1406607035
BAB II
DASAR-DASAR FILSAFAT
Filsafat merupakan ilmu yang berkaitan dengan asumsi, fondasi, metode, dan
implikasi dari ilmu pengetahuan. Filsafat juga mempertimbangkan masalah yang berlaku
untuk ilmu tertentu (misalnya filsafat biologi atau filsafat fisika). Beberapa filsuf ilmu
juga menggunakan hasil kontemporer ilmu pengetahuan untuk memperoleh kesimpulan
tentang filsafat. Di sisi lain, filsafat ilmu berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan.
ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjadi
dasar bagi aktivitas-aktivitasnya mencari pengetahuan.
1 Etika. Sejarah menunjukkan bahwa tanpa dasar etis, ilmu pengetahuan dapat
menghasilkan kerugian dan kerusakan di dunia.
2. Epistemologi. Sebagai bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan,
epistemologi diperlukan oleh ilmu pengetahuan untuk memberi dasar bagi perolehan
pengetahuan. Ilmu pengetahuan membutuhkan jawaban, setidaknya pendekatan kerja
yang akan digunakan dalam penelitian, yang biasanya tampil dalam bentuk paradigma
ilmiah.
3. Logika. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-
langkah perolehan pengetahuan yang benar.
2. Pengertian Filsafat
Kata filsafat pertama kali ditemukan dalam tulisan sejarawan Yunani Kuno,
Herodotus (484-424 SM). Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berati
pencinta kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta dari kata
dasar sophia yang berarti cinta. Penggunakan kata filsuf selanjutnya digunakan oleh
beberapa penulis Yunani, di antaranya Xenophon (430-354 SM) dan Plato (427-347 SM).
Pengertian filsuf dalam tulisan-tulisan mereka adalah orang yang mencurahkan diri dan
hidupnya untuk mencari kebijaksanaan. Dalam arti sempitnya, filsuf adalah orang yang
menyelidiki dan mendiskusikan sebab-sebab benda dan kebaikan tertinggi.
Menurut pengertiannya, filsafat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk
memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Hasrat
filsafat adalah memahami apa yang ada dan mungkin ada. Apa yang hendak diketahui
filsafat tak terbatas, oleh karena itu proses pemahaman itu berlangsung terus menerus.
Istilah kritis dalam pengertian filsafat berasal dari istilah latin kritein yang berarti
memilah- milah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai. Sifat kritis filsafat
mengandung dua pengertian ini. Berfilsafat berarti memilah-milah obyek yang dikaji dan
memberi penilaian terhadap obyek itu. Secara lebih khusus lagi kritis di sini diartikan
sebagai terbuka pada kemungkinan- kemungkinan baru, dialektis (menjajaki kemungkinan
perpaduan dua hal yang bertentangan)
Istilah radikal berasal dari kata radix yang berarti akar. Sifat radikal pada filsafat
memungkinkannya memahami persoalan sampai ke akar-akarnya dan mengajukan
penjelasan yang mendasar.
Asal kata sistematis adalah systema yang berarti keteraturan, tatanan dan saling
keterkaitan. Sistematis di sini memiliki pengertian bahwa upaya memahami segala sesuatu
itu dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut dan bertahap. Dari sini dapat dipahami
bahwa filsafat mencakup logika. Artinya, filsafat selalu memegang keyakinan akan daya
argumen dan penalaran. Logika yang digunakan dalam filsafat merupakan logika baru
untuk jamannya.
1) Ontologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ‘ada’ (being) atau tentang apa yang
nyata;
2) Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup
pengetahuan; dan
3) Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang
seharusnya dilakukan manusia.
Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan.
Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan
filsafat:
a. Rasionalisme: aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa semua pengetahuan
bersumber dari akal yang mampu mendapatkan pengetahuan secara jernih dan
lugas/terpilah tentang realitas.
b. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan.
c. Kritisisme: Aliran ini pada dasarnya adalah kritik terhadap rasionalisme dan
empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia.
d. Idealisme: aliran filsafat yang berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses
mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi tidak memiki
kedudukan yang independen melainkan hanya merupakan materialisasi dari pikiran
manusia.
e. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan
secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.
f. Fenomenologi: aliran filsafat yang mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan
memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.