Anda di halaman 1dari 19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan berbentuk desain kelompok

acak pretest dan posttest dengan kelompok kontrol ”A randomized pretest-posttest

control group design” (Arikunto, 2006). Dalam pelaksanaanya, terlebih dahulu

dipilih secara acak kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah didapat

dua kelompok, kemudian dilakukan test awal pemahaman konsep terhadap kedua

kelompok, sedangkan angket minat siswa hanya diteskan terhadap kelas

eksperimen. Selanjutnya, kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda yaitu

kelas eksperimen diberikan pembelajaran berbasis budaya lokal sedangkan kelas

kontrol diberikan pembelajaran biasa.

Setelah selesai kedua kelompok tersebut mendapatkan perlakuan,

selanjutnya dilakukan tes akhir pemahaman konsep, sedangkan angket minat akhir

dilakukan terhadap kelas eksperimen. Karena penelitian ini berhubungan dengan

penelitian deskriptif komparasi, maka kesimpulannya perlu ditindaklanjuti

dengan perlakuan (treatment). Perlakuan yang diterapkan adalah berupa

penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal dalam pembelajaran IPA di

sekolah dasar.

Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

44
45

Kelompok Pretestt Perlakuan Posttest

Kontrol O1 X1 O2

Eksperimen O3 X2 O4

Gambar 3.1. Desain Control Group Pretest-Posttest


Keterangan:

O = Pretest dan posttest tentang pemahaman konsep.


X1 = Penerapan pembelajaran biasa (konvensional) dalam Pembelajaran IPA
pada materi “Bumi dan Alam Semesta“
X2 = Penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal dalam pembelajaran IPA
pada materi “Bumi dan Alam Semesta“.

Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang

guru yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Seperti pada umumnya di

sekolah dasar (SD), kedua guru tersebut adalah wali kelas yang mengajarkan mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),

Matematika, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas

masing-masing.

Ditinjau dari kualifikasi guru, kedua guru tersebut berlatarbelakang dari

sarjana pendidikan. Disamping itu, kedua guru tersebut juga belum mempunyai

sertifikat profesi guru (belum mendapat sertifikasi guru). Persamaan lainnya

adalah kedua guru tersebut adalah satu grup dalam Kelompok Kerja Guru (KKG)

dan sama-sama aktif dalam aktifitas KKG. Hal ini memungkinkan adanya kedua

kelas yang diuji memiliki kesamaan dan dapat dikatakan homogen. Perbedaannya

terletak pada pengalaman mengajar, guru yang mengajar di kelas eksperimen,


46

pengalaman mengajarnya 8 tahun, sedangkan guru yang mengajar di kelas kontrol

pengalaman mengajarnya 9 tahun. Berdasarkan uraian kualifikasi tersebut, maka

dapat dikatakan bahwa kedua guru tersebut mempunyai kualifikasi yang sama

atau mendekati sama.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salero 1 Kota Ternate Provinsi

Maluku Utara, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VI. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari sampai dengan Maret 2009.

Dalam penelitian ini siswa kelas VI B sebagai kelas eksperimen, yang

terdiri dari 41 orang siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas IV A

terdiri dari 38 orang siswa. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Sains/IPA

dengan topik “Bumi dan Alam Semesta”.

Dari 41 orang siswa yang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen

dan 38 orang pada kelas kontrol, yang diambil sebagai sampel dalam penelitian

adalah 38 orang dari kelas eksperimen dan 38 orang dari kelas kontrol. Hal ini

disebabkan data yang tidak lengkap. Misalnya, sebagian peserta pembelajaran

yang mengikuti pretest tidak mengikuti posttest karena tidak masuk sekolah.

Demikian juga sebaliknya, beberapa orang siswa yang mengikuti posttest tidak

ikut pada saat pretest. Sehingga untuk mencegah terjadinya kekosongan data

(missing value) dalam pengolahan data, peserta yang memiliki data yang tidak

lengkap tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian tetapi tetap mengikuti

pembelajaran. Hal ini juga dilakukan untuk memperoleh tingkat pemahaman awal

yang sama (homogenitas) antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.


47

Dalam menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen, peneliti tidak

menggunakan teknik sampling tetapi semua siswa kelas VI (kedua kelas) dijadikan

sebagai subyek. Dari kedua kelas yang dijadikan sebagai subyek penelitian

merupakan kelas yang homogen, dimana tidak ada pemisahan kelas siswa seperti

kelas unggul. Kelas kontrol mempelajari materi bumi dan alam semesta dengan

metode pembelajaran biasa (konvensional), sedangkan kelas eksperimen

mempelajari materi bumi dan alam semesta dengan pendekatan pembelajaran

berbasis budaya lokal.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan studi literatur, studi lapangan, pengkajian

Standar Isi dan Standar Kelulusan yang dikembangkan dalam Silabus

pembelajaran IPA SD, dan buku-buku yang relevan yang membahas tentang bumi

dan alam semesta dan teori belajar yang akan dijadikan sebagai sumber dan

pedoman dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembaran

Kerja Siswa (LKS), soal tes, dan angket. Selanjutnya soal tes diujicobakan pada

siswa kelas 1 SMP Negeri 2 Kota Ternate tahun pelajaran 2008/2009 yang telah

mempelajari materi bumi dan alam semesta. Ujicoba yang diadakan dengan

tujuan untuk menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran soal tes.

Sebelum pembelajaran tentang materi bumi dan alam semesta berbasis

budaya lokal dilaksanakan, terlebih dahulu diberikan pretest pada kedua

kelompok. Pada kelompok kontrol diterapkan metode pembelajaran yang biasa

digunakan (konvensional), sedangkan pada kelompok eksperimen diterapkan


48

metode pembelajaran sains berbasis budaya lokal. Setelah pembelajaran selesai

dilaksanakan kedua kelompok diberi posttest. Khusus untuk kelompok eksperimen

setelah posttest, diberikan angket yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan

mina siswa terhadap pembelajaran berbasis budaya lokal. Setelah penelitian

dilaksanakan dan semua data terkumpul, selanjutnya data dianalisis untuk

menyimpulkan hasil penelitian dan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini

dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu menyusun perangkat

pembelajaran dan pengembangan alat tes penelitian. Untuk perangkat

pembelajaran yang harus dilakukan antara lain:

1) Studi lapangan dan literatur

2) Menentukan permasalahan

3) Menyusun proposal penelitian

4) Menyusun pendekatan pembelajaran

Pengembangan instrumen penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan topik dan subjek penelitian

2) Menyusun kisi-kisi soal pemahaman konsep dan angket

3) Menyusun instrumen soal pemahaman konsep dan angket

4) Validasi alat tes dan non tes oleh pakar

5) Uji coba alat tes

6) Revisi alat tes

7) Persiapan administrasi dan izin penelitian


49

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua tahap, yaitu tahap

persiapan pra proses pembelajaran dan proses pembelajaran. Persiapan pra

pembelajaran menyangkut:

1) Pengenalan konsep dasar tentang materi “Bumi dan alam semesta” kepada

siswa.

2) Penyiapan alat-alat atau media yang dibutuhkan dalam penerapan pembelajaran

3) Memberikan latihan penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal.

4) Diskusi dan Evaluasi

Sedangkan untuk tahap proses pembelajaran menyangkut:

1) Pemberian pretest untuk mengetahui pemahaman konsep siswa sebelum

mengikuti pembelajaran.

2) Penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal sesuai dengan prosedur

pelaksanaan, sedangkan pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan

metode pembelajaran biasa (konvensional).

3) Pemberian posttest untuk mengukur peningkatan minat dan pemahaman konsep

siswa setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian, menyangkut:

1) Mengolah dan menganalisis data

2) Membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.


50

Secara keseluruhan prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2

Studi literatur Studi Lapangan


Permasalahan

Menyusun Alat Tes


Menyusun Pembelajaran
dan Non Tes
dan LKS

Judgement Alat Tes


dan Non Tes

Penentuan Subjek Penelitian


Uji Coba Alat Tes

Analisis Hasil Uji Coba Pretest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran berbasis Pembelajaran


budaya lokal Biasa

Posttest dan Angket


Posttest

Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.2 Alur Penelitian


51

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), alat tes

pemahaman konsep, dan alat non tes berupa angket untuk mengukur minat

siswa dan tangapan guru.

