Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PLANARIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Keanekaragaman Hewan (KH)


yang dibimbing oleh Ibu Dr. Sri Endah Indriwati, M. Pd

Oleh:

Desi Indah Sari

160341606016

Kelompok 2/offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEPTEMBER 2017
I. JUDUL
Regenerasi Planaria
II. TUJUAN
Mengetahui proses regenerasi Planaria setelah autotomi buatan.
III. DASAR TEORI
Planaria merupakan hewan yang hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda,
beragam dari perairan yang yang berarus lambat sampai pada perairan danau dan
tertutupi oleh bebatuan atau dedaunan (Kastawi, 2005).

Planaria adalah hewan yang memiliki kemampuan regenerasi yang sangat


mengagumkan. Planaria dapat dipotong melintang atau memanjang, dan masing-masing
bagian potongan tubuh akan melakukan regenerasi bagian-bagian yang hilang. Bagian
tubuh yang mungkin dibentuk kembali adalah kepala, ekor, atau bagian tengah dari
faring. Apabila dilakukan pemotongan sebuah blastema regenerasi akan terbentuk pada
permukaan potongan dan bagian yang hilang akan tumbuh dari blastema tersebut.
Bagian-bagian yang akan direorganisasi dengan cara pengurangan skala, hingga individu
yang dihasilkan dari regenerasi ini akan berukuran lebih kecil dari ukuran semula.
Dengan demikian regenerasi pada hewan ini merupakan gabungan dari cara epimorfis
dan morfalaksis. Platythelminthes yang lain tidak mengalami regenerasi sebaik Planaria
(Surjono, 2001).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop stereo
2. Cawan petri
3. Papan bedah
4. Alat bedah
5. Kaca pembesar

Bahan :
1. Planaria sp.
V. PROSEDUR KERJA
1. Mengambil dua Planaria ambil dengan pinset kemudian diletakkan pada cawan
petri. Setelah posisi sesuai dilakukan pemotongan dengan beberapa tipe
2. Memotong menjadi 2 bagian, arah anterior dan posterior, titik pemotongan
dilakukan di depan faring.
3. Membelah menjadi dua bagian, namun pemotongannya dilakukan dengan posisi
miring.
4. Membelah secara longitudinal mulai dari kepala sampai ujung posterior.
5. Mengamati proses terjadinya regenerasi pada tubuh Planaria.
VI. HASIL PENGAMATAN
Planaria Perlakuan Total Yang Yang mati
hidup
A 1. Dipotong secara 2 2 -
melintang menjadi 2
bagian.
2. Dari 2 bagian yang 4 3 1
sudah dipotong
sebelumnya,dipotong
lagi masing-masing
menjadi 2 bagian.
B Dipotong secara 2 2 -
membujur menjadi 2
bagian.
VII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Planaria dipotong secara melintang dan membujur
1. Planaria A dipotong secara secara melintang
Pertama, Planaria A dipotong secara melintang menjadi 2 bagian. Kedua
bagian tubuh terpisah kemudian segera bergerak menyerupai individu baru, namun
pada dua individu tersebut tidak terbentuk bagian tubuh yang hilang, yaitu bagian
kepala dan ekor. Planaria A menjadi dua individu baru dengan bagian tubuh yang
tidak utuh, yaitu tanpa kepala dan ekor.
Kedua, dua planaria yag tidak memiliki kepala dan ekor kembali diberi perlakuan.
Masing-masing individu dipotong secara melintag menjadi dua bagian, sehingga
terbentuk empat ekor Planaria. Pada perlakuan ini tiga individu terus bergerak di
atas cawan petri dan satu individu mati. Tiga individu yang tetap hidup tidak
memliki bagian kepala dan ekor yang utuh.
2. Planaria B dipotong secara membujur
Planaria B dipotong secara membujur menjadi du bagian. Kedua bagian tubuh
yang terpisah kemudian segera bergerak menyerupai individu baru. Namun, pada
dua individu tersebut tidak terbentuk bagian tubuh yang hilang, yaitu bagian kepala
dan ekor. Planaria B menjadi dua individu baru dengan bagian tubuh yang tidak
utuh.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap Planaria dengan menggunakan lup/kaca


pembesar, Struktur Planaria tubuhnya pipih, memanjang dan lunak, bagian anterior
(kepala) berbentuk segitiga tumpul, dan meruncing kearah belakang, dan
berpigmen yang gelap. Planaria menghindari cahaya yang kuat dan pada siang
hari. Planaria merupakan salah satu cacing pipih yang hidup bebas, kebanyakan
hidup di dalam air tawar atau air laut, atau tempat yang lembab di daratan.
Pengamatan pada regenerasi Planaria yaitu pada saat Planaria dipotong menjadi
2 bagian kedua individu tetapp hidu. Akan tetapi 2 individu baru tersebut tidak
secara langsung membentuk bagian tubuh yang hilang atau yang terpotong. Saat
kedua Planaria masing-masing dipotong menjadi 2 bagian, artinya semua jumlah
Planaria ada 4, 3 individu Planaria hidup sedangkan 1 Planaria mati.
Pada Planaria B saat dipotong menjadi 2 bagian, kedua individu tetap hidup
tetapi tidak terlihat perubahan pada tubuh Planaria yang hilang. Berdasarkan
beberapa literatur, Planaria yang dipotong secara longitudinal mengalami
regenerasi sangat cepat dan melebar.
Hal ini dapat disebabkan karena pengamat tidak jeli melihat perubahan yang
terjadi pada individu baru Planaria tersebut, serta faktor lingkungan yang kurang
mendukung dalam regenerasi Planaria. Regenerasi Planaria dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah pemotongan yang tidak tepat, kondisi air yang
kurang baik temperature, proses biologi dan faktor bahan makanan.
VIII. KESIMPULAN
1. Planaria adalah hewan yang memiliki kemampuan regenerasi yang sangat
mengagumkan. Planaria dapat dipotong melintang atau memanjang, dan masing-
masing bagian potongan tubuh akan melakukan regenerasi bagian-bagian yang
hilang. Bagian tubuh yang mungkin dibentuk kembali adalah kepala, ekor, atau
bagian tengah dari faring.
2. faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi Planaria yaitu pemotongan yang
tidak tepat, kondisi air yang kurang baik temperature, proses biologi dan faktor
bahan makanan
IX. SARAN
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah KH dan
para asisten dosen, karena telah membimbing kami dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan. Semoga apa yang telah kita lakukan selama ini bermanfaat, khususnya
bagi diri kita sendiri dan bagi semua pada umumnya.
X. DAFTAR PUSTAKA

Kastawi, Yusuf., dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang.
Newmark, Philip A., et.all. 2001. Regeneration in Planaria. USA: Nature Publishing
Group
Tenzer, Amy., dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Perkembangan Hewan. Malang.
Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai