Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas tentang “Tren Masalah
Kesehatan dan Model Perawatan Lansia” ini tepat waktu. Tak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian tugas kami ini.

Dengan selesainya makalah kami ini semoga makalah kami ini bermanfaat
baik bagi pendidikan kesehatan ataupun masyarakat luas. Seperti pepatah bilang
tiada gading yang tak retak semoga kesalahan-kesalahan baik dalam penulisan
ataupun isi dapat dimaklumi terimakasih.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 23 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Definisi Lansia..............................................................................................3
B. Tren Masalah Kesehatan Lansia di Indonesia...............................................3
C. Model Perawatan Lansia...............................................................................7
1. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lansia pada Acute Care
Setting Continuum of care.......................................................................7
2. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lansia pada Nursing
Home Setting...........................................................................................9
3. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lansia pada Newers
Model of Nursing Home Care...............................................................11
4. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Berbasis Komunitas
bagi Lanjut Usia....................................................................................12
5. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lanjut Usia pada
Setting Home Care Service...................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.
Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari
tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat
usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-
kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang
sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia
menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif. Proses menua merupakan suatu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan

Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan


diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050. Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010,
lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di
perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%).

Menua atau lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi

1
kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam
kondisi sehat atau sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari lansia?
2. Bagaimanakah tren masalah kesehatan lansia ?
3. Bagaimanakah model perawatan lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi lansia
2. Untuk mengetahui tren masalah kesehatan lansia
3. Untuk mengetahui model perawatan pada lansia

D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Tulisan ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka dalam menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai tren masalah kesehatan dan model
perawatan lansia
2. Manfaat Praktis
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman pendamping dalam
penyusunan asuhan keperawatan gerontik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif. Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).

B. Tren Masalah Kesehatan Lansia di Indonesia


Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia
adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia
dibandingkan bayi atau balita. Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun
2010, Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang
tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%).
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan
dan di perdesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan
yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di
perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan
yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%). Kecenderungan
meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa tidak
banyak perbedaan antara rural dan urban.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah

3
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia
sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi
kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak
potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau
jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi
Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan
perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan
dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan
yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada
lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan,
demensia, osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada lansia
tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang lansia di
daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62%
artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami sakit.

4
Tabel 1. Sepuluh Penyakit Terbanyak Pada Lansia Tahun 2013
Prevalensi Menurut Kelompok Umur
No Jenis Penyakit
55-64 th 65-74 th 75 th +
1 Hipertensi 45,9 57 63,8
2 Artritis 45 51 54,8
3 Stroke 33 46 67
4 PPOK 5,6 8,6 9,4
5 DM 5,5 4,8 3,5
6 Kanker 3,2 3,9 5
7 Jantung Koroner 2,8 3,6 3,2
8 Batu Ginjal 1,3 1,2 1,1
9 Gagal Jantung 0,7 0,9 1,1
10 Gagal Ginjal 0,5 0,5 0,6
(Sumber : Kemenkes RI, Riskesdas, 2013)

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya


pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah
wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok
lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya
promotif dan preventif merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk
mengurangi angka kesakitan pada lansia. Untuk mencapai tujuan tresebut, harus
ada koordinasi yang efektif antara lintas program terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan melalui
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ramah bag lansia bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan lansia supaya lebih berkualitas dan berdaya guna
bagi keluarga dan masyarakat. Upaya yang dikembangkan untuk mendukung
kebijakan tersebut antara lain pada pelayanan kesehatan dasar dengan pendekatan
Pelayanan Santun Lansia, meningkatkan upaya rujukan kesehatan melalui
pengembangan Poliklinik Geriatri Terpadu di Rumah Sakit, dan menyediakan
sarana dan prasarana yang ramah bagi lansia.Kesadaran setiap lansia untuk
menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin
merupakan hal yang sangat penting. Semua pelayanan kesehatan harus didasarkan

5
pada konsep pendekatan siklus hidup dengan tujuan jangka panjang, yaitu sehat
sampai memasuki lanjut usia.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut
diantaranya yaitu :
a. Masalah Fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta
daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.
b. Masalah Kognitif (Intelektual)
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah Emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa
ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia
kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada
sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat
masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
d. Masalah Spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun,
merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup
yang cukup serius.

