Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah

persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses

penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan secara

sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengumpulan data empiris,

mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah dengan menguji

kecocokan antara teori dengan fakta di dunia nyata. Penelitian ilmiah pada

hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan.

Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan

harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang

relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut dengan hipotesis.

Namun jika ada pertanyaan tentang apa yang diteliti, maka jawabannya berkenaan

dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

Pemahaman mengenai variabel dan hipotesis ini menjadi sangat penting

karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa adanya variabel dan

kerangka berpikir berupa degaan sementara untuk menyelesaikan permasalahan

dalam penelitian tersebut. Namun terkadang banyak hal yang menyebabkan salah

pengertian mengenai variabel dan hipotesis dalam suatu penelitian. Dalam makalah

1
ini akan mengupas tentang variabel dan hiposesis untuk meminimalisir terjadinya

hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam makalah

ini yaitu:

1. Apa pengertian dari variabel ?

2. Bagaimana ciri-ciri variabel penelitian ?

3. Apa saja macam-macam variable ?

4. Bagaimana pengukuran variabel ?

5. Bagaimana korelasi antar variabel ?

6. Apa pengertian hipotesis ?

7. Apa saja jenis-jenis hipotesis ?

8. Bagaimana bentuk-bentuk hipotesis ?

9. Bagaimana karakteristik hipotesis yang baik ?

10. Apa saja tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini

yaitu :

1. Mengetahui pengertian dari variabel ?

2. Menjelasakan ciri-ciri variabel penelitian ?

3. Menjelasakan macam-macam variable ?

4. Menjelasakan pengukuran variabel ?

5. Menjelasakan korelasi antar variabel ?

6. Mengetahui pengertian hipotesis ?

2
7. Menjelasakan jenis-jenis hipotesis ?

8. Menjelasakan bentuk-bentuk hipotesis ?

9. Menjelasakan karakteristik hipotesis yang baik ?

10. Menjelasakan tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variabel

Dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis sebagai hasil akhir

penelaahan kepustakaan penelitian, peneliti harus mengidentifikasikan variabel-

variabel yang akan ditelitinya.

2.1.1 Pengertian variabel

Variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari (Kerlinger dalam

Sugiyono, 2012: 38). Sedangkan menurut Margono (2010: 133) variabel adalah

konsep yang mempunyai variasi nilai. Dinamakan variabel karena ada variasinya.

Misalnya, berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok

orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Sedangkan menurut

Sugiyono (2012:38) bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

variabel penelitian adalah suatu objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan dari

hasil penelitian.

2.1.2 Ciri-ciri variabel penelitian

Menurut Widoyoko (2012: 2) dalam penelitian, variabel mempunyai tiga ciri,

yaitu :

1. Mempunyai variasi nilai

4
2. Membedakan satu objek dengan objek yang lain dalam satu populasi

3. Dapat diukur

2.1.3 Macam-macam variabel

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini

biasanya disebut dengan variabel bebas.

Contoh: “Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar, maka motivasi

belajar adalah variabel independen (variabel bebas).

2. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel ini biasanya disebut sebagai variabel

output, kriteria, atau konsekuen.

Contoh: “Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar”, maka prestasi

belajar adalah variabel dependen (variabel terikat).

Motivasi belajar Prestasi belajar


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Gambar 1. Contoh hubungan variabel independen-dependen

3. Variabel Moderator

Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel

ini juga disebut sebagai variabel independen ke dua.

Contoh: Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akan semakin kuat bila

guru manpu menciptakan iklim kelas yang sangat baik, sebaliknya semakin rendah

5
bila guru kurang menciptakan iklim kelas yang baik. Dalam kasus seperti ini

variabel iklim kelas merupakan variabel moderator bagi pengaruh variabel motivasi

belajar terhadap prestasi belajar.

4. Variabel Intervening

Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi

hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan yang tidak

langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel

penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen.

Contoh: Pengaruh belajar terhadap prestasi siswa. Rajin tidaknya siswa itu belajar

secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi siswa. Dia dikatakan tidak

langsung karena cara belajar siswa berpengaruh langsung terhadap hasil belajar,

sedangkan hasil belajar akan mempengaruhi secara langsung terhadapprestasi

belajar siswa. Dengan demikian diantara pengaruh belajar terhadap prestasi belajar

ada variabel antara, yaitu variabel cara belajar.

5. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh

faktor luar yang tidak teliti.

Pendidikan SMA/SMK Keterampilan Mengetik


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Naskah, Tempat, Mesin Tik Sama


(Variabel Kontrol )

Gambar 2. Contoh hubungan variabel independen-kontrol-dependen

6
Variabel kuantitatif juga terdiri atas dua kelompok, yaitu :

1. Variabel diskrit (discrete), yaitu variabel kuantitatif yang tidak memiliki nilai

pecahan. Misalnya : Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Kimia Universitas

Jambi angkatan 2018/2019 (14 orang, tidak 13,9 orang). Variabel

diskrit merupakan hasil perhitungan.

2. Variabel bersambung (continous), yaitu variabel kuantitatif yang mempunyai

angka pecahan. Misalnya: Jarak tempat tinggal dengan sekolah adalah 7 km.

Sesungguhnya jarak tersebut tidak tepat 8 km, tetapi berada di antara 7,9 km

hingga 8,1 km. Variabel bersambungan merupakan hasil pengukuran.

2.1.4 Pengukuran variabel

Pengukuran variabel penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 skala

pengukuran, yaitu :

1. Skala Nominal

Skala nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota

yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota

himpunan yang lain.

Misalnya :

 Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan

 Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang

 Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB

 Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.

 Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.

Skala nominal variasinya tidak menunjukkan perurutan atau kesinambungan,

tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat

7
dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih

rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari

kategori yang lain.

2. Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan –

tingkatan.Skala Ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking,

urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan

atau diberi peringkat.Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu

variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan

hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.

Contoh :

 Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT

 Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah

 Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini

dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium

III lebih berat daripada Stadium II.Tetapi kita tidak bisa menentukan secara

pasti besarnya perbedaan keparahan itu.

 Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.

Dsb.

3. Skala Interval

Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu

dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat

dibandingkan.Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai

pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara

8
pasti.Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada

skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya tidak

dapat dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai

pada Skala Interval bersifat arbiter (angka nolnya tidak absolute)

Contoh :

 Temperature / suhu tubuh : sebagai skala interval, suhu 360Celcius jelas lebih

panas daripada suhu 240Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu

360Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240Celcius. Alasannya : Penentuan

skala 00Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti tidak ada

suhu/temperatur sama sekali).

 Tingkat Kecerdasan,

 Jarak, dsb.

4. Skala ratio (Skala perbandingan).

Skala ratio adalah skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi

nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak (mempunyai nilai NOL

ABSOLUT).

Misalnya :

 Tinggi badan : sebagai skala ratio, tinggi badan 180 cm dapat dikatakan

mempunyai selisih 60 cm terhadap tinggi badan 120 cm, hal ini juga dapat

dikatakan hahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 cm.

 Denyut nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali

denyut nadinya.

 Berat badan

 Dosis obat, dsb.

9
Dari uraian di atas jelas bahwa skala ratio, interval, ordinal dan nominal

berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci.

skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan

nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal,

sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.

Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya

transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. transformasi ini

dikenal sebagai data reduction atau data collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat

menerapkan metode statistik tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam

bentuk ordinal atau nominal.

Sebaliknya skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval

atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0, 1 atau 2 dikenal sebagai dummy

variable (variabel rekayasa). Misalnya : pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2

untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya

kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari

laki–laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf

(alfabet) menjadi kategori angka (numerik), sehingga memudahkan analisis data.

(cara ini dijumpai dalam uji Q cochran pada pengujian hipotesis).

2.1.5 Korelasi antar variabel

Dikenal 3 macam korelasi antar variabel, yaitu :

1. Korelasi Simetris

Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi

tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat

mandiri.

10
Korelasi simetris terjadi karena :

 Kebetulan.

Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.

 Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari

Variabel Bebas)

Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan

variable terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.

 Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.

Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi

otot ; Keduanya merupakan indicator “Kemampuan” Kontraksi Otot.

2. Korelasi Asimetris

Korelasi Asimatris ialah korelasi antara dua variable dimana variable yang

satu bersifat mempengaruhi variable yang lain (variable bebas dan variable terikat).

Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan

arterosklerosis.

