Disusun oleh :
Kelompok 8 Offering B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Biokimia dengan
Terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah Biokimia yang telah
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas
ii
ABSTRAK
Puspitaningrum Deiva Ayu, Wulandari Intan Ayu Idha, Setiawan Puguh. 2017.
Metabolisme Asam Lemak dan Lipid. Makalah Biokimia, Offering B S1
Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Nuning
Wulandari, S.Si.,M.Si.
ABSTRAC
Puspitaningrum Deiva Ayu, Wulandari Intan Ayu Idha, Setiawan Puguh. 2017.
Metabolism of Fatty Acids and Lipids, Papers Biochemistry, Biology
Education Offering B S1 State University of Malang. Supervisor: Nuning
Wulandari, S.Si., M.Si.
Fat metabolism and fatty acid catabolism and anabolism there. Catabolism
includes the transport of fat, fatty acid oxidation (Oxidation-β), the oxidation of
unsaturated fatty acids, saturated fatty acid oxidation, β oxidation of fatty acids with
odd number of atoms C, β unsaturated fatty acid oxidation, formation and metabolism
of ketones. While the process of anabolism include saturated fatty acid biosynthesis
and biosynthesis of unsaturated fatty acids (acid monoenoat).
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Absorbsi hasil pencernaan lemak yang sebagian besar (70%) adalah asam
lemak dan sebagian lagi monogliserida (20%) terjadi pada usus kecil. Pda
waktu asam lemak dan monogliserida di absorbsi melalui sel-sel mukosa pada
dinding usus, mereka diubah kembali (resintesis) menjadi lemak dan
trigliserida. Lemak yang terjadi ini berbentuk partikel-partikel kecil yang
disebut kilomikron dan dibawa ke dalam darah melalui cairan limfe.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami proses katabolisme lipid pada tubuh hewan atau
manusia.
2. Mengetahui dan memahami proses anabolisme lipid pada tubuh hewan dan
manusia.
3. Mengetahui dan memahami peranan metabolisme lipid dalam bidang
kesehatan.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui dan memahami proses katabolisme lipid pada tubuh
hewan atau manusia.
2. Dapat mengetahui dan memahami proses anabolisme lipid pada tubuh hewan
atau manusia.
3
3. Dapat mengetahui dan memahami peranan metabolisme lipid dalam bidang
kesehatan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi-β)
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses
yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta,
asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan
adanya ATP dan koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh
enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase). Asam lemak bebas pada umumnya
berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan
dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin,
(CH3)3N--CH2-CH(OH)-CH2-COO-.
Karnitin palmitoil
transferase I
Asil-KoA
Asil-KoA KoA
Karnitin Asil karnitin
Karnitin palmitoil
transferase II Karnitin
KoA Karnitin Asil karnitin
Asil karnitin Asil-KoA Beta oksidasi
6
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai
berikut:
Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh
enzim tiokinase.
Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi
asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa
menembus membran interna mitokondria.
Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin
translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin
keluar.
Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA
dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di
membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.
Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam
proses oksidasi beta.
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5
tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa
asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses
oksidasi ini, karbon β asam lemak dioksidasi menjadi keton.
7
Keterangan:
Frekuensi oksidasi β adalah (½ jumlah atom C)-1
Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah (½ jumlah atom C)
Gambar 2.1.5 Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap
proses pemutusan 2 atom C adalah proses oksidasi β dan setiap 2 atom C yang
diputuskan adalah asetil KoA.
8
Gambar 2.1.6 Aktivasi Asam Lemak, Oksidasi Beta dan Siklus Asam Sitrat
Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu
menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (-2P)
9
Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap
perubahan sebagai berikut:
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi
satu kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki
banyak atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta
kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk asetil KoA. Demikian
seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus
asam sitrat.
10
lagi untuk butiril KoA yang menghasilkan dua molekul asetil KoA. Tahap reaksi
tersebut akan dibahas satu persatu secara umum.
1. Pembentukan asil KoA dari asam lemak R-CH2COOH berlangsung dengan katalis
enzim asil KoA sintetase atau disebut juga tiokinase dalam dua tahap yaitu:
Mula-mula asam lemak bereaksi dengan ATP dan enzim membentuk kompleks
enzim asilatdenilat. Molekul silatdenilat terdiri atas gugus asil yang berikatan
dengan gugus fosfat pada AMP. Molekul ATP dalam reaksi ini diubah menjadi
AMP dan pirofosfat. Kemudian asil AMP bereaksi dengan koenzim A membentuk
asil KoA. Pirofosfat dengan segera terhidrolisis menjadi dua gugus fosfat. Reaksi
ini yang menyebabkan pembentukan asil KoA berlangsung dengan baik.
