Imunisasi
Imunisasi
Dalam 2 Dasawarsa terakhir terjadi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB or IMR):
1971 – 1980 : AKB 142 menjadi 112 / 1000 Kelahiran Hidup
1985 – 1990 : AKB 71 menjadi 54 / 1000 Kelahiran Hidup
2001 – 2010 : AKB 48 menjadi 35 / 1000 Kelahiran Hidup
o In Fact >> AKB 35 / 1000 Kelahiran Hidup BELUM TERCAPAI!!!
Upaya pencegahan primer : semua usaha upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau
kejadian yang menghasilkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat,
memperhatikan gizi dengan sanitasi lingkungan yang baik, pengamanan terhadap segala
macam cedera dan keracunan, serta vaksinasi atau imunisasi terhadap penyakit.
Upaya pencegahan tertier : membatasi berlanjutnya segala sisa tersebut dengan upaya
pemulihan penderita agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain, contoh: terapi
rehabilitas medik
- Inactivated
Selalu memerlukan dosis multiple pd pemberian pertama belum menghasilkan imuntas
protektif, tetapi hanya memacu or menyiapkan sistim imun.
Respon Imun protektif baru timbul setelah dosis kedua or ketiga.
Titer antibody terhadap antigen inactived menurun setelah beberapa waktu, sehingga
membutuhkan dosis suplemen (tambahan) secara periodic
Berasal dari:
1. Seluruh sel virus yang inactived: Influenza, Polio, (injeksi) Rabies, Hepatitis A
2. Seluruh bakteri yang inactived: Pertusis, Tifoid, Kolera, Lepra
3. Vaksin fraksional yang masuk sub-unit: Hepatitis B, Influenza, Pertusis A Seluler
4. Toksoid: Difteria, Tetanus, Batulinum
5. Polisakarida murni: Pneumokokus, Menigokokus, Hemofilusinfluenza Tipe B
VVM digunakan untuk mengetahui vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang
diperbolehkan atau belum, dengan membandingkan kotak segiempat dengan warna
lingkaran di sekitarnya.
- VVM “A”, segiempat lebih terang dari lingkaran di sekitar, bila belum kadaluarsa
gunakan vaksin
- VVM “B”, segiempat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran di sekitar, bila
belum kadaluarsa segera gunakan vaksin
- VVM “C”, segiempat sama warna dengan lingkaran sekitar, jangan digunakan dan
laporkan ke pimpinan
- VVM “D”, segiempat lebih gelap dari lingkaran sekitar, jangan gunakan vaksin dan
laporkan ke pimpinan
Cara penyuntikan: sudut 45 – 60O ke dalam otot Vastus Lateralis untuk penyuntikan di
paha dan otot Deltoid pada penyuntikan di lengan.
Add/ suntikan subkutan:
arah suntikan 45o terhadap kulit
cubit tebal
aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikan
untuk suntikan multiple diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda
Celana/ popok bayi harus dibuka bila menutupi otot Vas.Lat sbg lokasi penyuntikan, bila
tidak, suntikan akan terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang
pelvis bayi dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari – jari. Posisi ini akan
mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar.
Jadwal Imunisasi
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) diwajibkan
Program Imunisasi non PP – PPI dianjurkan
Campak
Perhatian Khusus
Mendapat transfusi darah/ produk darah atau
imunoglobulin (dlm 3-11 bulan, tergantung
produk darah & dosisnya)
Trambositopenia
Riwayat purpura trombositopenia
Hepatitis B
Reaksi anafilaktoid terhadap ragi Kehamilan
Berlaku u/ smua vaksin
DtaP/ DTP, OPV, IPV, MMR, Varisela, Hib, Hepatitis B
Reaksi anafilaksis terhadap vaksin, indikasi Reaksi lokal ringan-sedang (sakit, kemerahan,
kontra pemberian vaksin tersebut berikutnya bengkak) sesudah suntikan vaksin
Reaksi anafilaksis terhadap konstituen vaksin, Demam ringan or sedang pasca vaksinasi
indikasi kontra pemberian semua vaksin yg sebelumnya
mengandung bahan konstituen tsb
Sakit sedang or berat, dg or tanpa demam Sakit akut ringan dg or tanpa demam ringan
Sedang mendapat terapi antibiotik
Masa konvalesen suatu penyakit
Prematuritas
Terpajan terhadap suatu penyakit menular
Riwayat alergi penisilin, atau alergi lain nonspesifik,
atau alergi dlm keluarga
Kehamilan ibu
Penghuni rumah lainnya tidak divaksinasi
Perhatian Khusus
Baru mendapat imunoglobulin (dlm 5 bln)
Riwayat imunodefisiensi dlm keluarga
Dikutip dari rekomendasi ACIP dan Committee on Infectious Diseases AAP dalam JC
Watson, G. Petr, 1999.
