Anda di halaman 1dari 56

AKTIVITAS PERTAMBANGAN MINERAL TIMAH

DI PT. TIMAH Tbk.

Dosen Pengampu:
Ir. H. Abuamat HAK, M.S.

Dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Penyeledikan dan Penelitian Tambang


Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh:

Abyzhar Alpasyah 03021181621017


Imas Roni 03021181621117
Muhammad Affif Hidayat 03021981621125
Muhammad Kahfi Habibi 03021181621011
Reforma Gustoni 03021281621049
Rifki Andriansyah Akram 03021281621119

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, hidayah dan
Karunia- Nya, sehingga makalah “Aktivitas Penambangan Mineral Timah di PT.
Timah Tbk.” dapat terselesaikan. Tanpa pertolongan–Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan laporan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Penyelidikan dan Penelitian Tambang di Teknik Pertambangan Universitas
Sriwijaya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. H. Abuamat HAK, M.S. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Penyelidikan dan Penelitian Tambang.
2. Orang tua Mahasiswa.
3. Teman – teman di Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat


kekurangan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga
penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca umumnya.

Indralaya, September 2018

Penyusun

ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Daftar Gambar ............................................................................................. v
Daftar Tabel ................................................................................................. vi
Daftar Lampiran .......................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ...................................................................... 3


2.1. Konsep .............................................................................................. 3
2.2. Proses Terbentuknya ........................................................................ 3
2.3. Sebaran Wilayah ............................................................................... 5
2.4. Manfaat ............................................................................................. 5
2.5. Potensi .............................................................................................. 6

BAB 3 TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN TIMAH .................. 8


3.1. Prospekting ....................................................................................... 8
3.2. Eksplorasi ......................................................................................... 9
3.3. Izin Usaha Pertambangan ................................................................. 12
3.4. Operasional Penambangan (Eksploitasi) .......................................... 28
3.5. Pengolahan ....................................................................................... 33
3.6. Peleburan (Smelting) ........................................................................ 43
3.7. Pemurnian (Refining) ....................................................................... 44
3.8. Pencetakan ........................................................................................ 45

iii Universitas Sriwijaya


BAB 4 PENUTUP ....................................................................................... 47
4.1. Kesimpulan ....................................................................................... 47

LAMPIRAN ................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA

iv Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Halaman
3.2.a Kapal Geotin I …........………………………………………… 10
3.2.b Kapal Geotin II …........……………………………………….. 10
3.2.a Kapal Geotin III …........………………………………….…… 11
3.4.1 Bucket Wheel Dredge …........………………………………... 29
3.4.2 Proses Gravel Pump di PT.Timah …........……………………. 30
3.4.3 Proses Penambangan Timah Nudu Hilir …........…………….... 32
3.5.1 JIG Pada PT Timah …........…………………………………... 36
3.5.5 Flow Chart Pengolahan PT Timah …........…………………… 38
3.5.6.1 Saringan Putar …........………………………………………… 39
3.5.6.2 Pompa Under Water KIP Timah 16 ...………………………… 40
3.5.6.3 JIG Primer Timah 16 ...…………………………………..…… 41
3.5.6.5 Jig Clean Up KIP Timah 16...………………………………… 42
3.5.6.6 Proses Pencucian dengan Shakan KIP Timah 16……………… 43
3.6 Peleburan Timah …........…. …........…. …........…. …........…. 44
3.7 Proses pencetakan timah ........…… …………………………… 46

v Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Peta Wilayah Operasi PT.Timah (Persero) Tbk ................................... 48

vi Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam
ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai
metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil
yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim
mungkin serta ramah lingkungan.Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun
pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses yang melibatkan reaksi-
reaksi kimia fisika.Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh
hasil yang ekonomis perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika. Timah
merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi yaitu kurang dari 300.000 ton
per tahun, dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar 20 juta ton per
tahun.Timah digunakan dengan berbagai cara di pabrik timah, solder dan pabrik
kimia; mulai dari baju anti api, sampai dengan pembuatan stabiliser pvc, pestisida
dan pengawet kayu. Di pabrik timah digunakan untuk kemasan bersaing dengan
aluminium, namun pasar kemasan cukup besar bagi keduanya dengan masing-
masing keunggulannya. Kaleng lapis timah lebih kuat dari kaleng aluminium,
sehingga menjadi keunggulan bagi produk makanan kaleng.
Peningkatan terbesar dalam permintaan timah baru-baru ini adalah karena
tekanan lingkungan yang meminta pabrik solder memangkas kandungan lead pada
solder, sehingga membuat kandungan timah dalam solder meingkat dari 30%
menjadi hampir 97% hal ini merupakan peningkatan konsumsi yang besar. Mulai
tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern yaitu Global
Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktivitas
eksplorasi. Hal ini sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari
pemetaan dan pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam

1 Universitas Sriwijaya
komputer untuk memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi
keakuratannya bagi pertambangan yang sistematis dan efisien. Perusahaan
mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai
(off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai
dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari
kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu
menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk
dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang waktu
bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.hasil produksi
bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan
kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke
Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan
lainnya selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan
peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1. Penjelasan dasar mengenai timah ?
2. Bagaimana proses penambangan timah ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu intuk dapat memahami proses-
proses yang dilakukan untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari
eksplorasi, eksploitasi, pencucian, pemisahan, pengolahan, sampai pada
pencetakan.

2 Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN UMUM

Indonesia kaya dengan berbagai sumber daya mineral yang harus


dioptimalkan pemanfaatannya. Salah satunya yang dimiliki Indonesia adalah bijih
timah dengan kandungan stanium ( Sn ). Menurut Noer ( 1998 ), kasiterit ( SnO₂ )
adalah mineral utama pembentuk timah dengan batuan pembawanya adalah
granit, sementara Sujitno ( 2007 ) menjelaskan kegunaan timah antara lain untuk
bahan pencampur pembuatan alat - alat musik ( gong, gamelan, dan lonceng ),
bahan pembuat kemasan kaleng, bahan solder, senjata ( peluru / amunisi ), bahan
pelapis anti karat dan kerajinan cindera mata ( pewter ).

2.1 Konsep
Timah putih (Sn) adalah logam berwarna putih keperakan, dengan
kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas
dan listrik yang tinggi. Logam timah putih bersifat mengkilap dan mudah
dibentuk. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit yang terbentuk sebagai
oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.
Timah biasa terbentuk oleh 9 isotop yang stabil. Ada 18 isotop lainnya yang
diketahui. Timah merupakan logam perak keputih-putihan, mudah
dibentuk, ductile dan memilki struktur kristal yang tinggi. Jika struktur ini
dipatahkan, terdengar suara yang sering disebut tangisan timah. ketika sebatang
unsur ini dibengkokkan.

2.2 Proses Terbentuknya


Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada
daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan
turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya
terdiri dari endapan aluvium, eluvial, dan koluvium.
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang
membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati

3 Universitas Sriwijaya
Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan
“Central Belt” di Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan (http://www.tekmira.esdm.go.id).
Timah putih dalam bentuk cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih
timah primer dan sekunder. Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiterit terdapat
pada urat maupun dalam bentuk tersebar.
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah
primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah
primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih,
baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa unsur Sn.
Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap
cebakan bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang
dapat berada pada tanah residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas
aluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas pantai. Tubuh bijih primer yang
berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah letakan ekonomis adalah
yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai sumber dispersi.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral
utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut,
arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral
ikutan. Sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara
(The South East Tin Belt), jalur timah terkaya di dunia yang membentang mulai
dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai Indonesia. Genetis
kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit yang diperkirakan ± 222
juta tahun yang lalu pada Masa Triassic Atas, Magma yang bersifat asam
mengandung gas SnF4, yang melalui proses pneumatolitik hidrotermal menerobos
dan mengisi celah retakan, di mana terbentuk reaksi dasar:
SnF4 + H2O SnO2 + HF2

4 Universitas Sriwijaya
2.3 Sebaran Wilayah
Sebaran timah putih di Indonesia berada pada bagian Jalur Timah Asia
Tenggara, jalur timah terkaya di dunia yang membentang mulai dari bagian
selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai Indonesia.
Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar dunia, mengalami pasang
surut dalam pengusahaan pertambangan timah putih. PT. Timah yang merupakan
produsen timah terbesar, pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasi
dengan melakukan penciutan jumlah karyawan serta melepas sebagian wilayah
izin usaha pertambangannya. Akan tetapi dengan meningkatnya harga timah di
pasaran dunia pada beberapa tahun terakhir, serta masih banyaknya sumberdaya
timah yang masih tersisa di alam, maka bekas wilayah usaha pertambangan timah
yang telah ditutup sebagian kembali diusahakan oleh pelaku usaha pertambangan
timah putih maupun masyarakat.

