Anda di halaman 1dari 7

1. A.

Pengertian
Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif
adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu:
1. Keperawatan Pre Operatif
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase
ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian
secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan
untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
1. Keperawatan Intra Operatif
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif. Aktivitas
yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di
ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang
mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik
fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus
berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
1. Keperawatan Post Operatif
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini
proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium
fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan
nyaman.
1. B. Ruang Perawatan Pasca Anesthesia
Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan
perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul keadaan gawat
pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan.
Selama belum sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi, klien diberikan
perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh perawat yang berkompeten di bidangnya (ahli
dan berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang tidak berguna
disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada di RR. Sirkulasi udara harus
lancar dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila perlu dipasang AC.
Bila pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus, perafasan lancar-
adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score), barulah klien dipindahkan ke
kamarnya semula (bangsal perawatan).
1. Syarat Ruangan
2. Tenang, bersih dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan
3. Warna ruangan lembut dan menyenangkan
4. Pencahayaan tidak langsung
5. Plafon kedap suara
6. Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex : karet pelindung tempat tidur
supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur)
7. Tersedia peralatan standart : alat bantu pernafasan; oksigen, laringoskop, set trakeostomi,
peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanis dan perlatan suction)
8. Peralatan kebutuhan sirkulasi : aparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma
ekspander, set intravena, defibrilator, kateter vena, dan tourniquet
9. Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan
10. Set kateterisasi dan peralatan drainage
11. Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, aman dan dapat digerakkan
dengan mudah
12. Suhu ruangan berkisar antara 20 –22.2oC dengan ventilasi ruangan yang baik.
1. Tugas Perawat di Recovery Room

1
2. Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernafasan setiap 15 menit, lalu setiap 30
menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik, pemeriksaan dapat
diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus, lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula bila
ada tanda-tanda syok, perdarahan dan menggigil.
3. Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga diperhatikan
4. Jagalah agar saluran pernafasan tetap lancar. Klien yang muntah dimiringkan kepalanya,
kemudian bersihkan hidung dan mulutnya dari sisa muntahan. Bila perlu, suction sisa
muntahan dari tenggorokan.
5. Klien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidakmenyumbat saluran pernafasan.
Bila perlu, pasang bantal di bawah punggung, sehingga kepala berada dalam sikap
mendongak. Pada klien dengan laparatomi, tekuk sedikit lututnya agar perut menjadi
lemas dan tidak merenggangkan jahitan luka.
6. Usahakan agar klien bersikap tenang dan rileks.
7. Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang perawat anggap perlu untuk
mendapatkan perhatian, termasuk gejala yang “tampaknya” tidak berbahaya.
1. C. Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room
Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan bila criteria berikut sudah bisa dipenuhi :
1. Gejala vital stabil dan fungsi respiratori serta sirkulatori sempurna.
2. Pasien sudah bangun atau mudah bangun dan bisa memanggil bila ada keperluan.
3. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi dengan cermat dan terkendali.
4. Setelah anastesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih kembali pada
daerah yang terkena anastesi.
5. Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik, fungsi ventilasi yang baik, nyeri
dan mual minimal, pengeluaran urin yang adekuat, dan cairan elektrolitnya seimbang.
Pasien-pasien yang sakit akut yang memerlukan supervise ketat dipendahkan ke unit intensif.
Banyak pasien dipindahkan ke unit klinis. Unit diberi tahu bahwa akan datang pasien dan semua
informasi yang tepat mengenai status pasien dikomunikasikan pada perawat yang akan
meneruskan asuhan keperawatan pasca bedah. Perawat dari ruang pemulihan membuat ringkasan
tentang catatan sebelum pasien meninggalkan ruang pemulihan.
1. D. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery Room
Pada saat pasien siap dipindahkan dari Recovery Room, petugas memberitahu pada divisi
keperawatan tentang kedatangan klien. Hal ini akan memudahkan petugas keperawatan untuk
memberi informasi kepada anggota keluarga klien tentang tindakan pembedahan yang telah
dijalani klien. Perawat biasanya menganjurkan anggota keluarga tetap berada diruang tunggu
sehingga mereka dapat ditemukan jika dokter bedah datang untuk menjelaskan kondisi klien.
Dokter bedah akan memeberikan gambaran tentang status klien, hasil pembedahan dan adanya
komplikasi.
Rasa cemas akan meningkat jika dokter bedah menginformasikan keluarga tentang lamanya
pembedahan dan jika klien masih berada dalam ruang operasi melebihi waktu yang diperkirakan.
Perawat dapt membantu keluarga menghilangkan rasa khawatir dengan menjelaskan alas an
penundaan yang normal, seperti perlunya persiapan ruang operasi atau adanya keterlambatan
papembedahan sebelumnya. Apabila lama klien berada di RR bertambah, perawat dapat
menjelaskan pada keluarga bahwa klien lebih lama disanan untuk diobservasi. Apabila klien
mengalami komplikasi, dokter bedah bertanggung jawab untuk menjelaskan tentang apa yang
terjadi selama pembedahan berlangsung.
1. Persiapan di unit klinis
Ruang pasien dipersiapkan sehingga memberi fasilitas kepada kepindahan pasien serta
dilaksanakan pemantauan. Keluarga diberitahu bahawa pasien akan kembali
Banyak ahli bedah suka menceritakan hasil bedah dengan keluarganya segera setelah boperasi usai
dan mengunjungi pasien dan menceritakan apa yang ditemukan secara singkat dan memberi
jaminan. Keluarga pasien kebanyakan suka cemas tentang kondisi pasien dan suka tidak bisa
menanggapi apa yang ahli bedah terangkan kepada mereka. Pasien sering menderita amnesia pada
jam-jam pertama mulai sadar dan tidak dapat mengingat apa yang sudah dikatakan kepadanya.
Perawat harus mengetahui apa yang sudah dikatakan kepada pasien dan keluarganya sehingga bisa
memberi jawaban jika mereka ditanya. Keluarga juga harus mengetahui apa yang diharapkan bila
pasien kembali ke unit.
1. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah

2
1. Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar perpindahan berjalan
lancer.
2. Disiapkan cukup selimut (pasien masih suka kedinginan).
3. Perintang-perintang lalu lintas dipindahkan.
4. Persiapan perlengkapan :
1) Tiang infuse
2) Sphygmomanometer
3) Alat khusus yang dipesan oleh perawat ruang pemulihan
1. E. Komplikasi Pasca Operatif
1. Syok
Syok adalah komplikasi pasca operatif yang paling serius. Digambarkan sebagai tidak
memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan
produk sampah metabolisme.
Tekanan darah rendah dan urine pekat.Meskipun terdapat banyak jenis syok, definisi dasar tentang
syok secara umum berpusat pada suatu ketidakadekuatan aliran darah ke organ-organ vital dan
ketidakmampuan jaringan dari organ-organ ini untuk menggunakan oksigen dan nutrien lain.
Manifestasi Klinis :
1. Pucat.
2. Kulit dingin dan terasa basah.
3. Pernafasan cepat.
4. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah.
5. Nadi cepat, lemah dan bergetar.
6. Penurunan tekanan nadi.
Pencegahan :
1. Terapi penggantian cairan.
2. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum.
3. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan menggunakan
narkotik secara bijaksana.
4. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi).
5. Ruangan tenang untuk mencegah stres.
6. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi.
7. Pemantauan tanda vital.
Penatalaksanaan Medis :
1. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan.
2. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan.
3. Pemantauan status pernafasan dan CV.
4. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika
diindikasikan.
5. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah,
albumin, plasma atau pengganti plasma).
6. Penggunaan beberapa jalur intravena.
Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi cairan
dan edema).
Intervensi Keperawatan
Perawat membantu dalam melaksanakan pengobatan yang diresepkan. Tekanan darah pasien harus
dipantau dengan konstan. Pasien dijaga agar tetap berbaring datar ketika obat ini diberikan. Jika
tekanan darah sistolik terus menurun, medikasi dihentikan dan cairan ditingkatkan.
Tindakan keperawatan berikut diindikasikan:
1. Dukungan psikologis diberikan, dan penggunaan energi pasien dikurangi. Reaksi pasien
terhadap pengobatan dikaji, dan istirahat ditingkatkan. Dukungan dan penenangan
diberikan untuk menghilangkan kegelisahan, sedatif diberikan dengan waspada sehingga
sirkulasi tidak tertekan lebih jauh.
2. Pasien dijaga agar tetap hangat, karena hipotermia mengurangi oksigenasi jaringan.
Hipotermia juga mempengaruhi sirkulasi perifer.
3. Pasien diubah posisinya setiap 2 jam, dan dorong pasien agar melakukan napas dalam
untuk meningkatkan fungsi optimal kardiopulmonari.
4. Komplikasi dicegah dengan mengamati semua parameter dan memantau pasien dengan
ketat dalam 24 jam periode setelah awitan syok. Komplikasi yang umum adalah edema

3
perifer dan pulmonal akibat kelebihan cairan, yang diakibatkan oleh pemberian cairan
yang lebih cepat dibanding dengan yang dapat diakomodasi oleh tubuh.
5. Semua pengamatan dan intervensi didokumentasikan.
1. Hemorrhagi (Perdarahan)
Hemorrhagi dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Hemorrhagi Primer : terjadi pada waktu pembedahan.
2. Hemorrhagi Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan
darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari
pembuluh darah yang tidak terikat.
3. Hemorrhagi Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena
pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi
oleh selang drainage.
Manifestasi Klinis:
Gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu
turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
Penatalaksanaan :
1. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
2. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
3. Inspeksi luka bedah
4. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
5. Transfusi darah atau produk darah lainnya
6. Observasi VS.
1. Trombosis Vena Profunda (TVP)
Trombosis Vena Profunda (TVP) adalah trombisis pada vena yang letaknya dalam dan bukan
superfisial. Dua komplikasi serius dari TVP adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca
flebitis.
Manifestasi klinis :
1. Nyeri atau kram pada betis
2. Demam, menggigil dan perspirasi
3. Edema
4. Vena menonjol dan teraba lebih mudah
Pencegahan :
1. Latihan tungkai
2. Pemberian Heparin atau Warfarin dosis rendah
3. Menghindari penggunaan selimut yang digulung, bantal yang digulung atau bentuk lain
untuk meninggikan yang dapat menyumbat pembuluh di bawah lutut
4. Menghindari menjuntai kaki di sisi tempat tidur dalam waktu yang lama
Penatalaksanaan Medis :
1. Ligasi vena femoralis
2. Terapi antikoagulan
3. Pemeriksaan masa pembekuan
4. Stoking elatik tinggi
5. Ambulasi dini
1. Embolisme Pulmonal
Suatu embolus adalah benda asing (bekuan darah, udara, lemak) yang terlepas dari tempat asalnya
dan terbawa disepanjang aliran darah. Ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan
dengan sempurna menyumbat arteri pulmonal, gejala yang ditimbulkan mendadak dan sangat tiba-
tiba. Pasien yang mengalami penyembuhan normal mendadak menangis dengan nyaring, nyeri
seperti ditusuk-tusuk pada dada dan menjadi sesak napas, diaforetik, cemas, dan sianosis. Pupil
dilatasi, nadi menjadi cepat dan tidak teratur, kematian mendadak dapat terjadi.
1. Komplikasi Pernapasan
Komplikasi pernapasan merupakan masalah yang paling sering dan paling serius dihadapi oleh
pasien bedah.
Pencegahan:
1. Menurunkan resistensi pasien
2. Penghisapan sekresi menggunakan selang edndotrake atau bronkoskopi.
Jenis komplikasi pernapasan:
1. Hipoksemia

4
2. Atelektasis
3. Bronkhitis
4. Bronkopneumonia dan pneumonia
5. Pneumonia lobaris
6. Kongesti pulmonari hipostatik
7. Pleurisi
8. Superinfeksi
1. Retensi Urine
Retensi urine dapat terjadi setelah segala prosedur pembedahan pembedahan, retensi terjadi paling
sering setelah pembedahan pada rektum, anus, dan vagina, dan setelah herniorafi dan pembadahan
pada abdomen bagian bawah. Penyebabnya diduga adalah spasme spinkter kandung kemih.
1. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi yang timbul akibat gangguan ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, tergantung
pada letak dan keluasan pembedahan. Sebagai contoh, bedah mulut dapat menghadirkan masalah
mengunyah dan menelan, sehingga diet harus dimodifikasi untuk bisa menyesuaikan kesulitan ini.
Prosedur pembedahan lainnya, seperti gastrektomi, reseksi usus halus, ileostomi, dan kolostomi,
mempunyai efek yang lebih drastis pada sistem gastrointestinal dan membutuhkan pertimbangan
diet yang lebih mendalam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. A. Pengkajian
Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik terdiri atas yang berikut:
1. Respirasi : Kecepatan jalan napas, kedalaman, frekuensi, dan karakter pernapasan, sifat
dan bunyi napas.
2. Sirkulasi : Tanda-tanda vital termasuk tekanan darah dan kondisi kulit.
3. Tingkat kesadaran : Respon secara verbal terhadap pertanyaan atau reorientasi terhadap
tempat terbangun ketika dipanggil namanya.
4. Drainase : Adanya drainase, keharusan untuk menghubungkan selang ke sistem drainase
yang spesifik, adanya dan kondisi balutan.
5. Kenyamanan : Tipe nyeri dan lokasi, mual atau muntah, perubahan posisi yang
dibutuhkan.
6. Psikologi : Sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat dan tidur, gangguan
oleh kebisingan, pengunjung, ketersediaan bel pemanggil atau lampu pemanggil.
7. Keselamatan : Kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak tersumbat, cairan
IV terinfus dengan tepat dan letak IV terbebat dengan baik.
8. Peralatan : Diperiksa untuk fungsi yang baik.
1. B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pada pengkajian, diagnosa keperawatan mayor dapat mencakup yang berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek depresan dari medikasi dan
agens anestetik.
2. Nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif.
3. Risiko terhadap perubahan suhu tubuh : hipotermia.
4. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan status pasca anetesia.
5. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
6. Perubahan eliminasi urinarius yang berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek
medikasi, dan penurunan masukan cairan.
7. Konstipasi yang berhubungan dengan motilitas lambung dan usus selama periode
intraoperatif.
8. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan intoleransi aktivitas, dan
pembatasan aktivitas yang diresepkan.
9. Ansietas tentang diagnosis pasca operatif, kemungkinan perubahan dalam gaya hidup,
dan perubahan dalam konsep diri.
1. C. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan: Tujuan utama pasien dapat mencakup fungsi pernapasan yang optimal, reda dari nyeri dan
ketidaknyamanan pasca operatif (mual dan mutah, distensi abdomen, cegukan), pemeliharaan suhu
tubuh normal, bebas dari cedera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi, kembalinya fungsi
perkemihan yang normal, mengalami kembali pola biasanya dari eliminasi usus, pemulihan
mobilitas dalam keterbatasan pasca operatif dan rencana rehabilitatif, reduksi ansietas dan

5
pencapaian kesejahteraan psikologi, dan tidak adanya komplikasi. Komplikasi ini termasuk, tetapi
tidak terbatas pada, kerusakan perfusi jaringan, ketidakseimbangan cairan, kerusakan integritas
kulit, dan infeksi.
1. D. Intervensi Keperawatan dan Evaluasi
1. Diagnosa ke-1
Intervensi :
1. Latih pasien untuk napas dalam
2. Kaji bunyi napas pasien
3. Gunakan spirometri insentif
4. Kaji suhu tubuh pasien
5. Observasi nilai gas darah
6. Anjurka pasiem untuk pemeriksaan rotgen dada
7. Anjurkan pasien untuk mengobah posisi setiap 2 jam sekali
8. Ajarkan pasien untuk batuk efektif
9. Latih pasien untuk melakukan ambulasi dini
10. Hindarkan pasien dari penderita infeksi pernapasan atas
Evaluasi: Pasien memepertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
1. Melakukan latihan napas dalam
2. Menunjukkan bunyi napas yang bersih
3. Menggunakan spirometer insensitive sesuai dengan yang diresepkan
4. Menunjukkan suhu tubuh yang normal
5. Memepertahankan nilai gas darah yang normal
6. Menunjukkan hasil rontgen dada yang normal
7. Berbalik dari satu posisi ke posisi laninnya sesuai yang diinstruksikan
8. Batuk secara effektif untuk memebersihkan sekresi
9. Melakukan latihan dan ambulasi seperti yang diresepkan
10. Menghindari individu yang menderita infeksi pernapasan atas
1. Diagnosa ke-2
Intervensi :
1. Meredakan nyeri
2. Anjurkan pasien untuk melakuakn strategi distraksi
3. Kaji mual dan muntah
4. Hilangkan distress abdomen dan nyeri akibat gas
5. Hilangkan cegukan
Evaluasi : Pasien mengalami peredaan nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif (kegelisahan,
mual dan muntah, distensi abdomen, dan cegukan).
1. Menunjukkan bahwa nyeri berkurang intensitasnya
2. Membebat tempat insisi ketika batuk untuk mengurangi nyeri
3. Ikut serta dalam strategi distraksi
4. Melaporkan tidak adanya mual dan tidak muntah
5. Bebas dari distress abdomen dan nyeri akibat gas
6. Menunjukkan tidak adanya cegukan
1. Diagnosa ke-3
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda hipotermia dan laporkan pada dokter
2. Pertahankan ruangan pada suhu yang nyaman dan sediakan selimut untuk mencegah
menggigil
3. Pantau kondisi pasien terhadap disritmia jantung
Evaluasi : Pasien memeprtahankan suhu tubuh normal
1. Menunjukkan suhu tubuh inti normal
2. Bebas dari menggigil
3. Tidak menunjukkan tanda-tanda kedinginan
4. Tidak mengalami disritmia jantung
1. Diagnosa ke-4
Intervensi :
1. Lindungi pasien dari penyebab yang dapat mencedrai diri
2. Anjurkan menggunkaan restrain bila dibutuhkan
3. Deteksi masalah-masalah sebelum mereka mengakibatkan cedera