Ket:
D = vaksin difteria
T = vaksin tetanus untuk anak
P = vaksin pertusis whole cell
DT = vaksin difteria dan tetanus
Td = vaksin tetanus untuk dewasa
aP = vaksin pertusis aselular
SIDS = sudden infant death syndrome
HIV = human imunodefisiency virus
KIPI = kejadian ikutan pasca imunisasi
PPD = purified protein derivative
MMR = vaksin campak, gondong, dan rubela
OPV = vaksin polio hidup
IPV = vaksin polio mati
Definisi KIPI
KIPI = reaksi simpang yg dikenal sbg kejadian ikutan pasca imunisasi
or
Adverse Events Following Immunization (AEFI)= kejadian medik yg berhubungan dg
imunisasi baik berupa efek vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas,
efek farmakologis, or kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, or hubungan
kausal yg tidak dpt ditentukan.
Lama pengamatan KIPI:
- 42 hr u/ artritis kronik pasca vaksinasi rubela
- 6 bln u/ infeksi virus campak vaccine-strain pd pasien imunodefisiensi pasca
vaksinasi campak, dan polio paralitik serta
Pencegahan reaksi:
*Teknik penyuntikan yg benar
*Suasana tempat penyuntikan yg tenang
*Atasi rasa takut yg muncul pd anak yg lebih besar
Pencegahan:
*Perhatikan indikasi kontra
*Vaksin hidup tidak diberikan kpd anak dg defisiensi imunitas
*Org tua diajar menangani reaksi vaksin yg ringan & dianjurkan segera
kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan
*Parasetamol dpt diberikan 4x sehari u/ mengurangi gejala demam & rasa
nyeri
*Mengenal & mampu mengatasi reaksi anafilaksis
*Lainnya disesuaikan dg rx.ringan/ berat yg terjadi or harus dirujuk ke RS
dg fasilitas lengkap
Gejala Klinis:
Dapat timbul secara cepat ataupun lambat dan dibagi menjadi gejala lokal, sistemik,
reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI
makin berat gejalanya.
Baku keamanan suatu vaksin dituntut lebih tinggi daripada obat. Hal ini disebabkan oleh
karena pada umumnya produk farmasi diperuntukkan orang sakit sedangkan vaksin untuk
orang sehat terutama bayi. Karena itu toleransi terhadap efek samping vaksin harus lebih
kecil daripada obat2an u/ org sakit. Mengingat tidak ada 1 pun jenis vaksin yg aman
tanpa efek samping, maka apabila s’org anak telah mendapat imunisasi perlu diobservasi
beberapa saat, sehingga dipastikan bahwa tidak terjadi KIPI (rx.cepat). Brp lama
observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap
jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15’.
KIPI pd vaksin DT/ Td/ TT, campak, OPV/IPV, DPT, hep-B, & Hib bdk hub.kausalitas
DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hepatitis B HiB
Kategori 1. Tidak terdapat hubungan kausal/ UNRELATED
Mielitis(IPV) Autisme
Trombositopenia
Anafilaksis(IPV)
Sindrom GB
Kategori 2. Bukti tidak cukup/ menolak hubungan kausal/ UNLIKELY
Kejang selain Ensefalopati Mielitis CPV Meningitis Sindrom GB Sindrom GB
spasme infantil SSPE Sindrom GB-IPV aseptik Peny. Mielitis
penyakit Kejang Sindrom Eriterna Demielinisasi Trombositopenia
demielinisasi SSP Tuli Sensoris kematian bayi multiforme SSP Anafilaksis
Monaneuro-pati Neuritis Optik mendadak (SIDS) Sindrom GB Artritis Sindrom
artritis eritema Mielitis Anemia Sindrom kematian bayi
multitorme transversal hemolitik kematian bayi mendadak
Sindrom GB Diabetes mendadak (SIDS)
juvenile (SIDS)
Peny,gangguan
perhatian&bljr
Mononeuropati
trombositopeni
Kategori 3. Bukti memperkuat penolakan hub.kausal/ POSSIBLE
Ensefalopati Spasme infantil Onset dini
spasme Hipsaritmia penyakit Hib
Infantil(hany.DT) Sindrom Reye
SIDS(hany.DT) SIDS
Kategori 4. Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal/ PROBABLE
Sindrom GB Anafilaksis Ensefalopati
neuritis brakial akut
Ranjatan&
keadaan mirip
ranjatan yg tdk
biasa (unusual
shock like state)
Kategori 5. Bukti memastikan hubungan kausal/ VERY LIKE/ CERTAIN
Anafilaksis Trombositopenia Lumpuh layu pd Anafilaksis Anafilaksis
(MMR) penerima vaksin Menangis/
Anafilaksis atau kontak teriak terus-
(MMR) kematian akibat menerus
Kematian akibat infeksi virus
injeksi virus strain vaksin
strain vaksin polio
campak
Ket:
Kejang = residual seizure disorder
SIDS = sudden infant Death syndrome
IDDM= Insulin dependent diabetes mellitus
SSPE = Subacute Selerosing Panencephalitis
Angka Kejadian
KIPI yg paling serius pd anak ad/ rx.anaflaktoid.
