Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang menyebabkan
sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma mempunyai awitan
pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala pertama sebelum usia 4-5
tahun. Pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat gejala dan tanda yang sesuai
dengan asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang menderita
sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih bersifat
menahun daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan secara nyata
mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-hari. Sungguh
merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa bermain dan
beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini tentunya
membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan, pengobatan dan pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih lagi pada
anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam bermain dan beraktivitas
dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang
multidisipliner. Dalam pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai
tenaga profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan
kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian, tanda dan
gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan berbagai
pihak.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Asma?
b. Apa yang menyebabkan Asma?
c. Apa saja tanda dan gejala Asma?
d. Bagaimana patofisiologi Asma?
e. Apa saja komplikasi Asma?
f. Bagaimana penatalaksanaan Asma?
g. Bagaimana asuhan keperawatan Asma?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan askep dengan Asma
1.3.2 Tujuan Kusus
1. Mahasiswa mampu mengkaji keperawatan pada pasien Asma
2. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien Asma
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi asuhan keperawatan keluarga pada
pasien Asma
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan keluarga
pada pasien Asma
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga pada
pasien Asma
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup


bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-
masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari,
2011).

Menurut Duval, 2009 (dalam Supartini, 2010) mengemukakan


bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, 2008 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga


sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua


orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam
rangka mencapai tujuan bersama

3
2.1.2 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 2009 dan
Friedman 2011, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :

a. Tahap I : Keluarga Pemula


Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saatini adalah memba-gun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara haramonis, merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai


umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek
dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-
13tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak
saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-
anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari
hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan

5
dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna
perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa


pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga
adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

2.1.3 Tipe Keluarga

Menurut Maclin, 2011 (dalam Achjar, 2013) pembagian tipe keluarga, yaitu :

a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,
atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak.
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman
yang sama.
Menurut Allender dan Spradley (2011)

a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa
saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah

7
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (2012) dalam Setiawan dan
Darmawan (2011)

a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari


wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :

Fungsi keluarga menurut Friedman (2009) dalam Setiawati dan

Darmawan (2011), yaitu:

a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-
nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.

e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.

f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying
dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan
identitas keluarga.

2.1.5 Tugas Keluarga


Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi / penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap
II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang
diaksud adalah:

9
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat
negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system
pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan
keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam
dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
2.2 KONSEP PENYAKIT ASMA
2.2.1 Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus,
dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat
terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan (Boushey, 2015; Bousquet, 2014).
2.2.2 Etiologi

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal
yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi
maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma
adalah: (Smeltzer & Bare, 2012).
a.Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen
atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu
binatang.
b.Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,
seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan
polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik

11
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan
peradangan. Triggerdianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut,
yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek
dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran
pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah
ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara,
polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi,
dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan
sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui
kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2012).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara
spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit Asma Bronkhialjika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-
buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan
obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan jam tanganPada beberapa orang yang
menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen
utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang.
Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga
pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat
mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti
histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa
asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas.
Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang
disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik,
berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh
adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita
asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum
latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi
pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia.

13
Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem
bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita
diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus,
misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini
menyebabkan inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengar-
uhi Asma. Atmosfir yangmendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinyaserangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan den-
gan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

2.2.3 Tanda dan gejala

Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-
batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa
sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi
paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat
dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan
fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita
merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang
makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberapaserangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat
reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal

2.2.4 patofisiologi

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,

15
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

2.2.5 komplikasi

1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2012).

2.2.6 Penatalaksanaan

Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non


farmakologik dan pengobatan farmakologik.

1. Pengobatan non farmakologik

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang


penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c. Fisioterapi

Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat


dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik

a) Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

b) Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.

c) Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason
dipropinate) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.

d) Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya


berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

e) Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.


Keuntunganya dapat diberikan secara oral

17
2.3 KONSEP ASKEP KELUARGA

2.3.1 PENGKAJIAN

Data Umum

a. Nama Kepala Keluarga : Tn. S

2.3.2 RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN

1. Tahap perkembangan saat ini

Keluarga Tn. S dalam tahap perkembangan VIII keluarga dalam tahap


pensiun dan lansia.

2. Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap VIII Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa


pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga
adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

3. Riwayat Keluarga Inti

Riwayat keseh KK : Tn S berkata : “ Tn S sehat”

Riwayat keseh Istri : Ny S berkata : “saya menderita penyakit Asma “

2.3.3 PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah
Tn S tinggal di rumah kepemilikan sendiri dengan konstruksi bagunan
semi permanen Lantai rumah terbuat dari semen , terdapat 2 kamar 1 kamar
mandi dan WC, terdapat 2 cendela, dapur, dan ruang tamu atap dari genteng,
sumber air minum menggunakan PAM, tempat pembuangan sampah dengan
dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan sampah masyarakat serta
sampah plastic dibakar. Kebersihan rumah kurang bersih dan lingkungan yang
kotor
Denah Rumah:

dapur
WC
R.tidu
r

Ruang tamu R.tidur

Masalah keseh dg karakteristik rumah, Kelg berkata : “ketidak efektifan


penatalaksanaan lingkungan rumah
d
2.3.4 FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi perawatan kesehatan