6
Evaluasi :
1. Terhindar dari cedera
2. Menerima untuk menaikkan pagar tempat tidur ketika dibutuhkan
3. Bebas dari cedera yang berhubungan dengan kesalahan posisi, terjatuh dan bahaya
lainnya.
4. Mencapai kembali sensorium yang normal
1. Diagnosa ke-5
Intervensi :
1. Auskultasi abdomen untuk mendeteksi adanya paralisis ileus, dan bising usus normal
2. Kembalikan pasein pada masukan diet normal bila pasien telah pulih benar dari efek
anestesi dan tidak merasa mual
3. Observasi berat badan pasien sebelum dan sesudah operasi
Evaluasi : Pasien memepertahankan keseimbangan nutrisi
1. Menunjukkan motilitas gastrointestinal yang meningkat dan tidak adanya paralisis ileus,
bising usus normal.
2. Kembali pada pola diet normal bila memungkinkan
3. Mengalami penambahan berat badan ke berat badan sebelum operasi.
1. Diagnosa ke-6
Intervensi :
1. Kaji pasien apakah berkemih atau dengan kateter
2. Haluaran urin kurang dari 30 ml selama 2 jam berurutan harus dilaporkan
3. Masukan dan haluaran dicatat bagi semua pasien setelah prosedur operatif urologic atau
prosedur yang kompleks dan bagi semua pasien lansia
Evaluasi : Fungsi perkemihan normal kembali
a. Berkemih adekuat tanpa menggunakan kateter
b. Menunjukkan tidak adanya berkemih dalam jumlah yang sedikit (menunjukkan retensi)
c. Menerima untuk bertanggung jawab terhadap masukan cairan yang adekuat
1. Diagnosa ke-7
Intervensi :
1. Auskultasi abdomen untuk mendeteksi adanya bising usus, jika bising usus terdengar, diet
pasien secara bertahap sitingkatkan.
2. Auskultasi abdomen atau usus untuk mendeteksi adanya distress abdomen, nyeri akibat
gas, dan konstipasi
3. Observasi pola eliminasi usus pasien
Evaluasi : Pasien mengalami fungsi usus yang kembali normal
a. Menunjukkan bising usus yang normal dan efektif saat auskultasi
b. Bebas dari distress abdomen, nyeri akibat gas, dan konstipasi
c. Menunjukkan pola eliminasi usus yang lazim
1. Diagnosa ke-8
Intervensi :
1. Menyesuaikan antara aktivitas dan istirahat
2. Secara progresif meningkatkan ambulasi
3. Melanjutkan aktivitas normal dalam kerangka waktu yang ditetapkan
4. Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri
5. Ikut serta dalam program rehabilitasi (bila memungkinkan)
Evaluasi : Pasien dapat melakukan ambulasi dalam keterbatasan pasca opertatif dan rencana
rehabilitatif.

Anda mungkin juga menyukai