C. Model Perawatan Lansia


Menurut Maryam dalam buku Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya tahun
2008 tujuan pelayanan geriatri itu sendiri yaitu mempertahankan derajat kesehatan
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan,
memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan

6
aktivitas mental yang mendukung, melakukan diagnosis dini secara tepat dan
memadai, melakukan pengobatan yang tepat, memelihara kemandirian secara
maksimal serta tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir
hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang. Prinsip-prinsip pelayanan
geriatri adalah sebagai berikut (Maryam, 2008):
a. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual)
b. Orientasi terhadap kebutuhan klien
c. Diagnosis secara terpadu
d. Team work (koordinasi)
e. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaanya.
Menurut Maryam dalam buku Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya tahun
2008 keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat
menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan (dirumah sakit, rumah, dan
panti) dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat
untuk meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif. Cakupan
dari ilmu keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia
akibat dari proses penuaan. Sedangkan, lingkup asuhan keperawatan gerontik
adalah pencegahan ketidakmampuan akibat dari proses penuaan, perawatan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar lansia dan pemulihan untuk mengatasi keterbatasan
lansia. Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah independen (mandiri),
interdependen (kolaborasi), humanistik, dan holistik.
Berikut ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan dan kesehatan lansia,
yaitu:

1. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lansia pada Acute Care


Setting Continuum of care
Merujuk pada program atau institusi yang menyediakan pelayanan antar
disiplin yang komprehensif dan terkoordinasi untuk lansia mencakup antara
lain perawatan primer/preventif, akut, transisional, dan pelayanan rehabilitasi.
Setting perawatan akut merupakan bagian yang penting dari continuum of care
karena perawatan lansia dengan penyakit akut sangat kompleks. Brocklehurst
dan Allen (1987) berpendapat bahwa lansia memerlukan perhatian khusus
dikarenakan usia lanjut lebih sensitif terhadap penyakit akut. (Miller, 2012;

7
Wallace, 2008). Beberapa model perawatan yang dikembangkan untuk lansia
dalam setting perawatan akut yaitu (Miller, 2012): a. Unit perawatan akut
geriatri terspesialisasi (spesialized geriatric acute care units) Program ini
disebut juga dengan unit acute care for elders (ACE). Inti dari program ini
adalah lansia memiliki kebutuhan unik dan kompleks yang dapat dipenuhi oleh
tim multidisiplin untuk mencegah kemunduran fungsi selama hospitalisasi.
Model keperawatan ini terbukti mengurangi kemunduran fungsi sebesar 18%
dan mengurangi lamanya hospitalisasi. Model ini berfokus pada manajemen
tim interdisiplin, keperawatan yang berfokus pada klien, discharge planning
lebih awal, lingkungan fisik yang sesuai, serta pengkajian dan intervensi pada
gangguan yang umum terjadi pada lansia (mobilitas, risiko jatuh, selfcare,
integritas kulit, kontinensia, depresi, dan ansietas). Tim ACE biasanya terdiri
dari perawat gerontologis, geriatris, farmasi, psikiater profesional, dan berbagai
terapis rehabilitasi. Namun terdapat tiga gangguan pada lansia yang sering
disebabkan oleh hospitalisasi, yaitu cedera jatuh, ulkus dekubitus, dan infeksi
saluran kemih karena pemasangan kateter. Capetuzi dan Brush (2009)
mengidentifikasi beberapa model untuk meningkatkan pelayanan lansia di
rumah sakit (Miller, 2012): 1) Hospital elder life program (HELP): fokus pada
identifikasi dan manajemen delirium pada lansia di rumah sakit 2) Unit yang
menyediakan palliative care 3) Kolaborasi geriatri dan ortopedi pada klien
dengan fraktur pinggul 4) Program yang mengurangi waktu operasi pada lansia
5) Tim yang khusus menangani trauma pada lansia 6) Unit konsultasi untuk
lansia b. Unit pelayanan subakut Program ini merujuk pada kebutuhan medis
yang kompleks pada lansia di rumah sakit. Program ini menyediakan
pelayanan keperawatan dan kesehatan ahli bagi lansia yang membutuhkan
rehabilitasi komprehensif setelah mengalami penyakit atau operasi yang berat,
misalnya stroke atau operasi ortopedi. Pelayanan yang tersedia adalah
kemoterapi, terapi intravena, perawatan luka kompleks, nutrisi enteral dan
parenteral, dan manajemen respiratori kompleks (ventilator, trakeostomi) c.
Model hospital-at-home Model ini merupakan model multidisiplin yang
menyediakan perawatan dan pelayanan kesehatan dalam waktu tertentu. Tipe
ini mencakup tipe layanan yang menyediakan layanan discharge planning awal.

8
Tipe ini dapat diterapkan pada lansia dengan selulitis, pneumonia, terapi infusi,
perawatan post-operasi, CHF, dan COPD. Penelitian menunjukkan setelah 6
bulan, persentase meninggal lebih rendah pada pasien yang menerima
perawatan di rumah. Selain itu, tipe ini juga lebih murah, serta pasien
mengalami peningkatan ADL. Model perawatan transisional Model ini
diaplikasikan pada rentang layanan yang luas dan bertujuan untuk
menyediakan koordinasi dan kontinuitas layanan kesehatan kesehatan melalui
berbagai setting layanan. Model ini dikembangkan sebagai respon banyaknya
klien yang masukkembali ke rumah sakit tidak lama setelah pulang. Model ini
terbukti menurunkan rehospitalisasi pasien sebanyak 30%, dengan demikian
juga menurunkan biaya. Komponen utama model ini adalah; (a) perawat
mengadvokasi tanggung jawab utama untuk mengoordinasi rencana pulang dan
komunikasi dengan klien/keluarga dan penyedia layanan kesehatan lain, (b)
dokumen rencana perawatan setelah hospitalisasi yang berfokus pada pasien,
dan (c) follow-up oleh farmasi 3 hari setelah pulang. Pada model ini, tersedia
suatu instrumen untuk mengidentifikasi klien lansia yang berisiko mengalami
transisi yang buruk yang dikembangkan oleh perawat, yaitu Transitional Care
Model (TCM): Hospital Discharge Screening Criteria for High Risk Older
Adults. Perawat memastikan klien/keluarga memahami informasi tentang
diagnosa akhir dan masalah yang ada, medikasi (jadwal, tujuan dan efek,
kesepakatan follow-up, masalah yang mungkin timbul, dan semua penyedia
layanan.

2. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lansia pada Nursing


Home Setting
Rumah perawatan atau fasilitas keprawatan merujuk kepada suatu institusi
yang dibuat untuk orang-orang yang butuh bantuan untuk melakukan beberapa
aktivitas sehari-hari. Rumah perawatan membutuhkan pengawasan yang
berkelanjutan oleh seorang perawat yang teregistrasi atau praktisi perawat
berlisensi. Selain perawatan medis dan pelayanan keperawatan, rumah perawatan
juga menyediakan pelayanan gigi, pelayanan kesehatan kaki, pelayanan
konsultasi pengobatan tertentu dan terapi rehabilitasi (terapi fisik dan okupasi).
Rumah perawatan menyediakan banyak pelayanan kesehatan yang sama dengan

