Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia selalu haus akan rasa ingin tahu terhadap dzat yang
menciptakan dan memberikan rasa aman. Berbagai macam aktivitas ibadah dengan berbagai
ritualnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rohani dalam rangka mendapatkan kebahagiaan
dan ketenangan. Mulai dari peribadatan terbuka hingga ritual secara sembunyi-sembunyi dilakukan
untuk mendapatkan tujuan tersebut. Di Indonesia, hal yang demikian sudah tidak asing lagi. Gejala
umum yang tampak antara lain munculnya berbagai macam aliran kepercayaan, yang biasa disebut
dengan kebatinan, tasawuf, ilmu kesempurnaan, teosofi, mistik atau dengan sebutan yang lain.
Munculnya berbagai macam aliran kepercayaan di Indonesia membuat sebagian pihak merasa
resah. Kita tidak bisa dengan mudah merubah apa yang mereka yakini, karena tiap individu memiliki
hak atas lepercayaannya.

Oleh karena itu penting adanya pengetahuan mengenai keberadaan mereka serta hal-hal yang
mendasari kepercayaan yang mereka anut. Makalah ini akan menjelaskan tentang sejarah
munculnya aliran kepercayaan di Indonesia disertai dengan beberapa contoh aliran yang ada di
Indonesia saat ini. Sehingga diharapkan masyarakat dapat memahami serta tidak mudah
menyalahkan kepercayaan orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakekat dari aliran kepercayaan?

2. Bagaimana sejarah munculnya aliran kepercayaan di Indonesia?

3. Apa sebab-sebab munculnya aliran-aliran kepercayaan?

4. Apa saja aliran kepercayaan yang ada di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan makalah yaitu:

1. Mengetahui hakekat dari aliran kepercayaan

2. Mengetahui sejarah munculnya aliran kepercayaan di Indonesia

3. Mengetahui sebab-sebab munculnya aliran-aliran kepercayaan

4. Mengetahui aliran kepercayaan yang ada di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Kepercayaan

Menurut M. As’at El Hafidy, aliran adalah suatu cabang daripada faham yang rentannya masih
berinduk dari salah satu Agama (Madzhab, Orde, sekte dan lain-lain).

Menurut ilmu makna kata (semantik), mempunyai beberapa arti:

a. Iman kepada agama.

b. Anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepada dewa-dewa dan orang-orang
halus.
c. Dianggap benar dan jujur, misalnya orang kepercayaan.

d. Setuju kepada kebijaksanaan perintah atau pengurus.

Aliran kepercayaan itu ada dua macam:

1. Kepercayaan yang sifatnya tradisional dan animistis, tanpa filosofi dan tidak ada pelajaran
mistiknya, seperti kepercayaan orang-orang Perlamin dan Pelebegu di Tapanuli.

2. Golongan kepercayaan yang ajarannya ada filosofinya, juga disertai mistik, golongan inilah yang
disebut atau menamakan dirinya golongan kebatinan. Golongan kebatinan ini dalam
perkembangannya akhirnya menamakan dirinya sebagai Golongan Kepercayaan Kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa

B. Latar Belakang

Sejarah Seperti keagamaan Suku Batak, Suku Dayak, Suku di Nusa Tenggara Timur dan keagamaan
orang Jawa. Yang menunjukkan bahwa sejak zaman kuno, sebelum masuknya agama-agama besar
seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam, berbagai suku bangsa di Indonesia sudah menganut
animisme, kepercayaan kepada roh-roh ghaib, yang kemudian bercampur dengan agama-agama
dunia yang masuk di Indonesia, terutama agama Islam.

