Anda di halaman 1dari 15

STUDI PERBAIKAN TANAH LUNAK DENGAN PENAMBAHAN KAPUR SEBAGAI

KONTROL STABILISASI CBR PADA KONSTRUKSI RUAS JALAN Ds. BENJOR -


Ds. SETILING STA 0+350 – 0+700 LOMBOK TENGAH PROVINSI NTB.

BAB I

1.1 Latar Belakang

Perkerasan jalan untuk menentukuan mutu dan daya tahan pada perkerasan tak lepas
dari sifat tanah dasar yang mempunyai daya dukung yang baik,semakin baik daya dukung
tanah maka semakin baik juga ketahanan konstruksi tersebut.Perkerasaan selama masa
pelayanan bisa saja tidak sesuai dengan umur rencana karena ketidak sesuaian dengan nilai
daya dukung tanah yang disebabkan oleh beban arus lalu lintas yang tidak didukung oleh
kekuatan dari tanah dasar. Tanah dasar yang menjadi pondasi perkerasan jalan harus
mempunyai daya dukung tanah yang baik serta berkemampuan untuk mempertahankan
perubahan volume selama masa pelayanan. Daya dukung tanah dasar dapat diperkirakan
dengan mempergunakan hasil klasifikasi ataupun dari pemeriksaan CBR. Dalam
perencanaan ini, pengujian tanah untuk pondasi perkerasan dilihat dari sifat tanah yang
tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi lingkungan, dan lain sebagainya untuk
mendapatkan nilai parameter tanah yang baik. Sebagai tanah dasar jalan tanah itu dapat
dikelompokan berdasarkan sifat plastisitas dan ukuran butirnya.
Konstruksi ruas jalan Ds.Benjor – Ds.Setiling pada STA 0+350 – 0+700 secara umum
memiliki karakteristik tanah lunak dengan beragam jenis tanah, untuk menentukan jenis
tanah pada konstruksi ini adalah menentukan nilai indeks plastisitas dengan pengujian
sesuai dengan SNI 03 – 1966 – 1990 di labolatorium.
Gambar 1.1 Nilai Indeks Plastisitas dan Jenis Tanah

karena sebagaian besar tanah di Lombok Tengah memiliki sifat tanah lunak yang
merupakan tanah kohesif yang terdiri dari tanah yang sebagaian besar terdiri dari butir –
butir yang sangat kecil seperti lempung dan lanau. Lapisan tanah lunak mempunyai sifat
gaya geser yang sangat rendah, kemampatan yang tinggi, koefisien permeabilitas yang
rendah dan mempunyai daya dukung yang rendah, Oleh karena itu di konstruksi jalan
Ds.Benjor – Ds. Setiling ini perlu ada perbaikan tanah yang merupakan upaya yang dapat
dilakukan terhadap tanah yang memiliki karakteristik teknis yang bermutu rendah diubah
menjadi material yang layak digunakan sebagai material konstruksi yang mempunyai
karakteristik teknik yang lebih baik.
Pada perencanaan perkerasan jalan Ds.Benjor – Ds.Setiling usaha yang harus dilakukan
untuk menstabilisasi tanah dasar yang bersifat lunak ini adalah dengan cara penambahan
kapur pada tanah dasar. Pada lapisan pondasi tanah kapur yang terbuat dari tanah yang
distabilisasi dengahn kapur. Stabilisasi tanah dengan kapur adalah campuran tanah dengan
kapur dan air dengan komposisi tertentu sehingga tanah tersebut memiliki sifat atau daya
dukung yang lebih baik dari semula. Tujuan umum penambahan kapur pada tanah lunak
untuk menstabilisasi tanah dan untuk memodifikasi sifat sifat tanah agar menjadi tanah
yang stabil secara permanen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang akan dibahas dalam penelitian ini antara
lain :
1. Bagaimana pengaruh penambahan kapur sebagai bahan tambah pada stabilisasi tanah
lunak terhadap kekuatan daya dukung tanah.
2. Berapa presentase bahan tambah kapur yang paling efektif untuk meningkatkan daya
dukung tanah lunak.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dengan batasan masalah sebagai berikut :


1. Pengujian kepadatan berat untuk tanah (SNI 03-1743-1989)
2. Pengujian CBR laboratorium (SNI 03-1744-1989)
3. Pengujian batas plastis (SNI 03-1966-1990)
4. Pengujian batas cair dengan alat cassagrande (SNI 03-1767-1990)
5. Pengujian Analisa ukuran butir tanah dengan alat hidrometer (SNI 03-3423-1994)
6. Pembuatan rencana stabilisasi tanah dengan kapur (SNI 03-3437-1994)
7. Pelaksanaan stabilisasi tanah dengan kapur (SNI 03-3439-1994)
1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui kestabilan daya dukung tanah dalam penambahan kapur
2. Untuk mengetahui kadar kapur yang dibutuhkan ke dalam tanah terhadap
peningkatan CBR
3. Untuk mengetahui presentase kapur pada CBR optimal .

