Anda di halaman 1dari 16

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)


● Tujuan BHD
mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yg adekuat sampai kondisi yg menyebabkan
henti nafas dan henti jantung dapat diatasi.

● Definisi Henti Nafas dan Henti Jantung


Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti (apnea). Sedangkan henti jantung adalah
apabila jantung berhenti berkontraksi dan memompa darah. Kedua keadaan ini saling
kait-mengkait.

● Sebab-Sebab Henti Nafas dan Henti Jantung


Henti nafas dapat disebabkan oleh gangguan atau penyakit pada jalan nafas atau
pernafasan (primer) dan henti jantung diakibatkan gangguan atau penyakit
kardiovaskular (primer). Meskipun demikian banyak penyakit-penyakit yg secara
sekunder akan membahayakan pernafasan dan jantung yg pada akhirnya
mengakibatkan henti nafas dan henti jantung.
Sistem kardiovaskuler dan pernafasan selalu berinteraksi.

● Sebab-sebab henti nafas


a. Sumbatan jalan nafas
Sumbatan jalan nafas dapat terjadi total atau sebagian. Sumbatan jalan nafas total
dengan cepat dapat menyebabkan edema otak atau edema paru, kelelahan bernafas,
apnea sekunder dan kerusakan otak karena hipoksia seperti pada henti jantung.
Sebab-sebab sumbatan jalan adalah:
1. Darah
2. Muntahan
3. Benda asing
4. Trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
5. Spasme larings, bronkus
6. Radang
7. Depresi susunan syaraf pusat oleh karena trauma kepala, tumor, gangguan metabolik
dan obat-obatan misalnya narkotika.

b. Gangguan atau pemyakit paru


Kelainan patologis paru yg berat akan memperburuk oksigenasi dan ventilasi, yaitu:
1. Infeksi
2. Aspirasi
3. Asthma bronkhial
4. Edema paru
5. Kontusio paru
6. Pneumotoraks, hematoraks

c. Gangguan neuromuskular
Otot-otot pernafasan utama adalah diafragma dan otot-otot interkostal. Otot-otot
interkostal dapat lumpuh bila terjadi kerusakan pada vertebra servikalis. Mislanya pada:
1. Myasthenia gravis
2. Sindrom guillain-barre
3. Multiple sclerosis
4. Poliomyelitis
5. Kyphoscoliosis
6. Distrofi muskuler
7. Penyakit motor neuron

●Sebab-sebab henti jantung


Sebab henti jantung dapat primer atau sekunder.
henti jantung primer adalah apabila penyebab yang langsung terjadi dari jantung, yaitu:
1. Gagal jantung
2. Temponade jantung
3. Miokarditis
4. Kardiomiopatik hipertrofik
5. Fibrilasi ventrikel akibat : iskemia miokardium, infark miokardium, sengatan listrik, obat-
obatan, gangguan listrik.

henti jantung sekunder terjadi akibat gangguan yang berasal dari luar jantung, misalnya:
1. Asfiksia karena sumbatan jalan nafas
2. Anoksia karena tercekik, edema paru
3. Kehilangan darah banyak yang akut
4. Hipoksemia karena anemia
5 syok septik stadium hari

●Indikasi BHD
1. Henti jantung
2. Henti nafas

● Tahapan-tahapan BHD
tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan
dengan tindakan.
urutan tahapan BHD adalah menilai, mengaktifkan LGD/EMS (Emergency medical
System), melakukan tindakan ABCD.

●Menilai kesadaran
Memeriksa pasien dan lihat responnya dengan menggoyang bahu pasien dengan lembut
dan bertanya cukup keras "apakah kami baik-baik saja?" Atau "siapa namamu"
1. Bila pasien menjawab atau bergerak, biarkan pasien tetap lasa posisi ditemukan,
kecuali bila ada bahaya pada posisi tersebut dan dipanta5 secara terus-menerus.
2. Bila pasien tidak memberikan respon, aktifkan EMS/LGD. Berteriaklah mencari
bantuan, sembari buka jalan nafas.

Gbr. Menilai Kesadaran

Mengaktifkan Unit Gawat Darurat / UGD (Emergency Medical System = EMS)


Meminta bantuan atau dengan berteriak atau menelepon UGD/EMS misalnya 118.
Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian, jenis kejadian (misalnya
serangan jantung, trauma, dll) beberapa pasien yang perlu bantuan, kondisi pasien,
bantuan apa yang sudah diberikan, dll)

AIRWAY
apabila pasien tidak memberikan respon, pastikan apakah pasien bernafas dengan
sempurna. Untuk menilai pernafasan, pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan
nafas terbuka.
○Posisi pasien
Posisi pasien terbaik untuk dinilai pernafasan dan diberi bantuan resusitasi adalah pasien
posisi terlentang pada dasar yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan pasien
pada posisi telungkup, maka harus ditelentangkan secara simultan antara kepala, bahu
dan dada tanpa memutar badan (teknik roll-on)
○Posisi penolong
Posisi penolong disamping pasien, posisi siap untuk melakukan pemberian nafas buatan
dan kompresi dada.
○buka jalan nafas
Pada pasien yang tidak sadar, maka tonus otot-otot rahang lemah sehingga lidah dan
epiglotis dapat menyumbat farings atau jalan nafas atas.
Penolong dapat membuka jalan nafas dengan cara angkat kepala, angkat dagu (head
thilt chin lift Manuever), cara lain untuk membuka jalan nafas adalah dorong rahang
bawah (jaw thrust Manuever). Cara ini hanya boleh dilakukan oleh penolong seorang
petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma kepala atau leher.
Dengan cepat bersihkan muntahan atau benda asing yang nampak ada dalam mulut.
○head thilt chin lift Manuever
Posisikan telapak tangan pada dahi smabil mendorong dahi kebelakang, pada waktu
yang bersamaan, ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu. Ibu jari dan telunjuk
harus bebas agar dapat digunakan menutup hidung jika perlu memberikan nafas buatan.
○jaw thrust Manuever
Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien, dengan siku bersandar
pada permukaan tempat pasien terlentang dan pegang sudut rahang bawah dan angkat
dengan kedua tangan akan mendorong rahang bawah depan.

Gbr. Head thilt-chin lift manuever dan jaw thrust manuever

BREATHING
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai pernafasan dengan mendekatkan
telinga ke hidung dan mulut pasien.
Look, Feel and Listen ada tidaknya udara keluar masuk :
- lihat pergerakan naik turunnya dada
- dengar suara nafas pada mulut pasien
- rasakan hembusan nafas dipipi
Gbr. Menilai Pernafasan

Penilaian ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.


Bila pernafasan memadai:
Posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position) bila tidak ada riwayat trauma
leher, pantau terus pasien dan mencari bantuan. Bila tidak ada pernafasan cari bantuan
(aktifkan LGD/EMS), pasien diposisikan telentang, buka jalan nafas dan bersihkan
sumbatan yang terlihat didalam mulut pasien dan berikan bantuan pernafasan buatan.

○ Posisi sisi mantap (recovery position)


Pada pasien yang tidak sadar, bernafas spontan dan teraba sirkulasi spontan, maka
pertolongan ditujukan untuk mempertahankan jalan nafas bebas dari sumbatan lidah dan
mengurangi terjadinya aspirasi isi lambung. Oleh karena itu pasien diatur pada posisi
mantap, yaitu:
- lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala.
- lengan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan tangan tersebut ke pipinya.
- tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah penolong, baringkan miring dengan
tungkai atas membentuk sudut dan menahan tubuh dengan stabil agar tidak
menelungkup.
- periksa pernafasan terus menerus.
Gbr. Posisi Sisi Mantap (Recovery Position)

○ pernafasan buatan
Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yang tidak bernafas atau pernafasannya
tidak memadai. Nafas buatan dimulai dengan 2 kali nafas pelan, efektif (dalam 1 detik),
kemudian dilanjutkan nafas buatan 12x/menit.
Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan buatan adalah:
- pernafasan buatan mulut ke mulut
- pernafasan buatan mulut ke hidung
- pernafasan buatan mulut ke sungkup
- pernafasan buatan dengan kantung nafas buatan (bag mask device)