1. Masuknya Islam Tarekat Agama Islam yang masuk di Indonesia bukan lagi Islam yang murni
tetapi yang sudah dipengaruhi ajaran mistik (tarekat). Tarekat (jalan) adalah suatu aliran dan
gerakan yang tumbuh dalam masyarakat Islam dan kehormatan yang diberikan orang kepada para
pemimpinnya. Aliran-aliran tersebut memakai nama menurut nama pemimpinnya. Aliran-aliran
tarekat yang masuk di Indonesia misalnya Tarekat Syathariah (abad 16-17) yang didirikan Syekh
Syatari, Tarekat Qadiriah yang didirikan Abdul Qadir Jailani (wafat 1165), Tarekat Naksabandiyah
yang didirikan Bahaudin Naksabandi (wafat 1315), Tarekat Syadzaliah yang didirikan Abdul Hasan
Syadzali (wafat 1258), dan kemudian Tarekat Samaniyah, dan ada juga Tarekat Rifaiyah yang
didirikan Ahmad Rifa’i (wafat 1182). Pada umumnya tujuan tarekat-tarekat itu adalah untuk
mencapai hakikat Ketuhanan, yang biasanya ditempuh oleh para anggota (murid-muridnya),
dengan melakukan bai’at (janji) lebih dulu ketika memasuki tarekat, kemudian berusaha melalui
empat tingkat yaitu “syari’ah” (mempelajari hukum), “tarekat” (menempuh cara-cara tertentu),
“ma’rifat” (mengetahui ketuhanan) dan terakhir “hakekat” (kebenaran yang tertinggi). Di antara
tarekat-tarekat itu terdapat yang menyimpang, misalnya Tarekat Rifaiyah lambat laun bukan lagi
megutamakan pelajaran ibadah melainkan lebih menonjolkan seni pertunjukannya melukai diri
seperti permainan debus dan sebagainya. Atau tarekat-tarekat itu mendalami ajaran yang sifatnya
ekstrim dan dapat diperalat untuk melakukan pemberontakan terhadap penguasa dan sebagainya.
2. Politik Adu Domba Selama penjajahan Belanda sebagian besar pemberontakan rakyat terhadap
Belanda dilakukan oleh gerakan yang berlatar belakang kepemimpinan Islam yang didukung kaum
tarekat. Misalnya di Jawa sejak zaman Sultan Agung Mataram, Pangeran di Ponegoro. Pihak
Belanda untuk dapat menumpas gerakan perlawanan rakyat itu memperalat para bangsawan
pemuka adat, sehingga antara golongan adat dan agama di adu domba. Selain tidak ada lagi
perlawanan rakyat, maka kehidupan tarekat-tarekat dan pendidikan agama Islam dicurigai. Begitu
pula dilakukan politik adu domba penganut Islam modern (Muhammadiyah) yang diberi cap
Wahabi, dengan penganut Islam (Nahdlatul Ulama) Ahlussunnah, yang disebut kaum lama.
Perpecahan umat Islam ini berkelanjutan sampai zaman kemerdekaan. Sementara itu misi Kristen
mendapat kesempatan berkembang bebas dan baik. 3. Zaman Kemerdekaan Sejak berdirinya
negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka
perkembangan agama dan pendidikan Islam berangsur maju di bawah bimbingan Departemen
Agama. Begitu pula aliran-aliran kepercayaan tumbuh dan berkembang di bawah pimpinannya yang
cendikiawan, sehingga aliran lama muncul kembali dan yang baru tumbuh subur dengan bermacam
ragamnya. Sehingga ada di antara kelompok aliran kepercayaan itu yang dapat diperalat Partai
Komunis Indonesia sampai meletusnya G30S/PKI. Di masa orde baru suasana berubah. Umat Islam
mereda dari pertikaian masalah ‘furu’’ dan ‘khilafiyah’ yang diwarisi dari zaman Hindia Belanda,
kemajuan pendidikan Islam telah melahirkan sarjana-sarjana Islam yang menyadari pentingnya
persatuan Islam, diskusi-diskusi ilmiah tentang Islam terus meningkat, tempat-tempat beribadah
bertambah baik, umat beragama diarahkan pada kerukunan seagama dan kerukunan antar agama.
Sementara itu aliran kepercayaan tumbuh berkembang dan menurut kesamaan haknya dan
kedudukannya dengan agama yang resmi diakui, dan di sana sini timbul masalah sosial keagamaan
yang baru, misalnya masalah pedukunan dan perkawinan.[6] C. Sebab-Sebab Munculnya Aliran-
Aliran Baru Dalam Kepercayaan Sebab-sebab munculnya aliran-aliran baru dalam kepercayaan
menurut M. As’ad El Hafidy:[7] a. Karena salah terima, salah faham di waktu menerima pelajaran
dari guru agama yang mengambil kiasan dan perlambang, ber dasar kebatinan mendalam dan
falsafah yang berpengertian rangkap (berkalimat banyak arti). b. Mencampur aduk faktor-faktor
penting yang diambil dari sumber-sumber pelajaran agama, mengambil salah satu lafadz dan
kalimat dari ayat atau bahasa Arab dengan diberi arti-makna sesuka hatinya, sehingga terjadilah
kekliruan murod dan maksudnya dan hilanglah azas tujuan lafdz kalimatt yang asli. Sehingga
muncullah golongan Islam Mutihan dan Islam Abangan. c. Sengaja mengadakan aliran-aliran baru
dalam kepercayaan, mistik atau kebatinan dengan dalil “mengembalikan jiwa asli” karena agama
Hindu dari India, agama Yahudi, agama Masehi dari Eropa dan Islam Dari Arabia. d. Ingin
memasyhurkan namanya, membuka praktek perdukunan, meramalkan kebahagiaan, ilmu rajah,
perbintangan, bahkan terdapat yang mengharap-harap kedatangan Ratu Adil, Imam Mahdi,
Jayabaya, Heru Cokro dan lain-lain. e. Bermaksud menenagkan jiwa, gemar menyendiri, bersemedi,
bertapa dan mengamalkan Ascetisme (zuhud, riyadhatan nafs) karena berpendapat “suasana
keadaan dunia dewasa ini terasa telah penuh berbagai penderitaan batin”. f. Bukan tidak mungkin
dalam suasana yang serba kacau, pencipta aliran-aliran baru memasang gejala-gejala untuk
keuntungan kekayaan pribadi. Jaringan-jaringannya dikembangkan dengan propaganda aliran-aliran
