PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagian besar korban henting jantung adalah orang dewasa,tetapi ribuan dan
anak juga mengalaminya setiap tahun.henti jantung akan tetap menjadi penyebab
utama kematian yang prematur,dan perbaikan kecil dalam usaha penyalamatannya
akan menjadi ribusn nyawa yang diselamatkan setiap tahun.
Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orangnnya
terlatih dalam bidangkesehatan.ini bermaksud bahwa RPJ boleh dilakukan dipelajari
dokter,perawat para medis dan juga orang awam.
1. DEFINISI
Resusitasi Jantung Paru (RPJ) atau cardiopulmanory resucitation (CPR) adalah
suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keaadaan henti
nafas atau henti jantung(kematian klinis)kefungsi optimal,guna mencegah kematian
biologis.kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi artetis carotis dan arteri
femoralis,terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan
terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran.Kematian biologis dimana kerusakan
otak tak dapat diperbaiki lagi,dapat terjadi dalam 4menit setelah kematian klinis.oleh
karena itu,berhasil atau tidaknya tindakan RPJ tergantung cepatnya dilakukan tindakan
dan tepatnya teknik yang dilakukan.
2. INDIKASI
a. Henti napas
Henti napas primer(respiratoru arrest)dapat disebabkan oleh banyak hal,misalnya
serangan stroke,keracunan obat,tenggelam,inhalsi asap/UAP/gas,obstruksi jalan
b. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung untuk
memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan
dapat balik normal,kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak.Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau penyakit
kronis tentu tidak termasuk henti jantung.sebagian besar henti jantung disebabkan oleh
fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut (80-90%). Kemudian disusul oleh ventrikel
asistol (+10%) dan terakir oleh disosiasi elektro-mekanik(+5%). Dua jenis henti jantung
yang terakir lebih sulit ditanggulangi karena koordinasi aktifitas jantung
menghilang.Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba 9karotis
femoralis,radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali,pernapasan berhenti
atau satu-satu (gasping, apnu),dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya
dan pasien tidak sadar. Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar
hemoglobin(Hb), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan.iskemi melebihi 3-
4menit pada suhu normal akan menyebabkan serebri rusak menetap,walaupun setelah
itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.
1. Fase I
Tunjangan hidup dasar(Basic life support)yaitu prosedur pertolongan darurat
mengatasi obstruksi jalan nafas,henti nafas,henti jantung,dan bagaimana
melakukan RPJ secara benar.terdiri dari
o C(cirulation):mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru
o A(Airway):menjaga jalan nafas tetap terbuka.
o B(breathing):ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.
2. Fase II
Tunjangan hidup lanjutan(Advance Life Sipport):yaitu tunjangan hidup dasar
ditambah dengan:
o D (drugs):pemberian obat-obatan termasuk cairan
o E(EKG):diagnosis elektro ardiografis secepat mungkin setelah
dimulaiPJL,untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole atau
agnal ventricular complexes.
o F (fibrilation treatment) tindakan untuk mengatasi fibrilasiventrikel
3. Fase III.
Tunjungan hidup terus-menerus(Prolonged life Support)
o G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring
penderita secara terus menerus,dinilai,dicari
penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
o H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan
sistim saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat
terjadinya henti jantung,sehingga dapat dicegah
terjadinya kelainan neurologic yang permanen.H
(Hipotermi): segera dilakukan bila tidak ada perbaikan
fungsi susunan saraf pusat yaitu antara 30-32C
o H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah
manusia yang mempunyai perasaan, karena itu
semua tindakan hendaknya berdasarkan
perikemanusiaan.
o I (intensive care) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi,
trakheostomi, pernafasan pH, pCO2 bila diperlukan,
dan tunjangan sirkulasi, mengendalikan kejang.
Penyelamat
Setiap orang dapat menjadi penyelamat bagi korban henti jantung.
Kemampuan RPJ dan penerapannya tergantung dari hasil pelatihan.
Pengalaman dan kepercayaan diri si penyelamat.kompresi dada dasar
RPJ.
KOMPRESI DADA
DEFIBRILASI
Kesempatan korban untuk selamat menurun seiring jeda waktu
antara henti jantung defibrilitasi.Karenanya defibrilitasi tetap menjadi
dasar tatalaksana untuk febrilitasi ventrikel(VF venticural fibrilation)dan
pulseless ventricular tachycardia.strategi bersama antara ditujukan untuk
mengurangi jeda waktu ini.Satu penentu defribrilasi yang berhasil adalah
efektifitas kompresi dada. Defibrilasi lebih berhasil jika intrerupsi pada
kompresi dada sedikit.
PENGENALAN DINI
Airway Korban dengan tidak ada/tidak dicurigai cedera tulang belakang maka
bebaskan jalan nafas melalui head tilt-chin lift.Namun jika korban curiga
cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melaui jawhrust.
Breathing berikan ventilasi perhatikan sebanyak 2 kali.Pemberian ventilasi
dengan jarak 1 detik yang masuk adekuat.Untuk pemberian mulut ke mulut
langkahnya sebagai berikut:
Pastikan hidung korban terpencet rapat
Ambil nafas seperti biasa (jangan terlalu dalam)
Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin
Kembali kelangkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik.
Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat
dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban.Untuk pemberian melalui bag mask
memberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.Setelah terpasang
advance airway maka ventilsi dilakuan dengan frekuensi 6-8 detik/ventilasi atau sekitar
8-10 nafas/menit dan kompresidada dapat dilakukan tanpa interupsi.jika pasien
mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan.Ventilasi dilakukan
dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa
denyut nadi kembali setiap 2menit.Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan
ventilasi adalah 30:2, setelah terdapat advance airway kompresi dilakukan terus-
menrus dengan kcepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali.RJP terus
dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang,pasien bangun,/ petugas ahli datang.
Bila harus terjadi interupsi,petugas kesehatan sebainya otomatis atau pemasangan
advance airway.