Keluhan utama :

Tn. S berkata : istri saya mengalami sakit asma

TUGAS PERAWATAN KELUARGA

a) Mengenal masalah keluarga


1) Pengertian penyakit Asma
Tn. S : “istri saya mengalami penyakit Asma.
2) Penyebab penyakit Asma
Tn. S berkata : “ Istri saya mengalami Asma karena suhu ang dingin”
3) Tanda adan gejala penyakit Asma
Tn S berkata : “Istri saya mengi dan merasa sesak nafas ”.
4) Pre dispossi penyakit Asma
Tn. S berkata : “istri saya terkena asma karena suhu dingin dan terpapar
asap”.

b) Mengambil keputusan
1) Tindakan yang sudah dilakukan dlm mengatasi penyakit Asma
Tn.S berkata : “saya membawa Istri saya ke puskesmas ketika mengalami
Asma

19
2) Tindakan yang akan dilakukan dalm mengatasi penyakit Asma
Tn. S berkata : “saya akan membawa Istri saya ke puskesmas jika terjadi
sakit
3) Dampak penyakit Asma
Tn. S berkata : “istri saya akan merasakan sulit untuk nafas”
4) Komplikasi penyakit bibir sumbing
Tn.S berkata : “ saya takut terjadi penyakit lain pada Istri saya.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit


1) Cara perawatan penyakit Asma
Kelg berkata : “ kluarga tidak tau bagaimana cara merawat keluarga yang
sakit
2) Jelaskan & Demonstrasikan perawatan penyakit Asma,tentang cara
batuk efektif, cara posisi yang benar saat Asma
Kelg berkata : “kluarga tidak bisa menjelaskan cara batuk efektif dan
tidak tau bagaimana cara posisi yang benar saat terjadi Asma pada
keluarga yang sakit
2. Fungsi reproduksi( jumlah anak/ KB/kebut sexual)
a. Mengenal masalah keluarga berencana ( KB)

1) Pengertian keluarga berencana ( KB).


Kelg berkata : “-
2) Jenis jenis kontrasepsi KB
Kelg berkata : “ -
3) Mekanisme kerja Kontrasepsi KB.
Kelg berkata : “ -
b. Mengambil keputusan ikut KB

1) Tindakan yang sudah dilakukan selama tidak pakai kontrasepsi


Kelg berkata : “-”
2) Tindakan yang akan dilakukan tidak ikut kontrasepsi KB
Kelg berkata : -
3) Dampak tidak ikut kontrasepsi KB.
Kelg berkata : -

2.3.5 Pemeriksaan fisik , Nama : An. S

Keadaan Umum

a. Tanda – tanda Vital


Tensi : 120/80 -130/90mmHg dibawah normal

Nadi : 115X/ menit dibawah normal

RR: 30 -40 X/ menit dibawah normal

Suhu : 36,5 – 37,5 ºc dibawah normal

BB : 50 kg dibawah normal

TB : 157 cm dibawah normal

b. Cepalocaudal (fokus yang bermasalah )


2.3.6 Pemeriksaan Penunjang/ Laborat.

a. Laborat : -
b. Penunjang : -

21
ANALISA DATA

Masalah : RESIKO KETIDAK EFEKTIFAN POLA NAFAS

NO KELOMPOK DATA ETIOLOGI

DATA SUBYEKTIF : Tn. S istri saya mengalami penyakit asma KETIDAKMAMPUAN


KELUARGA
Keluhan utama : istri saya mengi dan merasa sesak nafas
MENGENAL
Kelg berkata : Ny. S mengalami Asma MASALAH.
KESEHATAN PADA
Mengenal masalah penyakit
ANGGOTA
1) Pengertian penyakit KELUARGA DENGAN
Tn.S berkata : “istri saya mengalami penyakit Asma PENYAKIT ASMA
2) Penyebab penyakit
Tn. S berkata : “ Istri saya mengalami Asma karena suhu yang
dingin”
3) Tanda adan gejala penyakit
Tn. S berkata : “Istri saya mengi dan merasa sesak nafas”.
4) Pre dispossi/cara penularan penyakit
Tn. S berkata : istri saya terkena asma karena suhu dingin dan
terpapar asap

DATA OBYEKTIF : ,

Pmeriksaan fisik : BB: 57cm, RR:20x/menit

Pemeriksaan Penunjang : -

DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN


KELUARGA
1) Tindakan yang sudah dilakukan dlm mengatasi penyakit Asma
MENGAMBIL
Kelg berkata : keluarga membawa Ny. S ke puskesmas ketika
KEPUTUSAN UNTUK
mengalami Asma
MENGATASI
2) Tindakan yang akan dilakukan dlm mengatasi penyakit Asma ANGGOTA
Kelg berkata : “kluarga akan membawanya ke rumah sakit jika KELUARGA DENGAN
terjadi sakit PENYAKIT ASMA
3) Dampak penyakit bibir Asma
Kelg berkata : “ kluarga tidak tau dampak yang bisa ditimbulkan dari
penyakit Asma
4) Komplikasi penyakit Asma
Kelg berkata : “kluarga tidak tau komplikasi yang dapat ditimbulkan
dari Asma