tersebut dengan nama-nama yang menarik. malah ada pula yang sampai hati mempergunakan
gelar-gelar kanjeng, kiyai, Bendoro, Resi, Hajar, Begawan, bahkan menobatkan diri Nabi, penerima
wahyu langsung dari Tuhan. Dan yang sangat terlalu menganggap dirinya sedrajat dengan Tuhan. g.
Beranggapan bahwa “bunyi UUD 1945 pasal 18 ” adalah kesempatan untuk menjelmakan aliran-
aliran baru dalam kepercayaan. Setiap rang berhak atas kebebasan beragama, keinsyafan batin dan
fikiran, dijadikan alasan pokok umum menciptakan agama baru yang dianggap sesuai untuk
kepentingannya sendiri. Menurut Abdurrahman Wahid, sesuai faktor dalam perkembangan pesat
dari aliran-aliran kebatinan adalah “kegagalan hicrarchi dan struktur agama-agama besar di
Indonesia untuk memberikan pemecahan bagi persoalan-persoalan sosial yang pokok dari
kehidupan masyarakat dewasa ini”.[8] Selain pendapat di atas munculnya aliran keagamaan tidak
terlepas dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain disebabkan karena adanya
perbedaan penafsiran terhadap pokok-pokok ajaran agama, penekanan pengalaman agama secara
eksklusif yang hanya mengakui paham mereka saja yang benar sedangkan paham lain dianggap
sesat. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh pemikiran dari luar, seperti pemikiran yang
dianggap liberal atau literal dalam memahami teks-teks agama, serta faktor politik.[9] D. Aliran-
Aliran Kepercayaan 1. Agama Bahai a. Latar Belakang Berdirinya Di negara Iran (Parsi) ada
seseorang yang bernama Ali Muhammad As-Syaironzi pada tanggal 5 Jumadil Ula 1260 H (1844 M)
mengangkat dirinya menjadi pesuruh Tuhan dengan gelar “Bab” (pintu). Ia mengemukakan dan
menyuruh agar semua orang bersiap-siap untuk menerima kedatangan ‘Al-Mahdi Al-Munthadar’,
yaitu Nabi yang akan datang di muka bumi ini untuk mempersatukan umat manusia.tapi pada
tahun 1850, ia bersama pengikutnya dihukum mati karena mengganggu jalannya pemerintahan
Iran. Setelah peristiwa tersebut pada tahun 1863datang lagi seseorang yang bernama Mat Husin Al-
Basyaro’i yang menyatakan dirinya sebagai Nabi yang dikatakan As-Syaironzi. Orang ini berasal dari
keturunan bangsawan Iran bernama Baha’ullah (Kemuliaan Tuhan). Dari nama tersebut asal nama
agama Baha’i yang artinya ialah agama Kemuliaan. Begitu raja Iran mengetahui berita tersebut
maka raja memerintahkan agar Baha’ullah itu disingkirkan dan diasingkan ke Akka. Dari tempat
pengasingan itulah ia menyampaikan ajaran-ajarannya. Pada tahun 1892 sebelum Baha’ullah wafat
ia menunjuk putra sulungnya bernama Abdul Baha’ untuk meneruskan ajaran-ajarannya. Begitu
pula kemudian abdul Baha’ sebelum wafat ia telah menunjuk putranya Shogi Effendi sebagai
penerus ajaran kakeknya. Shogi Effendi ini wafat pada tanggal 4 November 1957 dan kini ajaran
Baha’i ini telah menyebar ke berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia.[10] Apabila
diperhatikan apa yang dikatakan Bab cikal bakal agama tentang akan datangnya ‘Al-Mahdi Al-
Muhtadhar’, maka agama ini berusaha mentenarkan paham Syi’ah Imamiyah (imam 12)
Muhammad Bin Hasal Al-Askary (255-260 H) yang ghaib di Sardab, sebagai orang pertama yang
meniupkan tentang Imam Mahdy. b. Kitab Suci Kitab suci agama Baha’i ialah sekumpulan dari
berbagai amanat Ali Muhammad As-Syaironzi alias Bab dan ajaran-ajaran Bahaullah, yang semula
terpisah-pisah dalam beberapa buku dan catatan, yang ditulis dalam bahasa Arab dan Parsi. Dalam
kitab ini juga terdapat tafsiran yang dibuat oleh Abdul Baha’, sedangkan isinya yang lain tidak
semata-mata tentang keagamaan tetapi juga tentang keduniawian, seperti soal sosial, politik, dan
ekonomi.[11] Di Indonesia kitab Baha’i diterbitkan oleh Majelis Rohani Baha’i Jakarta dan dicetak
dalam berbagai bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Makasar, Minangkabau, dan
bahasa Indonesia. c. Dasar-dasar Kepercayaan Dasar-dasar kepercayaan dalam agama Baha’i ada 5,
yaitu: 1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa Menurut paham agama Baha’i semua ajaran dan
syari’at agama dan ketuhanan yang diturunkan Tuhan dari langit (samawi) dengan berbagai istilah
dan sebutan. 2. Percaya kepada Nabi Baha’ullah Dalam agama ini mempercayai bahwa Nabinya
ialah Nabi Baha’ullah yang datang untuk mempersatukan berbagai agama sehingga menjadi satu
agama saja. 3. Percaya bahwa manusia itu pada hakikatnya satu Kepercayaan ini menganggap
semua manusia itu satu pada hakikatnya. Meskipun ada yang kulitnya hitam dan putih tetapi
semuanya berasal dari satu keturunan, bagaikan sebuah pohon yang satu. 4. Percaya bahwa semua
agama itu bertujuan sama Mereka mempercayai bahwa semua agama itu mempunyai tujuan yang
sama, semuanya berasal dari Tuhan yang satu, dan dari satu kebenaran. 5. Percaya bahwa Bab
adalah utusan istimewa Tuhan Kepercayaan kepada Bab sebagai Rasul Tuhan yang istimewa, karena
dia yang pertama kali menyatakan sebagai Nabi yang dijanjikan untuk seluruh umat manusia. d.
Ajaran Etika Sebagaimana para Nabi telah mendapat petunjuk dari Tuhan untuk membimbing umat
manusia, begitu pula Nabi Baha’ullah telah mendapat petunjuk, sebagaimana diajarkan Abdul Baha