2.4 Manfaat
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500 tahun
sebelum masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum
masehi. Kebutuhan timah putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam
timah putih bersifat mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa (malleable),
tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat. Kegunaan timah putih
di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi mencegah karat, bahan
solder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan logam, casing telepon
genggam. Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas, agrokimia,
pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah
lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap
kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk pelapis/pelindung,
dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi
dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk solder 31%.
Timah yang dihasilkan dari pertambangan PT. Timah berupa:
1. Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
2. Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)

5 Universitas Sriwijaya
3. Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas: Banka LL 100 ppm, Banka
LL50 ppm, Banka LL 40 ppm, Banka LL 80 ppm, Banka LL200 ppm
4. Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%)

Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas:


1. Banka Small Ingot
2. Banka Tin Shot
3. Banka Pyramid
4. Banka Anoda

2.5 Potensi
Potensi timah putih di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau sampai
Bangka Belitung, serta terdapat di daratan Riau (Gambar 2) yaitu di Kabupaten
Kampar dan Rokan Ulu. Sumber daya timah putih yang telah diusahakan
merupakan Cebakan sekunder, baik terdapat sebagai tanah residu dari cebakan
primer, maupun letakan sebagai aluvial darat dan lepas pantai.
Endapan aluvial darat mempunyai pola sebaran memanjang mengikuti
lembah sungai yang masih aktif maupun sungai purba, menerus ke arah lepas
pantai membentuk pola yang menunjukkan arah dispersi dari cebakan primer
tertranspot melalui media air, membentuk endapan aluvial darat menerus ke arah
lepas pantai. Pola sebaran memanjang mengikuti lembah aluvial daratan menerus
ke arah lepas pantai, dengan komponen penyusun umumnya mengandung kerikil
sampai berangkal kuarsa memberikan gambaran akan kemungkinan terbentuk
pada saat susut laut (Rohmana dkk, 2008).
Harga timah putih yang sangat rendah pada akhir tahun 1980an sampai
pertengahan 1990an mengakibatkan sebagian wilayah usaha pertambangan
ditutup, dengan menyisakan sumber daya yang masih signifikan untuk saat ini
kembali diusahakan. Potensi sumber daya timah putih masih sangat prospektif
untuk diusahakan, baik timah pada endapan in-situ yang belum pernah
dimanfaatkan, maupun yang terkandung pada tailing tambang lama.
Penambangan timah putih lepas pantai, selama ini menggunakan kapal
keruk yang mempunyai kapasitas dapat menjangkau kedalaman 15-50 meter

6 Universitas Sriwijaya
(http://timah .com). Sumber daya timah putih dengan sebaran berada pada
kedalaman dari permukaan air lebih dari 50 meter atau kurang dari 15 meter tidak
tertambang. Penggunaan kapal hisap yang mempunyai kapasitas dapat
menjangkau kedalaman lebih dari 50 meter memberikan peluang untuk
mengusahakan endapan timah putih lepas pantai tersebut. Selain itu endapan pada
lepas pantai yang dangkal kurang dari 15 meter dapat diusahakan oleh masyarakat
atau untuk pertambangan sekala kecil. Mengingat hal tersebut, maka aktifitas
eksplorasi untuk mendapatkan sumber daya timah putih khususnya endapan lepas
pantai kembali marak dilakukan akhir-akhir ini.
Kadar timah terendah ekonomis (cut off grade) pada tahun 2007 untuk
endapan timah aluvial pada kisaran kadar 0.01% Sn, atau cebakan bijih timah
primer dengan kadar sekitar 0.1% Sn (http://sn-tin.info/production.html). Akan
tetapi dengan kecenderungan harga yang terus meningkat disertai konsumsi dunia
yang meningkat juga, mengakibatkan cut off grade (COG) cenderung menurun,
oleh karena itu sumber daya timah dengan kadar rendah yang pada masa lalu tidak
ekonomis diusahakan, dapat menjadi cadangan yang mempunyai nilai ekonomi.
Peningkatan jumlah status sumber daya menjadi cadangan tersebut dapat
memberikan peluang pengembangan cebakan timah yang pada beberapa wilayah
telah dilakukan pengakhiran tambang.

7 Universitas Sriwijaya
BAB III
TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN TIMAH

3.1 Prospekting
Prospeksi Merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan
endapan mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu
daerah berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika. Secara umum aliran
kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi yang kemudian
dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini mempunyai resiko yang sangat tinggi
(high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi. Pada saat memasuki
tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan studi
kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai diperkecil.
Dasar suatu operasi penambangan ialah kepastian geologi dan ekonomi
tentang adanya suatu kuantitas (tonase atau volume) bahan galian, yang disebut
sebagai cadangan. Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan
dengan :
1. Keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian,
2. Perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi
3. Kemungkinan geologinya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar
letakan yang sudah diketahui.

Sedangkan kepastian ekonomi, yang datanya berdampak terhadap ongkos


penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian
dipermukaan maupun bawah-permukaan, variasi kuantitas terhadap kualitas,
keanekaragaman sifat teknis batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung
batuan terhadap limbah. Komoditas sumberdaya alam umumnya dan khususnya
komoditas sumberdaya mineral, merupakan barang nyata yang dapat memenuhi
segera permintaan pasar dan dapat diukur dengan nilai uang.
Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan barang nyata,
meskipun informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan, dan tidak
termasuk komoditas sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral diambil

8 Universitas Sriwijaya
dari kedudukan alaminya, maka ia menjadi komoditas sumberdaya mineral.
Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya ialah logam aluminium,
batubara bersih yang telah ditambang.
Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam UU tahun 1967
didahului oleh adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum.
Penyelidikan umum ini disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum
atau geofisika, di daratan, perairan, dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud
untuk membuat peta geologi umum atau menetapkan tanda-tanda adanya bahan
galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian yang ditetapkan pada
penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap eksplorasi.

3.2 Eksplorasi
Eksplorasi adalah segala kegiatan sebelum aktivitas penambangan yang
dikhususkan untuk mengetahui, memperkirakan, dan mendapatkan ukuran,
bentuk, posisi, kadar rata – rata serta jumlah cadangan suatu endapan mineral agar
dapat menentukan kualitas dan kwantitas dari suatu endapan tersebut
diperuntukkan mengetahui nilai ekonomisnya. Kegiatan eksplorasi ini perlu
dilakukan sebelum kegiatan penambangan karena menghindari resiko kerugian
yang akan ditanggung perusahaan.
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
potensi sumber daya mineral (resources) yang terdapat dibumi menjadi cadangan
terukur yang siap untuk di tambang (miniable reserve). Tahapan eksplorasi ini
mencakup kegiatan untuk mencari dimana keterdapatan suatu endapan mineral,
menghitung berapa banyak dan bagaimana kondisinya, serta ikut memikirkan
bagaimana sistem pendayagunaannya. Kajian ekonomi pada kegiatan eksplorasi
ini perlu dilakukan terutama pada :
1. Tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi)
2. Tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan)
3. Mineral / studi kelayakan, (ekonomi makro)