11
Gambar 2.1.8 Penguraian Asam Heksanoat Menjadi Asetil KoA
12
2. Reaksi kedua ialah reaksi pembentukan enoil KoA dengan cara oksidasi. Enzim
asil KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Perlu
diperhatikan bahwa reaksi ini mempunyai kesamaan dengan reaksi pembentukan
asam fumarat dari asam subsinat pada siklus asam sitrat. Koenzim yang
dibutuhkan dalam rekasi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hidrogen.
Dua molekul ATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari
molekul FADH2 melalui sistem transpor elektron.
3. Dalam reaksi ketiga ini enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang
menghasilkan L-hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap
ikatan rangkap antara C-2 dan C-3.
Gambar 2.1.10 Reaksi Hidrasi Terhadap Ikatan Rangkap Antara C-2 Dan C-
3
4. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil koenzim A
menjadi ketoasil koenzim A. Enzim L-hidroksiasil koenzim A dehidrogenase
merupakan katalis dalam reaksi ini dan melibatkan NAD+ yang direduksi menjadi
NADH. Proses oksidasi kembali NADH ini melalui transport elektron dapat
membentuk 3 molekul ATP.
13
Gambar 2.1.11 Proses Oksidasi Kembali NADH
5. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C-C, sehingga menghasilkan asetil
koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai jumalah atom C dua buah lebih
pendek dari molekul semula.
Asil koenzim A yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami metabolisme lebih
lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya sampai rantai
C pada asam lemak terpecah menjadi molekul asetil koenzim A. Selanjutnya asetil
koenzim A dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat atau
digunakan untuk rekasi yang memerlukan asetil koenzim A.
Dari reaksi tahap 1 sampai tahap 5, tampak bahwa semua substrat adalah derivat
dari asil koenzim A. Terbentuknya asil koenzim A dari asam lemak memerlukan
energi yang diperoleh dari ATP. Perubahan ATP menjadi AMP berarti ada 2 buah
ikatan fosfat berenergi tinggi yang digunakan untuk membentuk asetil koenzim A.
Semua enzim yang bekerja dalam rekasi tersebut terdapat dalam mitokondria,
sehingga energi yang ditimbulkan dapat disimpan lebih efisien.
Energi yang dihasilkan dari oksidasi asam heksanoat hingga terbentuk CO2 dan
H2O melalui siklus asam sitrat dapat dihitung sebagai berikut :
14
Gambar 2.1.13 Energi yang Dihasilkan dari Oksidasi Asam Heksanoat
Pada oksidasi glukosa dihasilkan 36 ikatan berenergi tinggi, jadi asam lemak
dengan jumlah atom C yang sama dengan glukosa, menghasilkan energi yang
lebih banyak.
Asam lemak yang mempunyai jumlah atom C genap (2n) akan teroksidasi menjadi
n molekul asetil koenzim A. Untuk asam lemak yang mempunyai jumlah atom C
ganjil, maka hasil oksidasinya adalah beberapa molekul asetil koenzim A dan satu
molekul propionil koenzim A. Propionil koenzim A dapat diubah menjadi suksinil
koenzim A melalui reaksi sebagai berikut:
15
Gambar 2.1.15 Perubahan L-metilmalonil Koenzim A menjadi Suksinil
Koenzim A
L-metilmalonil koenzim A ini pada reaksi berikutnya diubah menjadi suksinil
koenzim A, dengan enzim metil malonil KoA mutase sebagai katalis dan
deoksiadenosilkobalamin sebagai koenzim (koenzim B12).
16
lemak tak jenuh adalah cis, sedangkan pada asam lemak jenuh dihasilkan dari reaksi
pertama β-oksidasi. Reaksi tersebut melibatkan FAD yang direduksi menjadi
FADH2 dan dikatalis oleh enzim asil SkoA dehidrogenase. Pembentukan ikatan
rangkap trans ini merupakan ciri khas dari reaksi yang melibatkan kofaktor
pereduksi FADH2.
Pencernaan, penyimpanan, pengangkutan dan pengaktifan asam lemak tak
jenuh sama dengan asam lemak jenuh. Pengangkutan bentuk asil-KoA dari ruang
antar membran ke dalam matriks mitokondria juga diperantarai oleh karnitin. Proses
β-oksidasi dari rantai asam lemak tak jenuh dengan ikatan tunggal juga sama
dengan asam lemak jenuh, sedangkan perbedannya terletak pada proses degradasi
ikatan rangkapnya.
Contoh asam lemak yang mengandung 16 atom C dengan ikatan rangkap
berada pada atom C ke 9-10 dan C ke 12-13. Proses β-oksidasi dimulai dari ikatan
tunggal atom C ke 1 sampai dengan ke 6 yang memerlukan 3 siklus β-oksidasi dan
menghasilkan 3 asetil SkoA, setelah terjadi β-oksidasi pada ikatan tunggalnya,
jumlah atom C tinggal 10 dan ikatan rangkap menjadi tergeser pada atom C ke 3-4
dan 6-7. Proses β-oksidasi dapat terjadi jika ikatan rangkap berada pada posisi atom
C ke2-3 (∆2) dengan susunan trans, karena posisi iktan rangkap pada atom C ke 3-4
(∆2) dan tersusun cis maka harus diubah porsinya dengan bantuan enzim enoil KoA
isomerase.
