Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

Disusun oleh :

Nama : Dian Meiliana Dewi

Nim : 1411030057

PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan


Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penulis juga panjatkan kehadiran
ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-NYA Makalah dengan judul
“OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN” ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa adanya sumber materi


pembelajaran yang baik dan bantuan dari berbagai pihak , makalah ini tidak akan
terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi yang membaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Purwokerto, 16 April 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Daftar isi ................................................................................................................... i

Kata pengantar ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

2.1 Pengertian Otonomi ...............................................................................4

2.2 Tujuan Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan ......................................6

2.3 Bentuk-Bentuk Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan .........................7

2.4 Persyaratan Dalam Otonomi Kebidanan ................................................7

2.6 Kegunaan Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan ................................... 8

2.6 Proses Registrasi ....................................................................................8

2.7 Wewenang Bidan Dalam Menjalankan Praktek Profesi ......................10

BAB III PENUTUP ...............................................................................................14

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................14

3.2 Saran .....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntabilitas bidan dalam pratik kebidanan merupkan suatu hal yang penting
dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat
(accuuntability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu landasan hukum yang
mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan adanya
legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan
mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui :
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
b. Penelitian dalam bidang kebidanan
c. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan
d. Akreditasi
e. Sertifikasi
f. Registrasi
g. Uji Kompetensi

1. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
a. Kepmenkes Republik Indonesia 900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang
registrasi dan praktek bidan.Standar Pelayanan Kebidanan 2001
b. Kepmenkes Republik Indonesi Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang
Standar Profesi BidanUU Kesehatan No. 23 Tahun1992 tentang
KesehatanPP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan
c. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes UU No 22/1999 Tentang Otonomi daerah
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
d. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi KUHP, dan
KUHP, 1981 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor;
585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan MedikUU yang
terkait dengan Hak reprodiksi dan Keluarga BerencanaUU No. 10/1992
Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
SejahteraUU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan di Dalam Rumah Tangga.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian otonomi dalam pelayanan kebidanan?


b. Bagaimana otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan?
c. Apa saja tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan?
d. Apa bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan?
e. Bagaimana persyaratan dalam otonomi pelayanan kebidanan?
f. Apa kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan?
g. Bagaimana proses registrasi untuk bisa mendapat kewenangan dalam
pelayanan kebidanan?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian otonomi dalam pelayanan kebidanan


b. Untuk mengetahui otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan
c. Untuk mengetahui tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan
d. Untuk mengetahui bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan kebidanan
e. Untuk mengetahui persyaratan dalam otonomi pelayanan kebidanan
f. Untuk mengetahui kegunaan otonomi dalam pelayanan kebidanan
g. Untuk mengetahui proses registrasi untuk bisa mendapat otonomi
kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN OTONOMI

Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya
sendiri, dan nomosyang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian
otonomi adalah pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979).
a. Menurut Koesoemahatmadja (1979: 9),
Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa
menurut perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki
pengertian sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian
"pemerintahan" (bestuur)

b. Menurut Wayong (1979: 16),


Menjabarkan pengertian otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara
dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri,
menentukan hukuman sendiri, dan pemerintahan sendiri.

c. Menurut Syarif Saleh (1963)


Menjelaskan bahwa otonomi ialah hak mengatur dan mmerintah sendiri,
hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.

d. Menurut Ateng Syafruddin (1985: 23)


Adalah kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan.
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian
kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

Jika dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian otonomi kebidanan


adalah kekuasaan untuk mengatur persalinan peran dan fungsi bidan sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki seorang bidan ( suatu bentuk
mandiri dalam memberikan pelayanan).
a. Otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri
untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis
dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji Kompetensi.
8. Lisensi.

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang
registrasi dan praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang
Standar Profesi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/
IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana:
a. UU No.10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b. UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
di Dalam Rumah Tangga.

2.2 TUJUAN OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai


dengan kewenangan yang didasari oleh undang-undang kesehatan yang berlaku.
Selain itu tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini meliputi :
a. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan.
Misalnya mengumpulkan data-data dan mengidentifikasi masalah pasien
pada kasus tertentu.
b. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.
Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan oleh pasien tersebut.
c. Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
d. Berperan sebagai anggota tim kesehatan.
Misalnya membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan,
dan menerapkan keterampilan manajemen
e. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan.
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi
perubahan yang terjadi dan melakukan pendokumentasian.
f. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung
jawabnya. Membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dan
melakukan asuhan terhadap pasien.

2.3 BENTUK-BENTUK OTONOMI DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN

Bentuk-Bentuk Otonomi Bidan Dalam Praktek Kebidanan:


a. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan kebidanan
c. Melaksanakan asuhan kebidanan
d. Melaksanakan dokumentasi kebidanan
e. Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup tanggung jawab

2.4 PERSYARATAN DALAM OTONOMI KEBIDANAN

Suatu ketentuan untuk melaksanakan praktek kebidanan dalam memberikan


asuhan pelayanan kebidanan sesuai dengan bentuk-bentuk otonomi bidan dalam
praktek kebidanan. Syarat-syarat dari otonomi pelayanan kebidanan meliputi :
1) Administrasi
Seorang bidan dalam melakukan praktek kebidanan, hendaknya memiliki
sarana dan prasarana yang melengkapi pelayanan yang memiliki standard dan
sesuai dengan fasilitas kebidanan.
2) Dapat diobservasi dan diukur
Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap
standar pelayanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum
pengukuran mutu dilakukan

3) Realistic
Kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap
criteria mutu yang ditentukan, untuk melihat standar pelayanan kesehatan
apakah tercapai atau tidak.

4) Mudah dilakukan dan dibutuhkan.

2.5 KEGUNAAN OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan,


meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif untuk meningkatkansumbar daya manusia
yang berkualitas

2.6 PROSES REGISTRASI

Registrasi adalah proses seorang profesi untuk mendaftarkan dirinya kepada


badan tertentu untuk mendapatkan kewenangan dan hak atas tindakan yang
dilakukan secara professional setelah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh badan tersebut.Pengertian registrasi menurut keputusan menteri
kesehatan republikindonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 yaitu proses
pendaftaran,pendokumentasian dan pengakuan terhadap seorang bidan setelah
memenuhi standar penampilan minimal yang ditetapka sehingga mampu dalam
melaksanakan profesinya.Setelah terpenuhnya persyaratan yang ada, maka tenaga
profesi tersebut telah mendapatkan surat izin melakukan praktik.
a. Tujuan
1) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
2) Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif dalam
penyelesaian dalam kasus malpraktik
3) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.

b. Persyaratan
Beberapa syarat yang mesti dilengkapi pada saat mengajukan registrasi:
1) Fotocopy ijazah bidan
2) Fotocopy transkip nilai akademik
3) Surat keterangan sehat dari dokter
4) Pas foto 4 X 6 sebanyak 2 lembar

Masa berlaku registrasi yaitu dalam rentang waktu 5 tahun, setelah 5 tahun
bidan harus melakukan registrasi ulang.

c. Kegunaan
Registrasi berguna untuk mendapatkan surat izin bidan sebagai dasar
menerbitkan surat izin praktek bidan.Bidan teregistrasi merupakan seseorang
yang telah menamatkan pendidikan bidandan telah mampu menrapkan
kemampuannya dalam memberikan asuhan kepada ibu dan anak sesuai
dengan standar profesinya.

d. Lisensi praktik kebidanan


Lisensi praktik kebidanan merupakan proses administrasi yang dilakukan
pemerintah dalam mengeluarkan surat izin praktik yang diberikan kepada
suatu tenaga profesi untuk pelayanan yang mandiri.Menurut IBI : Lisensi
adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan
yang telah ditetapkan.
e. Tujuan
1) Memberikan kejelasan batas wewenang
Dalam hal ini, seorang bidan harus mengetahui wewenang yang harus
dilakukannya sesuai dengan standar profesi yang dimiliki dan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku agar dalam menjalankan profesinya
tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran.

2) Menetapkan sarana dan prasarana


Seorang profesi juga harus mengetahui apa-apa saja sarana dan
prasanayang mesti dimiliki dalam melakukan praktek profesi.

3) Meyakinkan klien
Dalam melakukan asuhan terhadap klien, seorang tenaga profesi
harusbisa meyakinkan klien tersebut terhadap asuhan yang telah kita
berikan dan jelaskan.

f. Persyaratan
Syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan license praktik suatu
profesi meliputi :
1) Fotokopi SIB yang masih berlaku
2) Fotokopi ijazah bidan
3) Surat keterangan sehat
4) Rekomendasi dari organisasi profesi
5) Pas foto ukurab 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar

2.7 WEWENANG BIDAN DALAM MENJALANKAN PRAKTEK


PROFESI

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002.


Bidan dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan Kebidanan kepada Ibu pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Meliputi :
a) Penyuluhan dan konseling
b) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
1) Penyuluhan dan konseling
2) Pemeriksaan fisik
3) Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal
4) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup abortus
imminens, Hiperemesis gravidarum tingkat I, pre eklampsia
ringan dan anemia ringan.
5) Pertolongan persalinan normal
6) Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah
dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi
jalan lahir, distosia karena inersia uteri, post term dan pre term.
7) Pelayanan ibu nifas normal
8) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta
dan infeksi ringan.
9) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
mengalami keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan
haid.
c) Pelayanan kebidanan pada anak, meliputi :
1) Pemeriksaan bayi baru lahir
2) Perawatan tali pusat
3) Perawatan bayi : 0 – 28 hari termasuk ASI eksklusif s/d 6
bulan
4) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
5) Pemantauan tumbuh kembang anak
6) Pemberian imunisasi
7) Pemberian penyuluhan
Selain itu bidan berwenang pula untuk :
a. Memberikan imunisasi
b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas
c. Mengeluarkan plasenta secara manual
d. Memberikan bimbingan senam hamil
e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f. Episiotomi jika diperlukan
g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai grade II
h. Melakukan amniotomi
i. Memberikan infuse
j. Memberikan suntikan intra muskular uterotonika, antibiotika dan
sedative
k. Melakukan kompresi bimanual
l. Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m. Vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul
n. Pengendalian anemia
o. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan ASI
p. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
q. Menangani hipotermia
r. Pemberian minum dengan sonde/ pipet
s. Memberikan surat kelahiran

2. Pelayanan keluarga berencana

a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat kontrasepsi
dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom
b. Memberikan penyuluhan/ konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrsepsi dalam Rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrsepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana
dan kesehatan masyarakat
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
a. Membina peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular seksual (IMS)
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA)
serta penyakit lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Profesi kebidanan menyangkut dengan keselamatan jiwa manusia yang


menjadi tanggung jawab dan tanggung gugat atas semua tindakan
kebidanan yang dilakukan. Praktik kebidanan merupakan sesuatu yang
sangat penting dan dituntut dalam profesi kebidanan
2. Tindakan yang dilakukan oleh profesi kebidanan ini didasari oleh
kompetensi dan evidence base dan diperkuat oleh landasan hukum yang
mengatur profesi yang bersangkutan.Seorang bidan memiliki kewenangan
atas hak otonomi dan kemandirian untuk bertindak secara professional
yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar
profesi kebidanan.
3. Otonomi dalam pelayanan kebidanan ini adalah kekuasaan seorang bidan
dalam melakukan praktik kebidanan yang sesuai dengan peran dan fungsi
bidan berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh bidan itu sendiri.
4. Wewenang bidan dalam menjalankan praktek profesi
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002.
Bidan dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi
a. Pelayanan Kebidanan Kepada Ibu Pada Masa Pranikah, Prahamil,
Masa Kehamilan, Masa Persalinan, Masa Nifas, Menyusui
b. Pelayanan Keluarga Berencana
c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam hal


kebidanan khususnya tentang otonomi dalam pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih,Heni Puji. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta.Fitramaya,


2009

Ayurai. 2009. Otonomi dalam pelayanan Kebidanan. www.google.com. 09 Maret


2011

Dra.hj. Soepandan, DIPL. M. M2. dkk. etika kebidanan hukum kesehatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta .2005

Marinda Hanum. Etika dan kode profesi kebidanan. Penerbti buku kesehatan.
Yogyakarta.2008

Anda mungkin juga menyukai