DATA OBYEKTIF :

DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN


KELUARGA
1) Cara perawatan penyakit bibir sumbing
MERAWAT ANGGOTA
Kelg berkata : “kluarga tidak tau bagaimana cara merawat keluarga
KELUARGA DENGAN
yang sakit Asma
PENYAKI ASMA
2) Demonstrasi perawatan penyakit Asma, tentang cara batuk efektif,
cara posisi yang benar saat Asma
Kelg berkata : “kluarga tidak bisa menjelaskan dan mendemonstrasikan
cara batuk efektif, cara posisi yang benar saat Asma

DATA OBYEKTIF :

Hasil observasi keluarga : sesak nafas

Kluarga berkata Ny. S lemah, sulit untuk bernafas

23
1. DX Keperawatan Keluarga :
RESIKOKETIDAK EFEKTIFAN POLA NAFAS b/d

1) KETIDAKMAMPUAN KLUARGA MENGAMBIL KEPUTUSAN ANGGOTA KELUARGA


DENGAN PENYAKIT ASMA
2) KETIDAKMAMPUAN KELUARGA MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN
PENYAKIT ASMA
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
(BAILON DAN MAGLAYA, 1978)

PERHITU PEMBENARAN
NO KRITERIA Skor BOBOT
NGAN

1. Sifat Masalah 1 3/3x1=1 Sifat masalah kurang sehat Ditandai


dengan:
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Saat dilakukan kunjungan Ny. S
Ancaman kesehatan 2
mengeluh 1 bulan yang lalu mengalami
Keadaan sejahtera 1 sesak nafas Sifat masalah ancaman
kesehatan ditandai dengan:

Sat dilakukan kunjungan Ny. S , nafas


normal ada rongki dan wheezing

Sifat masalah sejahtera ditandai dengan:

Ny.S tidak sakit dan nafas normal.


Tidaka ada suara nafas tambahan seperti
wheezing dan ronki
2. Kemungkinan masalah dapat 2 2/2x2=2 Kemungkinan masalah dapat mudah
diubah diubah Ditandai dengan:

Skala : Mudah  Sumber daya kluarga baik


2
dukungan dan motivasi kluarga
Sebagian
1 untuk berobat baik.
Tidak dapat  Akses untuk ke fasilitas
0
kesehatan dekat
 Obat dan pelayanan kesehatan
Gratis

Kemungkian masalah dapat sebagian


diubah ditandai dengan:

 Motivasi berobat ada tetapi


sumberdaya keluarga kurang
baik
 Akses ke fasilitas dekat namun
motivasi untuk datang tidak ada
Kemungkian masalah tidak dapat
diubah ditandai dengan:

 Lingkungan yang kumuh tidak


ada biyaya untuk menghuni
rumah yang layak
 Tidak mempunyai jamban dan
tidak ada biyaya untk
membuatnya
3. Potensial masalah untuk 1 1/3x1=1/3 Potensial masalah tinggi untuk dicegah
dicegah ditandai dengan : puskesmas merujuk
Ny. S untuk dirawat di rumah sakit.
Skala : Tinggi
3 Dukugan keluarga ada.
Cukup
2 Potensial cukup untk dicegah ditandai

25
Rendah 1 dengan: puskesmas merujuk pasien ke
rumahsakit dan Ny. S tidak control lagi
setelah rawat jalan

Potensial masalah rendah untuk dicegah


Ditandai dengan: Ny. S sangat
mendukung pendidikan kesehatan di
posyandu lansia dan pelayanan
kesehatan .sering control ke puskesmas
terdekat Untuk mengontrol kesehatan
Pasien perlu untk dirawat di rumahsakit
dan membutuhkan proses penyembuhan

4. Menonjolnya masalah 1 2/2x1=1 Masalah berat harus segera ditangani


Ditandai dengan: harus segera ditangani
Skala :
ditandai penyakit Asma Ny. S dirasakan
 Masalah berat, harus 2 seluruh keluarga, keputusan keluarg,
segera ditangani Masalah berat harus segera ditangani.
 Ada masalah tetapi tidak
Ada masalah tetapi tidak perlu di
perlu ditangani
tangani ditandai dengan: Ny. S
 Masalah tidak dirasakan
1 terkadang mengalami sesak nafas dan
Tn. S hanya merawat seadanya

Masalah tidak dirasakan ditandai


0
dengan: lingkungan yang kotor dan
tidak mempunyai jamban namun
keluarga Tn. S tidak
mempermasalahkan

JUMLAH 5 4 1/3

Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah

Skore X bobot

Angka tertinggi

Jumlahkanlah skore untuk semua krit

27

Anda mungkin juga menyukai