Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan bersama norma-norma yang berlaku ( Prayitno, 1994). Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium yang berarti “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian berbicara bersama-sama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa konseli (counselee). Menurut Walgito (1982), konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapinya. Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah ( konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup. Psikologi konseling adalah suatu kegiatan yang dibangun melalui adanya interaksi antara konseli dengan psikolog atau konselor untuk mengidentifikasi persepsi, kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan, serta masalah yang dihadapi konseli (Djamarah, 2008). Bimbingan konseling saat bencana Respon psikologis saat bencana atau kehilangan adalah mengingkari (denial), marah (anger), tawar menawar (bargaining), berduka (depresi), dan menerima (acceptance). Seorang pembimbing konselor harus mengetahui tahap psikologis dari pasiennya sehingga mampu memncapai tahap menerima (acceptance). Shock dan penyangkalan adalah respon yang khas dan normal untuk peristiwa traumatis dan bencana. Untuk menangani masalah psikologis saat bencana yaitu dengan menggunakan 3 prinsip yaitu : 1. Membina hubungan saling percaya (BHSP) yang erat dengan pasien. 2. Menggali permasalahan yang dialami pasien 3. Mengembangkan alternative pemecahan masalah