Pokok-Pokok Kegiatan Fisioterapi
Pokok-Pokok Kegiatan Fisioterapi
*)**)
Oleh : Friets Eman, SST FT
I. Pendahuluan
Kondisi kesehatan dewasa ini, sejalan dengan peningkatan umur harapan hidup
disertai dengan adanya pemanasan global, Indonesia menghadapi beban ganda
penyakit, antara lain ditandai dengan meningkatnya berbagai penyakit degeneratif di
kalangan masyarakat disamping meningkatnya kembali beberapa penyakit menular
seperti TB, Kusta, Malaria, yang sebelumnya sudah dapat diturunkan kasusnya
(Kemenkes 2011). Khusus penyakit tidak menular, berdasarkan hasil Riskesdas 2013
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5%
tahun 2013, hal yang sama untuk stroke juga meningkat dari 8,3 per 1000 tahun 2007
menjadi 12,3 per 1000 tahun 2013, demikian juga untuk DM terjadi peningkatan dari
1,1% menjadi 2,1%. Disisi lain pencapaian pembangunan kesehatan yang terkait
dengan Millenium Development Goals (MDG’s) telah menunjukkan peningkatan,
namun kesenjangan pencapaian indikator kesehatan di berbagai daerah masih
ditemukan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain distribusi tenaga
kesehatan yang belum merata, sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang
tersedia, mahalnya biaya pengobatan, kesenjangan sosio ekonomi antar masyarakat
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 1 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
preventif serta akses langsung pada kuratif dan rehabilitatif.
Saat ini pelayanan fisioterapi mulai dikenal bukan saja di kota-kota besar tetapi
sudah diterima di masyarakat kecamatan bahkan di pedesaan/kelurahan. Ini dibuktikan
dengan ditempatkannya tenaga fungsional fisioterapi di Puskesmas itu sendiri.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 tercatat fisioterapis yang bekerja
di Puskesmas berjumlah 599 yang tersebar di 30 provinsi. Kecenderungan positif ini
perlu direspon oleh segenap masyarakat fisioterapis Indonesia bersama organisasi
profesi, akademisi dan pemerintah dengan terus merencanakan pengembangan sistem
fisioterapi kesehatan masyarakat secara lebih mendasar, terarah dan terkendali.
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 2 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
inap umum atau khusus seperti PONED Puskesmas serta home visite sebagai
kelanjutan tindakan setelah rawat inap. Upaya ini dilaksanakan sesuai dengan standar
prosedur operasional dan kompetensi fisioterapi. (2) Upaya kesehatan
kelompok/masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan memelihara
dan meningkatkan kesehatan kelompok/masyarakat, mencegah gangguan gerak dan
keterbatasan fungsi tubuh akibat gaya hidup. Upaya promotif dan preventif fisioterapi
ini dilakukan di luar gedung Puskesmas yakni di sekolah-sekolah, Posyandu bayi, balita,
bumil, Posyandu / Posbindu usia lanjut, panti rehabilitasi anak cacat, club/kelompok
olahraga, spa/pusat kebugaran, tempat kerja/industri yang ada di wilayah kerja
Puskesmas.
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 3 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
1. Fisioterapi di Posyandu Bayi-Balita, Bumil-Nifas
Perubahan kondisi fisik dan psikologis ibu selama kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan yang terjadi selama kehamilan
dapat disikapi melalui latihan fisik yang baik, benar, teratur dan terukur sesuai dengan
fase kehamilan sampai menjelang persalinan dan selama masa nifas. Beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa latihan fisik yang dilakukan selama kehamilan dapat
mengurangi kejadian persalinan lewat waktu dan memperbaiki skor APGAR. Selain itu
latihan fisik selama masa kehamilan diharapkan secara tidak langsung dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan pemeriksaan antenatal sehingga
cakupan kunjungan antenatal dapat tercapai.
Sedangkan tujuan latihan fisik pada masa nifas untuk mempercepat pemulihan
kondisi tubuh ibu setelah melahirkan dan mengembalikan daya tahan jantungparu
kekeadaan sebelum hamil. Senam nifas dengan bentuk latihan ditujukan untuk
pinggang bawah termasuk melakukan gerak ekstensi pinggang, intensitas selama10-20
menit dilakukan segera setelah persalinan (dalam 3 hari perawatan setelah persalinan
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 4 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
normal), dilanjutkan dengan latihan inti bersifat aerobik dengan jalan perlahan untuk
jarak pendek selama 10-20 menit, frekuensi 3 kali seminggu. Latihan kegel dapat
dilakukan bersamaan atau diluar latihan inti dan senam nifas
Senam bayi merupakan bentuk permainan gerakan pada bayi, yang bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, serta kemampuan pergerakan
bayi secara optimal. Selain itu, juga untuk mengetahui jika terjadi perkembangan yang
salah secara dini. Ini merupakan tindakan antisipasi yang tepat untuk penanganan agar
bayi tumbuh normal. Senam bayi sangat penting karena ini merupakan salah satu
usaha untuk mengoptimalisasikan proses tumbuh kembang pada bayi. Segala aspek
yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi bisa tercapai dan terpenuhi
2. Fisioterapi di Posyandu Lanjut usia atau Posbindu
Posyandu Lanjut usia atau Posbindu PTM adalah wadah pelayanan kepada lansia
di masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan promotif/preventif.
Fisioterapis berperan untuk mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan gangguan
gerak fungsional, aktivitas sehari-hari, aktivitas perawatan diri dan adaptasi dengan
lingkungan sosial lansia. Teknologi fisioterapi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah gerak dan fungsi pada lansia, misalnya (1) tes dan latihan
keseimbangan baik statis maupun dinamis, (2) latihan pencegahan osteoporosis, (3)
latihan fisik untuk menjaga kebugaran jasmani, (4) latihan fisik untuk menjaga
mobilitas dan postur, (5) teknik mengangkat dan mengangkut, (6) teknik perlindungan
sendi, (7) teknik konservasi energi (8) teknik peningkatan kekuatan otot dan
memperbaiki koordinasi, (9) aksesibilitas lingkungan dengan pembuatan teknologi
tepat guna (TTG), (10) akupressure. Fisioterapis berpadu dengan pemegang program
Lansia, PTM, Promkes, Batra, Gizi, Perkesmas serta lintas sektor dengan kader,
keluarga, tokoh agama dan masyarakat dalam melaksanakan program diatas.
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 5 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
memelihara kondisi kesehatan secara umum, mencegah dan menangani penyakit
kardiovaskuler dan melawan masalah-masalah persendian. Individu berusia lanjut yang
terlibat dalam aktifitas fisik secara teratur menunjukan peningkatan keseimbangan,
kekuatan, koordinasi, kontrol motorik, fleksibilitas dan daya tahan. Aktifitas fisik dapat
menurunkan resiko jatuh sebagai penyebab terbesar kecacatan pada usia lanjut.
Penelitian dari Eriksson dkk, yang melibatkan individu dengan resiko penyakit
kardiovaskular setelah melakukan latihan yang disupervisi oleh fisioterapis, sejalan
dengan adanya konseling dari ahli gizi, menunjukan perkembangan yang signifikan
pada tekanan darah, berat badan, kualitas hidup dan indikator kesehatan lainnya.
Begitu juga menurut Pate, jika setiap orang berjalan dengan kecepatan 4,8-6,4kph (3-4
mph) di setiap hari, sekitar 30% kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskuler
dapat dicegah. Hal ini ditunjang oleh penelitian Huf yakni berjalan 4,8 kph selama 5
jam/minggu dapat menurunkan resiko stroke sebanyak 46% dibandingkan dengan
mereka yang tidak melakukan latihan. Latihan mempunyai peran dalam mencegah dan
mengontrol diabetes, ini dibuktikan oleh penelitian Fenicchia dkk yakni baik latihan
dengan tahanan maupun aerobik efektif dalam menurunkan intoleransi glukosa dan
menurunkan resiko diabetes tipe 2. Hal ini didukung oleh penelitian Dunstan dkk,
dimana latihan dengan tahanan yang dilakukan secara progresif dan dengan intensitas
tinggi, dikombinasikan penurunan berat badan sedang, efektif dalam mengontrol
tingkat gula darah pada pasien lanjut usia yang mengidap diabetes tipe 2.