Kegiatan eksplorasi PT Timah dilakukan untuk mengevaluasi potensi


cadangan timah yang telah tereka dan mencari lahan baru untuk pelaksanaan

9 Universitas Sriwijaya
operasi strategis. Dua jenis kegiatan eksplorasi yang dilakukan meliputi
pengeboran laut dan pengeboran darat. Pengeboran laut dilakukan untuk
peningkatan status cadangan sumber daya terindikasi menjadi sumberdaya
terukur, sedangkan pada pengeboran darat dilakukan sebagai pemantapan
pemanduan penambangan di darat. Pemboran eksplorasi lepas pantai
menggunakan Kapal Geotin I, Geotin II, dan Geotin III. Alat-alat tersebut mampu
membor dari permukaan laut sampai dengan batuan dasar dan bahan contoh atau
sample diambil setiap 2 (dua) meter atau setiap jenis lapisan tanah yang berbeda
(Gambar 3.2)

Gambar 3.2.a Kapal geotin 1

Gambar 3.2.b. Kapal geotin II

10 Universitas Sriwijaya
Gambar 3.2. c. Kapal Geotin III

Untuk kegiatan eksplorasi, saat ini PT TIMAH mengoperasikan beberapa


peralat an geofisika, peralatan bor Bangka, peralatan bor mekanik dan beberapa
kapal bor sebagai pendukung kegiatan eksplorasi. Peralatan geofisika yang
dimiliki yaitu seismic, magnetic dan geolistrik, peralatan bor mekanik dan
beberapa unit untuk melakukan pemboran coring di darat dan beberapa kapal bor
digunakan untuk melakukan kegiatan pemboran di laut.
Konsep kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh PT TIMAH untuk
mencari endapan timah pimer adalah menggunakan pendekatan struktur geologi,
petrologi dan geokimia. Sedangkan konsep dalam melakukan kegiatan eksplorasi
adalah dengan pendekatan penelusuran batuan sumber (mather rock hunting),
peneluasuran lembah (valley hunting) dan penelusuran keberadaan gravel (gravel
pact hunting). Konsep ini telah dilakukan selama bertahun-tahun dan masih cukup
baik untuk digunakan hingga saat ini. Pemanfaatan konsep-konsep lain seperti
penelusiran lingkungan pengendapan (facies), sekuensial mineralisasi dan
sekuensial stratigrafi juga digunakan sebagai tambahan dan pengembangan.
Setiap tahunnya PT TIMAH mengalokasikan lebih dari rp Rp 150 milyar
untuk membiayai kegiatan eksplorasi. Saat ini kegiatan operasi eksplorasi terus
ditingkatkan untuk mengejar potensi endapan timah primer dan alluvial dalam.
Selai intu PT TIMAH juga gencar melakukan kegiatan eksplorasi untuk mengejar
keberadaan mineral ikutan dan logam tanah jarang (rare earht elements).

11 Universitas Sriwijaya
Dari hasil eksplorasi PT Timah ditemukanlah ganesa timah yang meliputi
Endapan timah alluvial (placer) timah yang terbentuk akibat proses pelapukan
pada endapan primer yang kemudian tertransportasi dan terendapkan di tempat
lain sebagai endapan sekunder (alluvial) dengan variasi ukuran 20 – 150 mesh
pada lingkungan pengendapan tertentu yang mempunyai nilai ekonomis.Mineral
utama yang terkandung pada biji timah adalah Cassiterite (SnO2), sedangkan pirit,
monazite, zircon, kuarsa, xenotime, illmite dan juga tourmaline merupakan
mineral ikutan. Cassiterite yang terbentuk merupakan proses oksida yang
menghasilkan lapisan oksida sehingga tidak mudah untuk berkarat. Timah
merupakan logam keputih-putihan, memiliki struktur kristal yang tinggi, timah
juga tidak mudah teroksidasi oleh udara sehingga tahan karat, namun bila masih
dalam proses pencucian timah berwarna hitam kecoklat-coklatan. Sifat fisik timah
yaitu padat, titik leburnya 505.08 K (449.47 ˚F), titik didihnya 2875 K (4716 ˚F),
berat jenis timah 7,365 gr/cm3. Pada tahun 2016, cadangan terbukti dari tahapan
eksplorasi timah ini mencapai 335,909 ton.

3.3 Izin Usaha Pertambangan


1. Prosedur dan Persyaratan WIUP
a. Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan secara
terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan usaha, koperasi, atau
perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
pelaksanaan lelang.
b. Surat rekomendasi dari bupati untuk gubernur dan surat rekomendasi
dari gubernur untuk mentri
c. Pembentukan panitia lelang
d. Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral logam dan/atau
batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi:
(1) menyiapkan lelang WIUP;
(2) menyiapkan dokumen lelang WIUP;
(3) menyusun jadwal lelang WIUP;

12 Universitas Sriwijaya
(4) mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP;
(5) melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila
peserta lelang WIUP hanya 1 (satu);
(6) menilai kualifikasi peserta lelang WIUP;
(7) melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
(8) melaksanakan lelang WIUP; dan
(9) membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan
pemenang lelang WIUP.
e. Panitia melengkapi persyaratan persyaratan lelang
Persyaraatan:
(1) Administratif
a) mengisi formulir yang sudah disediakan panitia lelang
b) profil badan usaha
Akte pendirian badan usaha yamgg bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah diisahkan oleh pejabat yang
berwenang
c) Nomor pokok wajib pajak
(2) Teknis
a) pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan dibidang
pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga)
tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan
dari perusahaan induk, mitra kerja,atau afiliasinya yang
bergerak di bidang pertambangan;
b) mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam
bidang pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman
paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
c) rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat)
tahun eksplorasi
(3) finansial
a) laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan
publik;

13 Universitas Sriwijaya
b) menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang
tunai di bank pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai
kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti
investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan
c) pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka
waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman
pemenang lelang
(4) Prosedur melakukan lelang
a) Peserta lelang melakukan prakualifikasi untuk peninjauan
lokasi lapangan
b) Pelaporan hasil lelang kepada mentri/gubernur/bupati
c) Penetapan dan pengumuman pemenang lelang oleh
menteri/gubernur/bupati secara tertulis

2. Telah Didapatkan Izin WIUP dengan Luas Daerah 302 Ha


PT TIMAH memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) Timah seluas 512.369
hektar di darat dan lepas pantai kepulauan Bangka, Belitung dan Kundur.
Berdasarkan data PT Timah Tbk per Desember 2014, perusahaan pelat merah
tersebut memiliki 112 izin usaha pertambangan (IUP), baik status eksplorasi
maupun operasi produksi dengan total luas areal tambang 511.266 hektare (ha)
baik di darat maupun laut.
Berikut adalah daftar IUP-IUP milik PT Timah yang tersebar di tiga
provinsi, yakni Bangka Belitung, Riau dan Kepulauan Riau.
1) 19 IUP dengan total luas lahan mencapai 88.257 ha diterbitkan oleh
Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
2) 34 IUP dengan total luas lahan sebanyak 104.876 ha diterbitkan
Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.
3) 16 IUP dengan jumlah areal tambang seluas 40.295 ha diterbitkan
Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Belitung.
4) Delapan IUP dengan jumlah areal tambang seluas 31.999 ha diterbitkan
Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung.

14 Universitas Sriwijaya
5) Tujuh IUP dengan luas lahan mencapai 15.863 ha diterbitkan Kabupaten
Belitung, Bangka Belitung.
6) 11 IUP dengan total luas lahan mencapai 63.197 ha diterbitkan Kabupaten
Belitung Timur, Bangka Belitung.
7) 10 IUP dengan total luas lahan mencapai 121.770 ha diterbitkan Bangka
Belitung karena areal tambangnya berlokasi lintas kabupaten.
8) Empat IUP dengan jumlah areal tambang mencapai 18.875 ha diterbitkan
Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
9) Dua IUP dengan total luas lahan mencapai 6.540 ha diterbitkan oleh
Provinsi Riau.
10) Satu IUP dengan areal tambang seluas 19.594 ha diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat karena berada di lintas Provinsi Riau dan Kepulauan
Riau.
Dan pada tahun 2016, jumlah izin usaha pertambangan (IUP) meningkat
menjadi 128.

Studi Kelayakan
1. Sumber dan Hukum
a. UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Studi Kelayakan
b. PP No. 59 Tahun 2007 Tentang Cara Melakukan Study Kelayakan
Permen ESDM Tahun 2010 Tentang Pedoman Perizinan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Bukan Logam Dan Batuan Paragraf 3 Pasal 40
Sampai Pasal 43
c. Permen ESDM Tahun 2011 Tentang Tahapan Studi Kelayakan

2. Pengertian Studi Kelayakan


Studi kelayakan tambang merupakan kegiatan untuk menghitung
dan mempertimbangkan suatu endapan bahan galian ditambang dan atau
diusahakan secara menguntungkan. Sebelum kegiatan perencanaan dan
perancangan tambang diperlukan kegiatan study kelayakan yang
menyajikan beberapan informasi.

15 Universitas Sriwijaya
3. Penjelasan mengenai uji kelayakan
a. UU No. 4 Tahun 2009 setiap usaha pertambangan harus melakukan uji
kelayakan
b. PP No. 59 Tahun 2007 Pasal 15 ayat 1 sampai 4 Tentang Kegiatan
Panas Bumi
1) Pemegang IUP dapat melakukan study kelayakan setelah
menyelesaikan eksplorasi dan menyampaikan laporan eksplorasi
rinci kepada mentri, gubernur, bupati/wali kota sesuai dengan
wewenangnya.
2) Dalam hal eksplorasi dilakukan oleh menteri, badan usaha dapat
langsung melakukan studi kelayakan setelah mendapatkan IUP.
3) Badan usaha wajib melakukan kelayakan sesuai dengan kaidah
teknik pertambangan yang baik dan benar serta standar study
kelayakan panas bumi.
4) Study kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
studi:
a) penentuan cadangan layak tambang di seluruh Wilayah
Kerja;
b) penerapan teknologi yang tepat untuk Eksploitasi dan
penangkapan uap dari sumur produksi;
c) lokasi sumur produksi;
d) rancangan sumur produksi dan injeksi;
e) rancangan pemipaan sumur produksi;
f) perencanaan kapasitas produksi jangka pendek dan jangka
panjang;
g) sistim pembangkit tenaga listrik dan/atau sistim pemanfaatan
langsung;
h) upaya konservasi dan kesinambungan sumber daya Panas
Bumi;
i) rencana keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan
lingkungan dan teknis pertambangan Panas Bumi; dan
j) rencana pasca tambang sementara.

16 Universitas Sriwijaya
c. Permen ESDM Tahun 2010
Tentang Pedoman Perizinan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Bukan Logam Dan Batuan Paragraf 3 Pasal 40 Sampai Pasal
43
1) Pasal 40
a) Paling lambat pada akhir masa tahap eksplorasi, atau pada setiap
saat, pemegang IUP Eksplorasi dapat melakukan tahapan
kegiatan studi kelayakan pada sebagian atau seluruh WIUP nya
setelah menyampaikan dan disetujuinya laporan eksplorasi
lengkap, laporan RKAB dan RKTTL tahap studi kelayakan oleh
pemberi izin.
b) RKAB dan RKTTL sebagaimana dimaksud pada ayat (
disusun sesuai peraturan perundang-undangan, antara lain
memuat :
(1) Kegiatan yang eksplorasi yang telah dilakukan dan hasil
eksplorasi yang diperoleh.
(2) Realisasi pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan.
(3) Rencana kegiatan pada studi kelayakan, meliputi eksplorasi
detail untuk meningkatkan status sumberdaya dan cadangan,
studi geoteknik, geohidrologi, sampling, analisa contoh,
pemboran detail, evaluasi sumberdaya dan cadangan,
pengambilan contoh ruah, studi dan atau percobaan
pengolahan, studi kelayakan, studi amdal.
(4) Rencana biaya yang akan dikeluarkan pada tahap studi
kelayakan
(5) Jadwal pelaksanaan rencana kegiatan seperti tercantum
pada tahap studi kelayakan;
2) Pasal 41
a) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan evaluasi terhadap Laporan Eksplorasi
Lengkap, laporan RKAB dan RKTTL sebagaimana dimaksud

17 Universitas Sriwijaya
pada pasal 12 ayat (2) dan (3), dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari kerja sejak diterimanya laporan.
b) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya laporan tidak ada tanggapan atas Laporan Eksplorasi
Lengkap, RKAB dan RKTTL sebagaimana dimaksud ayat (1),
oleh pemberi izin, maka laporan tersebut dianggap memadai dan
pemegang IUP dapat melanjutkan kegiatan ke tahap studi
kelayakan.
3) Pasal 42
a) Pemegang IUP Eksplorasi yang telah selesai melakukan tahap
kegiatan studi kelayakan pada sebagian/seluruh WIUP nya,
atau dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
tanggal berakhir masa berlakunya IUP Eksplorasi, wajib
menyampaikan laporan studi kelayakan dan laporan studi
AMDAL, Laporan Rencana Reklamasi, Laporan Rencana
Penutupan tambang, untuk dipresentasikan dan mendapat
persetujuan dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya atau instansi yang berwenang,
b) Presentasi hasil studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dihadiri wakil dari Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota.
c) Dalam hal wakil dari Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak hadir, dapat
diwakilkan pada pemerintah provinsi.

4) Pasal 43
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya harus menerbitkan surat persetujuan hasil evaluasi
Laporan Studi Kelayakan, AMDAL, Rencana Reklamasi, Rencana
Penutupan Tambang, yang disampaikan pemegang IUP Eksplorasi dalam

18 Universitas Sriwijaya
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja
sejak laporan dinyatakan lengkap dan benar.
e. Permen ESDM Tahun 2011
Pasal 50
1) Dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak berakhirnya tahap
kegiatan eksplorasi, atau pada setiap saat, pemegang
IUP/IUPK Eksplorasi mineral logam atau batubara dapat
melakukan tahapan kegiatan studi kelayakan pada sebagian atau
seluruh WIUP/WIUPK-nya setelah menyampaikan dan disetujuinya
laporan eksplorasi lengkap dan laporan RKAB tahap studi kelayakan
oleh pemberi izin.
2) Kegiatan tahap studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi antara lain: in fill drilling, pembuatan terowongan
eksplorasi, uji metalurgi dan/atau pengolahan, studi geotekenik,
geohidrologi, studi kelayakan, studi AMDAL uji penambangan dan
peralatan tambang, perhitungan cadangan dan perencanaan tambang.
3) RKAB studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
sesuai peraturan perundang-undangan, antara lain memuat :
a) kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan dan hasil eksplorasi
yang diperoleh;
b) realisasi pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan;
c) rencana kegiatan pada tahap studi kelayakan;
d) rencana biaya yang akan dikeluarkan pada tahap studi kelayakan;
dan
e) jadwal pelaksanaan rencana kegiatan seperti tercantum
pada tahap studi kelayakan.

4. Fungsi studi kelayakan


a. Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan,
baik acuan kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam
kantor;
b. Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan;

19 Universitas Sriwijaya
c. Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan,
sehingga apabila ditemukan kendala teknis ataupun nonteknis, dapat
segera ditanggulangi atau dicarikan jalan keluarnya;
d. Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan, merupakan pedoman dalam
melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi,
kontrol keselamatan dan kesehatan kerja, kontrol pengendalian aspek
lingkungan, dan lain-lain.
1) Pendahuluan, ringkasan, pengertian-pengertian
2) Umum : lokasi, iklim, topografi sejarah, kepemilikan, status lahan,
transportasi,dll
3) Permasalahan lingkungan : kondisi kini, baku, permasalahan yang
perlu dilindungi, reklamasi lahan, study khusus, perizinan.
4) Faktor geologi : keberadaan endapan, genesa, struktur, mineralogy
dan petrografi.
5) Cadangan bahan galian : prosedur eksplorasi, penemuan bahan galian,
perhitungan jumlah cadangan, dan kadar rata-rata.
6) Perencanaan tambang : development, dan eksploitasi
7) Pengolahan : fasilitas ditempat yang diperlukan
8) Bangunan dipermukaan : lokasi dan perencanaan konstruksi
9) Fasilitas pendukung : listrik, pengadaan air, jalan masuk, lokasi tanah
buangan, perumahan, dll
10) Karyawan : tenaga kerja dan staff
11) Pemasaran : survey ekonomi terhadap permintaan dan penawaran,
harga kontrak jangka panjang, lahan pengganti, dll
12) Biaya : perkiraan biaya development dan biaya eksploitasi baik
langsung tidak langsung dan biaya keseluruhan, biaya pengolahan,
transportasi, peleburan, dll
13) Evaluasi ekonomi : evaluasi cadangan, klarifikasi cadangan dan
sumber daya alam
14) Proyeksi keuntungan : perhitungan keuntungan minimal (margin) yang
didasarkan pada kisaran COG dan harga

20 Universitas Sriwijaya
5. Tahap perencanaan tambang
a. Pengumpulan data, pengolahan data utama dan penunjang
b. Perencanaan tambang
c. Perencanaan penunjang tambang
d. Tolak ukur teknikal yaitu :
1) Penyebaran geologi (stratigrafi, struktur, dll)
2) Mutu bahan galian (sebaran kadar, kadar yang ditambang, COG,
pencampuran)
3) Pembatas geoteknik/geomekanik (kuat tekan, kuat geser, kuat tarik)
4) Pembatas hidrologi, geohidrologi (air tanah, permeabilitas)
5) Pembatas topografi (keterjalan lereng bukit)
6) Pembatas geometri endapan (ketebalan, kedalaman, jarak dan tata ruang)
7) Pembatas cara penambangan dan peralatan yang digunakan
8) Manajemen (proyek, perencanaan, operasi)
9) Teknologi penambangan, pengolahan, dan pemanfaatan

6. Tolak ukur tata lingkungan


a. Keadaan awal
b. Keadaan selama penambangan
c. Keadaan pasca penambangan
d. Multiflier effect dari proyek
e. Nilai tambah
f. Manajemen lingkungan

7. Tolak ukur keekonomian


a. Nilai aset yang dimiliki
b. Tersedianya pasar (jarak,/lokasi, skala operasi, jumlah, spesifikasi mutu,
harga, kurun waktu kontrak, pesaing, dll
c. Titik pulang pokok
d. Harga produk
e. Biaya operasi
f. Biaya investasi

21 Universitas Sriwijaya
g. Penyiapan dana investasi
h. Badan usaha dan pengurusan
i. Laba dan kemampulabaan
j. Resiko dan ketidakpastian

8. Rancangan tolak ukur ultimate (penggalian, penimbunan)


a. Lokasi,
b. Geometri ultimate (batas penggalian, batas penimbunan, bentuk)
c. Urutan penambangan/penimbunan
d. Rencana produksi keseluruhan (jumlah, mutu, nisbah kupas, jadwal, umur
tambang)
e. Rencana bagan alir
f. Rencana tata letak
g. Rencana interior tambang
h. Rencana alat
i. Rencana jalan angkut
j. Rencana penirisan

9. Rancangan Tambang Sektoral


a. Geometri tambang sektoral/tiap blok 5 tahunan (batas, bentuk, dll)
b. Cadangan tertambang sektoral
c. Urutan penggalian/penimbunan sektoral
d. Rencana produksi (jumlah, mutu, nisbah kupas, jadwal)

10. Rencana Investasi


a. Telaah kelayakan secara tekno-enviro-ekonomi (kelayakan usaha dari
tambang tersebut)
b. Mencari sumber dana investasi
2) Modal sendiri
3) Modal pinjaman
4) Bank, dalam perbankan dikenal istilah 3R dan 5C dalam pemberian
pinjaman kredit

22 Universitas Sriwijaya
1. Return (bunga pinjaman)
2. Repayment capacity (kemampuan pengembalian)
3. Risk bearing ability (faktor resiko)
4. Character, capacity, capital, collateral, dan condition (5C)
5) Pasar modal

k. Rencana Pemasaran
a. Jumlah, berkaitan dengan : kemampuan produksi dari tambang,
kemampuan pengangkutan dari prasarana angkutan ke pelabuhan
b. Mutu, berkaitan dengan : konsumen/jenis pemanfaatan seperti semen,
PLTU, teknologi yang sanggup mengubah produk yang dihasilkan,
produk tunggal, produk olahan, dll.
c. Jangka waktu, meliputi : kontrak jangka panjang (5 - 10 tahun), kontrak
jangka menengah (2 - 4 tahun) dan kontrak jangka pendek (6 - 12 bulan)
d. Lokasi, berkaitan dengan : jarak, cara mengangkut dan sebaran, biaya
angkutan
e. Harga, meliputi : harga promosi, harga bersaing, harga jangka panjang,
jangka pendek, harga berkaitan dengan laba, jadi harga harus lebih besar
daripada biaya (biaya investasi + biaya operasi)
f. Pesaing dan kebersainga
g. Peraturan yang berlaku

l. Format Laporan Studi Kelayakan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
1 . Latar Belakang
2 . Maksud dan Tujuan
3 . Ruang Lingkup dan Metode Studi

23 Universitas Sriwijaya
4 . Pelaksana Studi
5 . Jadwal Waktu Studi
BAB II : KEADAAN UMUM
1. Lokasi dan Luas Wilayah Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya
(KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara (PKP2B) Eksploitasi
yang dimohon.
2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat
3. Keadaan Lingkungan Daerah,Penduduk, Mata PencaharianPenduduk,
Keadaan Flora, Fauna,Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain
4. Topografi dan Morfologi
BAB III : GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
1. Geologi
a. Litologi
b. Struktur
c. Geoteknik
2. Keadaan Endapan
a. Bentuk dan Penyebaran Endapan
b. Sifat dan Kualitas Endapan
c. Cadangan
1) Cara Perhitungan Cadangan
2) Klasifikasi dan Jumlah Cadangan (insitu, miniable,
marketable, dilengkapi dengan perhitungan stripping ratio dan
cut off grade)
BAB IV : RENCANA PENAMBANGAN
1. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan (dilengkapi bagan a l i r )
2. Tahapan kegiatan Penambangan (termasuk penanganan tanah penutup)
3. Rencana Produksi (kuantitas, kualitas, cut off grade, stripping r a t i o )
4. Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)
5. Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang
6. Rencana Penanganan/Perlakuan Bahan Galian yang Belum
Terpasarkan (kualitas rendah, belum ekonomis masa sekarang)
7. Rencana Pemanfaatan Bahan Galian dan Mineral Ikutan

24 Universitas Sriwijaya
8. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Cadangan pada Pasca Tambang.
BAB V : RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN ATAU
PENCUCIAN
1. Studi/Percobaan Pengolahan/ Pemurnian
2. Tatacara Pengolahan dan Pemurnian
a. Tahapan Pengolahan
b. Bagan Alir
c. Recovery Pengolahan
3. Peralatan Pengolahan (jenis, jumlah dan kapasitas)
4. Hasil Pengolahan dan Rencana Pemanfaatan Mineral Ikutan
5. Jenis, Jumlah, Kualitas Hasil Pengolahan dan Tailing
BAB VI : PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
1. Tata Cara
2. Peralatan (jenis, jumlah, kapasitas)
BAB VII : LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Lingkungan (mengacu kepada dokumen Amdal atau UKL dan UPL)
a. Dampak kegiatan (tambang, pengolahan dan sarana penunjang).
b. Pengelolaan lingkungan
1) Pengelolaan limbah (tambang, pengolahan dan sarana
penunjang).
2) Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang.
3) Penanganan Air Asam Tambang (kalau ada).
4) Pemantauan Lingkungan
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Organisasi
b. Peralatan
c. Langkah-langkah pelaksanaan K-3 Pertambangan
d. Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan
Berbahaya lainnnya.
BAB VIII : LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Bagan Organisasi

25 Universitas Sriwijaya
2. Jumlah dan kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap dalam
Bentuk Tabel
3. Tingkat Gaji dan Upah
4. Sistem Kerja (kontrak, borongan dan lain-lain).
BAB IX : PEMASARAN
1. Bagan Organisasi
2. ProspekPemasaran
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri
BAB X : INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
1. Investasi
a. Modal Tetap
1) Pengurusan perizinan dan eksplorasi
2) Pembebasan Lahan
3) Konstruksi atau Rekayasa
4) Peralatan (penambangan, pengolahan, pegangkutan dan lain-
lain).
b. Modal Kerja
c. Sumber Dana
2. Analisis Kelayakan
a. Biaya Produksi (termasuk biaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan K-3)
b. Pendapatan Penjualan
c. “Cash Flow” (aliran uang tunai)
d. Perhitungan “Discounted Cash Flow Rate of Return”/” Interal Rate
of Return” (DCFROR/IRR).
e. Perhitungan “Break Even Point” (BEP)
f. Waktu Pengembalian Modal
g. Analisa Kepekaan dan Resiko

BAB XI: RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

26 Universitas Sriwijaya
BAB XII : KESIMPULAN
Memuat secara ringkas hal-hal sebagai berikut :
1. Luas wilayah yang dimohon/ ditingkatkan ke tahap Eksploitasi
2. Cadangan (“in situ”, miniable”, “marketabel”)
3. Rencana Penambangan (tata cara dan sistem)
4. Rencana Pengolahan dan pemurnian atau pencucian (kalau ada ) .
5. Rencana Produksi per-tahun dan umur tambang.
6. Rencana pemasaran dan harga jual.
7. Investasi yang diperlukan termasuk modal kerja dan sumber dana.
8. Hasil analisis kelayakan
9. Jumlah tenaga kerja (tetap dan harian atau buruh)
10. Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan
11. Potensi dan rencana perlakuan bahan galian yang belum dapat
dipasarkan dan mineral ikutan serta bahan galian lain.
LAMPIRAN
1. Peta situasi wilayah yang akan ditingkatkan ke tahap Eksploitasi dan
sekitarnya, skala 1 : 10.000
2. Peta topografi detail daerah tambang dan sekitarnya, skala minimum 1
: 2.000
3. Peta penyebaran cadangan dan kualitas, skala minimum 1 : 2.000
4. Peta situasi tambang (Mining Lay Out) skala 1: 10.000, yang
memuat:
a. Kontur topografi
b. Penyebaran bahan galian
c. Bangunan-bangunan penting
d. Batas wilayah eksploitasi
e. Jalan, Perkampungan. “stock pile”, lokasi pencucian dan
pengolahan.
f. Lokasi timbunan waste, tailing dan bahan galian yang belum dapat
dipasarkan.
g. Indeks peta rencana pertambangan
h. Dan sebagainya

27 Universitas Sriwijaya
5. Peta rencana penambangan dan reklamasi, minimal skala 1 : 2.0000,
menggambarkan :
a. Tahapan dan blok-blok yang akan ditambang
b. Tahapan dan blok wilayah yang akan direklamasi per tahun
c. Jalan tambang
d. Lokasi timbunan waste, tailing dan mineral ikutan serta bahan
galian yang belum dapat dipasarkan
6. Desain tambang dan pengolahan (dalam bentuk peta, penampang,
gambar 3 dimensi, sketsa, bagan

m. Setelah dilakukan Study Kelayakan cadangan dinyatakan layak untuk


ditambang dengan waktu balik modal selama 10 tahun

3.4 Operasional Penambangan ( Ekploitasi )


Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yang
dikenal di Bangka Belitung :
3.4.1 Penambangan Lepas Pantai
Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan
penambangan lepas pantai, perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk
untuk operasi produksididaerah lepas pantai (off shore). Armada kapal
keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft
sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman
15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali
lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk
dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan yang
waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi
pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan
kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT)
untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain bijih timah dan
ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu
minimal 70-72% Sn. (Gambar 3.4.1)

28 Universitas Sriwijaya
Gambar 3.4.1 Bucket wheel Dredge

3.4.2 Penambangan Timah Darat - Gravel Pump


Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka
Belitung, tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti
pada wilayah lepas pantai. Proses penambangan timah alluvial
menggunakan pompa semprot (gravel pump).Setiap kontraktor atau mitra
usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang
diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah
dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan
mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan
lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari
mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam
Surat Perjanjian Kerja Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah
sungai besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah
merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja
penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,
penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah
besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.

29 Universitas Sriwijaya
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa
Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang
merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total
produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang
Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar
berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah menghasilkan bijih
pasir timah dengan kadar tertentu. (Gambar 3.4.2)

Gambar 3.4.2 Proses gravel pump di PT timah

Untuk penambangan timah darat pada PT TIMAH nudur nilir


menggunakan metode tambang terbuka yang meliputi:

3.4.2.1 Tahan pengupasan OB


Tahap pertama yang dilakukan pada proses penambangan bijih timah
adalah mengambil tanah penutup yang berada diatas lapisan kaksa (pasir
yang mengandung timah). Pengupasan tanah penutup ini mutlak diperlukan

30 Universitas Sriwijaya
agar bisa mengambil bijih timah/kaksa yang ada dilapisan tanah penutup
tersebut. Pengupasan ini harus sangat diperhatikan agar ongkos produksi
tidak terlampau besar yaitu dengan tetap memperhatikan lokasi dumping.
Setelah tanah penutup ini telah diangkut oleh dumptrucklalu akan diletakkan
di tempat pembuangan mineral yang tidak berharga (tailing disposal).

3.4.2.2 Penggalian Lapisan Kaksa


Tahap kedua yang dilakukan adalah kegiatan penggalian lapisan
kaksa yang dilakukan untuk memperoleh lapisan kaksa di kolong (front
kerja) dengan menggunakan alat – alat berat. Kolong kerja merupakan ruang
kerja untuk pengambilan bahan galian (lapisankaksa), yang mana kolong
kerja harus dibuat saluran air terlebih dahulu yang berguna untuk
memudahkan aliran air ke tempat yang diinginkan (tempat underwater),
menyatukan aliran air dari aliran – aliran sekitar kolong lain yang tidak
teratur, mengontrol aliran air kefront kerja, membuang air yang berlebih
dengan diarahkan ke pipa isap yang dibantu oleh mesin pompa air.

3.4.2.3 Pemuatan Dan Pengangkutan Kaksa


Tahap selanjutnya adalah kegiatan pemuatan dan pengangkutan
kaksa yang dilakukan untuk memuat kaksa dengan menggunakan backhoe
dan ditumpahkan ke dalam bak padadumptruck dimana kapasitas bucket 0,8
m3 lalu kemudian diangkut ke stockpile. Jumlah bucket berisi kaksa yang
ditumpahkan ke dumptruck adalah 6, dengan begitu dapat diketahui jumlah
kaksa yang diangkut oleh dumptruck yaitu 4.8 m³/rit, ini jauh dari kapasitas
asli dumptruck yaitu ± 49 m³/jam, dan pada kenyataannya dumptruck
biasanya hanya mengangkut 6 – 7 kali ke stockpile selama 1 (satu) jam.

3.4.2.4 Penumpahan Kaksa di Stockpile


Tahap selanjutnya adalah kegiatan penumpahan dan penumpukan
kaksa di stockpile. Stockpile adalah sebuah tempat penampungan sementara
untuk menampung kaksa (pasir yang mengandung timah) sebelum kaksa

31 Universitas Sriwijaya
tersebut dilakukan proses pencucian. Dengan ukuran dimensi stockpile
adalah 35 meter x 15 meter x 3 meter.
Di stockpile Tambang Besar Nudur Hilir, terdapat 2 buah monitor
dengan ukuran nozzle atau bagian ujung dari monitor yaitu 3 inchi yang
berfungsi sebagai alat semprotdengan cara menyemprotkan air berkecepatan
tinggi yang bertekanan 3 – 4 atm dan digunakan untuk memberai endapan
bahan galian agar terlepas (terberai) yang mana diperlukan debit air yang
cukup banyak serta untuk melakukan pencampuran agar menjadi pulp dan
mendorong kaksa menuju launder. (Gambar 3.4.2.3)

Gambar 3.4.2.3 Proses Penambangan PT Timah Nudur Hilir

3.5 Pengolahan
3.5.1 Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh,
setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah
pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan

32 Universitas Sriwijaya
mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui
kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih. Timah diolah dari bijih
timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ).
Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses
yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar
timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang
akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam
timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal
dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan
9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama
dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia,
industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu
meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari
dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah
itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap
dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20
– 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar
kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil
penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup
tinggi >60%.

3.5.1.1 Washing atau Pencucian


Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke
dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan
pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan
menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
3.5.1.2 Saring Putar
Kaksa yang berasal dari tambang memiliki ukuran yang tidak
seragam, hal ini akan mempersulit dalam pemisahan mineral di jig.
Sehingga diperlukan adanya proses untuk menyeragamkan ukuran butir

33 Universitas Sriwijaya
tersebut. Penyeragaman ukuran butir dilakukan dengan menggunakan
saring putar atau conical screen. Dalam proses ini pengolahan ini
diharapkan mendapatkan perolehan yang kadarnya berkisar 20% - 40%.
Alat penyaring Berfungsi untuk menyaring / memisahkan material
pengotor yang berukuran besar seperti bongkahan tanah liat, batu krikil
agar tidak mengganggu proses selanjutnya dan batang penyaringnya di
pasang di ujung luar bak penampung dengan jarak antar batang yaitu 2 cm
dan panjang sekitar 3 m, sehingga bongkah batuan yang berukuran lebih
dari 2 cm tidak akan masuk ke dalam jig, sedangkan batuan yang
berukuran lebih kecil 2 cm, akan lolos dan langsung masuk ke dalam store
bak.
3.5.1.3 Store Bak
Store bak berfungsi untuk membagi kaksa yang keluar dari pipa
penyalur yang berasal dari saring putar dan menuju ke tiap unit jig primer.
Store bak ini terbuat dari besi dengan panjang bak 4.12 meter, lebar 5.52
meter, tinggi 1.21 meter dengan kemiringan 10º. Cara kerjanya aliran pulp
yang mengalir melewati store bak akan terhambat karena pada bagian
akhir dari bak ini terdapat 4 buah lubang pipa yang berdiameter 10 inchi
sehingga sebagian aliran akan tertahan pada bagian besi dari bak dan yang
lainnya akan masuk melalui lubang pipa tersebut. Berdasarkan berat jenis,
bijih timah mempunyai berat jenis lebih berat daripada dari pasir maka
pasir akan cenderung untuk mengalir bersama aliran air dan bijih timah ini
akan lebih cepat mengendap di bagian bawah dari bak penenang tersebut.
Material kaksa (pulp) selanjutnya akan masuk ke dalam prosesjigging
yang diawali dengan dialirkannya pulp menuju jig primer.
3.5.1.4 Jig Primer
Jig adalah salah satu alat pemisahan mineral antara konsentrat
dengan tailing yang memanfaatkan gaya gravitasi yaitu dari berat jenis
mineral dengan menggunakan medium air sehingga membentuk suatu
lapisan yang sesuai dengan berat jenis mineral tersebut. Jig yang dipakai di
Tambang Besar Nudur Hilir saat ini adalah type Pan American Jig (PA)
berkapasitas 120 m3/jam. Keuntungan bila menggunakan Pan American

34 Universitas Sriwijaya
Jig yaitu gerakan membran sejajar dengan gerakan tekanan dan isapan
sehingga pembagian air melalui saringan merata dan dapat memberikan
panjang dorongan yang lebih besar sehingga kekuatan isapan akan lebih
kuat. Kerugian apabila menggunakan Pan American Jig yaitu mekanik
penggerak (mesin esentrik) mudah rusak maka memerlukan perawatan
yang lebih serius, dan bila spigot buntu / tersumbat, membran akan mudah
lepas.
Pada pencucian di jig primer ini terdapat empat unit jig yang
beroperasi, dan masing-masing menjadi 3 kompartemen setiap jalurnya,
yaitu kompartemen A, B, dan C. Pada satu unit jig terdapat 6 cell atau
mempunyai 6 spigot, maka dalam pencucian ini terdapat 24 spigot.
Pukulan penggerak jig juga perlu diperhatikan jika pukulan penggerak jig
terlalu kecil maka material akan sulit untuk turun karena materialnya
mengambang dan menyebabkan bed jig (hematite) tersumbat. Ukuran
panjang pukulan penggerak jig adalah kompartemen A = 10 – 17 mm,
kompartemen B = 8 – 10 mm, kompartemen C = 6 – 8 mm. Panjang
pukulan penggerak jig kompartemen A lebih besar karena agar bijih timah
yang masuk terlebih dahulu ke jig primer akan terhisap oleh kompartemen
A sehingga akan mengurangi hanyutnya bijih timah (losses). Ukuran
jumlah pukulan jig adalah kompartemen A = 130 – 140 kali/menit,
kompartemen BC = 160 – 170 kali/menit.
3.5.1.5 Jig Clean Up
Proses pencucian pada Jig Clean Up Konsentrat dari hasil tahap
pencucian sebelumnya dialirkan melalui sebuah pipa terbuka yang
merupakan umpan bagi jig clean up. Pada tahap pencucian ini digunakan
dua unit jig yang mempunyai 2 jalur aliran setiap unitnya dan mempunyai
3 kompartemen pada setiap unitnya yaitu kompartemen A, kompartemen B
dan kompartemen C, maka Jig ini mempunyai jumlah cell sebanyak 12 cell
atau mempunyai 12 spigot. Panjang pukulan penggerakjig clean up yaitu
kompartemen A = 8 – 10 mm, kompartemen B = 4 – 7 mm, kompartemen
C = 3 – 5 mm.

35 Universitas Sriwijaya
Panjang pukulan penggerak jig clean up, kompartemen A lebih
besar karena agar bijih timah yang masuk terlebih dahulu ke jig clean up
akan terhisap oleh kompartemen A sehingga akan mengurangi hanyutnya
bijih timah (losses). Jumlah pukulan penggerak jig juga perlu dilakukan
pemeriksaan, pengukuran dan penyetelan kembali disesuaikan dengan
kebutuhan proses jika terjadi perubahan sewaktu jigsedang beroperasi
maupun jika terjadi perubahan ukuran butiran kasiterit. Ukuran jumlah
pukulan jig adalah kompartemen A = 140 kali/menit, kompartemen BC =
200 kali/menit. (Gambar 3.5.1.5)

Gambar 3.5.1.5 Jig pada PT Timah

3.5.2 Pengolahan tailing


Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai
yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah
dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi
digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah
60 kg/jam.
3.5.3 Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya
adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary

36 Universitas Sriwijaya
dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan
menggunakan solar.
3.5.4 Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses
pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni: klasifikasi berdasarkan ukuran butir
dengan screeningüklasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan
High Tension separator.üklasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya
dengan Magnetic separator.üKlasifikasi berdasarkan berat jenis dengan
menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity
separator(untuk pengolahan terak/tailing).
3.5.5 Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang
terbilang tinggi seperti zircon dan thorium ( unsur radioaktif ) akan diambil
dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant.
Mula - mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan
disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa
cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan
tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang
selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke
tempat penampungan. Mineral - mineral tersebut lalu dipisahkan dengan
high tension separator - pemisahan berdasarkan sifat konduktor -
nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara
lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium,
Zircon dan Xenotime. Lalu masing - masing dipisahkan kembali
berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga
dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.

