Anda di halaman 1dari 4

Masalah Remaja Di Sekolah dan Pentingnya Konselor Guru

1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan sebuah masa transisi dengan setiap masalah dan pergumulannya
masing-masing. Beberapa masalah itu muncul, mulai dari permasalahan di rumah, di
sekolah, hingga di setiap lingkungan tempat mereka berinteraksi. Khususnya di sekolah,
beberapa remaja bahkan memerlukan pendampingan khusus karena di sana mereka akan
diperhadapkan pada beban studi, teman sebaya, kakak kelas, dan juga guru-guru yang akan
memungkinkan mereka menghadapi beberapa masalah. Masalah-masalah ini tentunya tidak
dapat dibiarkan begitu saja karena akan memengaruhi perkembangan remaja ke depannya.
Oleh karena itu, peran guru sebagai konselor sangatlah diperlukan untuk mengarahkan,
membimbing, dan mendampingi siswa dalam menghadapi masalah-masalah tersebut di
sekolah.

2. Masalah-Masalah Remaja di Sekolah

Pada umumnya, masalah remaja di sekolah, baik di tingkat SMP maupun SMA, berkenaan
dengan perilaku. Berikut beberapa masalah remaja di sekolah:

1. Perilaku Bermasalah (Problem Behavior)

Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam
kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku
bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasi
dengan remaja lain, guru, dan masyarakat. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai
aktivitas yang digelar sekolah, misalnya, termasuk dalam kategori perilaku
bermasalah yang menyebabkan seorang remaja menjadi kurang pengalaman. Jadi,
perilaku bermasalah ini akan merugikan remaja di sekolah secara tidak langsung
akibat perilakunya sendiri.

2. Perilaku Menyimpang (Behavior Disorder)

Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau dan menyebabkan
seorang remaja kelihatan gugup (nervous) serta perilakunya tidak terkontrol
(uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami perilaku ini.
Seorang remaja mengalami hal ini jika ia merasa tidak tenang dan tidak bahagia
sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja
akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada
tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan
psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3. Penyesuaian Diri yang Salah (Behaviour Maladjustment)

Perilaku tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan
mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara
cermat akibatnya. Perilaku menyontek, membolos, dan melanggar peraturan sekolah
merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah.

4. Perilaku Tidak Dapat Membedakan Benar atau Salah (Conduct Disorder)

Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara


perilaku yang benar dan perilaku yang salah. Wujud dari conduct disorder adalah
munculnya cara berpikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan
yang berlaku di sekolah. Penyebabnya adalah karena sejak kecil, orang tua tidak bisa
membedakan perilaku yang benar dan yang salah pada anak. Seharusnya, orang tua
mampu memberikan hukuman (punishment) saat anak berperilaku salah dan
memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak berperilaku baik atau benar.
Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia
memunculkan perilaku antisosial, baik secara verbal maupun secara nonverbal, seperti
melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya.

5. Perilaku Berkaitan dengan Perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Perilaku berkaitan dengan perhatian adalah anak yang mengalami defisiensi dalam
perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga gerakan-gerakannya
tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif
biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam
menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tidak akan
memperhatikan lawan bicaranya dan cepat terpengaruh oleh stimulus yang datang dari
luar.

3. Guru Sebagai Konselor

Guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan ilmu kepada siswa, tetapi juga mempunyai
peran lainnya, yaitu menjadi orang tua kedua bagi siswa dan berperan sebagai konselor.
Peran guru sebagai konselor sesungguhnya bukan hanya tugas guru Bimbingan Konseling
(BK), tetapi juga tugas setiap guru wali kelas, termasuk guru Pendidikan Agama Kristen.
Guru sebagai konselor akan menolong setiap murid yang sedang bermasalah dan jika
memungkinkan dapat memberikan solusi sehingga mereka dapat keluar dari permasalahan
yang sedang dihadapi.
Guru beragama Kristen, khususnya, dapat membimbing siswa dengan memberikan nasihat
yang berdasar pada kebenaran firman Tuhan, sekalipun ia bukan guru Bimbingan
Konseling. Sebab, firman Tuhan itulah yang menjadi penuntun di setiap kehidupan kita.
Seorang remaja yang sedang ada di masa transisi sangat membutuhkan pengenalan akan
Tuhan kita, Yesus Kristus, nasihat-nasihat tentang kehidupan, dan pertolongan, agar
mereka mengerti apa yang benar di hadapan Tuhan.

4. Cara Mengatasi Masalah-Masalah Perilaku Remaja

1. Dialog Antara Orang Tua dan Anak

Cara pertama untuk mengatasi masalah perilaku pada siswa, yaitu perlunya peran
orang tua. Mengapa peran orang tua sangat dibutuhkan? Karena orang tua seharusnya
menjadi orang yang paling dekat dengan anak, dan keluarga merupakan tempat
pertama bagi anak untuk bertumbuh dan bersosialisasi. Biasanya, saat anak menginjak
masa remaja, anak akan enggan berkomunikasi dengan orang tua, khususnya bagi
remaja pria, mereka lebih suka bergabung dan lebih terbuka kepada kelompoknya.
Sedangkan remaja putri lebih senang berada di rumah dan menghabiskan waktu di
kamar. Di sinilah, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak remaja mereka dan
harus lebih sering bertanya kepada anak dan memberikan nasihat serta masukan.

2. Menasihati Anak untuk Menjalin Pertemanan yang Sehat

Baik orang tua maupun guru sebaiknya menasihati anak untuk menjalin pertemanan
yang sehat. Memang, sejak kecil anak sudah diajar untuk tidak memilih-milih teman,
tetapi Alkitab memberikan nasihat-nasihat dalam menjalin sebuah persahabatan.
Biasanya, siswa mengalami masalah yang berkaitan dengan perilaku karena terus
bergaul dengan teman sekelompoknya. Oleh sebab itu, baik orang tua maupun guru
hendaknya mendorong anak-anak untuk masuk di lingkungan pertemanan yang sehat
sehingga dapat menjalin persahabatan di komunitas yang sehat pula.

3. Memberikan Pendampingan, Perhatian, dan Kasih yang Tulus

Ketika beranjak dewasa, anak-anak akan menghabiskan waktunya di sekolah. Guru


harus menjadi konselor dan motivator yang baik bagi siswa-siswa di sekolah. Seperti
yang telah diungkapkan sebelumnya, guru tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi
juga membagikan nasihat kehidupan, ajaran, keterampilan, dan pengalaman kepada
siswa. Jika guru menunjukkan pendampingan, perhatian, dan kasih yang tulus kepada
siswa, tentu siswa akan merasa dihargai dan memiliki semangat belajar yang tinggi di
sekolah. Proses konselor yang baik oleh para guru ini dapat mengantisipasi adanya
permasalahan perilaku pada siswa dan juga mencegah terjadinya kenakalan remaja.

Sumber bacaan:
1. Dunn, R. Richard. "Membentuk Kerohanian Anak Muda". Literatur Perkantas,
Surabaya 2012
2. Heagy, C. Ronald. "Dunia yang Mulai Liar". Pustakaraya, Jakarta 2006
3. __________. "Konselor Pendidikan". Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan

Anda mungkin juga menyukai