1. Tes Pemahaman Konsep

Tes Pemahaman Konsep digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam memahami konsep pengetahuan siswa dari materi yang sedang dipelajari.

Test dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa pada materi

“Bumi dan Alam Semesta“. Tes ini dirancang berdasarkan standar isi mata

pelajaran IPA sekolah dasar. Tes pemahaman konsep dikonstruksi dalam bentuk

tes obyektif pendekatan pilihan ganda (multiple choice) dengan jumlah pilihan

(option) sebanyak empat pilihan (a, b, c dan d).

Tabel 3.1 Acuan Indikator Kompetensi Kognitif dan Minat Siswa.

Variabel Aspek Nomor Soal


Kemampuan Pengetahuan (Knowledge) 11, 13, 26, 27
Kognitif Pemahaman 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 14,
Pemahaman (Comprehension) 15, 16, 17, 19, 20, 22, 24,
Konsep 25, 30
Penerapan (Application) 4, 7, 23, 28
Analisis (Analisys) 21
Syntesis (Syntesis) 12, 18, 29
Evaluasi (Evaluation) -
Minat Siswa Perasaan 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11,13, 14
Sikap 3, 12, 18, 19, 21, 22
Perhatian 2, 4, 15, 20
Manfaat 6, 16, 17
52

Dari empat pilihan jawaban hanya ada satu jawaban yang benar atau

paling benar. Pensekoran untuk soal pilihan berganda adalah nilai 1 untuk jawaban

yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Pengembangan instrumen soal

pemahaman konsep didasarkan pada ranah kognitif pada taksonomi Bloom yang terdiri

dari Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman (Comprehension), Penerapan

(Application), Analisis (Analisys), Sintesis (Syntesis), dan Evaluasi (Evaluation).

Selanjutnya untuk pengembangan isntrumen minat didasarkan pada aspek minat

yang terdiri dari perasaan, sikap, perhatian dan manafaat. Untuk jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Untuk keperluan pengumpulan data pemahaman konsep, dibutuhkan suatu

tes yang baik berupa soal pilihan berganda. Tes soal pilihan berganda yang baik

biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang

baik, validitas tinggi, dan reliabitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik

kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan seyogyanya tes

tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan tingkat kesukaran. Langkah-langkah pengujian instrumen adalah

sebagai berikut:

1) Validitas Tes

Alat tes (instrumen) dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Akdon, 2008). Validitas

setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian, diuji dengan menggunakan

korelasi Pearson Product Moment.


53

Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan

membandingkan antara thitung dan ttabel dengan berpedoman pada kaidah

penafsiran, jika thitung > ttabel , berarti data valid, dan jika thitung < ttabel berarti data

tidak valid. Dari 60 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat

pengukuran pemahaman konsep siswa, setelah dilakukan uji coba diperoleh hasil

uji validitas seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil perhitungan Validitas alat ukur pemahaman konsep

Tingkat
No. Soal Total %
Validitas
1, 3, 4, 5, 6, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23,
24, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39,
Valid 44 73.33
40, 42, 42, 45, 46, 47, 48, 51, 52, 53, 54, 55, 56,
57, 58, 59
Tidak 2, 7, 8, 9, 13, 14, 17, 19, 25, 26, 34, 41, 44, 49,
16 26.67
Valid 50, 60
Total 60 100

Dari Tabel 3.2 yang diujicoba dengan menggunakan bantuan ANATES

diperoleh validitas tes sebesar 0,95 dan tingkat korelasi 0,91. Dari 60 item soal

yang diujicoba diperoleh 44 soal yang valid atau sebesar 73,33%. Sedangkan 16

soal lainnya tidak valid atau sebesar 26,67%. Untuk melihat hasil uji validitas per

item soal dapat dilihat pada Lampiran C1.

Berdasarkan hasil uji validitas soal pilihan ganda dapat disimpulkan, bahwa

soal pilihan berganda yang dapat digunakan sebagai alat untuk pengumpulan data

pemahaman konsep adalah soal-soal yang valid yaitu sebanyak 44 item soal atau

73,33% dari jumlah soal yang diujicobakan.