di bawah ini, 1. Janganlah berperilaku yang membuat orang berduka cita, ramahlah terhadap
semua orang, sayangilah sesama manusia dengan hati yang murni, janganlah perduli apa pun yang
datang pada anda sekalipun anda ditantang atau dilukai. Jika terjadi bencana yang hebat,
bergembiralah, karena hal itu adalah karnia dari Tuhan. 2. Janganlah suka mengemukakan
kesalahan orang lain, berdo’alah untuk mereka, tolonglah mereka dengan kebaikan hati agar
mereka memperbaiki kesalahan mereka. pandanglah selalu yang baik dan jangan memandang yang
buruk. 3. Jangan mengucapkan satu katapun yang tidak baik tentang orang lain, walaupun musuh
sekalipun. Lakukanlah perbuatan-perbuatan dengan baik hati. Pisahkanlah hati dari dirimu dan dari
dunia. Rendahkanlah hati dan saling mengabdi dan mengetahui bahwa diri itu ada lebih kurang dari
siapapun juga. 4. Berperilakulah seolah-olah kita satu jiwa dalam banyak raga. Semakin banyak
sayang menyayangi semakin dekat dengan Tuhan. Bertindaklah hati-hati dan bijaksana, berkatalah
sebenar-benarnya, terimalah dengan ramah siapa saja yang datang padamu dan indahkanlah
sesamamu. 5. Usahakanlah kesembuhan bagi orang yang sakit, hiburlah orang yang dalam duka, air
sejuk bagi setiap dahaga, hidangan lezat bagi yang lapar, bintang bagi setiap kaki langit, cahaya bagi
setiap lampu, pembawa kabar baik bagi setiap orang yang rindu pada kerajaan Tuhan. e. Kehidupan
Sesudah Mati Menurut Agama Baha’i bahwa kehidupan didunia ini adalah persiapan menghadapi
kehidupan dalam alam ghaib, yaitu alam roh yang tidak pernah mati. Apabila roh di dalam badan
ketika hidup didunia itu baik, maka ia akan hidup sempurna dan penuh di alam roh, akan tetapi jika
roh di dalam badan ketika hidup di dunia buruk maka ia akan menjadi tidak sempurna dan tidak
penuh di alam roh yang abadi, karena tidak dekat dengan kerahmatan Tuhan. Pada dasarnya agama
ini tidak mengenal surga dan neraka. Apa yang dikatakan mereka ‘surga’ adalah dekat dengan
Tuhan. Sedangkan ‘neraka’ berarti jauh dari Tuhan. Kehidupan baik manusia di dunia berarti ia akan
mencapai kedamaian, mendapatkan karunia rohani, terkabulnya keinginan hati, dan bertemunya
dengan Tuhan dalam alam abadi. Bagi kehidupan yang buruk di dunia, akan mendapatkan hukuman
berupa pencabutan berkah, pencabutan anugerah, dan jatuh dalam kehidupan yang sangat rendah.
Karena dalam kenyataan prakteknya ajaran agama Baha’i ini dilaksanakan para penganutnya
memecah belah dan mengacaukan kehidupan masyarakat maka agama ini di Indonesia telah
dilarang oleh pemerintah Republik Indonesia bedasarkan Surat Keputusan Perdana Menteri No.
122/PM/1959 tanggal 21 Maret 1959. 2. Agama Sapta Darma a. Latar belakang berdirinya Ketika
zaman revolusi kemerdekaan tahun 1947 seorang bernama Hardjo Sapoetra yang biasa dipanggil
pak Sepuro berasal dan dilahirkan di desa Sanding Kawedanan Pare Kediri pada tahun 1910.
Berpendidikan sekolah rakyat lima tahun (1925), pernah menjadi pandu Kepanduan Sosrowidjajan
(1937, pekerjaan tukang pangkas. Pada masa revolusi pernah ikut menjadi anggota pemuda
Pesindo (pemuda Sosialis Indonesia) Selain pekerjaannya sebagai tukang cukur pak Sepuri ini
mempunyai pengetahuan ilmu dukun dapat mengobati orang sakit. Ilmunya ini bersumber dari
orang bernama R.M. Suwono di Yogyakarta. Caranya mengobati orang sakit ialah dengan
melakukan tafakur dan semedi, pada setiap waktu ganjil, misalnya pukul 1,3, 5, 7, 9 dan seterusnya,
dengan duduk menghadap ke timur beberapa menit lamnya untuk menghilangkan rasa dan
menggambarkan diri sendiri, sampai ia mendapatkan rasa yang luar biasa dari lingkungan pusar
manusia. Demikian caranya untuk mendapatkan tenaga dalam mengobati orang. Kalau tidak
sempat melakukan semadi pada setiap jam ganjil maka boleh sekaligus diambil dalam waktu satu
jam sehari. [12] b. Panuntun Agung Sri Gautama Lambat laun pengikutnya bertambah banyak yang
terdiri dari kalangan pemuda, para pegawai negeri ada juga dari kalangan ABRI. Kepada para
pengikutnya ia menyatakan bahwa ia pernah mendapatkan ilham dari Tuhan agar ia menggunakan
getar ke-Nabian ‘Sri Gautama” (Sri : pemimpin, Gutama, Marga Utama atau jalan kebenaran). Jadi
dari nama Hardjo Saputro ia kemudian menggelari dirinya Sri Gautama atau lengkapnya “ Penuntun
Agung Sri Gautama” yang berarti Pemimpin jalan kebenaran, sebagaimana mana seorang Nabi atau
Sang Budha.[13] Setelah revolusi kemerdekaan selesai untuk beberapa waktu tidak terdengar
kegiatan Sapta Darma. Tiba-tiba setelah tahun 1956 Sri Gautama muncul kembali dengan ajaran-
ajarannya di Yogyakarta, Semarang dan beberapa tempat di Jawa tengah. Kemunculannya sekali ini
didampingi oleh seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada bernama Sri Suwartini
yang kemudian bergelar Sri Pawenang. Tempat kedudukan Sapta Darma tidak lagi di Kediri tetapi
dipindahkan ke Yogyakarta sampai tahun 1961 Sapta Darma telah mempunyai cabang-cabang tidak
saja di pulau jawa, tetapi juga di Sumatra, seperti di Lematang (Palembang), Pringsew (Lampung
dan juga Medan) Hardjosapoetra yang bergelar Penuntun Agung Sri Gautama (Rsi Brahmana) alias