Air mengaktifkan enzim hidratase untuk membentuk senyawa L-3-
hidroksiasil SkoA setelah ikatan rangkap pada posisi ∆2 dengan susunan trans.
Senyawa L-3-hidroksiasil SkoA selanjutnya direduksi melalui reaksi yang dikatalis
dengan enzim dehidrogenase dan melibatkan faktor pereduksi NAD+ sehingga
diperoleh sebuah gugus keto. Reaksi dilanjutkan dengan pemisahan ikatan C-C oleh
enzim tiolase untuk pembentukan satu asetil KoA dan satu asam lemak baru yang
lebih pendek 2 atom karbon. β-oksidasi berulang sampai semua ikatan C-C habis.
Jumlah total asetil KoA yang terbentuk sama dengan degradasi asam palmitat, yaitu
8 molekul, tetapi ATP yang terbentuk dari asam lemak tak jenuh berbeda dengan
asam lemak jenuh.
17
Gambar 2.1.16 Energi yang dihasilkan dari Seluruh Rangkaian Oksidasi
Asam Lemak Tak Jenuh
18
keton dalam darah sangat rendah (kurang dari 1 mg per 100 ml darah) dan kurang
dari 0,1 gr yang dikeluarkan bersama urine setiap hari. Pada penderita diabetes yang
parah, konsentrasi senyawa keton dapat mencapai 80 mg per 100 ml darah. Hal ini
disebabkan oleh karena produksi senyawa keton lebih besar daripada
penggunaannya. Penimbunan senyawa keton dalam darah disebut ketosis dan
pengeluaran melalui urine dapat mencapai 100 gr atau lebih setiap hari (ketonuria).
Asam asetoasetat terbentuk dari asetil koenzim A melalui tiga tahap reaksi.
Tahap pertama 2 molekul asetil koenzim A berkondensasi membentuk asetoasetil
koenzim A. Enzim ketotiolase bekerja sebagai katalis pada reaksi tahap pertama ini.
Selanjutnya, pada reaksi tahap kedua asetoasetil koenzim A bereaksi dengan asetil
koenzim A dan air menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A. Dalam
reaksi ini enzim hidroksi metilglutaril koenzim A sintetase bekerja sebagai katalis.
Reaksi tahapa ketiga ialah pemecahan 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A menjadi
asetil koenzim A dan asam asetoasetat. Bila reaksi tahap satu sampai dengan tahap
tiga dijumlahkan maka dapat ditulis sebgai berikut :
2 asetil SkoA + H2O asam asetoasetat + 2HSKoA + H+
Asam asetoasetat yang terjadi, secara spontan membentuk aseton dengan cara
dekarboksilasi. Disamping itu asam 3-hidroksi-butirat dapat dibentuk dari asam
asetoasetat dengan jalan reduksi. Enzim yang bekerja di sini ialah D-3-
hidroksibutirat dehidrogenase dengan NADH sebagai koenzim.
19
Gambar 2.1.17 Pembentukan Aseton dari Asetil KoA
20
Gambar 2.2.1 Bagan pengangkutan acetyl-CoA dari mitokondria ke sitoplasma.
21
Gambar 2.2.2 Sistem enzim kompleks asam lemak synthase yang bekerja
dalam bentuk dimer.
22
Gambar 2.2.3 Gugus phosphopantetheine pada ACP dan Coenzyme A
23
4. Senyawa intermediet yang terbentuk pada reaksi hidratasi mempunyai
konfigurasi L, pada reaksi dehidrasi dalam biosintesis asam lemak senyawa
intermedietnya mempunyai konfigurasi D .
5. Malonyl-CoA berperan sebagai prekursor penambahan unit C2 dalam
biosintesis asam lemak, sedangkan dalam ß oksodasi pengurangan unit C2
dalam bentuk acetyl-CoA. Selain kelima perbedaan di atas, pada ß-oksidasi
dihasilkan energi sedangkan pada biosintesis asam lemak diperlukan
energi.
B. Biosintesis Asam Lemak Tak Jenuh (Asam monoenoat)
Biosintesis asam lemak tak jenuh yang mempunya ikatan rangkap
tunggal (asam monoenoat) dalam jaringan hewan dan tumbuhan berbeda.
Dalam jaringan hewan asam palmitat dan asam stearat digunakan sebagau
precursor untuk biosintesis asam lemak tak jenuh terutama, asam palmitoleat
(C16:1 cis-∆9) dan asam oleat (C18:1 cis-∆9). Ikatan rangkap yang terjadi
selalu pada posisi∆9 dan berbentuk cis.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
DAFTAR RUJUKAN
26