9
yang disediakan di Rumah Perawatan Akut, tetapi bagaimanapun penerima
perawatan dipanggil penghuni daripada pasien karena terdapatnya beberapa
fasilitas hunian. Rumah perawatan pada umumnya dikategorikan sebagai
perawatan singkat karena biasannya dilakukan dalam jangka waktu yang pendek.
Untuk bisa menjadi petugas di rumah perawatan, seseorang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: mempunyai orang yang dirawat minimal 3 hari
dengan 30 hari masa pengobatan yang berhubungan dengan ketrampilan
perawatan. Mempunyai sertifikat yang berlisensi dari profesioanal atau
pemerintah. Membutuhkan ketrampilan melakukan perawatan sehari-hari yang
tersertifikasi. Beberapa bentuk pelayanan keperawatan dan kesehatan di rumah
perawatan:  Perawatan Luka: balutan yang steril, debrimen dan irigrasi luka,
pembalutan, pengkajian terhadap drainase, pengkajian dan pengambilan kultur
luka dan memberi petunjuk kepada klien dan keluarga dalam perawatan luka. 
Perawatan Pernapasan: pengelolaan terapi oksigen, ventilasi mekanik dan
melakukan penghisapan dan perawatan trakeotomi.  Tanda Vital: memantau
tekanan darah, status kardiopulmonal, dan memberi instruksi kepada klien dan
keluarga dalam pengukuran denyut bila diperlukan..  Eliminasi: pengkajian dan
pengajaran, pemasangan kateter urine, irigrasi, observasi adanya infeksi, dan
memberi petunjuk kepada keluarga tentang katerisasi intermiten juga
dilaksanakan.  Nutrisi: pengkajian status nutrisi dan hidrasi, petunjuk diet yang
dianjurkan, pemberian makanan melalui selang dan memberi petunjuk kepada
keluarga tentang pemberian makanan melalui selang.  Rehabilitasi: memberi
petunjuk kepada klien dan keluarga tentang cara menggunakan alat bantu, latihan
rentang gerak, ambulasi, dan teknikteknik pemindahan klien. Pengobatan:
memberi petunjuk kepada klien dan keluarga tentang cara kerja, pemebrian dan
efek samping obat-obatan, memantau pelaksanaan dan keefektifan obat-obatan
yang diberikan.  Terapi Intravena: pengkajian dan penatalaksanaan dehidrasi,
pemberian antibiotik, nutrisi parenteral, transfuse darah, dan agen analgesik dan
kemoterapik.  Studi Hasil Laboratorium Tertentu: melakukan studi tentang
gambaran pemeriksaan darah dari hasil laboratorium yang berhubungan dengan
proses penyakit atau pengobatan. Beberapa diagnosis yang terkait dengan rumah
perawatan adalah stroke, patah tulang rusuk, gagal jantung kongestif, dan

10
pemulihan paska penyakit akut seperti pneumonia, infark miokardium.
Harapanya setelah seseorang dirawat di rumah perawatan seseorang tersebut akan
mencapai peningkatan ke level yang lebih tinggi pada fungsi organ yang terkait
penyakit dan menunjukan pemulihan dari episode akut.

3. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lansia pada Newers


Model of Nursing Home Care
Pioneer Network “jaringan pelopor” Pioneer network pada perawatan jangka
panjang, dianggap sebagai organisasi payung dari perubahan budaya gerakan telah
berkembang sejak tahun 1997 dari pertemuan tengara perintis di seluruh Amerika
Serikat dengan tujuan mengubah filosofi perawatan di panti wreda (White-Chou
et al., 2009). Dua model yang paling banyak diterapkan perawatan yang
merupakan bagian dari Pioneer Jaringan adalah Eden Alternatif dan Green House
Project. 1) Eden Alternatif Eden Alternatif adalah model dikembangkan pada
pertengahan- 1990 oleh William Thomas, MD, dengan maksud untuk
menciptakan lingkungan sekelompok kecil warga untuk mencegah atau
menangani kebosanan, kesepian, tidak berdaya, dan kurangnya makna yang
umum di panti werda tradisional. Komponen penting adalah pengenalan sistematis
hewan peliharaan, tanaman, dan anak-anak untuk membuat pengaturan seperti
rumah dan meningkatkan kualitas hidup penduduk. Selain itu, Eden Alternatif
menggabungkan strategi untuk terlibat dan memberdayakan staf dalam membawa
tentang perubahan lingkungan. Panti wreda yang mengadopsi model
komprehensif ini dan berjanji untuk mematuhi prinsip Eden yang tercantum dalam
Eden Registry. Hasil dari model ini yang telah diidentifikasi dalam studi meliputi
retensi peningkatkan staf, meningkatkan kepuasan staf dan penduduk, dan
pengurangan jumlah obat-obatan dan infeksi. 2) The Green House Project The
Green House Project, digambarkan sebagai panti werda sederhana, juga telah
dipromosikan oleh William Thomas, MD, yang merupakan pendiri Eden
Alternatif dan pemimpin utama dalam Pioneer Network. Proyek pertama kali
dibuka pada tahun 2003 dan terdiri dari empat Rumah Hijau yang beroperasi
secara mandiri di bawah lisensi dari sebuah panti wreda mensponsori di Tupelo,
Missouri. Biasanya dalam green house terdapat 7 sampai 12 warga di sebuah
rumah yang menyatu dengan rumah-rumah tetangga. Rumah panti wreda ini

11
memberikan berbagai layanan berlisensi dan bersertifikat untuk orang tua dengan
tingkat kecacatan yang tinggi, termasuk yang berhubungan dengan demensia,
dalam pengaturan rumah tangga biasa. Pendekatan Green House menekankan
hubungan dan makna keputusan dalam intervensi untuk gangguan perilaku terkait
demensia. Sebuah penelitian dalam 2 tahun pertama dari model ini menemukan
bahwa warga mengalami hasil yang lebih baik pada dimensi kualitas hidup dan
tidak ada penurunan dalam hasil kesehatan karena pada model mencakup seluruh
aspek seperti; biologis, psikososial, sosial, spiritual yang dibutuhkan oleh lansia
(Kane & Cutler, 2008).

4. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Berbasis Komunitas


bagi Lanjut Usia
Keperawatan berbasis komunitas berbeda dengan keperawatan kesehatan
komunitas. Keperawatan kesehatan komunitas secara langsung memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, dan kesehatan. Keperawatan
berbasis komunitas merupakan pelayanan yang tidak hanya sekedar dimana
tempat pemberian pelayanan yang diberikan, tetapi bagaimana perawat mampu
berkolaborasi dengan masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian pelayanan keperawatan komunitas adalah
genetik, jenis kelamin, hubungan sosial, keadaan ekonomi, lingkungan tempat
tinggal, lingkungan pekerjaan, budaya, akses ke pelayanan atau fasilitias
kesehatan, dan gaya hidup (Chilton, et al, 2004). a. Senior Centers Senior Centers
dikembangkan pada tahun 1940 untuk menyediakan aktivitas sosial dan rekreasi.
Pelayanan yang diberikan berupa rekreasi, edukasi, konseling, terapi, nutrisi, dan
skrining kesehatan. Perawat mendapatkan kesempatan untuk memberikan
pelayanan kepada lansia yang ingin hidup mandiri (Stanhope & Lancaster, 2014).
b. Adult Day Centers Adult day centers pertama kali dikembangkan pada tahun
1970. Adult day centers menyediakan pelayanan yang berupa aktivitas sosial dan
rekreasi pada lansia mengalami gangguan fungsional dalam setting kelompok.
Pelayanan ini diberikan kepada klien yang fisik dan mentalnya membutuhkan
perawatan. Adult day centers juga memberikan makanan, pelayanan transportasi,
terapi pengobatan, perawatan asistif, dan pelayanan atau terapi lainnya. Pelayanan
ini berlangsung pada week days selama 8 jam dalam sehari, 5 jam untuk program