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 6 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
tes kebugaran untuk cabang olahraga prestasi. (2) Pelayanan Kesehatan, dalam bentuk;
pendidikan kesehatan seperti pengelolaan kondisi khusus (flat foot, scoliosis), praktek
penanganan cedera olahraga akut secara sederhana dengan metode PRICE, program
latihan fisik spesifik bagi anak sekolah dengan masalah fisik misal latihan khusus
obesitas, senam otak/latihan vitalisasi otak. (3) Pembinaan lingkungan; sarana-
prasarana untuk beraktivitas fisik / olahraga yang sehat dan aman bagi anak sekolah,
pembudayaan stretching antar jam pelajaran, adanya ruang poliklinik sekolah
4. Fisioterapi Home Care
kesehatan lain dalam mendata, membina, mengawasi Batra lebih khusus kelompok
ketrampilan, serta berpadu lintas sektor dengan pemerintah kecamatan & kelurahan,
tokoh agama, tokoh masyarakat, pengobat tradisional, kader.
7. Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 7 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
Pelayanan preventif kesehatan kerja meliputi pemeriksaan kesehatan tekanan darah,
penerapan ergonomi (penyerasian manusia dengan mesin dan alat-alat kerja,
melaksanakan latihan fisik. Pelayanan kuratif diberikan kepada pekerja yang sudah
memperlihatkan gangguan kesehatan /gejala dini dengan mengobati penyakit/kelainan
dan mencegah komplikasi. Pelayanan rehabilitatif berupa pemberian alat bantu jalan
agar tetap bekerja
8. Fisioterapi kesehatan olahraga,
Fisioterapis berpadu lintas program dan lintas sektor dengan dokter, pelatih
olahraga, fisioterapis olahraga, instruktur senam, guru olahraga. Fisioterapi dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan iptek olahraga dan melakukan upaya
promotif, preventif, tindakan terapeutik dalam upaya pemulihan cedera olahraga.
Upaya kesehatan olahraga Puskesmas sebagai salah satu bagian program fisioterapi
olahraga sekaligus program unggulan. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu : (a)
Pendataan kelompok / klub olahraga yang dibina; dengan sasaran semua
kelompok/klub olahraga yang ada di wilayah kerja Puskesmas (b) Penyuluhan
kesehatan olahraga kepada kelompok sasaran yang dibina yakni bumil, nifas, bayi, anak
sekolah, lansia. (c) pemeriksaan kesehatan kepada kelompok sasaran berupa tanda-
tanda vital, BB,TB, IMT, dan pemeriksaan laboratorium sederhana (GDP, as urat dan
kolesterol). (d) pelayanan kesehatan olahraga sebagai instruktur pada senam hamil,
senam nifas, senam bayi, senam otak, senam lansia dan senam-senam PTM. Khusus
untuk senam penyakit kronis / penyakit tidak menular (senam prolanis) menjalin
kerjasama lintas sektor dengan BPJS Kesehatan Cabang (e) pengukuran tingkat
kebugaran menggunakan metode Rockport. (f) konsultasi kesehatan olahraga, ini
dilakukan setelah pelayanan senam hamil, senam nifas, senam bayi, senam otak serta
senam-senam PTM/Prolanis, tes kebugaran atau sport injury. (g) menjadi anggota tim
kesehatan pada event-event olahraga.
9. Poliklinik Fisioterapi,
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 8 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
(terutama penyakit tidak menular). Dalam hal ini fisioterapi bekerjasama dengan tim
medis untuk memberikan intervensi profesinya yang bersifat menopang, saling
ketergantungan dan mandiri dengan sistem rujukan. Pelayanan fisioterapi ini dilakukan
di dalam gedung khususnya di ruang unit fisioterapi (mirip dengan pelayanan
fisioterapi di RS).
10. Fisioterapi Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM),
& UKP sesuai standar operasional pelayanan dan etika profesi, (b) terwujudnya
manajemen Puskesmas khususnya pelayanan fisioterapi yang efektif dan efisien dalam
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 9 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
mencapai pelayanan bermutu, praktis, terjangkau (c) terwujudnya sistem informasi
pelayanan fisioterapi yang terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan (SIK), (d)
terwujudnya jenjang kemitraan yang sinergis dengan berbagai program dan sektor
yang ada, (e) masuknya fisioterapis dalam jumlah minimal tenaga kesehatan sumber
daya manusia Puskesmas yang bisa dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan
persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja
DAFTAR PUSTAKA
Behrens, B.J. 1996 ; Physical Agents for the Physical Therapist Assistant ; Davis
company, Philadelphia
Brook G, Brrayshaw E, Coldron Y., 2013 ; Physiotherapy in Women Health; dalam
StuartPorter – Tidys Physiotherapy, edisi 15, Butterwoth Heinemann
Cameron, M. 1999 ; Physical Agents in Rehabilitation ; W.B. Sauder com
Demuth Elisabeth, 2000 ; Senam Otak ; Pusat Latihan Yayasan Kesehatan GMIM
Tomohon, Sulawesi Utara
Eman Friets, 2015 ; Model Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas ; Temu Ilmiah Tahunan
Fisioterapi ke 30 Makassar
Gaccione A., 2000 ; Geriatric Physical Therapy ; Second Edition, Mosby
Handojo Tjandrakusuma ; 1991 : Conceptual Framework of CBR and Some Strategic
Issues on It’s Implementation, PPRBM Prof. Dr. Soeharso – YPAC Pusat.
International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF); dikutip dari
http://www.handicapincifre.it/document/ICF.18.pdf
Kemenkes RI, 2010 ; Panduan Teknis Latihan Fisik Selama Kehamilan & Nifas; Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat
Kepmenkes RI No 376 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Fisioterapi
Marilyn Moffat, 2013 ; Movement for Health – Physiotherapy promotif and preventif ;
World Physical Therapy Day, dikutip dari http://www.wcpt.org/wptday
Permenkes No. 80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Fisioterapis
Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
Pedoman Deteksi Dini Kecacatan Anak ; 2006 : Departemen Sosial RI ; Direktorat
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 11 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
Lampiran 1.
PERSYARATAN PERALATAN PUSKESMAS
RUANGAN : FISIOTERAPI
JUMLAH MINIMUM PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
PUSKESMAS PUSKESMAS
NON RAWAT INAP RAWAT INAP
I. Set Pemeriksaan Fisioterapi
1 Sphygmomanometer dewasa 1 buah 1 buah
2 Stetoskop 1 buah 1 buah
3 Termometer 1 buah 1 buah
4 Timbangan BB dewasa 1 buah 1 buah
5 Timbangan bayi 1 buah 1 buah
6 Pengukur Tinggi Badan (microtoise) 1 buah 1 buah
7 Palu refleks dan tes sensasi 1 buah 1 buah
8 Goniometer 1 buah 1 buah
9 Mid line (pengukur antropometri tubuh) 1 buah 1 buah
10 Stop wath 1 buah 1 buah
11 Lampu senter (pen light) 1 buah 1 buah
12 Hand dynamometer 1 buah -
13 Back leg dynamometer 1 buah -
IV. Meubelair
1 Kursi kerja 2 3
2 Lemari arsip 1 1
3 Meja ½ biro 2 2
S O P FISIOTERAPI
Ruang lingkup Kebijakan ini sebagai pedoman bagi pengelolaan dan pelayanan fisioterapi di
lingkungan Puskesmas Taratara
Kebijakan 1. Pelayanan fisioterapi dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan tujuan
Puskesmas, dan sesuai dengan profesionalisme fisioterapi yang lazim
2. Pelayanan fisioterapi ditujukan kepada pasien rawat inap, rawat jalan dan
kunjungan rumah Puskesmas Taratara
3. Pengelolaan dan pengembangan pelayanan dan sumber daya fisioterapi
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kemampuan Puskesmas dan
berpedoman pada profesionalisme fisioterapi
4. Pengelolaan pelayanan fisioterapi dipimpin oleh seorang fisioterapis yang
kualifikasinya memadai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 14 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
S O P FISIOTERAPI
Pengertian Prosedur rujukan pasien rawat jalan adalah memuat tatacara pasien rawat jalan
untuk mendapatkan dan menyelesaikan pelayanan fisioterapi di Puskesmas
Tujuan Terlaksananya pelayanan fisioterapi untuk pasien rawat jalan dengan cepat,
tepat, efisien dan professional
Ruang lingkup Prosedur ini pedoman bagi fisioterapis, dokter, perawat dan tenaga kesehatan
lain, dalam rangka rujukan masuk dan rujukan keluar pasien fisioterapi di
Puskesmas Taratara
Prosedur 1. Individu dan atau kelompok masyarakat merasakan problem dan kebutuhan
akan kesehatan gerak fungsional dirinya, memeriksakan diri
a. dokter keluarga, lingkungan RS/Puskesmas, dokter manapun juga
b. langsung ke poliklinik fisioterapi
2. Pasien dengan membawa surat rujukan dokter mendaftar di poliklinik fisio
3. Fisioterapis menerima dan melayani pasien sesuai dengan profesionalisme
fisioterapi dan ketentuan institusi, dalam proses yang terbuka dan
melaporkan hasil evaluasi pelayanan sebagai rujuk balik kepada dokter
perujuk
4. Fisioterapis berkolaborasi dengan dokter, perawat dan profesi lain dalam
memberikan pelayanan pada pasien
5. Fisioterapis mengevaluasi / reasesmen pasien
6. Fisioterapis merujuk balik ke dokter perujuk awal
7. Dokter menetapkan stop/lanjut pelayanan fisioterapi
8. Pasien melakukan stop/lanjut pelayanan fisioterapi pada dirinya
9. Fisioterapis membuat dokumentasi dan administrasi pelayanan
Dokumen 1. formulir rujukan pasien disediakan di r.poliklinik rawat jalan
terkait 2. formulir catatan proses dan tindakan fisioterapi di r. poliklinik fisioterapi
3. formulir rujukan kembali di r. fisioterapi
4. Lampiran diagram alir dan blok rujukan fisioterapi pasien rawat jalan
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 15 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
Lampiran 3
Kepada Yth :
Bagian Fisioterapi Puskesmas Taratara
Dengan hormat,
Bersama ini kami kirimkan penderita :
Nama :
Umur :
Diagnosis :
Mohon kiranya dapat diberikan tindakan fisioterapi;
Atasnya diucapkan terima kasih
Taratara, ………………………
Dokter Puskesmas
Dr. …………………………..
Gunting disini
……………………………………………………….…………………………………………………...
PUSKESMAS TARATARA
POLI FISIOTERAPI
FORM EVALUASI TINDAKAN FISIOTERAPI Taratara, ……………………………
Kepada Yth :
Dr.
Dengan hormat,
Menghadapkan kembali, penderita :
Nama :
Umur :
Diagnosis :
Yang telah kami berikan tindakan fisioterapi, berupa
Aktino terapi Manual terapi
o Infra Red (x) o Exercise therapy ; …………. (x)
Elektro terapi o Masasse (x)
o Ultrasound therapy (x)
Inhalasi terapi Lain-lain
o Nebulizer + ……………….. (x) o Static bicycle (x)
o Chest physiotherapy (x) o Alat support ……………………
Hidro terapi o Alat bantu jalan
o Cold pack / hot pack (x)
Setelah kami berikan penanganan, saat ini keluhan yang ada pada pasien :
Atas kepercayaan yang diberikan kepada fisioterapis, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
………………………………
fisioterapis
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 16 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara
lampiran 4. Laporan
PEMERINTAH KOTA TOMOHON
DINAS KESEHATAN DAN SOSIAL
PUSKESMAS TARATARA
Alamat : Jln. Nuri, Kel. Taratara I, Kec. Tomohon Barat Telp (0431) 355440
1 Woloan I utara 23 15 1 4 16 0 23 0 3 1 1
2 Woloan I 23 12 0 6 12 0 23 0 2 1 1
3 Woloan II 21 15 0 5 0 0 21 0 2 0 1
4 Woloan III 40 0 0 0 7 20 0 40 0 78 2 0 0 1
5 Taratara 49 21 1 8 18 0 49 0 2 0 1
6 Taratara I 35 0 0 6 28 0 35 0 0 0 1
7 Taratara II 33 12 0 6 18 0 33 0 2 0 1
8 Taratara III 38 21 0 5 12 0 38 0 1 0 1
C 90
TOTAL 262 96 0 2 47 124 0 262 0 92 2 8
Mengetahui
Kepala Puskesmas Taratara Penanggung Jawab Pelayaan Fisioterapi
1 ISPA 0 0 4 0 1 2 0 0 1 0 1 0 3 12
2 MYALGIA 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 3 7
3 POST STROKE 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2
4 POST PARTUM 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
5 OSTEOARTHRITIS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2
6 NEURITIS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
7 LOW BACK PAIN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
8 HNP LUMBAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
9 SPONDILOSIS LUMBAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
10 BELL'S PALSY 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
TOTAL 30
*) Fisioterapis Praktisi Puskesmas Taratara 17 **) Staf Dosen di Akademi Fisioterapi “St.Lukas” To mohon, Sulawesi Utara