Angka kejadian rx.anaflaktoid pd DTP diperkirakan 2/ 100.000 dosis, tetapi yg benar2
rx.anafilaktik hanya 1 – 3 kasus diantara 1 jt dosis. Anak yg lebih besar & orang dewasa
lebih banyak mengalami sinkope, segera or lambat. Episode hipotonik – hiporesponsif jg
tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi 4 – 24 jam setelah imunisasi.
Kasus KIPI polio berat dpt terjadi pada 1 per 2,4 jt dosis vaksin (CDC Vaccine
Information Statement 2000), sedangkan kasus KIPI Hep-B pd anak dpt berupa demam
ringan sampai sedang terjadi 1/14 dosis vaksin, dan pd dewasa 1/100 dosis (CDC Vaccine
Information Statement 2000).
Kasus KIPI campak berupa demam terjadi pada 1/6 dosis, ruam kulit ringan 1/20 dosis,
kejang yg disebabkan demam 1/3000 dosis, dan reaksi alergi serius 1/1.000.000 dosis.
Pelaporan KIPI
Pelaporan KIPI yg cepat & tepat diikuti dg tindak lanjut yg benar dpt membantu
pelaksana program mengatasi masalah di lapangan sehingga masyarakat tidak resah &
tetap mendukung program imunisasi.
KomNas Pengkajian & Penanggulangan KIPI menetapkan bahwa KIPI ad/ semua
kejadian penyakit or kematian dalam kurun waktu 1 bulan setelah imunisasi.
KIPI yg harus dilaporkan berupa semua kejadian yg berhubungan dg imunisasi spt:
Abses pd tempat suntikan
Semua kasus limfadenitis BCG
Semua kematian yg diduga oleh petugas kesehatan or masyarakat berhubungan
dengan imunisasi
Semua kasus rawat inap, yg diduga oleh petugas kesehatan or masyarakat
berhubungan dengan imunisasi
Insiden medik berat or tidak lazim yg diduga oleh petugas kesehatan or
masyarakat berhubungan dengan imunisasi
Pelapor KIPI:
Petugas kesehatan yg melakukan pelayanan imunisasi
Petugas kesehatan yg melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan, RS, serta
sarana pelayanan kesehatan yg lain
Peneliti yg melakukan studi klinis or penelitian lapangan
Pelaporan
Laporan dibuat dg mengisi formulir laporan yg disediakan
Menyerahkannya ke instansi kesehatan tingkat Kabupaten Daerah Tingkat II, dg
tembusan ke Sekretariat KOMDA PP KIPI yg berkedudukan di provinsi
Petugas kesehatan di tingkat II harus merekapitulasi kejadian serta menetapkan
kasus tsb termasuk KIPI or tidak, serta meneruskannya ke Instansi Kesehatan
Propinsi/ Daerah Tingkat I sampai ke Subdit Imunisasi Dirjen PPM & PLP
Depkes dg tembusan kpd KOMNAS PP KIPI
Dalam hal mendesak, pelaporan dpt disampaikan melalui telepon or fax, formulir
pelaporan harus diisi kemudian.
Data demografi
Waktu Pelaporan
Kematian dan rawat inap merupakan kasus yg harus segera diperhatikan & dilaporkan.
Meski demikian kasus lain, seperti abses, limfadenitis BCG, dan KIPI lain harus juga
segera dilaporkan. Gunakan media komunikasi tercepat, seperti telepon, fax, dll.
Cara Pelaporan
Semua kolom formulir dapat dapat diisi, harus dilengkapi. Apabila perlu, jgn ragu
u/ menuliskan laporan tambahan pd laporan tsb
Laporan bulanan harus dibuat, sekalipun tidak ada kasus (tuliskan jumlah kasus 0,
zero report)
Petugas kesehatan di tingkat II/ kabupaten hrs mengidentifikasi masalah &
menilai, shingga dpt terlihat,
o Apakah kejadian ini berlangsung di puskesmas/ t4 yg sama setiap bulan
o Apakah bbrp Puskesmas/ t4 yg berbeda melaporkan hal yg sama
o Bagaimana perbandingan laporan yg dibuat o/ puskesmas/ t4 yg berbeda
dilaporkan
Tindakan Selanjutnya
Pelacakan harus dilakukan segera setelah laporan diserahkan tanpa ditunda. Pelacakan
dimulai o/ petugas kesehatan yg mendeteksi KIPI, or oleh supervisor yg melihat pola ttt
di daerah binaannya. Di lain pihak, dalam beberapa keadaan u/ KIPI ttt tidak perlu
dilakukan tindak lanjut, seperti penyakit yg tidak berhubungan dg imunisasi, seperti
pneumonia setelah penyuntikan DPT. Meskipun demikian apabila ortu pasien or pihak
keluarga menganggap kejadian tsb berhubungan dg imunisasi, berikan kesempatan kpd
mereka u/ mendiskusikan msalah tsb kpd petugas kesehatan.