54

2) Reliabilitas Tes

Menurut Arikunto (2005), asumsi untuk menggunakan rumus KR-20

adalah: 1) Butir-butir soal evaluasi harus homogen, dan 2) Jenis evaluasi (tes)

harus merupakan “power test” dan bukan “speed test”. Perhitungan realibilitas tes

dilakukan dengan menggunakan metode Kuder Richardson-20 (KR-20).

Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan soal yang dianalisis dengan

menggunakan metode Kuder Richardson-20 (KR-20). Dari hasil perhitungan

didapatkan reliabilitas instrumen adalah: r11 = 0,93 lebih besar dari r tabel = 0,20,

maka semua item soal yang dianalisis dengan menggunakan metode Kuder

Richardson-20 (KR-20) adalah reliabel. Perhitungan reliabilitas soal dapat dilihat

Lampiran C4

3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (yang berkemampuan

rendah). Tanda negatif pada indeks diskriminasi (D) digunakan jika sesuatu soal

“terbalik” menunjukkan kualitas testee, yaitu anak pandai memperoleh nilai

rendah dan anak bodoh memperoleh nilai tinggi. Hal ini diukur dengan rumus

daya pembeda.

Dari hasil uji coba soal pilihan berganda, setelah dilakukan uji beda

diperoleh data seperti pada Tabel 3.4.

Berdasarkan hasil uji daya pembeda seperti pada Tabel 3.5 diperoleh

jumlah soal dengan kategori jelek adalah sebanyak 15 soal atau 25% dari jumlah

seluruh soal. Daya pembeda dengan kategori cukup sebanyak 7 soal atau 11,67%,
55

kategori baik sebanyak 16 soal atau 26,67% dan kategori baik sekali sebanyak 22

soal atau 36,67% dari jumlah keseluruhan soal yang diujicobakan. Dengan

demikian jumlah soal yang dapat dipakai berdasarkan kategori daya pembeda

adalah sebanyak 45 soal, yaitu jumlah seluruh soal dengan kategori cukup, baik

dan baik sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran C2.

Tabel 3.3 Hasil perhitungan uji daya pembeda terhadap alat ukur pemahaman
konsep
Kategori Batasan Nomor Soal Jumlah %
Jelek 0.00 ≤ D ≤ 0.20 2, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 17, 15 25,00
19, 25, 34, 41, 49, 50, 60
Cukup 0.20 ≤ D ≤ 0.40 12, 15, 22, 26, 44, 47, 58 7 11,67
Baik 0.40 ≤ D ≤ 0.70 1, 4, 18, 21, 23, 28, 30, 16 26,67
31, 35, 36, 37, 39, 42, 43,
52, 59
Baik sekali 0.70 ≤ D ≤ 1.00 3, 5, 10, 11, 16, 20, 24, 22 36,67
27, 29, 32, 33, 38, 40, 45,
46, 48, 51, 53, 54, 55, 56,
57
Jumlah 60 100

4) Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk membedakan jumlah soal yang

sukar, sedang dan mudah. Untuk mengukur taraf kesukaran butir soal dalam

menentukan apakah butir soal itu termasuk dalam kelompok soal mudah, soal

sedang, atau soal sukar.

Dari 60 butir soal yang diujicobakan, setelah dilakukan uji tingkat

kesukaran, maka diperoleh data seperti Tabel 3.5.


56

Hasil uji tingkat kesukaran sebagaimana pada tabel 3.5 menunjukkan

jumlah soal dengan kategori sukar adalah sebanyak 40 item soal atau 66,67% dan

jumlah soal dengan kategori sedang adalah sebanyak 20 item soal atau 33,33%.

Sedangkan untuk soal dengan kategori mudah adalah tidak ada (nol). Dengan

demikian dari 60 item soal yang diujicobakan terdiri dari soal dengan kategori

sukar dan kategori sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran C3.

Tabel 3.4 Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran terhadap alat ukur pemahaman
konsep
Kategori Batasan No. Soal Jumlah %
Soal sukar 0.00 ≤ P ≤ 0.30 2, 3, 5, 6, 11, 12, 13, 40 66,67
14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 22, 25, 26, 27, 32,
34, 35, 36, 37, 38, 39,
41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 51, 52,
57, 58, 60
Soal sedang 0.30 ≤ P ≤ 0.70 1, 4, 7, 8, 9, 10, 21, 23, 20 33,33
24, 28, 29, 30, 31, 33,
40, 53, 54, 55, 56, 59
Soal mudah 0.70 ≤ P ≤ 1.00 - 0 0
Jumlah 60 100

Berdasarkan hasil pengujian terhadap instrumen baik soal pilihan berganda

maupun angket pernyataan minat siswa dapat disimpulkan bahwa soal pilihan

berganda yang dapat dipakai baik dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda

dan tingkat kesukaran adalah sebanyak 44 soal. Namun karena dianggap terlalu

banyak untuk ukuran anak sekolah dasar, maka jumlah soal yang dipakai adalah

sebanyak 30 soal dari 44 soal yang memenuhi standar pengujian. Alasan lain
57

adalah dengan jumlah soal 30 butir tersebut telah mewakili indikator dan

kompetensi dasar materi pembelajaran.

2. Angket Minat Siswa

Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dan

judgement oleh ahli atau pakar untuk dipakai sebagai alat untuk memperoleh data

tentang minat siswa terhadap materi pembelajaran. Angket dirancang dalam

bentuk pernyataan-pernyataan yang berkenaan dengan indikator, selain itu

pengembangan angket mengacu pada aspek sains berbasis budaya lokal dan

aspek sains itu sendiri yang terkait dengan materi bumi dan alam semesta.

Pilihan jawaban dari pernyataan pada angket ini menggunakan skala

Likert, dimana setiap siswa pada kelas eksperimen diminta untuk menjawab

pernyataan dengan pilihan jawaban; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor dibedakan atas pernyataan

positif dan pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, skor untuk jawaban

Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak

Setuju (STS) = 1, sebaliknya skor untuk pernyataan negatif jawaban Sangat Setuju

(SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, Sangat Tidak Setuju (STS) = 4.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

kuantitatif. Data-data yang diperoleh dari lapangan ditabulasikan dan

dipersentasikan, kemudian dilakukan pengujian yaitu dengan menggunakan uji

perbedaan (komparatif). Menurut Akdon (2008), persyaratan analisis terhadap


58

asumsi-asumsi yang harus dilakukan jika menggunakan uji perbedaan

(komparatif) adalah data harus bersifat homogenitas dan berdistribusi normal.

Perbedaan rata-rata harus berdistribusi normal, varians untuk masing-masing

variabel dapat sama atau tidak sama. Untuk melakukan uji-t diperlukan data yang

berskala interval atau rasio. Yang dimaksud dengan sampel berpasangan ialah

mengunakan sampel yang sama, tetapi pengujian dilakukan terhadap sampel

tersebut dua kali dalam waktu yang berbeda atau dengan menggunakan interval

waktu tertentu. Pengujian dilakukan dengan memberikan suatu perlakuan khusus

(treatment) terhadap sampel tersebut. Pengujian pertama dilakukan sebelum ada

perlakuan dan pengujian kedua dilakukan setelah perlakuan. Oleh karena itu

sebelum melakukan pengujian dengan statistik parametrik, terlebih dahulu

dilakukan uji data homogenitas dan uji data normalitas untuk memastikan data

bersifat homogenitas dan berdistribusi normal.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan dengan menggunakan uji-t atau

Analisis Compare Means Paired-Sample T Test. Kaidah pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji-t atau Analisis Compare Means Paired-Sample T Test

adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas


H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

Dengan kriteria pengujian, jika -ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel, berarti hipotesis H0

diterima dan H1 ditolak. Untuk menguji tingkat signifikasinya dapat dilakukan

dengan membandingkan antara probobalitas sig dengan nilai alpha (α). Jika nilai

probabilitas sig lebih besar dari nilai alpha (α) maka tidak signifikan, sebaliknya

jika nilai probablitas sig lebih kecil dari nilai alpha (α) maka signifikan.
59

Sebelum dilakukan uji komparatif terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

dan uji homogenitas. Untuk menguji normalitas dan homogenitas data dengan

menggunakan uji statistik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan

bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola

seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau

menceng ke kanan.

Salah satu syarat untuk menggunakan uji komparatif (Uji-t) adalah data

berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, pengujian data dengan

menggunakan uji-t tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena itu sebelum data diolah

dengan menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

Perhitungan uji normalitas dapat juga dilakukan melalui bantuan program

SPSS, yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dapat

dilakukan dengan membandingkan probabilitas (sig) dengan nilai alpha (α),

Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas (sig) > alpha (α), maka hasil tes

dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis pengujian uji normalitas dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

H0: angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
H1: angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Untuk meminimalkan kesalahan dalam perhitungan, maka dalam

perhitungan uji normalitas, penulis menggunakan program SPSS Versi 16.


60

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen

atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan membandingkan varians

terbesar dan varians terkecil dengan menggunakan tabel (Akdon, 2008). Adapun

langkah-langkah untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Langkah pertama: mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan

rumus:

Varians besar
Fhitung =
Varians kecil

Langkah kedua: Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan kriteria Jika

Fhitung < F tabel, maka varians – varians adalah homogen, dengan demikian uji

komparatif dapat dilanjutkan.

Jika menggunakan program SPSS, Uji homogenitas dapat dilakukan

dengan Analisis Non Parametric Test yaitu dengan menggunakan Two Related

Samples Test. Untuk menentukan tingkat homogenitas data dapat dilakukan

dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alpha (α), dengan

kriteria jika angka signifikan (Sig) lebih besar dari α (0,05), maka H0 ditolak,

sebaliknya jika angka signifikan (Sig) lebih kecil dari α (0,05), maka H0 diterima.

Hipotesis pengujian uji homogenitas dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov adalah sebagai berikut:

H0: Kedua varian populasi adalah tidak homogen


H1: Kedua varian populasi adalah homogen
61

3. Uji Gain Faktor (N-Gain)

Pengolahan dan analisis data secara garis besar dilakukan dengan

menggunakan bantuan pendekatan hirarki statistik. Data hasil tes siswa sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan aplikasi pembelajaran berbasis budaya lokal

dianalisa dengan cara membandingkan skor pretest dan posttest. Peningkatan

yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain

faktor (N-Gain).

S post − S pre
g= (Meltzer, 2002)
S maks − S pre

Keterangan:

Spost : Skor posttest


Spre : Skor pretest
Smaks : Skor maks ideal

Kriteria tingkatan gain adalah jika g > 0,7, maka tingkatan gain dinyatakan

dalam kategori tinggi, jika 0.3 ≤ g ≤ 0.7 maka tingkatan gain dinyatakan dalam

kategori sedang dan jika g < 0.3 maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori

rendah.

Jika data tidak homogen dan tidak berdistribusi normal, maka sebaiknya

data diuji dengan statistik non parametrik, yaitu dengan menggunakan Uji

Wilcoxon. Uji Wilcoxon memperhalus uji tanda dengan cara menyertakan selisih

hasil pengukuran berpasangan (Xi, Yi) sesuai dengan tandanya. Selanjutnya

memberi rangking terhadap selisih pasangan (Xi, Yi), sesuai dengan urutan

masing-masing. Harga mutlak selisih (Xi, Yi), yang terkecil diberi skor 1,
62

berikutnya diberi skor dua, demikian selanjutnya sampai skor ke-n. Untuk harga

mutlak yang sama besar diberi skor rata-rata rangkingnya.

Setelah pemberian skor (berdasarkan rangking), kembalikan tanda pada

tiap skor tersebut. Jumlah rangking bertanda positif (+) dan rangking bertanda

negatif (-). Nilai besaran statistik yang diperoleh dari analisis data Wilcoxon

adalah statistik j, yaitu dengan jumlah harga mutlak terkecil (Siregar, 2005).

Pengujian dilakukan dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : θ0 = θi ; tidak ada perbedaan pengaruh kedua perlakuan


HA : θ0 = θi ; terdapat pengaruh kedua perlakuan

Pengujian selanjutnya dapat digunakan dengan menggunakan tabel

pengujian Wilcoxon.

Anda mungkin juga menyukai