1. Pernafasan Buatan Mulut ke Mulut


Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling sederhana, cepat meskipun
menggunakan udara ekhalasi penolong dengan kadar oksigen sekitar 16% saja.
caranya :
- pertahankan head thilt chin lift
- jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang melakukan head thilt
- buka sedikit mulut pasien
- tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut pasien,
kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 2 detik dan pastikan sampai daa
terangkat.
- tetap pertahankan head thilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat
apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.
Gbr. Pernafasan buatan mulut ke mulut

2. Pernafasan Buatan Mulut Ke Hidung


Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit misalkan karena trismus,
caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin lift, kemudian tiupkan udara seperti
pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut pasa waktu ekshalasi.

3. Pernafasan Buatan Mulut Ke Sungkup


Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakan diatas dan melingkupi mulut
serta hidung pasien. Sungkup ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan
warna bibir pasien dapat terlihat.
caranya :
- letakkan pasien pada posisi terlentang
- letakkan sungkup pada muka pasien dan dipegang dengan kedua ibu jari
- lakukan head thilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup kemuka pasien agar rapat
kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai dada terangkat
- hentikan tiupan dan amati turunnya dada.

Gbr. Pernafasan buatan mulut kesungkup

4. Pernafasan Dengan kantung Nafas Buatan


Alat kantung nafas terdiri dari kantung dan katup satu arah yang menempel pada
sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600 ml. Alat ini bisa digunakan untuk
memberikan nafas buatan dengan atau disambungkan dengan sumber oksigen. Bila
disambungkan ke oksigen dengan kecepatan aliran 12 liter per menit (ini dapat
memberikan konsentrasi oksigen yang diinspirasi sebesar 7,40%), maka penolong hanya
memompa sebesar 400-600 ml (6-7ml/kg) dalam 1-2 detik ke pasien, bila tanpa oksigen
dipompakan 10 ml/kg berat badan pasien dalam 2 detik. Caranya dengan menempatkan
tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi muka dengan
teknik E-C Clamp, yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong membentuk huruf "C" dan
mempertahankan sungkup dimuka pasien. Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk
huruf "E" dengan meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan
rahang bawah, tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka
jalan nafas.
a. Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi diatas kepala pasien
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak
terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat rahang
bawah dengan mengekstensikan kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong
kedua secara perlahan (2 detik) memompa kantung sampai dada terangkat.
b. Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir sungkup dan jari-
jari lainnya mengangkat rahang bawah, tangan yang lain memompa kantung nafas
sembari melihat dada terangkat.

Gbr. Dua penolong


Gbr. Satu penolong

ANJURAN UNTUK PERNAFASAN BUATAN


Pada awal pemberian pernafasan buatan, berikan 2 kali perlahan (2 detik setiap kali
tiupan) dan biarkan ekshalasi sempurna diantara nafas/tiupan. Bila hanya perlu nafas
buatan saja, diberikan dengan kecepatan 10-12 nafas permenit, tetapi bila disertai
kompresi jantung luar maka diberikan 30 kali kompresi dan 2 nafas per ventilasi untuk 1
atau 2 penolong sampai pasien dilakukan Intubasi trakhea.

CIRCULATION (SIRKULASI)
Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi.
Pada praktiknya penilaian tanda ada tidaknya sirkulasi oleh penolong adalah:
1. Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar, dan tidak bernafas, lihat
apakah ada tanda-tanda sirkulasi yakni ada nafas, batuk dan gerakan-gerakan tubuh.
2. Bila pasien tidak bernafas, batuk atau melakukan gerakan, lakukan pemeriksaan nadi
karotis.
3. Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
Catatan : penilaian sirkulasi ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan, sedangkan
untuk orang awam terlatih (petugas pemadam kebakaran, satpam dll) tidak dianjurkan,
pada kelompok orang-orang ini bila mendapatkan poin 1 diatas, segera melakukan
kompresi dada.

● Menilai nadi karotis, caranya :


Pertahankan posisi head thilt dengan satu tangan penolong dan tangan lainnya
memegang leher pasien dan mencari trakhea dengan 2-3 jari sampai meraba batas
trakhea dan otot-otot samping leher tempat lokasi nadi karotis bisa diraba. Dengan
tekanan lembut nadi karotis akan teraba, apabila nadi karotis tidak teraba segera lakukan
kompresi dada.
Gbr. Letak nadi karotis

●Kompresi dada
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada setengah bawah tulang dada
(sternum) berulang-berulang dan berirama.

● menentukan lokasi kompresi dan posisi tangan


- tentukan lokasi kompresi setengah bagian bawah tulang dada dengan telunjuk dan jari
tengah menyusur batas bawah iga sampai titik temu dengan sternum
- posisikan tumit tangan satunya diatas sternum tepat disamping telunjuk tersebut. Ini
adalah titik tumpu kompresi
- tumit tangan satunya diletakan diatas tangan yang sudah berada tepat di titik kompresi
- jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut menekan.

Gbr. Lokasi Kompresi dan posisi tangan

● teknik kompresi dada


- penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus,
menekan sternum sedalam 4-5cm
- ulangi gerakan kompresi, lepas, kompresi, lepas, sekitar 100 kali permenit, rasio
kompresi dan melepas 1:1
- setiap selesai 30 kali kompresi dada, buka jalan nafas dan berikan 2 nafas buatan
efektif, kemudian kompresi dada lagi 30 kali dan seterusnya
- setiap selesai 5 siklus atau setiap 2 menit, dilakukan penilaian tanda-tanda pernafasan
dan sirkulasi.

● penilaian pulihnya sirkulasi


- Setelah 5 siklus kompresi dan ventilasi (rasio 30:2), dinilai kembali keadaan pasien
dengan memeriksa tanda-tanda sirkulasi dan dilakukan tidak lebih dari 10 detik
- Bila tanda-tanda sirkulasi tidak ada, teruskan kompresi dada dan ventilasi
- Bila ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan penilaian terhadap pernafasan, yaitu :
○ Bila nafas ada, posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position) dan pantau
pernafasan dan sirkulasi
○ Bila nafas tidak ada, berikan nafas buatan 12 kali permenit dan pantau sirkulasi.

● Resusitasi dengan 2 penolong


Apabila ada 2 penolong, ada beberapa hal yg perlu diperhatikan :
1. Jika penolong pertama sedang memberikan nafas buatan, penolong kedua yang baru
datang mengambil posisi kompresi dada yang benar. Penolong ini mengambil alih
kompresi dada setelah penolong pertama selesai memberikan 2 nafas buatan. Posisi
kedua penolong berseberangan dari pasien.
2. Penolong kompresi dada melakukannya dengan hitungan suara yang keras
3. Jika penolong ingin berganti tempat, penolong kompresi memberi aba-aba. Pindah
tempat dilakukan akhir kompresi dada ke 30, segera pindah ke posisi nafas buatan dan
memberi 2 nafas buatan penolong yang semula memberi nafas buatan pindah ke posisi
kompresi dada dan melakukan kompresi segera setelah nafas buatan.

● Komplikasi BLS
1. Regurgitasi, aspirasi
2. Fraktur sternum, costae
3. Pneumothoraks, hemotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati, limpa

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PASA ANAK


SEBAB-SEBAB HENTI JANTUNG PADA ANAK
1. Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan benar
2. Akibat penyakit atau trauma
3. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terutama pada anak umur kurang dari
8 tahun.

TANDA-TANDA HENTI JANTUNG


1. Tidak sadar
2. Pernafasan tidak memadai
3. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi (tidak ada nafas, tidak ada batuk, tidak ada gerakan)
termasuk tidak asa nadi.

TAHAPAN-TAHAPAN BHD
Tahapan BHD pada anak dilakukan secara berurutan dimulai dengan menilai kesadaran,
mengaktifkan LGD/EMS dan tindakan ABC (airway, breathing, circulation).
BHD pada anak umur 8 tahun keatas sama dengan dewasa.

1. Airway (jalan nafas)

● posisi pasien
Bila anak tidak sadar, posisikan anak sebagai satu unit ke posisi terlentang pada alas
yang datar dan keras, sehingga bila diperlukan tindakan kompresi dada bisa segera
dilakukan.

● buka jalan nafas


Penyebab paling sering sumbatan jalan nafas pada anak yang tidak sadar adalah lidah.
Untuk itu segera dilakukan pembukaan jalan nafas dengan cara head thilt chin lift
manuever. Apabila penolong adalah petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma
kepala atau leher dilakukan jaw thrust manuever.

a. Head thilt chin lift manuever


Letakkan satu tangan diatas kepala anak dan ekstensikan kepala ke belakang. Pada saat
yang sama jari-jari tangan yang lain memegang rahang bawah anak dekat dagu dan
angkat dagu.

Gbr. Head thilt chin lift manuever

b. Jaw thrust manuever


Untuk membuka jalan nafas digunakan cara angkat rahang bawah, yaitu: tempatkan dua
atau tiga jari dibawah kedua sisi rahang bawah yaitu pada sudutnya dan angkat rahang
bawah ke atas dan keluar.

Gbr. Jaw thrust manuever

BREATHING

● penilaian pernafasan
Pertahankan jalan nafas terbuka dan melihat tanda-tanda pernafasan anak.
Melihat naik dan turunnya dada dan perut, dengarkan pada hidung dan mulut anak
adanya udara ekshalasi dan rasakan gerakan udara yang keluar dari mulut anak dengan
pipi penolong. Tindakan ini tidak lebih dari 10 detik.
Apabila anak bernafas spontan dan tidak ada riwayat trauma, posisikan anak ke posisi
sisi mantap untuk mempertahankan jalan nafas terbuka.

Gbr. Posisi sisi mantap (Recovery Position)

● pernafasan buatan
Apabila pernafasan tidak ada atau tidak mmemadai, tetap jaga jalan nafas terbuka dan
berikan dua nafas buatan pelan (1 detik per nafas).
Pemberian nafas buatan dapat dilakukan dengan :
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut
- pernafasan buatan dengan kantong alat nafas.

1. pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung


Bila anak berumur kurang dari 1 tahun, posisikan mulut penolong menutupi mulut dan
hidung anak sampai tidak ada kebocoran.
Tiup kedalam mulut dan hidung bayi dan usahakan dada terangkat pada setiap tiupan.

2. Pernafasan buatan dari mulut ke mulut


Bila anak berumur 1 sampai 8 tahun dilakukan pernafasan buatan dari mulut ke mulut.
Dengam menjaga jalan nafas terbuka, tutup hidung anak dengan ibu jari dan telunjuk
penolong, kemudian mulut penolong menutupi mulut anak dan berikan dua kali bantuan
nafas sampai terlihat dada terangkat pada setiap bantuan nafas.

3. Pernafasan buatan dengan alat kantong nafas


Untuk memberikan ventilasi dengan kantong nafas harus dipilih ukuran kantong dan
sungkup yang sesuai. Sungkup harus dapat menutupi hidung dan mulut anak tanpa
menutupi mata dan pipi.
Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan
sungkup menutupi muka anak dengan teknik E-C Clamp yaitu ibu jari dan jari telunjuk
penolong membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka anak. Jari-jari
ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan meletakkannya dibawah rahang
bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah : tindakan ini akan mengangkat lidah
dari belakang faring dan membuka jalan nafas.
Gbr. Pernafasan buatan

CIRCULATION (SIRKULASI)

● menilai tanda-tanda adanya sirkulasi


1. Setelah memberikan 2 nafas buatan efektif pada pasien tidak sadar, tidak bernafas.
2. Menilai tanda-tanda sirkulasi yaitu dengan mendekatkan telinga pada mulut pasien
sembari melihat, mendengar dan merasakan adanya pernafasan normal atau batuk dan
tanda-tanda gerakan. Periksa nadi pada pembuluh darah brakhialis (bayi) dan karotis
(anak), bila tidak ada segera lakukan kompresi dada.
3. Penilaian ini tidak lebih sari 10 detik.