penggembala jalan kebenaran yang tujuh itu, wafat pada tanggal 16 Desember 1963 dan
jenazahnya dibakar kemudian abunya dilarung ke laut. Pemimpin pendukunan itu sudah tidak ada,
tetapi mewariskan ilmu kepada para muridnya yang kerapkali menyebabkan timbulnya penyakit
saraf, dan menimbulkan kegelisahan masyarakat setempat.[14] c. Pokok ajaran dan kitab suci Pada
mulanya pak Sepuro di samping kegiatannya menjadi dukun mengobati orang sakit, ia juga
menanamkan ajaran kepada para pengikutnya agar percaya kepada Tuhan dan percaya kepada diri
sendiri, cintailah sesama manusia dan hiduplah bertolong-tolongan. Di samping itu ia menafsirkan
ramalan-ramalan Jaya Baya yang menyatakan akan datangnya Ratu Adi asal kerajaan Ketangga
(Madiun) dan penjelmaan Kyai Semar yang bergelar Herucakra Asmarantra. Kemudian
dikatakannya bahwa agama Islam, Kristen, Hindu, Budha itu kelak akan lenyap lebur bersama ke
dalam agama Sapta Darma. Selanjutnya menurut Sri Gautama dalam menjelaskan arti dari isi
agama Sapta Darma bahwa Sapta artinya tujuh, Darma artinya tuntutan atau pedoman, yang terdiri
dari :[15] 1) Setia kepada Pancasila Tuhan yaitu : Yang Maha agung, Maharahim, Maha adil,
Mahawesesa (Kuasa) dan yang langgeng (abadi) 2) Agar jujur dan setia hati dan setia hati, setia
menjalankan undang-undang negara. 3) Ikur serta cancut tali wanda (siap sedia sewaktu-waktu)
mempertahankan tegaknya negara, nusa dan bangsa. 4) Menolong siapa saja yang memerlukan
dengan tidak mengharap balasan bantuan apapun 5) Berani hidup dengan kepercayaan dan
kekuatan diri sendiri 6) Tindakan kepada warga harus “Bebarayan” (gotong royong) bersama-sama
dengan halus dan sopan santun serta memberikan “pepadhang” (penerangan) sehingga
memuaskan. 7) Yakin dan percaya bahwa dunia ini tidak langgeng (kekal) “owah gingsir” (berubah-
ubah), ”cakra manggilingan” (berputar seperti roda, sekali diatas, sekali dibawah) Sepeninggal
Srigutama ajaran-ajarannya dilanjutkan oleh beberapa orang penuntun seperti Rr. Suwartini SH
yang menjadi Sri Pawenang dan lainnya seperti pak Kasdi, R. Soepeno Surjosugondo, R. Rachmat
Wirjokusumo dan R.S. Soegondo. Atas usaha para penerus ini maka buah ilham dan ajaran Sri
Panuntun Gutama dikumpulkan dan dibukukan sehingga menjadi kitab suc yang disebut “Wewarah
Agama Sapta Darma” . kitab suci tersebut kemudian diterbitkan oleh yayasan Srati Darma
Yogyakarta. Selain kitab ini Sapta Darma mempunyai kelompok penyebar agamanya, yang
menyebarkan berbagai buku, siaran bergambar tentang ajarannya yang dibagikan dengan percuma
kepada para penganutnya. Di dalam kitab suci tersebut juga terdapat uraian pahamnya tentang roh
dan alam serata cara-cara bersembahyang.[16] d. Alam, roh, dan sembahyang Menurt pahan Sapta
Darma alam itu terbagi menjadi tiga yaitu alam wajar yakni dunia kita sekarang, kemudian alam
abadi yakni alam kaswargaan dan alam halus yaitu alam roh-roh yang penasaran. Alam wajar
adalah temapt umat Sapta Darma meyakini dan melaksanakan Sapta Darma dan Pancasila Allah,
yaitu dunia sekarang sebagai tempat persinggahan untuk menuju ke alam kaswargaan yang
merupakan idaman. Alam abadi adalah temapt yang langgeng dimana semua manusia meyakini dan
mengamalkan Sapta Darma dan Pancasila Allah. Sedangkan alam halus adalah tempat para roh
yang penasran karena tidak sanggup langsung menuju alam kaswargaan. Jadi tempat khusus bagi
pelarian semua roh yang belum mampu naik ke tempat asalnya dengan demikian umat yang banyak
dosanya selama masih hidup di alam wajar tidak mampu memasuki alam abadi. Dengan demikian
roh-roh tersebut penasaran dan tidak dapatkembali ke hadapan Yang Maha Kuasa di tempat yang
langgeng dan abadi. Untuk tidak menjadikan roh kita kelak menjadi penasaran maka harus
dilaksanaka Sapta Darma dan sembah-yang (sembayang) Bagi warga Sapta Darma di dalam sehari
semalam wajib dilakukan sembahyang atau sujud satu kali, dan sebaiknya lebih dari satu kali. Cara
melakukan sembahyang atau itu sebagai berikut :[17] a) Duduk tegap dan menenangkan tubuh dan
pikiran, bagi pria duduk bersilah dan bagi wanita bersimpuh lalu mengucapkan Allah Yang Maha
Agung. Allah Maha rakhim, Allah Yang Maha Adil. b) Tetep duduk dengan mengheningkan rasa
dengan mata terpejam. Apabila rasa telah dirasakan berkumpul di kepala, pada bagian di atas
kepala, dan badan terasa terayun maka rasa harus diikuti. Disinilah letak nikmat dari rasa yang
mulai naik sedetik demi sedetik dari bagian bawah punggung melalui susm-sum terus naik ke kepala
serta mendorong menundukkan kepala perlahan-lahan untuk bersujud dan menatap ke bawah.
Lalu ucapkanlah dalam batin Hyang Maha Suci sujud Hyang Kudus tiga kali. c) Setelah itu duduk
kembali dan masih tetap dalam keadaan tenang, setelah badan terasa terayun lagi, maka rasa yang
menanjak itu diikuti sebagai semula. Tetapi ketika kepala menatap ke bawah, ucapkan kesalahane
Hyang Maha Suci nyuwon nagpuro yang Maha Kuasa, di dalam batin, maksudnya kesalahannya
Yang Maha Suci mohon ampun Yang Maha Kuasa, diucapkan tiga kali. d) Kemudian duduk kembali
dengan hening(tenang) seperti semula, setelah badan terasa terayun lagi, maka rasa mulai
memanjat ke kepaladiikuti lagi kemudian waktu kepala menatap ke bawah ucapkan lagi di dalam