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui tujuan dari latar belakang.
Agar dapat bermanfaat bagi dinas pekerjaan umum dalam merencanakan peningkatan
jalan Ds Benjor – Ds. Setiling dan untuk meluaskan ilmu pengetahuan khususnya dalam
perencanaan perkerasan jalan.
BAB II

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Tanah

Stabilisasi tanah dengan kapur adalah mencampur tanah dengan kapur dan air pada
lokasi pekerjaan dilapangan untuk merubah sifat - sifat tanah tersebut menjadi material
yang lebih baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi jalan yang diijinkan
dala perencanaa.
Stabilisasi tanah dengan kapur harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a) Sebelum penghalusan, tanah yang cocok untuk digunakan sebagai lapisan
pondasi tanah kapur harus sesuai dengan ukuran partikel yang ditentukan di
bawah ini dengan cara pengayakan basah :
1) Ukuran paling besar dari partikel batu harus lebih kecil dari 75 mm.
2) Kurang dari 50% melewati saringan No.200 dengan pengayakan
secara basah.
3) Setelah pengahalusan tanah, batas ukuran partikel harus harus
diperiksa, sehingga gumpalan tanah bilamana diayak secara kering
memenuhi ketentuan di bawah ini :
Lolos Ayakan 25mm : 100%
Lolos Ayakan No.4 : 75%
b) Tanah yang digunakan harus sedimikian hingga menunjang hasil lapis
pondasi tanah kapur yang disyaratkan. Tanah yang sifat – sifatnya tidak
memenuhi persyaratan belum tentu akan ditolak jika tanah tersebut
memenuhi persyaratan lapis pondasi tanah kapur sebaimana di sajikan pada
tabel
c) Semua lokasi sumber bahan yang diusulkan harus diperiksa dan disetujui
dan untuk memastikan bahwa sifat – sifat tanah tersebut dapat digunakan
terlebih dahulu harus diuji dan hasilnya memenuhi persyaratan.
2.2 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah sistem Unified dilakukan dengan huruf – huruf seperti :


Berdasarkan klasifikasi di laboratorium tanah berbutir dapat dibedakan dalam simbol
simbol – simbol yang ada diatas.
a. Kerikil untuk butir – butir tanah < 50% lolos saringan No.4 dan 50% lolos
saringan No.200. Kerikil dengan sedikit butiran halus (> 5% tetapi <12% lolos
saringan No.200), merupakan jenis tanah dengan dual simbul. Simbul pertama
berdasarkan jenis butiran halus yang di kandungnya. Dengan demikian dapat
dibedakan menjadi GP-GM, GP-GC, GW-GM dan GW-GC berarti butiran
merupakan butiran kerikil bergradasi baik dengan butiran halus dari jenis
lempung.
b. Pasir (S), butir – butiran tanah > 50% lolos saringan No.4 dan < 50% lolos
saringan No.200. Sama halnya dengan kerikil, pasirpun dapat dibedakan dalam
pasir bersih yang terdiri atas SW, jika Cu > Cz antara 1 dan 3. SP, jika nilai Cu
dan Cz tidak memenuhi nilai untu, SW.
Pasir bercampur cukup banyak butiran halus (> 12% lolos saringan No.200),
dibedakan atas SC, SM, SC – SM. Perbedaan tersebut diperoleh dengan
menggunukan grafik Casagrande.
Lempung (C), jika hubungan antara batas cair (LL) dan indeks plastis (PI)
terletak diatas garis A dan indeks plastis > &, lanau (M) jika terletak di bawah
garis A, M dan C jika terletak pada garis A.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah berdasarkan AASHTO

2.3 Spesifikasi Kapur


Spesifikasi Kapur tipe I dan tipe II yang masing masing tipe terdiri dari kelas A, B, dan
C, yang dimaksud dengan :

 Kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi dengan
kadar Magnesium Oksida (Mgo) paling tinggi 4% berat.
 Kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung
Magnesium Oksida lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat
 Kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90ᶱC,
dengan komposisi sebagai besar kalsium karbonat (CaCO3).
 Kapur Padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga
membentuk hidrat (Ca(OH)2).
Kapur yang digunakan untuk bahan stabilisasi harus memenuhi ketentuan sesuai
dengan Tabel 2.2 persyaratan kapur .

Ukuran butuiran maksimu kapur yang digunakan untuk bahan stabilisasi sesuai
dengan Tabel 2.3 persyaratan kapur .

2.3.1 Air

Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung asam, alkali, bahan organic,
minyak, sulfat dan khlorida di atas nilai yang diijinkan, Jika kadar air tanah lebih
besar dari 50% harus digunakan kapur kembang (CaO), sesuai dengan Tabel 2.4
persyaratan air.

2.4 Persyaratan Campuran


Perencanaan dilakukan di laboratrium untuk mendapatkan kadar kapur yang
menghasilkan kekuatan campuran maksimum. Kriteria kekuatan stabilisasi tanah dengan
kapur harus sesuai dengan Tabel 2.5 persyaratan stabilisasi tanah dengan kapur.
Kriteria untuk perbaikan tanah pondasi disesuaikan dengan keperluan menurut
ketentuan yang berlaku, yaitu :
 Kuat tekan bebas : untuk tanah kohesif
 CBR : untuk tanah berbutir
BAB III

3. Metode Penelitian

3.1 Bahan Penelitian


Pada penelitian ini akan merencanakan pengambilan sample pada 10 titik dengan 35
meter pertitik di Ds, Benjor – Ds. Setiling untuk menentukan stabilisasi CBR yang akan
direncanakan oleh peneliti di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Muhammadiyah
Malang.

Gamba 3.1

3.2 Pengujian Indeks Plastisitas Tanah

Indeks Plastisitas (Ip) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis
menjadi semi padat.

3.2.1 Peralatan

Alat – alat yang dipakai harus dalam keadaan bersih dan kering yang terdiri dari :
1) Mangkok pengaduk (mixing disk) dari porselin.
2) Batang pengaduk (spatula) yang lentur.
3) Batang logam pembendung dengan diameter 3 mm panjang 10 cm.
4) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
5) Cairan untuk menetukan kadar air 2 buah.
6) Botol berisi air suling.
7) Oven tang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
± 5)ᶱC.
8) Plat kaca.

3.2.2 Benda Uji


Benda uji disiapkan sesuai dengan metode mempersiapkan contoh tanah dan tanah
mengandung agregat SNI 03 – 1975 – 1998, agar pengujian dapat dilakukan dengan
cepat, maka sebaiknya pengadukan benda uji untuk batas cair dan batas plastis
dilakukan sekaligus, setelah pengadukan rata pisahkan 20 gram benda uji untuk
prngujian batas plastis.
3.2.3 Prosedur Pengujian

Urutan proses dalam pengujian batas plastis adalah sebagai berikut :


1) Khusus untuk benda uji batas plastis disediakan kurang lebih 20 gram diatas
mangkok pengaduk, beri air sedikit demi sedikit kemudian aduk sehingga
kadar airnya merata, agar pengujian batas plastis dan batas cair dapat
dilakukan dengan cepat, maka pada umumnya pengadukan benda uji untuk
batas cair dan batas plastis dilakukan sekaligus setelah pengadukan merata
lalu dipisahkan 20 gram benda uji untuk pengujian batas plastis.
2) Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola bola tanah dari benda uji
seberat 8 gram, kemudian bola – bola tanah itu digeleng di atas plat kaca.
3) Penggelangan dilakukan dengan ujung jari yang dirapatkan, dengan
kecepatan 80 – 90 giling permenit.
4) Penggelangan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang dengan
diameter 3 mm. kalua pada waktu penggelangan itu ternyata sebelum benda
uji mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka benda uji disatukan kembali,
ditambah air sedikit dan diaduk sampai merata. Jika ternyata penggelangan
bola - bola itu bisa mencapai diameter lebih kecil dari 3 mm tanpa
menunjukan retakan retakan, maka contoh perlu dibiarkan beberapa saat di
udara, agar kadar airnya berkurang sedikit.
5) Pengadukan dan penggelangan diulangi terus sampai retakan – retakan itu
terjadi tepat pada saat gelangan mempunyai diameter 3 mm.
6) Periksa kadar air batang tanah pada 2.3.5 dilakukan ganda benda uji untuk
pemeriksaan kadar air 5 gram.

3.2.4 Penetuan Batas Plastis


Kadar air rata – rata ditentukan menurut pengujian kadar air tanah. Kadar air yang
didapat adalah merupkan batas cair dari benda uji tersebut.
Contoh tanah dinyatakan Non Plastis (NP) bilaman batas cair atau batas plastis tidak
dapat ditentukan, dairi hasil pengujian batas cair (W1) dan batas plastis (Wp) akan
didapat nilai indeks plastisitas (Ip) yang besarnya :
Ip = W1 – Wp ……………….. (1)

3.3 Pengujian CBR (California Bearing Ratio)


Untuk menentukan nilai CBR laboratorium harus disesuaikan dengan peralatan dan
data hasil pengujian kepadatan, yaitu pengujian pemadatan berat untuk tanah, peralatan
yang digunakan antara lain :
 Cetakan logam berbentuk silinder
 Piringan pemisah dari logam
 Alat penumbuk sesuai pengujian pemadatan
 Alat pengukur pengembangan (swell)
 Keping Beban dengan berat 2,27 kg(5lb)
 Torak penetrasi dari logam$ 1) 49,5 mm
 Dau bush arloji pengukur penetrasi
 Talam alat perata dan tempat untuk rendam
 Alat timbang sesuai pengujian pemadatan

Gambar 3.2 Alat uji CBR Laboratorium

Gambar 3.3 Formulir dan grafik beban penetrasi pada pemeriksaan CBR
3.4 Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

3.4.1 Perencanaan Jumlah Kapur Dalam Campuran

Perencanaan djumlah kapur dalam campuran harus memenuhi ketentuan berikut :


1) Jumlah kapur yang digunakan dalam campuran adalah 2% sampai 15%
dihitung terhadap berat kering tanah.
2) Untuk memperoleh kadar air optimum dan kepadatan maksimum dari
masing – masing presentase kapur tersebut, harus dilakukan rangkaian
percobaan pemadatan laboratorium dengan berbagai presentase kapur
3) Pada setiap kadar air optimum dan kepadatan maksimum untuk
pemeriksaan kuat tekan bebas atau CBR dibuat benda uji campuran
masing – masing 3 buah.
4) Efisiensi alat di laboratorium adalah 100%.

3.4.2 Pengerjaan Perencanaan Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

Lakukan perencanaan stabilisasi tanah dengan kapur, dengan langkah – langkah


sebagai berikut :
1) Lakukan pengujian klasifikasi tanah, pemadatan sesuai SNI 1743 – 1989 –
F, kuat tekan bebas sesuai AASHTO T – 88 – 81, serta nilai CBR sesuai
SNI 1744 – 1989 – F dari tanah yang direncanakan akan distabilisasi.
2) Buat campuran tanah dengan kapur sesuai komposisi yang direncanakan,
dibungkus dalam kantong plastik sebelum dibuat benda uji untuk
menghindari perubahan kadar air.
3) Lakukan pengujian klasifikasi tanah kapur dan pemadatan standar untuk
mendapatkan kadar air optimum dan kepadatan maksimum.
4) Siapkan benda uji untuk kuat tekan bebas masing – masing 3 contoh untuk
setiap campuran pada setiap masa pemeraman yang dilakukan pada kadar
air optimum dan kepadatan maksimum.
5) Laksanakan pemeraman benda uji untuk kuat tekan bebas dengan cara
dibungkus, disimpan pada lemari pemeraman pada temperatur ruangan
yang tetap.
6) Lakukan pengujian kuat tekan bebas sesuai dengan metode pengujian yang
berlaku.
7) Siapkan benda uji campuran untuk CBR sesuai SNI 1744 – 1989 – F pada
penumbukan 56 pukulan.
8) Lakukan pengujian CBR sesuai SNI 1744 – 1989 – F setelah masa
pemeraman 3 hari dibungkus dengan kantong plastik serta rendaman 4
hari.
9) Gambarkan grafik hubungan anatar presentase campuran dan nilai rata –
rata kuat tekan bebas atau CBR untuk menentukan kadar kapur yang
memenuhi nilai kuat tekan bebas dan CBR yang memenuhi ketentuan yang
berlaku.

Gambar 1
Grafik hubungan antara CBR dan kadar kapur umur 7 hari untuk contoh tanah
kepasiran.

Gambar. 2

Grafik hubungan antara kuat tekan bebas dan kadar kapur umur 7 hari untuk
contoh tanah kohesif.
3.5 Bagan Aliran Penelitian

Mulai

Persiapan bahan (tanah, air


dan kapur)

Persiapan campuran Persiapan sample tanah


Persiapan alat penguji
kapur 2% sampai 15% dan kadar air murni

Pengujian klasifikasi
tanah lolos ASTM No 4

Pengujian Pemadatan
Campuran tanah
tanah
dengan kapur

Pengujian klasifikasi
tanah kapur dan
pemadatan standar

Analisa yd maks dan W


opt

Persiapan benda uji kuat Campuran untuk CBR


takan bebas masing dengan penumbukan 56
masing 3 contoh pukulan

pemeraman benda uji pemeraman 3 hari dan


kuat tekan bebas perendaman 4 hari

Pengujian kuat tekan


bebas Uji CBR rencana

Grafik kuat tekan bebas Grafik CBR dengan kadar


dengan kadar kapur kapur

Analisa data dan


pembahasan

Kesimpulan

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova

Dr. techn. Idra Noer Hamdhan, ST, MT dan Dr. Yuki Achmad Yakin, ST. MT .
Perbaikan Tanah. ITN Bandung 2014

Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

Pekerjaan Lapisan Pondasi Jalan, Buku 7 Lapis Pondasi Tanah Kapur No : 002 – 07 /
BM / 2006

Anda mungkin juga menyukai