Gbr. Penilaian tanda-tanda sirkulasi

● kompresi dada pada anak umur 1-8 tahun


1. Letakkan tumit satu tangan pada setengan bawah sternum, hindarkan jari-jari pada
tulang iga anak.
2. Menekan sternum sedalam 2,5-4 cm kemudian lepaskan dengan rasio menekan,
melepas adalah, dengan kecepatan 100 kali permenit.
3. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai
dada terangkat untuk 1 penolong.
4. Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15:2 (2 penolong).
Gbr. Kompresi dada pada anak 1-8 tahun

● kompresi dada pada bayi (umur kurang dari 1 tahun)


1. Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum; lebar 1 jari berada
dibawah garis intermammari.
2. Menekan sternum sedalam 1,25 - 2,5 cm kemudian angkat tanpa melepas jari dari
sternum, dengan kecepatan 100 kali permenit.
3. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai
dada terangkat untuk 1 penolong.
4. Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15:2 untuk 2 penolong.

Gbr. Kompresi dada pada anak usia kurang dari 1 tahun

Kesimpulan :
1. Henti jantung mengakibatkan hal yang buruk pada bayi dan anak.
Oleh karena itulah petugas kesehatan harus mampu mengatasi ini.
2. Henti jantung paru pada bayi dan anak biasanya merupakan kegagalan progresif dari
sistem pernafasan.
3. Idealnya RJP pada anak dilakukan secara simultan dengan mengaktifkan sistem
layanan gawat darurat (EMS=Emergency Medical System).
4. Jika penolong tunggal menemukan anak tidam sadar lakukan RJP selama 2 menit lalu
kontak telepon dengan UGD Rumah sakit setempat.
5. Buka jalan nafas dengan manuever head thilt chin lift. Berikan pernafasan buatan dari
mulut ke mulut dan hidung dan mulut ke mulut adalah teknik yang dapat diterapkan ke
bayi.
6. Penolong awam dna petugas kesehatan sebaiknya memakai alat pelindung untuk
memberi nafas buatan pada pasien yang tidak sadar.
7. Petugas kesehatan sebaiknya melakukan cek nadi sambil melihat tanda-tanda
sirkulasi (bernafas, batuk, pergerakan).
8. Rasio 30 kompresi dan 2 ventilasi dianjurkan baik untuk 1 penolong, 15 kompresi dan
2 ventilasi untuk 2 penolong. Kecepatan kompresi untuk 1 atau 2 penolong paling sedikit
100 kali per menit pada bayi dan 100 kompresi per menit pada anak.

Urut - urutan bantuan hidup dasar pada bayi dan anak:


1. Nilai kesadaran.
2. Jika pasien tidak sadar buka jalan nafas dengan manuever head thilt chin lift atau jaw
thrust dan menilai pernafasan (lihat, dengar dan raba).
3. Jika pasien tidak bernafas berikan nafas buatan.
4. Cek tanda sirkulasi (untuk pelayan kesehatan harap memeriksa nadi, pernafasan,
batuk dan pergerakan).
5. Jika tidak ada tanda sirkulasi lakukan kompresi paling sedikit 100 kali per menit pada
bayi dan 100 kali per menit pada anak dengan rasio 30:2. Jika anak berusia 1-8 tahun
pada kondisi pra Rumah Sakit (pre hospital setting) gunakan defibrillator otomatis (DEO)
secepatnya. Gunakan lembaran elektroda pada anak 1-8 tahun jika tersedia dan
lembaran elektroda dewasa untuk anak usia diatas 8 tahun.
6. Jika telah melakukan RJP selama 1 menit hubungi segera sistem LGD/EMS dari
Rumah Sakit terdekat.

Posted by vickar indaka at 06:02

Anda mungkin juga menyukai