12
formal dan 5 jam untuk interaksi sosial. Tujuan dari pelayanan ini untuk
meningkatkan kemampuan fungsional lansia, mencegah terjadinya penyakit yang
akan membawa klien untuk menjalani pengobatan di rumah sakit, memberikan
pelayanan keperawatan kepada lansia yang memiliki tingkat ketergantungan
tinggi, dan meningkatkan kualitas hidup lansia yang memiliki gangguan pada
kondisi kesehatannya (Miller, 2012). c. Respite care Respite care merupakan
pelayanan yang tujuan utamanya yaitu untuk membantu para tenaga kesehatan
secara bertahap dari stres yang dirasakan selama menjalankan tanggung jawab
sebagai petugas kesehatan. Istilah pelayanan ini pada akhir tahun 1970 digunakan
karena ditemukan bahwa para tenaga kesehatan atau pemberi pelayanan kesehatan
memiliki risiko isolasi sosial, depresi, distress psikologis, dan masalah lain yang
terkait dengan beban dalam pemberian pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Pelayanan yang diberikan berupa adults day centers dan perawatan di rumah
jangka pendek (Miller, 2012). d. Promosi Kesehatan Lansia membutuhkan
skrining kesehatan untuk pencegahan primer, sekunder, dan tersier sama seperti
klien pada usia lainnya. Pencegahan primer untuk mencegah munculnya penyakit
pada klien lansia seperti mengidentifikasi keamaan rumah untuk mengetahui
risiko jatuh dengan falls morse scale. Contoh pencegahan sekunder yaitu
skrining hipertensi Pencegahan tersier seperti memberikan terapi atau latihan pada
klien yang memiliki penyakit jantung atau mengecek keamanan rumah klien
untuk menghindari bahaya yang menyebabkan klien lansia jatuh (Hunt, 2009). e.
Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada
lanjut usia di masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan
oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain dengan
fokus utama pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Latar
belakang terbentuknya Posyandu terkait dengan perkiraan peningkatan jumlah
lansia pada tahun 2020 yaitu sebanyak 28,8 juta jiwa. Posyandu Lansia juga dapat
menyediakan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan
seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan

13
mereka. Selain itu, para lansia dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri
(Komnas Lansia, 2010). Kegiatankegiatan yang dilakukan pada posyandu lansia:
 Pengukuran IMT, tinggi badan dan berat badan yang dilaksanakans setiap
sebulan sekali.  Pemeriksaan tekanan darah minimal sebulan sekali. Bagi
penderita hipertensi dianjurkan setiap minggu.  Pemeriksaan kadar Hb, gula
darah, dan kolesterol pada lansia yang sehat dilakukan setiap 6 bulan dan bagi
lansia yang mempunyai faktor risiko DM, obesitas pemeriksaan dilakukan 3 bulan
sekali.  Kegiatan konseling dan penyuluhan gizi setiap bulan.  Konseling
usaha ekonomi produktif dilakukan sesuai kebutuhan.  Kegiatan aktivitas fisik
minimal seminggu.

5. Bentuk Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan Lanjut Usia pada


Setting Home Care Service
Pelayanan yang dapat diberikan dengan metode home care, yaitu: edukasi,
pencegahan penyakit, diagnosis dan perawatan, penyembuhan, dan rehabilitasi.
Selain dalam bidang keperawatan, home care juga mencakup bidang lainnya,
seperti physical therapy, occupational therapy, speech-language pathology, dan
bantuan untuk pelayanan personal. Klien yang dikategorikan menerima perawatan
home care, yaitu: klien yang tidak bisa meninggalkan rumah tetapi mampu
merawat diri sendiri di beberapa tingkat kemandirian atau klien yang tidak bisa
meninggalkan rumah dan juga bergantung pada banyak area fungsional. Terdapat
dua tipe home care yang dapat dipilih oleh para lansia sesuai dengan kebutuhan
masing-masing (Miller, 2012): a. Skilled Home Care Tipe ini menekankan setelah
diberikan perawatan pada penyakit atau lukanya, pasien diharapkan cukup
mandiri untuk merawat dirinya sendiri. Dalam penerapannya, skilled home care
berfokus pada edukasi pasien beserta pemberi perawatannya untuk bersama-sama
melakukan aktivitas perawatan mandiri. Layanan ini hanya diberikan oleh klien
yang membutuhkan perawatan karena ketidakmampuannya untuk meninggalkan
rumah untuk menjalani perawatan namun hanya membutuhkannya dalam jangka
waktu pendek. Biasanya layanan ini dapat dipesan melalui jasa Medicare atau
asuransi. Perawatan yang biasanya diberikan oleh Ners berupa manajemen
medikasi, infus, dan perawatan jiwa. Sedangkan bantuan yang dapat diberikan
oleh perawat D3 atau terapis seperti bantuan untuk mandi, penggantian linen,

14
latihan pergerakan sendi, dan bantuan untuk transfer dan ambulasi. b. Long-Term
Home Care Pencapaian yang ditekankan pada tipe ini adalah untuk
mempertahankan fungsi tubuh dan kesehatan secara maksimal, serta dapat
mengatasi penyakit atau ketidakmampuan klien. Sedangkan penggunanya
biasanya adalah mereka yang tidak memenuhi kategori Mediacare. Perawatan
dapat berlangsung dalam 24 jam per hari dan dapat dilakukan oleh perawat Ners
dan perawat D3. Perawat Ners berperan sebagai perawat yang melakukan
pengkajian dan mengawasi pemberian perawatan, sedangkan perawat D3 biasanya
membantu Ners dalam memberikan perawatan. Wallace (2008) memaparkan
gambaran secara umum bagaimana proses pelayanan home care, dimulai dari
pengkajian hingga pembuatan rencana perawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Home care dimulai dengan pengkajian yang dilakukan pada kunjungan awal dan
akan terus dilakukan pada setiap kunjungan. Pengkajian awal dilakukan dengan
mengkaji aset, dukungan sosial, lingkungan, dan sumber daya komunitas yang
tersedia. Pengkajian formal lansia yang diterima oleh Medicare disebut Outcome
and Assessment Information Set (OASIS), sedangkan hasil dari pengkajiannya
disebut Outcome-based Quality Improvement (OBQI). OASIS meliputi
sosiodemografi, lingkungan, sistem pendukung, status kesehatan, dan status
fungsional. Setelah pengkajian, rencana perawatan dikembangkan untuk
membantu klien untuk mencapai tujuan dari perawatan. Perawat diharapkan dapat
menggunakan berbagai sumber yang ditemukan untuk merawat klien. Komunitas
di sekeliling klien dapat sangat berguna bagi peningkatan status kesehatan klien.
Oleh karena itu, perawat sebaiknya mengidentifikasi komunitas yang dapat
mendukung perawatan klien. Pelayanan komunitas yang umumnya membantu
diantaranya senior center programs, senior housing, adult day care services, dan
alternative community-based living facilities.

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif. Proses menua merupakan suatu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan

Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan


diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050. Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010,
lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di
perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%).

Menua atau lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam
kondisi sehat atau sakit.

B. Saran
Dengan disusunya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya, sehingga
dapat menyusun asuhan keperawatan dengan benar, sehingga nantinya dapat
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan maupun hal-hal yang dapat merugikan
diri sendiri, instansi, dan masyarakat secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

16
Nugroho, Wahjudi. 2006. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Maryam, R. S., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika

Miller, C.A. 2012. Nursing For Wellness In Older Adults. 6th Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer, Lipincott William & Wilkins

Wallace, M. 2008. Essentials Of Gerontological Nursing. New York: Springer


Publishing Company, LLC

17

Anda mungkin juga menyukai