3. Korelasi Timbal Balik

Korelasi Timbal Balik adalah korelasi antar dua variable yang antar keduanya

saling pengaruh – mempengaruhi.

Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.

Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan

atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.

2.2 Hipotesis

2.2.1 Pengertian hipotesis

11
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,

setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu

diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian

yang bersifat eksploratif dan deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.

Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo = di bawah;

thesa = kebenaran, artinya kebenaran yang masih diragukan. Contoh: Apabila

terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja

menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit

mendung, maka…) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat

kemudian hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Namun apabila ternyata

tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru. Secara ilmiah, dugaan ini

disebut hipotesis.

Hipotesis dapat disimpulkan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, yang didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirik dengan data.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis, tetapi

justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan

diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

12
2.2.2 Jenis-jenis hipotesis

Dalam penelitian hipootesis dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian (Hipotesis alternatif) atau hipotesis kerja yang bisa di


lambangkan dengan H1 atau Ha, menyatakan adanya saling hubungan antara dua
variable atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada
kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistic berupa
penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Contoh :
Hipotesis Kerja (Ha): “Pembelajaran kimia dengan penerapan model STAD
lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran kimia tanpa penerapan model
STAD terhadap proses belajar bidang studi kimia sub pokok bahasan termokimia”.
2. Hipotesis Nol

Hipotesis Nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling

hubungan antara dua variable atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak

adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Contoh:.

Hipotesis Nihil (H0) ” Pembelajaran kimia dengan penerapan model STAD

tidak efektif dibandingkan dengan pembelajaran kimia tanpa penerapan model

STAD terhadap proses belajar bidang studi kimia sub pokok bahasan termokimia”.

2.2.3 Bentuk-bentuk hipotesis

Bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah

penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah

penelitian ada tiga yaitu : rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri),

komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk

13
hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan

asosiatif.

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah

deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.

Contoh:

a. Seorang peneliti ingin mengetahui tingkat semangat belajar mahasiswa

Perguruan Tinggi Negeri. Peneliti ingin mengetahui apakah belajar mahasiswa

Perguruan Tinggi Negeri mencapai 75% daristandar kriteria yang ditetapkan.

- Rumusan masalah : Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi

Negeri?

- Ho : Semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri = 75% dari kriteria

ideal yang ditetapkan.

- H1 : Semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri ≠ 75% dari kriteria

ideal yang ditetapkan.

b. Kepala desa ingin mengetahui sikap penduduk desanya. Kepala desa ingin

mengetahui apakah terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat

dalam menerima kebijakan baru.

- Rumusan masalah : apakah terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di

masyarakat dalam menerima kebijakan baru?

- Ho : tidak terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam

menerima kebijakan baru.

- H1 : terdapat kecendrungan perbedaan pendapat di masyarakat dalam

menerima kebijakan baru.

14
2. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampel

yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

Contoh :

a. Sebuah toko yang menjual donat yang berasa coklat dan strawbery. Penjual ingin

mengetaui apakah konsumen lebih menyukai donat berasa coklat atau stawbery.

Pembeli dihari senin berjumlah 50 orang, diketahui bahwa 35 orang menyukai

donat berasa coklat dan 15 orang menyukai donat berasa strowbery.

- Rumusan masalah : apakah konsumen lebih menyukai donat berasa coklat atau

stawbery?

- Ho : tidak ada perbedaan minat konumen yang lebih menyukai donat berasa

coklat atau strawbery.

- H1 : ada perbedaan minat konsumen yang lebih menyukai donat berasa coklat

atau strawberry.

b. Peneliti ingin mengetahui manfaat mind map terhadap hafalan siswa di suatu

SMA. Peneliti berasumsi akan ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum

memakai mind map dalam menghafal pelajaran.

- Rumusan masalah : Apakah akan ada perbedaan hafalan siswa setelah dan

sebelum memakai mind map dalam menghafal pelajaran.

- Ho: Tidak ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind

map dalam menghafal pelajaran.

- Ha: Ada perbedaan hafalan siswa setelah dan sebelum memakai mind map

dalam menghafal pelajaran.

15
3. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Contoh :

a. Seorang peneliti ingin mengetahui sikap sombong terhadap kekayaan. Peneliti

ingin mengetahui apakah ada pengaruh kekayaan dengan sifat sombong.

