Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam askorbat atau


vitamin C
adalah salah satu zat
gizi yang berperan
sebagai antioksidan
efektif atau mengatasi
radikal bebas yang
dapat merusak sel
atau
jaringan, termasuk
melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif
yang ditimbulkan oleh
radiasi [11]. Vitamin C
sangat mudah larut
dalam air (1 gram
dapat larut sempurna
dalam 3 ml air), sedikit
larut dalam alkohol
(1 gram larut dalam 50
ml alkohol absolute
atau 100 ml gliserin)
dan tidak larut dalam
benzene, eter,
chloroform, minyak
dan
sejenisnya. Sifat yang
paling utama dari
Vitamin C adalah
kemampuan
mereduksinya yang
kuat dan mudah
teroksidasi yang
dikatalis oleh
beberapa
logam, terutam Cu
dan Ag [9].
Asam askorbat atau
vitamin C
adalah salah satu zat
gizi yang berperan
sebagai antioksidan
efektif atau mengatasi
radikal bebas yang
dapat merusak sel
atau
jaringan, termasuk
melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif
yang ditimbulkan oleh
radiasi [11]. Vitamin C
sangat mudah larut
dalam air (1 gram
dapat larut sempurna
dalam 3 ml air), sedikit
larut dalam alkohol
(1 gram larut dalam 50
ml alkohol absolute
atau 100 ml gliserin)
dan tidak larut dalam
benzene, eter,
chloroform, minyak
dan
sejenisnya. Sifat yang
paling utama dari
Vitamin C adalah
kemampuan
mereduksinya yang
kuat dan mudah
teroksidasi yang
dikatalis oleh
beberapa
logam, terutam Cu
dan Ag [9].
Asam askorbat atau
vitamin C
adalah salah satu zat
gizi yang berperan
sebagai antioksidan
efektif atau mengatasi
radikal bebas yang
dapat merusak sel
atau
jaringan, termasuk
melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif
yang ditimbulkan oleh
radiasi [11]. Vitamin C
sangat mudah larut
dalam air (1 gram
dapat larut sempurna
dalam 3 ml air), sedikit
larut dalam alkohol
(1 gram larut dalam 50
ml alkohol absolute
atau 100 ml gliserin)
dan tidak larut dalam
benzene, eter,
chloroform, minyak
dan
sejenisnya. Sifat yang
paling utama dari
Vitamin C adalah
kemampuan
mereduksinya yang
kuat dan mudah
teroksidasi yang
dikatalis oleh
beberapa
logam, terutam Cu
dan Ag [9].
Asam askorbat atau
vitamin C
adalah salah satu zat
gizi yang berperan
sebagai antioksidan
efektif atau mengatasi
radikal bebas yang
dapat merusak sel
atau
jaringan, termasuk
melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif
yang ditimbulkan oleh
radiasi [11]. Vitamin C
sangat mudah larut
dalam air (1 gram
dapat larut sempurna
dalam 3 ml air), sedikit
larut dalam alkohol
(1 gram larut dalam 50
ml alkohol absolute
atau 100 ml gliserin)
dan tidak larut dalam
benzene, eter,
chloroform, minyak
dan
sejenisnya. Sifat yang
paling utama dari
Vitamin C adalah
kemampuan
mereduksinya yang
kuat dan mudah
teroksidasi yang
dikatalis oleh
beberapa
logam, terutam Cu
dan Ag [9].
Asam askorbat atau
vitamin C
adalah salah satu zat
gizi yang berperan
sebagai antioksidan
efektif atau mengatasi
radikal bebas yang
dapat merusak sel
atau
jaringan, termasuk
melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif
yang ditimbulkan oleh
radiasi [11]. Vitamin C
sangat mudah larut
dalam air (1 gram
dapat larut sempurna
dalam 3 ml air), sedikit
larut dalam alkohol
(1 gram larut dalam 50
ml alkohol absolute
atau 100 ml gliserin)
dan tidak larut dalam
benzene, eter,
chloroform, minyak
dan
sejenisnya. Sifat yang
paling utama dari
Vitamin C adalah
kemampuan
mereduksinya yang
kuat dan mudah
teroksidasi yang
dikatalis oleh
beberapa
logam, terutam Cu
dan Ag [9].
Pada sediaan farmasi, makanan-minuman dan kosmetika sering digunakan
bahan pengawet, terutama terhadap sediaan yang pemakaiannya berganda.
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Pengawetan merupakan persoalan yang kompleks,
dimana setiap produk harus diseleksi.
Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan
obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme.
Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik bakteri, jamur ata khamir terdapat
dimana-mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan penggunaan
obat, dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan bahan
pembantu, alat-alat kerja seperti mesin-mesin dan bangahan pengemas primer
merupakan sumber kontaminasi utama.
Harus diingat bahwa bahan yang bertindak sebagai bahan pengawet
sebenarnya adalah bahan kimia yang dapat menghambat atau mematikan
mikroorganisme, sehingga sering juga disebut sebagai zat anti mikroba.
Mikroorganisme berbahaya yang terdapat dalam makanan kadang-kadang
dapat dideteksi jika pertumbuhan mikroorganisme tersebut menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme tersebut menyebabkan perubahan tertentu pada
makanan, misalnya menimbulkan bau asam, bau busuk, dan lain-lain. Akan tetapi,
tidak semua mikroorganisme menimbulkan perubahan yang mudah diketahui
sehingga sering menimbulkan masalah jika kita mengkonsumsi makanan tersebut.
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang
ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap
kontaminasi mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik
bakteri, jamur ata khamir terdapat dimana-mana selama pembuatan, pengemasan,
penyimpanan, dan penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan (ruangan,
udara), bahan obat dan bahan pembantu, alat-alat kerja seperti mesin-mesin dan
bangahan pengemas primer merupakan sumber kontaminasi utama.
Berdasarkan uraian di atas, maka percobaan ini penting dilakukan untuk
menentukan uji efektivitas pengawet yang digunakan dalam bidang farmasi.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah mengetahui dan memahami cara pengujian

aktivitas bahan pengawet dari sediaan farmasi, dengan melibatkan tingkat

konsntrasi dan jenis bakteri yang digunakan.

2. Tujuan Percobaan

Menentukan daerah zona hambat dari suatu zat pengawet, menentukan

jumlah koloni bakteri dari daerah zona hambat dengan variasi konsentrasi yang

digunakan.

C. Prinsip Percobaan
Menentukan daerah zona hambat dari metil paraben, natrium benzoate,
propil paraben, asam benzoate dan sediaan farmasi yang memiliki pengawet,
menentukan jumkah koloni bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhi dari daerah zona hambat dengan
variasi konsentrasi yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai