Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS


DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG

Oleh :

I GUSTI AYU ROSITA TRI REJEKI


P07120215026
D-IV KEPERAWATAN
TK 2 SEMESTER IV

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SIROSIS HEPATIS


A. PENGERTIAN
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan
oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi
seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati (Doenges, dkk, 2000).
Sirosis Hepatis adalah penyakit progresif kronis yang
dikarakteristikkan oleh inflamasi menyebar dan fibrosis dari hepar.
Jaringan parut menggantikan sel parenkim hepar normal sebagai upaya
hepar untuk meregenerasi sel-sel nekrotik karena darah tidak dapat
mengalir dengan bebas melalui hepar sirosis, maka mengalir kembali ke
vena splanik, vena koronaria, vena esophagus, dan vena mesentrika yang
pada akhirnya menyebabkan pembesaran, hemostasis vaskuler, dan
hipoksia organ disuplai oleh pembuluh darah ini. Selanjutnya hepar yang
rusak tidak dapat melakukan fungsi metabolic normalnya seperti
metabolism eprotein, lemak dan karbohidrat, metabolisme obat, sintesis
empedu, penyimpanan vitamin, dan sintesis faktor pembekuan. (Monica ,
2001)
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-
nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal
(Price&Willson2005).
Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah :

1) Malnutrisi
2) Alkoholisme
3) Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
4) Virus hepatitis
5) penyakit Wilson
Merupakan kelainan autosomal resesif yang diturunkan dimana
tembaga tertimbun di hepar dan ganglia basal otak.
6) Zat toksik

B. TANDA GEJALA
1. Pembesaran hati
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-
selnya dipenuhi olehh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan
memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri
abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang
cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada
selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit
yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan
parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat
dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler)
2. Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati
yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.
Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul
dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik
tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran
darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain,
kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan
demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan
semacam ini cenderung menderita dyspepsia kronis dan konstipasi
atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami
penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga
peritoneal akan menyebabkan asites.
3. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrotic yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah
kolateral dalam sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting)
darah dan pembuluh portal ke dalam pembuluh darah dengan
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis
sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang
mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusa),
dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
4. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal
hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga
menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosterone
yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
5. Defisiensi Vitamin dan Anemia
Pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu
yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K). Gastritis
kronis dan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang
tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia
yang sering menyertai sirosis hepatis
6. Kemunduran Mental
Kemunduran fungsi mental dengan ensefalopi dan koma hepatic
yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada pasien sirosis hepatis dan mencakup perilaku
umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta
tempat, dan pola bicara. (Brunner & Suddarth, 2001)
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi
jaringan hepar)
2. Peningkatan kadar ammonia darah ( akibat dari kerusakan metabolism
protein
3. Peningkatan bilirubin serum (kerusakan metabolism bilirubin)
4. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan’
5. SGOT, SGPT, LDH (mungkin meningkat)
6. Ultrasonograpi, CT-Scan, MRI untuk mengkaji ukuran hepar, derajat
obstruksi dan aliran darah hepatic
7. Darah lengkap menunjunkkan penurunan hemoglobin, hematocrit,
trombosit,dan SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap
kegagalan ginjal dan kerusakan metabolism nutrient)

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

Empat tujuan pedoman penatalaksanaan medical terhadap klien


sirosis hepatis:

1. Mengkaji komplikasi penurunan: asites, pendarahan, varises


esophagus, ensefalopati hepatik. Semua itu merupakan
komplikasi sirosis yang menakutkan. Gagal ginjal (sindrom
hepatorenal) dan infeksi juga mematikan.
2. Memaksimalkan fungsi hepar. Meskipun sirosis bersifat progresif,
gangguan degenerative, tahap-tahap penatalaksanaan untuk
meminimalkan risiko utama dan memaksimalkan regenerasi,
karenanya memperlambat perjalanan penyakit dan
memperpanjang hidup. Pada sirosis pascanekrotik atau pasca
sirosis hepatik, dokter memberikan kortikosteroid, untuk
menurunkan manifestasi sirosis dan memperbaiki fungsi hepar.
3. Pengobatan penyebab dasar. Ini penting bahwa pemajanan pada
hepatoksik dibatasi, penggunaan alkohol dihindari dan obstruksi
bilier diangkat.
4. Pencegahan infeksi. Tujuan ini dicapai dengan tirah baring, diet,
dan kontrol lingkungan. Sebelum penemuan antibiotik, infeksi
adalah penyebab utama mortalitas pada sirosis. (Monica ,2001)

E. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada gejala dan riwayat
factor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alcohol dalam jangka
waktu yang lama di samping asupan makanan dan perubahan dalam waktu
yang lama disamping asupan makan dan perubahan dalam status jasmani
serta rohani penderita. Pola penggunaan alcohol yang sekarang dan pada
masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat. Yang juga harus
dicatat adalah riwayat dengan kontak dengan zat-zat toksik I tempat kerja
atau selama elakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang
potensial bersifat hepatoksik atau dengan obat-obat anastesi umum dicatat
dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan
pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan.
Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah
tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani.
Disamping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman
sekerja dapat memberika petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang
terjadi sekunder akibat pengunaan alcohol dan sirosis. Distensi abdomen
serta meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan
perubahan berat badan perlu diperhatikan.

1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda : Penurunan massa otot
2. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen, penurunan atau tidak adanya bising
usus, fase warna tanah liat, melena, dan urine gelap.
3. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual /muntah
Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan , penggunaan
jaringan, edema umum pada jaringan,kulit kering, Ikterik.
4. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadram
kanan atas;
Tanda : Perilaku berhati-hati; focus pada diri sendiri.
5. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam; Ikterik; Ekimosis; Angioma Spider.
6. Pernapasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Pernapasan dangkal; Ekspansi paru terbatas; Hipoksia.

F. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengasorbsi nutrien
2. Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasi
3. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan metabolik
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan, nyeri, penurunan ekspansi
paru
5. Nyeri Akut b.d agen cidera fisik (luka operassi)
6. Resiko Infeksi

F. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
Ketidakseimbangan NOC NIC - Menghindari
Nutritional Status : Nutrition
nutrisi kurang dari adanya reaksi
nutrient intake Management
kebutuhan tubuh alergi
Weight control 1. Kaji adanya
Kriteria Hasil : - Sudah
alergi makanan
- Adanya dikonsultasikan
2. Berikan
peningkatan dengan ahli
makanan yang
berat badan gizi
sesuai dengan terpilih - Memberikan
3. Berikan
tujuan pemahaman
- Berat badan informasi
mengenai
ideal sesuai mengenai
kebutuhan
dengan tinggi kebutuhan
nutrisi bagi
badan nutrisi
pasien
- Mampu 4. Kaji
- Mempermudah
mengidentifikas kemampuan
menentukan
i kebutuhan pasien untuk
jenis makanan
nutrisi mendapatkan
- Tidak ada yang sesuai
nutrisi yang
tanda-tanda dengan
dibutuhkan
malnutrisi kemampuan
Nutrition
- Tidak terjadi pasien
Monitoring
penurunan berat
1. Bb pasien
badan yang - Mengetahui
dalam rentang
berarti status nutrisi
normal
2. Jadwalkan pasien
- Tidak
pengobatan
menginterupsi
dan tindakan
waktu makan
tidak selama
pasien
jam makan - Mengetahui
3. Monitor mual
adanya mual
muntah
muntah

Kelebihan volume NOC NIC - Mengetahui


-Electrolit and acid Fluid Management
cairan intake dan
a. Pertahankan
balance
output
Fluid balance catatan intake
Kriteria hasil : cairan klien
dan output
1. Terbebas - Mengetahui
yang akurat
dari edema, adanya
b. Monitor hasil
efusi dan retensi
hb yang
anaskara cairan
sesuai dengan
2. Bunyi nafas - Memantau
dysnpneu retensi cairan adanya
3. Terbebas c. Monitor status
status
dari distensi hemodinamik
hemodinam
vena termasuk
ik
jugularis CVP PAP dan - Memantau
4. Memelihara
PCWP vital sign
tekanan vena d. Monitor vital - Memantau
sentral sign indikasi
5. Terbebas e. Monitor
kelebihan
dari indikasi
cairan
kelelahan, retensi / - Mengetahui
kecemasan kelebihan lokasi dan
atau cairan luas dari
f. Kaji lokasi
kebingungan edema
6. Menjelaskan dan luas - Memantau
indikator edema input nutris
g. Monitor
kelebihan dan cairan
masukan
cairan tubuh
makanan/ - Memantau
cairan dan status
hitung intake nutrisi
kalori - Melakukan
h. Monitoring kolaborasi
status nutrisi -
i. Kolaborasi - Memberika
dengan dokter n
jika tanda penanganan
cairan segera
- Mengetahui
berlebih
status
memburuk
j. Tentukan nutrisi dan
riwayat eliminasi
jumlah dan klien
tipe intake sebelum
cairan dan sakit
eleminasi - Memantau
k. Monitor berat
kenaikan
badan, HR,
ataupun
dan RR
penurunan
l. Monitor
bb, HR dan
serum dan
RR
elektrolit
- Memantau
urine
serum dan
elektrolit
urine

Kerusakan NOC NIC - Menghind


Tissue integrity :
integritas kulit Pressure ari adanya
skin and mucus
Management kerusakan
Wound healing ;
- Anjurkan atau iritasi
primary and
pasien untuk pada kulit
secondary intention
Kriteria Hasil : - Menghind
menggunakan
- Integritas ari adanya
pakaian yang
kulit yang iritasi pada
longgar
baik bisa - Hindari kulit
dipertahank - Menjaga
kerutan pada
an ( sensasi kesehatan
tempat tidur
elastisitas, - Jaga kulit
- Memantau
temperature kebersihan
adanya
, hidrasi, kulit agar
infeksi
pigmentasi) tetap bersih
- Mencegah
- Tidak ada dan kering
- Mobilisasi iritasi
luka pada
akibat
kulit pasien setiap
- Perfusi kekeringan
dua jam sekali
jaringan - Monitor kulit pada kulit
- Memantau
baik akan adanyan
- Menunjukk status
kemerahan
an - Olesakn nutrisi
lotion atau pasien
pemahaman minyak pada - Menjaga
dalam daerah yang kesehatan
proses tertekan dan
- Monitor
oerbaikan kebersihan
aktivitas dan
kulit dan kulit
mobilisasi
mencegah pasien
terjadinya
pasuien - Menjaga
- Monitor status
cedera personal
nutrisi pasien
berulang hygiene
- Memandikan
- Mampu pasien
psien dengan
melindungi
sabu8n dan
kulit dan
air hangat
mempertah -
ankan
kelembabab
n kulit dan
perawatan
alami
Ketidakefektifan NOC Airway
Respiratory status :
pola nafas Management
- Mengetah
ventilation 1. Kaji suara paru,
Respiratory status : ui status
frekuensi
airway patency oksigenasi
napas,
Kriteria Hasil : - Menentuk
-mampu kedalaman dan
an
menunjukkan jalan usaha napas,
perlunya
nafas yang paten dan produksi
pemasanga
(klien tidak merasa sputum sebagai
n alat
tercekik,irama indicator
penunjang
nafas, frekuensi keefektifan - Mempersi
pernafasan dalam penggunaan apkan
rentang normal, alat penunjang peralatan
2. Identifikasi
tidak ada suara oksigenasi
perlunya - Memantau
nafas abnormal)
-Tanda-tanda vital pemasangan
dalam rentang alat adanya
3. Atur peralatan
normal tanda
oksigenasi
kelebihan
4. Pantau adanya
cairan
edema perifer,
- Membantu
distensi vena
menguran
jugularis, dan
gi rasa
bunyi jantung
sesak yang
5. Ajarkan pada
dirasakan
pasien teknik
- Memperta
bernapas dan
hankan
relaksasi
6. Pertahankan jalan nafas

posisi pasien
Nyeri Akut NOC : NIC: Pain management
Pain level Pain management a. Untuk
Pain control a. Lakukan
mengetah
Comfort level
pengkajian
Kriteria Hasil ui
a. Mampu nyeri secara
karakterist
mengontrol komprehensif
ik nyeri
nyeri (tahu termasuk
yang
penyebab nyeri, lokasi,
dialami
mampu karakteristik,
oleh
menggunakan durasi,
pasien.
tehnik frekuensi, b. Membantu
nonfarmakologi kualitas dan dalam
untuk faktor penurunan
mengurangi presipitasi persepsi/re
b. Observasi
nyeri, mencari spons
reaksi
bantuan) nyeri.
b. Melaporkan nonverbal dari
Memberik
bahwa nyeri ketidaknyaman
an control
berkurang an
situasi,
c. Gunakan
dengan
meningkat
tehnik
menggunakan
kan
managemen komunikasi perilaku
nyeri terapeutik positif
c. Mampu c. Membantu
untuk
mengenali nyeri dalam
mengetahui
(skala, mengetah
pengalaman
intensitas, ui lebih
nyeri pasien
frekuensi dan d. Evaluasi jelas
tanda nyeri) pengalaman tentang
d. Menyatakan
nyeri masa pengalama
rasa nyaman
lampau n nyeri
setelah nyeri e. Bantu pasien
pasien
berkurang dan keluarga d. Untuk
untuk mencari membandi
dan ngkan rasa
menemukan nyeri
dukungan masa
f. Kontrol
lampau
lingkungan
dengan
yang dapat
rasa nyeri
mempengaruhi
yang
nyeri seperti
dirasakan
suhu ruangan,
sekarang
pencahayaan e. Membantu
dan kebisingan meningkat
g. Kurangi faktor
kan
presipitasi
koping
nyeri
pasien dan
h. Pilih dan
keluarga
lakukan
f. Membantu
penanganan
menguran
nyeri
gi factor
(farmakologi,
pencetus
nonfarmakolog
penambah
i dan
nyeri
interpersonal) g. Membantu
i. Kaji tipe dan
menguran
sumber nyeri
gi rasa
untuk
nyeri
menentukan h. Menentuk
intervensi an terapi
j. Berikan
yang akan
analgetik untuk
diberikan
mengurangi
untuk
nyeri
menguran
k. Evaluasi
gi nyeri
keefektifan
i. Memperm
kontrol nyeri
udah
l. Tingkatkan
perumusa
istirahat
m. Kolaborasikan n
dengan dokter intervensi
jika ada agar
keluhan dan memperol
tindakan nyeri eh hasil
tidak berhasil yang
n. Monitor
optimal
penerimaan j. Untuk
pasien tentang menguran
manajemen gi rasa
nyeri nyeri (bila
Analgesic
perlu)
administration k. Untuk
a. Tentukan
mengetah
lokasi,
ui sejak
karakter,
dini
kualitas, dan
keefektifa
derajat nyeri
n kontrol
sebelum
nyeri
pemberian obat l. Membantu
b. Cek intruksi mengalihk
dokter tentang an rasa
jenis obat, dosi, nyeri
m. Kolaboras
dan frekuensi
c. Cek riwayat ikan untuk
alergi mendapat
d. Pilih analgesic
kan hasil
yang
yang
diperlukan atau
optimal
kombinasi dari n. Untuk
analgesic mengetah
ketika ui ada
pemberian tidaknya
lebih dari satu penolakan
e. Tentukan
dari
pilihan
pasien
analgesic
tentang
tergantung tipe
manajeme
dan beratnya
n nyeri
nyeri
yang
f. Tentukan
diberikan
analgesic
pilihan, rute Analgesic
pemberian, dan administration
a. Mempermudah
dosis optimal
g. Pilih rute pemberian
pemberian dosis, jenis dan
secara IV, IM rute pemberian
untuk obat yang tepat
b. Menghindari
pengobatan
adanya
nyeri secara
kesahalan
teratur
h. Monitor vital dalam
sign sebelum pemberian obat
c. Mencegah
dan sesudah adanya reaksi
pemberian alergi
d. Untuk
anlgesik
mendapatkan
pertama kali
i. Berikan hasil yang
analgesic tepat lebihh optimal
waktu terutama dari salah satu
saat nyeri hebat analgesik
j. Evalusi e. Agar obat
efektivitas sesuai dengan
analgesic, nyeri pasien
f. Untuk
tanda dan
mendapatkan
gejala
hasil optimal
dalam
penanganan
nyeri
g. Rute pemberian
sesuai jenis
obat untuk
menghindari
adanya
kesalahan obat
h. Untuk
memantau
adanya reaksi
obat yang tidak
seharusnya
i. Agar obat
mampu bekerja
optimal dan
mampu
mengurangi
rasa nyeri hebat
pasien
j. Monitor
keefektifan
untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya

Risiko infeksi NOC NIC 1. Lin


Immune status Infection Control
gkungan yang
Knowledge : 1. Bersihkan
bersih dapat
infection control lingkungan
Risk control mencegah
setelah dipakai
a. Klien bebas dari
terjadinya
pasien lain.
tanda dan gejala
2. Cuci tangan penularan
infeksi
setiap sebelum bakteri dari
b. Menunjukkan
dan sesudah satu pasien ke
kemampuan
tindakan pasien lainnya.
untuk mencegah
2. Unt
keperawatan
timbulnya
uk mencegah
serta gunakan
infeksi
terjadinya
c. Jumlah leukosit sarung tangan
penularan
dalam batas sebagai alat
mikroba baik
normal pelindung
d. Menunjukkan 3. Ganti letak IV pada pasien
hygiene pribadi perifer dan line maupun
yang adekuat. central dan perawat melalui
dressing sesuai tangan.
3. Pen
dengan
ggantian letak
petunjuk
IV perifer
umum
4. Pemberian dilakukan
terapi setiap 3 hari
antibiotic: sekali untuk
Ceftriaxone
mencegah
Infection
terjadinya
protection
5. Monitor tanda infeksi.
4. Pem
dan gejala
berian
infeksi (suhu
antibiotic dapat
tubuh, denyut
mencegah atau
jantung,
mengatasi
penampilan
infeksi.
luka, keletihan,
5. Peni
lesi kulit),
ngkatan suhu
Monitor WBC.
tubuh dan
6. Berikan
denyut jantung
perawatan luka
serta WBC
pada area post
dapat
op
7. Menjaga mengindikasika
kebersihan diri n terjadinya
dan lingkungan infeksi.
6. Mer
pasien
awat luka dan
mengganti
perban dapat
mencegah
terjadinya
infeksi pada
daerah post op.
7. Unt
uk mencegah
terjadinya
infeksi akibat
kurangnya
hygiene diri
maupun
lingkungan
G. REFERENSI

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Baughman, Diane C.2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk


Brunner dan Suddarth.Jakarta : EGC.
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.
6, EGC:Jakarta
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah,
Volume 3. Jakarta : EGC.
Ester,Monica. 2001 . Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta : EGC

Heather, Herdman. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MediAction.
NANDA. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA Jilid 2. Yogyakarta: Medi Action
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius

Price, Sylvia A, dkk. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika
V. sammarco. 2009. Perbaikan bedah tibialis anterior rupture tendon akut
dan kronis. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
Jakarta: EGC.

Nama Pembimbing/CI : Mahasiswa


Nama Pembimbing/CT :

Anda mungkin juga menyukai

  • NCP Bab II
    NCP Bab II
    Dokumen11 halaman
    NCP Bab II
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • NCP Askep SNH
    NCP Askep SNH
    Dokumen5 halaman
    NCP Askep SNH
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • LP PVC
    LP PVC
    Dokumen19 halaman
    LP PVC
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • LP Gmo
    LP Gmo
    Dokumen23 halaman
    LP Gmo
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • (Print) 6. LP Nutrisi
    (Print) 6. LP Nutrisi
    Dokumen11 halaman
    (Print) 6. LP Nutrisi
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • Genogram SNH
    Genogram SNH
    Dokumen1 halaman
    Genogram SNH
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • NCP 4 5
    NCP 4 5
    Dokumen4 halaman
    NCP 4 5
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat
  • NCP Infeksi
    NCP Infeksi
    Dokumen2 halaman
    NCP Infeksi
    Sita Emank Rosita
    Belum ada peringkat