37 Universitas Sriwijaya
Gambar 3.5.5 Flow chart pengolahan PT timah

3.5.6 Proses pengolahan pada kapal isap


3.5.6.1 Alat Screeen (Saringan Putar)
Proses pencucian pada kapal isap dimulai pada tahap material
masuk ke saringan putar untuk memisahkan material oversize dengan
undersize dengan jumlah putaran tergantung jenis materialnya akan tetapi
rata - rata putarannya adalah 10 - 11 rpm yang digerakkan oleh Drag Roll.
Setelah masuk ke saringan putar material yang yang jatuh langsung
dipecah oleh air selajutnya material oversize langsung terbuang melalui
tailing dan untuk material undersize langsung turun melalui kompartment
dengan panjang 640 cm, lebar 50 cm dan kedalamnya 50 cm. Didalam bak
distribusi tersebut dilapisi karet sehingga air akan mengalir dengan baik.
Diatas Jig diletakkan kuku macan yang berguna untuk memecah aliran air
yang turun melalui compartment (Gambar 3.5.6.1)

38 Universitas Sriwijaya
Gambar 3.5.6.1 Saringan Putar

3.5.6.2 Underwater
Underwater digunakan untuk menyuplai air ke seluruh Jig primer
maupun Jig Clean Up agar proses kerja Jig dapat maksimal. Mesin
underwater pada KIP 15 dan 16 terdiri dari 2 mesin, di sebelah kanan dan
di sebelah kiri mempunyai spesifikasi yang sama. (Gambar 3.5.6.2)
 Kapasitas : 1100 - 1500 m3/jam
 Putaran : 1400 - 1800 rpm
 Head : 15 m
 Daya : 110 - 150 HP
 Diameter pipa hisap : 12 inci
 Diameter pipa tekan : 12 inci

39 Universitas Sriwijaya
Gambar 3.5.6.2Pompa Under water KIP Timah 16

3.5.6.3 Alat Proses/Konsentrasi (Jig)


Jig adalah salah satu alat pemisahan berdasarkan gaya berat,
dengan menggunakan medium air. (Gambar 3.5.6.3)
Adapun cara kerja Jig sebagai berikut :
1. Air tambahan (underwater) dimasukkan kedalam tangki Jig hingga
mengalir diatas permukaan bed Jig.
2. Motor listrik dihidupkan
3. Motor listrik menggerakkan eksentrik
4. Eksentrik menggerakkan membran hingga terjadi tekanan (pulsion) dan
isapan (suction).
5. Bahan umpan (feed) dimasukkan ke permukaan Jig dari spine kop,
mengalir dari feed end ke tailing end
6. Pada saat penggerak Jig bergerak keatas, pada kompartemen A terjadi
isapan kebawah (suction), sedangkan pada kompartemen B terjadi
tekanan keatas (pulsion)

Keberhasilan pemisahan dipengaruhi oleh :


1. Penyebaran feed merata

40 Universitas Sriwijaya
2. Kebersihan saringan Jig (tidak buntu)
3. Bed Jig tidak mampat (sering digemburkan)
4. Jumlah underwater cukup
5. Panjang dan Pukulan Jig yang sesua

Gambar 3.5.6.3 Jig Primer KIP timah 16

Berfungsi mengkonsentrasikan mineral berat sebanyak mungkin


dengan membuang mineral ringan. Kecukupan air underwater : 1500
m3/jam Kecepatan aliran : 0.7 - 1 rpm
Jig primer yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs yang
terdiri dari 6 sel/unit dengan ukuran masing - masing Jig 1,5 x 1,5 m2.
Setiap unit jig primer terdiri dari 3 buah kompartemen, yaitu kompartemen
A, B,dan C. Pada Kapal Isap Produksi (KIP) 15 dan 16 terdapat 4 unit Jig
primer yang berfungsi untuk menangkap/mengkonsentrasikan mineral
berat sebanyak mungkin dengan membuang mineral ringan.

41 Universitas Sriwijaya
3.5.6.4 Jig Clean Up
Berfungsi meningkatkan kadar bijih timah konsentrat Jig primer.
Kecepatan aliran:120-160 m/detik Kecukupan air onderwater : 1500
m3/jam. Jig Clean Up yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs
yang terdiri dari 8 sel/unit dengan ukuran 0,9 x 0,9 m2. Setiap unit Jig
Clean Up terdiri dari 4 buah kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C,
dan D. Pada Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 15 dan 16 terdapat 2 unit
Jig Clean Up yang berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah
konsentrat Jig primer. (Gambar 3.5.6.4)

Gambar 3.5.6.4 Jig Clean Up KIP Timah 16

3.5.6.5 Shakan
Shakan merupakan tempat pemisahan terakhir dari proses
pencucian dimana proses ini dilakukan oleh tenaga manusia agar
mendapatkan SnO2 ≥ 70 % dengan menggunakan takaran penuh kaleng
susu yang harus melebihi beratnya ≥ 1.3 kg sebelum di masukkan kedalam
kantong timah (kampil) (Gambar 3.5.6.5)

42 Universitas Sriwijaya
Gambar 3.5.6.6 Proses Pencucian dengan Shakan KIP Timah 16

3.6 Peleburan ( Smelting )


3.6.1 Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-
smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses
peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan
sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
3.6.2 Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
1. Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
2. Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan
hardhead dan slag II.

Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna


menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah
tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang
berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil
controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder
dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam
mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial
fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang
mengubahnya menjadi panas.Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II
adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan

43 Universitas Sriwijaya
kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi
dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi
menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula
yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas –
gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart
untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya
dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan
temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan
hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah
besinya. (Gambar 3.6)

Gambar 3.6 Peleburan timah

Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas adalah sebagai berikut:
SnO2 + CO  SnO2 + CO2
SnO + CO2  Sn + CO2
Dari reaksi tersebut masih terdapat SnO2 yang tidak terseduksi oleh C
yang lalu akan bereaksi dengan Sn dan SiO2 untuk menghasilkan terak (slag)
stannous silicate.
Reaksi yang terjadi:
SnO2 + Sn + 2SiO2  2 SnOSiO2
Untuk menghasilkan Sn, terak ini dapat direduksi oleh C, reaksinya
adalah sebagai berikut:

44 Universitas Sriwijaya
2SnOSiO2 + 2 C  2 Sn + 2 SiO2 + 2 CO2

3.7 Pemurnian (Refining )


3.7.1 Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur
sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang
dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal
ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang
amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor
lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk
mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium
untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan
sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS.
Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga
99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga
diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak
dapat dilakukan proses refining ulang.

3.7.2 Eutectic Refining


Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan
bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh
kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar
Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya.
Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn,
pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan
aakan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan
meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan
temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.

3.7.3 Electrolitic Refining


Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang
lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99% ( produk PT. Timah: Four

45 Universitas Sriwijaya
Nine ). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal
elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit yang
menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua
komponen utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup
ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah
menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula
starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya
adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya
H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi
dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang
mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
Reaksi:
anoda : Sn(impure)  Sn2+
katoda : Sn2+  Sn(pure)

3.8 Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan
pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa
cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana
temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis
menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50
ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton. (Gambar 3.8)
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama
pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa
penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan
berikutnya dan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari
drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.

46 Universitas Sriwijaya
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan
akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang
bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.

Gambar 3.8 Proses pencetakan timah

47 Universitas Sriwijaya
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
symbol Sn dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan,
dapat ditempa, tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat,
ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk
mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk
sebagai oksida. Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi yaitu
kurang dari 300.000 ton per tahun, dibandingkan dengan produksi aluminium
sebesar 20 juta ton per tahun.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
1. Proses Pengolahan Mineral Timah
a. Washing atau Pencucian
b. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
c. Pemisahan berdasarkan berat jenis
d. Pengolahan tailing
e. Proses Pengeringan
f. Klasifikasi timah
g. Pemisahan Mineral Ikutan

2. Proses pre-smelting
3. Proses Peleburan ( Smelting )
4. Proses Refining ( Pemurnian )
a. Pyrorefining
b. Eutectic Refining
c. Electrolitic Refining

48 Universitas Sriwijaya
Lampiran A. Peta Wilayah Operasi PT.Timah (Persero) Tbk

Pada (Gambar a) memperlihatkan peta wilayah operasi PT.Timah (Persero)


Tbk

Gambar a. Peta Wilayah Operasi PT.Timah (Persero) Tbk

49 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Metal, 2008. Pengolahan Bijih Timah. (Online)http://metal-


hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/. (Diakses pada 21
Agustus 2017)
Rimayanti. 2011. Timah. (Online)http://rimayantisihite.blogspot.com.
(Diakses pada 21 Agustus 2017)
Anonim. 2017. Timah (Perusahaan). (Online)
https://id.wikepedia.org/wiki/Timah(Perusahaan). (Diakses pada 21 Agustus
2017)

Anda mungkin juga menyukai