batin tiga kali Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuasa, artinya Yang Maha Suci mohon
taubat Yang Maha Kuasa. Setelah itu duduk lagi seperti biasa, tenang sementara, maka selasailah
satu sujud yang merupakan sujud dasar. Menurut paham Sapta Darma setiap warga Sapta Darma
yang te;ah melaksanakan sujud dasar akan memperoleh sabda Tuhan untuk menolong sesama
makhluk tanpa mengharapkan upah apapun juga. Sabda Tuhan tidak boleh diperjual belikan,
barang siapa melanggarnya maka ia akan menerima hukuman Tuhan. Jadi mereka yang telah
menerima Sabda Tuhan dapat mempergunakannya untuk mengobati orang sakit. Jika yang sakit
adalah wanita maka yang menolongnya hendaknya juga wanita, begitu pula pasien pria adalah
ditolong oleh pria, dan jika pasien orang tua hendaknya orang tua juga kecuali dalam keadaan
terpaksa. Cara pengobatan tersebut dinamakan “Sabda Waras” dan hendaknya tetap terjaga yang
susila.[18] e. Hening dan Racut Hening adalah perilaku menenangkan badan seluruhnya dengan
menghilangkan semua angan-angan pikiran. Untuk sesuatu maksud yang boleh dilakukan sebelum
melakukan sujud dasar. Maksud hening misalnya untuk :[19] 1) Melihat atau mengetahui keadaan
keluarga yang jauh atau untuk melihat segala sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata jasmani
2) Murwakani, yaitu meneliti ucapan dan tindakan sebelum dilakukan 3) Mengirim dan menerima
telegram rasa Hening itu dapat dilakukan dengan mata terbuka atau tertutup ketika sewaktu-waktu
diperlukan. Sebaiknya dimulai dengan mengucap dalam batin ”Allah Hyang Maha Agung, Allah
Hyang Maha Rahim, Allah Hyang Maha Adil”. Maka berarti datanglah yang dimaksudkan. Hening
seperti ini dapat dilaksanakan dalam berbagai keadaan. Racut, adalah memisah rasa dengan
pengrasa (angan-angan) dengan tujuan berlatih menghadap Yang Maha Suci terhadap Yang Maha
Kuasa. Tetapi Racut itu harus didahului dengan melakukan sujud dasar ditambah dengan
membungkuk satu kali sam bail mengucapkan : “Hyang Maha Suci Sowan Hyang Maha Kuwasa
(Yang Maha Suci menghadap Yang Maha Kuasa” setelah mengucapkan itu harus melakukan
“Sedakep Saluku Tunggal” dan berbaring membujur ke Timur. Sedekep Saluku Tunggal artinya
meletakkan kedua telapak tangan ke atas tulang tangkar kedua rususk dadabaris ketiga dari atas,
jari tengah kanan terletak diatas jari tengah kiri. Kemudian hening melihat dengan rasa di Satria
Utama. Ditunjukkan di atas ubun-ubun dari mana wujud keluarnya Nur Roh Suci untuk menghadap
Hyang Maha Kuasa. f. Olah rasa dan semadi Olah rasa adalah suatu cara untuk mencapai budi luhur
yang harus dimiliki setiap Satria Utama, yaitu mereka yang ingin senantiasa waspada penuh
“waskita” bijaksana dan melihat, mendengar, atau berkata ataupun mencium sesuatu bau.
Dilakukan setelah selesai sujud dasar, lalu berbaring seperti Racut, kemudian kedua tangan
diletakkan terlentang di kanan kiri badan. Pakaian yang terasa kencang dikendorkan agar tidak
mengganggu jalannya rasa. Badan terlentang lemas, anagan-angan dan pikiran dikosongkan, lalu
dirasakan jalannya rasa itu mulau dari ibu jari kaki ke atas samapi terasa di seluruh badan. Begitu
pula jalannya darah dan denyut jantung. Ke luar masuknya nafas agar benar-benar dirasakan
senikmatnya, sehingga merata ke sel-sel seluruh badan, jika sudah nikmat betul jalannya nafas,
telah dirasa terpisahnya Nafas, Nafas Tengah dan Nafas Bawah. Setelah rasa terkumpul di kepala
atau ubun-ubun seterusnya dapat diarahkan apada tujuannya, misalnya untuk kewaspadaan
mendengar diarahkan ke telingan, waspada melihat ke mata yang dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Tetapi untuk menghilangkan rasa lemah digunakan “tukar hawa” dengan cara tidur berbaring
seperti olah raga dengan mengosongkan pikiran dan anagan-angan dengan membiarkan jalannya
nafas. Suatu hal yang hendaknya berhati-hati bahwa manusia itu mempunyai dua belas saudara,
janganlah hendaknya kedua belas saudara itu atau salah satu dari padanya dapat menguasai
seseorang dikuasainya bisa kelihatan seperti “orang gila” atau motah”. Kedua belas saudara
manusia itu ialah :[20] 1. Hyang Maha Suci 7. Suko Roso Kentjono 2. Premono 8. Mayangkoro 3.
Endro 9. Gandarwarodjo (Sukmo Seno) 4. Bromo 10. Nogotahun (Sukmo Nogo) 5. Bayu 11.
Djatingarang (Sukmo Djati) 6. Suko roso 12. Bagendo Kilir (Sukmo Roso) Jadi di dalam ajaran Sapta
Darma dilakukan pula seperti Semadi yang khusus, yang dilakukan setelah Sujud Dasar Caranya
ialah sesudah melakukan Sujud Dasar, pikiran dipusatkan dan rasa dipindahkan pada kedua belah
tangan dengan ucapan “Njaluk Gerake Bagindo Kilir” (meminta geranya Bagindo Kilir)berkenan
mengobati. Semadi khusus ini dilakukan di ruangan “Sanggar” yang dijaga oleh seorang Panintun.
Tata cara ini berbahaya jika sampai terjadi motah atau gila, karena penyelewengan di antara
mereka. Untuk itu perlu diatur semacam perkenalan dengan kedua belas saudara itu satu persatu
melalui Semadi. Yang bertindak sebagai panuntun adalah pimpinan pengurus Sapta Darma.[21] 3.
Agama Jawa Asli Republik Indonesia a. Latar belakang berdirinya Aliran kepercayaan ini bernama
agama djawa asli Republik Indonesia (ADARI) dari pendirinya adalah S.W Mangunwidjojo yang juga
disebut ‘Djowowulu’ dan kemudian berganti nama ki Mangunwasito. Ia dilahirkan di Surakarta
tahun 1892, berpendidikan sekolah rakyat dan sejak tahun 1922 bekerja di bengkel djawatan kereta
api di pengok Yokyakarta sampai masa pensiunnya. Ia pernah masuk menjadi anggota Barisan
Semedi Republik Indonesia (BASRI) yang dipimpin Ki Cokrowardoyo pendiri laskarv rakyat
Kasunanan dan Mangkunegaran pada masa revolusi. Pada tanggal 1 Agustus 1946 pernah bertapa
di Pesareyan (makam) Paku Buwono IX dialmogiri. Pada waktu itu ia mendapat ilham tentang
ajarannya.[22] Ketika Yokyakarta diduduki Belanda (Nica) ia ditahan Belanda sebulan lamanya.
Setelah Yokyakarta kembali ke tangan Republik Indonesia ia ditahan Corps Polisi Militer (CPM)
selama 6 bulan dan dalam tahanan di penjara Wirogunan Yogyakarta ia memperoleh ajaran tentang
‘Manunggaling Kawulo Gusti’ yaiti bersatu dengan Tuhan atau Tuhan menitis pada diri
seseorang.[23] Menurut Ki Manguwasito setelah runtuhnya Majapahit orang memasuki Islam,
sewaktu penjajahan Jepang orang tunduk kepada Tenno Heika an sekarang setelah kemerdekaan
kita harus memeluk agama Jawa asli. b. Nabi ADARI dan tujuannya Menurut ajaran ADARI Gusti
Yang Maha Esa telah manunggal menjadi satu dalam diri Bung Karno Presiden Republik Indonesia
ketika itu, Bung Karno adalah Titisan Gusti Yang Maha Esa, yang berarti bahwa Bung Karno adalah
titisan Tuhan dan sama dengan Tuhan., maka apa yang dikatakan dan lakukannya adalah tidak lain
sebagai kata dan perbuatan Tuhan. Pancasila dan semua peraturan pemerintah Republi Indonesia
sama dengan aturan Tuhan dan merupakan kitab agama bagi ADARI. Walaupun Bung Karno sendiri
menolak dianggap sebagai Nabi (Harian Kedaulatan Rakyat 22 April 1959).[24] Atas penolakan Bung
Karno tersebut Ki Mangunwasito selaku pimpinan pusat ADARI mengemukakan alasannya mengapa
ADARI menganggap Bung Karno sebagai Nabi, karena beliau memproklamasikan Kemerdekaan
Rakyat Indonesia dan menciptakan Pancasila. Jadi Bung Karno adalah ‘Hyang Wasesa Ning Tunggal’.
Tetapi ternyata ADARI tidak mengumpulkan dalil-dalil Nabinya Sukarno. Tujuan ADARI adalah
melaksanakan Pancasila, Kebebasan, Keadilan Sosial, Ketuhanan Yang Maha Esa dan mempertinggi
kebudayaan Indonesia (Jawa Asli), yang dalam pelaksanannya :[25] 1) Tidak menganut salah satu
ideologi politik 2) Ajaran Kebatinannya menuju Ketuhanan Yang Maha Esa yang asli dan
kesempurnaan hidup. 3) Mengadakan perkawinan sendiri, yang caranya harus ada persetujuan
antara calon mempelai pria dan wanita dengan mufakat dari wali kedua pihak, disaksikan oleh
pimpinan ADARI setempat dan diberikan sutar keterangan kawin dengan membayar Rp 8.50. 4)
Setiap hari Ahad mengadakan selamatan yang disebut Rasulan, 5) Tidak menarik Iuran (Kami
Kartapradja, 1990: 171). Bahwa lebih lanjut dikemukakan pengertian ajaran ‘Jawa Asli’ bukankah
suatu hal yang pokok, bukan pula nama ilmu atau nama organisasi, tetapi sekedar titik tolak
ajarannya, yang terlepas dari ajaran kitab-kitab Al-Qur’an, injil dan Taurat dan tidak pula mengambil
dari kitab-kitab yang ada. Begitu juga do’a atau mantera-mantera bukan bersumber dari kitab-kitab
tersebut. Kesemua ajarannya diberikan dengan lisan dan ibadahnya bukan bersendikan agama,
melainkan mengutamakan kebaktian kepada ‘Pengeran Pribadi’ (Tuhan Dirinya).[26] c.
Keanggotaanya dan Kegiatannya Bagi seseorang yang akan masuk menjadi anggota ADARI harus
terlebih dulu membersihkan diri dengan berpuasa tujuh hari, setelah itu barulah kepadanya
diberikan pelajaran seperlunya. Seseorang yang telah membersihkan diri itu akan lebih mudah
bertemu dengan Pengeran Pribadi (Tuhan). Ketika perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat ke
dalam wilayah Republik Indonesia Ki Mangunwasito alias Djoyowulu pernah kirim surat kepada
Presiden Republik Indonesia yang mengatakan bahwa ia selalu melakukan ‘tapa brata kungkum’,
yaitu tapa dengan berendam diri di kali Opak setiap ‘selapan dina’ (35 hari) sekali dan para anggota
pengikutnya diperintahkan melakukan ‘tirakat puasa mutih’ yaitu hanya makan nasi saja dan
meminta kepada tuhan agar:[27] 1) Tuhan Yang Maha Esa melindungi tentara kita, 2) Tuhan Yang
Maha Esa member bimbingan yang baik kepada pemimpin-pemimpin kita, 3) Tuhan Yang Maha Esa
lekas memasukkan Irian Barat ke wilayah Republik Indonesia, 4) Tuhan Yang Maha Esa
menghancurkan koruptor-koruptor, 5) Pemberontak-pemberontak mendapat hukuman yang
setimpal 6) Pemerintah Republik Indonesia lekas membuat undang-undang Perkawinan 7)
Pemerintah mengakui ADARI sebagai agama seperti agama-agama yang lain. Para anggota ADARI
dalam melakukan kegiatan keagamaan sehari-hari ialah dengan cara duduk mengheningkan cipta,
setiap pagi menghadap kea rah Timur, siang ke atas, sore ke Barat dan malam semadi.[28] Jika
menghadiri acara perkawinan atau acara lainnya, para anggota memakai pakaian serba hitam. Hari
Raya bagi ADARI adalah tanggal 1 Syura, yaitu ‘tanggap warsa’ (Tahun Baru) dan tanggal 17 Pasa
(Ramadhan) dianggap hari kemerdekaan karena tanggal 17 Agustus 1945 jatuh bertepatan dengan
