jalan nafas
2. Anoksia karena tercekik, edema paru
3. Kehilangan darah banyak yang akut
4. Hipoksemia karena anemia
5 syok septik stadium hari
●Indikasi BHD
1. Henti jantung
2. Henti nafas
● Tahapan-tahapan BHD
tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan
dengan tindakan.
urutan tahapan BHD adalah menilai, mengaktifkan LGD/EMS (Emergency medical
System), melakukan tindakan ABCD.
●Menilai kesadaran
Memeriksa pasien dan lihat responnya dengan menggoyang bahu pasien dengan lembut
dan bertanya cukup keras "apakah kami baik-baik saja?" Atau "siapa namamu"
1. Bila pasien menjawab atau bergerak, biarkan pasien tetap lasa posisi ditemukan,
kecuali bila ada bahaya pada posisi tersebut dan dipanta5 secara terus-menerus.
2. Bila pasien tidak memberikan respon, aktifkan EMS/LGD. Berteriaklah mencari
bantuan, sembari buka jalan nafas.
AIRWAY
apabila pasien tidak memberikan respon, pastikan apakah pasien bernafas dengan
sempurna. Untuk menilai pernafasan, pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan
nafas terbuka.
○Posisi pasien
Posisi pasien terbaik untuk dinilai pernafasan dan diberi bantuan resusitasi adalah pasien
posisi terlentang pada dasar yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan pasien
pada posisi telungkup, maka harus ditelentangkan secara simultan antara kepala, bahu
dan dada tanpa memutar badan (teknik roll-on)
○Posisi penolong
Posisi penolong disamping pasien, posisi siap untuk melakukan pemberian nafas buatan
dan kompresi dada.
○buka jalan nafas
Pada pasien yang tidak sadar, maka tonus otot-otot rahang lemah sehingga lidah dan
epiglotis dapat menyumbat farings atau jalan nafas atas.
Penolong dapat membuka jalan nafas dengan cara angkat kepala, angkat dagu (head
thilt chin lift Manuever), cara lain untuk membuka jalan nafas adalah dorong rahang
bawah (jaw thrust Manuever). Cara ini hanya boleh dilakukan oleh penolong seorang
petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma kepala atau leher.
Dengan cepat bersihkan muntahan atau benda asing yang nampak ada dalam mulut.
○head thilt chin lift Manuever
Posisikan telapak tangan pada dahi smabil mendorong dahi kebelakang, pada waktu
yang bersamaan, ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu. Ibu jari dan telunjuk
harus bebas agar dapat digunakan menutup hidung jika perlu memberikan nafas buatan.
○jaw thrust Manuever
Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien, dengan siku bersandar
pada permukaan tempat pasien terlentang dan pegang sudut rahang bawah dan angkat
dengan kedua tangan akan mendorong rahang bawah depan.
BREATHING
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai pernafasan dengan mendekatkan
telinga ke hidung dan mulut pasien.
Look, Feel and Listen ada tidaknya udara keluar masuk :
- lihat pergerakan naik turunnya dada
- dengar suara nafas pada mulut pasien
- rasakan hembusan nafas dipipi
Gbr. Menilai Pernafasan
○ pernafasan buatan
Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yang tidak bernafas atau pernafasannya
tidak memadai. Nafas buatan dimulai dengan 2 kali nafas pelan, efektif (dalam 1 detik),
kemudian dilanjutkan nafas buatan 12x/menit.
Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan buatan adalah:
- pernafasan buatan mulut ke mulut
- pernafasan buatan mulut ke hidung
- pernafasan buatan mulut ke sungkup
- pernafasan buatan dengan kantung nafas buatan (bag mask device)
CIRCULATION (SIRKULASI)
Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi.
Pada praktiknya penilaian tanda ada tidaknya sirkulasi oleh penolong adalah:
1. Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar, dan tidak bernafas, lihat
apakah ada tanda-tanda sirkulasi yakni ada nafas, batuk dan gerakan-gerakan tubuh.
2. Bila pasien tidak bernafas, batuk atau melakukan gerakan, lakukan pemeriksaan nadi
karotis.
3. Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
Catatan : penilaian sirkulasi ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan, sedangkan
untuk orang awam terlatih (petugas pemadam kebakaran, satpam dll) tidak dianjurkan,
pada kelompok orang-orang ini bila mendapatkan poin 1 diatas, segera melakukan
kompresi dada.
●Kompresi dada
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada setengah bawah tulang dada
(sternum) berulang-berulang dan berirama.
● Komplikasi BLS
1. Regurgitasi, aspirasi
2. Fraktur sternum, costae
3. Pneumothoraks, hemotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati, limpa
TAHAPAN-TAHAPAN BHD
Tahapan BHD pada anak dilakukan secara berurutan dimulai dengan menilai kesadaran,
mengaktifkan LGD/EMS dan tindakan ABC (airway, breathing, circulation).
BHD pada anak umur 8 tahun keatas sama dengan dewasa.
● posisi pasien
Bila anak tidak sadar, posisikan anak sebagai satu unit ke posisi terlentang pada alas
yang datar dan keras, sehingga bila diperlukan tindakan kompresi dada bisa segera
dilakukan.
BREATHING
● penilaian pernafasan
Pertahankan jalan nafas terbuka dan melihat tanda-tanda pernafasan anak.
Melihat naik dan turunnya dada dan perut, dengarkan pada hidung dan mulut anak
adanya udara ekshalasi dan rasakan gerakan udara yang keluar dari mulut anak dengan
pipi penolong. Tindakan ini tidak lebih dari 10 detik.
Apabila anak bernafas spontan dan tidak ada riwayat trauma, posisikan anak ke posisi
sisi mantap untuk mempertahankan jalan nafas terbuka.
● pernafasan buatan
Apabila pernafasan tidak ada atau tidak mmemadai, tetap jaga jalan nafas terbuka dan
berikan dua nafas buatan pelan (1 detik per nafas).
Pemberian nafas buatan dapat dilakukan dengan :
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut
- pernafasan buatan dengan kantong alat nafas.
CIRCULATION (SIRKULASI)
Kesimpulan :
1. Henti jantung mengakibatkan hal yang buruk pada bayi dan anak.
Oleh karena itulah petugas kesehatan harus mampu mengatasi ini.
2. Henti jantung paru pada bayi dan anak biasanya merupakan kegagalan progresif dari
sistem pernafasan.
3. Idealnya RJP pada anak dilakukan secara simultan dengan mengaktifkan sistem
layanan gawat darurat (EMS=Emergency Medical System).
4. Jika penolong tunggal menemukan anak tidam sadar lakukan RJP selama 2 menit lalu
kontak telepon dengan UGD Rumah sakit setempat.
5. Buka jalan nafas dengan manuever head thilt chin lift. Berikan pernafasan buatan dari
mulut ke mulut dan hidung dan mulut ke mulut adalah teknik yang dapat diterapkan ke
bayi.
6. Penolong awam dna petugas kesehatan sebaiknya memakai alat pelindung untuk
memberi nafas buatan pada pasien yang tidak sadar.
7. Petugas kesehatan sebaiknya melakukan cek nadi sambil melihat tanda-tanda
sirkulasi (bernafas, batuk, pergerakan).
8. Rasio 30 kompresi dan 2 ventilasi dianjurkan baik untuk 1 penolong, 15 kompresi dan
2 ventilasi untuk 2 penolong. Kecepatan kompresi untuk 1 atau 2 penolong paling sedikit
100 kali per menit pada bayi dan 100 kompresi per menit pada anak.