- Rumusan masalah : apakah ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong?

- Ho: tidak ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong.

- Ha : ada hubungan kekayaan dengan sifat sombong.

b. Peneliti ingin mengetahui sikap anak terhadap minat belajar. Apakah ada

pengaruh game online terhadap minat belajar anak.

- Rumusan masalah : apakah ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat

belajar seorang anak?

- Ho: tidak ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar seorang

anak.

- Ha : ada pengaruh game online terhadap kurangnya minat belajar seorang anak.

2.2.4 Karakteristik hipotesis yang baik

Menurut Putri (2013), Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik

hendaknya mengandung beberapa hal. Hal – hal tersebut diantaranya :

1. Hipotesis harus menduga hubungan diantara beberapa variable

Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini

harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala

tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang

satu membawa perubahan pada variabel yang lain.

16
2. Hipotesis harus dapat diuji

Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini

dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.

3. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan

Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian,

ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu

pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai

dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu

suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.

4. Hipotesis dinyatakan secara sederhana

Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat

deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan

apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.

2.2.5 Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:

1. Penentuan masalah

Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya

timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat

diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah

diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan

perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah

mendapat bentuk perumusan masalah.

17
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis)

Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua

kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesis preliminer,

observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat

digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan

masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,

hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun

merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba

sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.

3. Pengumpulan fakta

Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu

hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis preliminer yang

perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

4. Formulasi hipotesis

Pembentukan hipotesis dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak

dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesis diciptakan saat terdapat hubungan

tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah apel jatuh dari pohon ketika

Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan

seketika itu pula dilihat hipotesisnya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.

5. Pengujian hipotesis

Artinya mencocokkan hipotesis dengan keadaan yang dapat diobservasi dalam

istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesis terbukti

cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi (penyalahan) jika

usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesis tidak sesuai dengan hipotesis,

18
dan jika usaha itu tidak berhasil, maka hipotesis tidak terbantah oleh fakta yang

dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesis yang sering mendapat konfirmasi

atau koroborasi dapat disebut teori.

6. Aplikasi/penerapan

Apabila hipotesis itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah

ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.

Kemudian harus dapat diverifikasikan dengan fakta.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran materi maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Variabel penelitian adalah suatu objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik sebuah

kesimpulan dari hasil penelitian.

2. ciri-ciri dari variable yaitu mempunyai variasi nilai, membedakan satu objek

dengan objek yang lain dalam satu populasi, dan dapat diukur.

3. Macam-macam dari variabel yaitu variabel indipenden, dependen, moderator,

intervening dan kontrol

4. Pengukuran variabel dapat dengan menggunakan skala nominal, ordinal,

interval, rasio

5. Korelasi antar variabel yaitu korelasi simetris, asimetris, dan timbal balik.

6. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan.

7. Jenis jenis hipotesis yaitu hipotesis penelitian atau alternatif dan hipotesis nol

8. Bentuk-bentuk hipotesis yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

9. Karakteristik hipotesis yang baik yaitu harus menduga hubungan diantara

beberapa variable, dapat diuji, konsisten dengan keberadaan ilmu

pengetahuan dan dinyatakan secara sederhana

20
10. Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum yaitu penentuan masalah,

hipotesis pendahuluan, pengumpulan fakta, formulasi hipotesis, pengujian

hipotesis, aplikasi/penerapan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anjasmoro. 2011. Variabel dan Hipotesis Penelitian. http://anjas-


bee.blogspot.com/2012/04/variabel-dan-hipotesis-penelitian.html. Diakses
pada 29 Agustus 2018.

Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta

Dharmintho. Metode Penelitian dan Penelitian Sampel. 2014. Pdf

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Rahmawati, T., Makalah kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi pendidik dan


tenaga kependidikan: pembinaan penyusunan karya tulis ilmiah

Setyosari, Punaji. 2012. Petode Penelitian Pendidikan dan Pengembangannya.


Jakarta: Kenc Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsitoana
Prenada Media Grup.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : PT. Bumi Aksara.

Usman dan Nasution. 2008. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta.: Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Widoyoko, E., P., 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

22

Anda mungkin juga menyukai