tanggal 17 Pasa 1876 H.[29] BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan 1. Aliran kepercayaan menurut M.
As’ad El Hafidy, ialah suatu paham dogmatis, terjalin dengan adat istiadat hidup dari berbagai
macam suku bangsa yang masih terbelakang. Pokok kepercayaannya, apa saja adat hidup nenk
moyangnya sepanjang masa. 2. Latar belakang munculnya aliran-aliran kepercayaan ditandai
dengan masuknya Islam tarekat, politik adu domba, dan zaman kemerdekaan. 3. Sebab-sebab
munculnya aliran-aliran kepercayaan a. Karena salah terima b. Mencampur aduk faktor-faktor
penting yang diambil dari sumber-sumber pelajaran agama c. Sengaja mengadakan aliran-aliran
baru dalam kepercayaan d. Ingin memasyhurkan namanya e. Bermaksud menenangkan jiwa f.
keuntungan kekayaan pribadi g. Beranggapan bahwa “bunyi UUD 1945 pasal 18 ” adalah
kesempatan untuk menjelmakan aliran-aliran baru dalam kepercayaan. 4. macam- macam aliran-
aliran kepercayaan. a. Agama Baha’i b. Agama Sapta Dharma c. Agama Jawa Asli Republik Indonesia
DAFTAR RUJUKAN Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
2010. Aliran-Aliran Keagamaan Aktual di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Permadi, K.
1992-1993. Pandangan Aliran Kepercayaan Terhadap Islam. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan RI. Direktorat Jendral Kebudayaan. Direktorat Pembinaan Penghayatan Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Ritchard, Evans. 1983. Teori-teori Tentang Agama Primitif.
Yogyakarta: PLP2M Mulder, Niels. 1984. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa. Jakarta: PT
Gramedia [1] K. Permadi, Pandangan Aliran Kepercayaan terhadap Islam (Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan RI. Direktorat Jendral Kebudayaan. Direktorat Pembinaan Penghayatan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 1992-1994), hal. 8 [2] Ibid., hlm. 2 [3] Ibid., hlm. 3 [4]
Hilman Hadi Kusuma, Antropologi Agama, Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 85-86 [6] Ibid,
hal. 86-89 [7] K. Permadi, Pandangan Aliran Kepercayaan terhadap Islam (Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan RI. Direktorat Jendral Kebudayaan. Direktorat Pembinaan Penghayatan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 1992-1994), hlm. 17-18 [8] Ibid., hlm. 18 [9]Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama, Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Aliran-Aliran Keagamaan
Aktual di Indonesia, ( Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama). hal. 210 [10] H. Hilman
Hadikusuma, Antropologi Agama, (PT. Citra Aditya Bakti, 1983). Hal, 99 [11]Ibid, 100 [12] Hilman,
Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993) hal. 111 [13] Ibid.
[14] Ibid. [15] Ibid, hal. 113 [16] Ibid, hal. 114 [17] Ibid, hal. 115 [18] Ibid [19] Ibid. hal. 116 [20] Ibid ,
hal. 118 [21] Ibid, hal. 119 [22] Hadikusuma Hilman, Antropologi Agama Bagian 1,Pt Citra Aditya
Sakti, Bandung : 1993, hal. 119 [23] Ibid,. [24] Hadikusuma Hilman, Antropologi Agama Bagian 1,Pt
Citra Aditya Sakti, Bandung : 1993, hal. 120 [25] Ibid,. [26] Hadikusuma Hilman, Antropologi Agama
Bagian 1,Pt Citra Aditya Sakti, Bandung : 1993, hal. 121 [27] Ibid,. [28] Hadikusuma Hilman,
Antropologi Agama Bagian 1,Pt Citra Aditya Sakti, Bandung : 1993, hal. 121 [29] Ibid,. Diposting oleh
Muhammad Sofwan Asyahari di 14.52 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi
ke FacebookBagikan ke Pinterest 4 komentar: Riana Jubir21 Oktober 2014 20.22
wahhh.................buruk sekali makala anda ini............ koreksi kembali lah ya... Balas arief s
wardhana11 Mei 2017 01.15 bagus, saya sendiri juga penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Rahayu 3X Balas Unknown15 Juni 2017 11.01 Wong jowo Bali Jowone... Balas acep
yulianto15 Juni 2017 11.03 Jawa..JAya ing jiWA.., Wong Jawa Bali Jawane.. Balas Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) GALERI
Photobucket Maps ISI BLOG ▼ 2011 (32) ► Oktober (6) ▼ Desember (26) PERBEDAAN FIQIH,
USHUL FIQIH DAN MASAIL FIQHIYAH Nikah Lintas Agama Keluarga Berencana (KB) Monogami dan
Poligami Menurut Islam Pengertian Transplantasi BUNUH DIRI DAN EUTHANASIA Super Deal
menurut Islam Bom Bunuh Diri Agama Yahudi Agama Hindu Agama Budha, Agama Konghuchu
Agama Shinto Aliran Kepercayaan Yang Ada di Indonesia dakwah, tabligh dan propaganda prinsip-
prinsip berdakwah prinsip-prinsip berdakwah bagi umat implikasi kewajiban dakwah bagi umat
islam berdakwah secara efektif perilaku dakwah Rasulullah Kode & etika dakwah HAKEKAT,
MATERI, METODE, TEKNIK, MEDIA DAN SASARAN... AGAMA KRISTEN PROTESTAN bayi tabung Nikah
Mut’ah ujian wirausaha ► 2012 (2) ► 2013 (3) Mengenai Saya Foto saya Muhammad Sofwan
Asyahari Kediri, Jawa Timur, Indonesia BERBAGI ITU INDAH TAPI TAK SELAMANYA HARUS BERBAGI
Lihat profil lengkapku Pengikut Diberdayakan oleh Blogger. GAME LUCU Widget-Animasi-Blog
WAKTU SHOLAT MOTTO Kegagalan Adalah Awal Dari Kesuksesan 2010 - Copyright © Kerja Keras
dan Kerja Cerdas All rights reserved. Wordpress Theme By Templatelite. Blogger Template by
Anshul Dudeja. blah

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai